Muncul Brah-mana Sangkya dan 2 Panaka-wan
Brahmana Sangkya dan 2 abdinya Si Pangkur dan Si Dendang yang sedang membahas perjalan menuju Pulau Bali untuk bertemu Dalem Waturenggong Suasana yang ditimbulkan lewat dialog sangat mengarukan. 3 menit
Tanpa kelir Golek 3 Adegan dialog
panakawan
Gembiranya kedua panakawan Pangkur dan Dendang ketika akan tahu berangkat menuju tanah Bali
Suasana yang di timbul-kan penuh dengan riang gembira.
3 menit
BABAK II
STAGE III (Kelir) Wayang Kulit 4 Adegan dilayar dilayar dengan munculnya kayonan II yang dilanjutkan dengan pangalangkara. 2 Wayang kayonan menari, langsung menceritakan situasi Eka Dasa Ludra dan Nangkluk Mrana di pura Besakih.
Suasana hening dan penuh dengan kedamaian di saat menyambut upacara yang diadakan di Pura Besakih, didukung lampu yang warna-warni.
1 menit
5 Adegan para abdi, tokoh, dan
pecalang menuju Pura Besakih
Munculnya rakayat tumpah ruah serta para patih, bendesa dalam mempersiapan upacara di Besakih.
Menciptakan suasana ya-ng hening dan penuh da-mai sejatra.
1 menit
6 Adegan dua pa- nakawan puri.
2 panakawan puri ya ng sangat setia Glebug dan Kreceb, ikut megantar persiapan upacara
Dialog yang
menciptakan suasana riang gembira, penuh kedamaian. 2 menit 7 Adegan rakyat (bondres) mangku, perempuan, dan orang yang menghaturkan hewan dan buah-buahan sebagai serana upacara.
Para abdi atau rakyat laki dan perempuan sangat gembira meng haturkan artanya. Pada akhir adegan ini
eritakan seorang rakyat melaporkan ada orang aneh /gila menuju Pura.
Suasana hening, damai, pe nuh canda mendadak men jadi kisruh atau tegang
3 menit
8 Muncul tokoh patihTangkas, seorang tokoh pemimpin per siapan upacara Eka Dasa Ludra dan Nangkluk Mrana.
Mendengar kekisruhan para pengayah di pesisi Pura, membuat rasa penasaran patihTangkas untuk mendatangi Brahma na tersebut. Setelah berhadapan dan tahu maksud
kedatangan tamu, patih Tangkas langsung beliau meninggalkan tamu tersebut. Rakyat yang jengkel ulah Brahmana langsun mengusirnya.
Suasana tegang yang di timbulkan lewat dialog, penyiksaan pada Brah mana mengakibatkan se buah kutukan
3 menit
BABAK III
STAGE II (Tanpa kelir/betel) Wayang Golek 9 Adegan Brah
man Sangkya marah dan me ngutuk semua rakyat Bali.
Brahmana yang terluka lahir dan batin ,
berjalan tertatih tatih sempoyongan. Dengan marah beliau mengutuk semua rakyat, akibatnya semua tumbuhan, bi- natang dan manusia yang ada dipulau Bali menjadi gering /grubug
Suasana seram, hujan petir dan lolongan anjing menambah keangkeran ucapan kutukan.
2 menit
STAGE III ( Kelir) Wayang Kulit dan teater
10 Adegan seram Disudut kiri sta ge/ kelir, tokoh 2 rakyat kesakitan , patih Tangkas, dan Dalem Watu renggong yang sedang bingung memikirkan keadaan upacara yang rusak.
Rayat meronta kesa-kitan tanpa sebab, angka kematian su- ngguh banyak. Tana-man layu, binatang mati, kemarau yang panjang (tidak ada unsur kehidupan). Akhirnya Dalem, Patih,dan rakyat minta petunjuk Dewata Hyang Agung pura Besakih.
Suasana
seram,mistik,magis yang menakutkan da-lam adegan ini.
4 menit
11 Adegan teater Dalem Wature enggong, Tang kas, Bendesa, dan Rakyat Menuju
Dewata Hyang Agung memberi petunjuk tentang penyebab ancurnya upacara. Tangkas dan Rayatpun
Suasana penyambutan yang sangat tegang.
3 menit
Pura Besakih mengakui tentang penyebab ke kisruhan upacara Besakih, maka dari itu Dalem
Watureng gong memerintahkan rakyat Bali untuk menjemput Brahma na Sangkya ke Bandana negara.
BABAK IV
STAGE III ( Kelir) Wayang Kulit 13 Adegan Brahma
na Sangkya dan Dalem Watu renggong.
Perjalanan ke Bandana negara akhirnya Dalem bertemu Brah mana sangkya, saat beliau melakukan
perjalanaannya. DalemWaturenggong mohon maaf atas perilaku rakyatnya dan mengakui bersaudara dengan Brahmana seketika itu Sangkya mengembalikan situasi upacara Besakih seperti dahulu. Dalem juga memberi gelar Dalem Sidakarya pada Brahman Sangkya.
Suasana tegang yang ber akhir menjadi tenang dan gembira.
3 menit
STAGE IV (Langse ) Penari Topeng 14 Muncul penari
topeng Sidakarya
Munculnya tari topeng sidakarya, maka berakhir pula upacara di Pura Besakih dengan sempurna
Suasana Hening, damai dan tentram
1 menit
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Garapan pakeliran Dalem Sidakarya adalah bisa diputargarapan inovasi dengan menggunakan layar (kelir) empat sisi yang berputar (rotated stage). Garapan ini bertujuan mentransformasi cerita babad patopengan ke dalam pementasan pewayangan, juga memadukan unsur tradisi dan modern, unsur wali, bebali hingga menjadi balih-balihan menarik untuk ditonton dan dinikmati.
Babad Dalem Sidakarya merupakan sebuah cerita yang tidak asing lagi pada masyarakat Bali, cerita pokok ini bersumber dari Lontar Babad Bebali Sidakarya yang isinya mengisahkan tentang kedatangan Brahmana Buda ke Bali dengan maksud menyatukan ajaran Buda dan Siwa. Tema dari cerita ini adalah kepahlawanan atau kesatria, sedangkan amanat yan terkandung dalam Babad Dalem Sidakarya ini agar jika menilai sesorang jangan melihat pisiknya saja. Berbuat yang senonoh dan tidak menghargai orang lain merupakan kesalahan, sekecil apapun kesalahan itu pasti akan ada pahalanya.
Struktur pertunjukan dalam garapan ini berbeda dengan pertunjukan wayang tradisi, perbedaan tersebut terletak pada pada pemakaian kelir yang berputar (rotated stage) dengan empat sisi. Ukuran dan bentuk motif-motif baru wayang mencapai tinggi 65 cm, pemakaian wayang golek dan manusia sebagai teater. Pemakaian sistem lampu sebagai trk-trik pendukung garapan ini sehingga selaras dengan perkembangan jaman, namun tetap menjaga nilai-nilai seni pewayangan itu sendiri.
5.2 Saran
Munculnya karya-karya yang berkualitas yang siap bersaing dengan seni pertunjukan modern lainnya merupakan anugrah yang sangat besar. Berdasarkan hal tersebut penggarap sangat berharap para seniman dalang-dalang terutama teman-teman yang masih mengenyam pendidikan dikampus ISI Denpasar, semakin memperluas pengethuan, keterampilan tentang pewayangan dengan cara;
1. Belajarlah dengan sungguh-sungguh tentang pewayangan maupun literatur-literatur pendukung lainnya.
2. Berani membuat terobosan baru baik itu bentuk, teknik maupun gerak wayang itu sendiri.
3. Mampu akan menyesuaikan diri pada semua lapisan masyarakat untuk menyerap situasi maupun kondisi yang berkembang. Hal ini dimaksudkan agar bisa nantinya digunakan sebagai bahan-bahan pementasan.
4. Berani dan harus mampu mentraspormasikan hal-hal yang baru kedalam seni pertunjukan wayang kulit. Seperti babad petopengan, penomena alam, kasus-kasus, dan tragedi yang di transpormasikan ke dalam pertunjukan wayang kulit. 5. Selalu siap bersaing dan berkompotisi di kancah yang lebih tinggi (Internasional). 6. Mintalah hak-hak yang semestinya harus di dapat dalam perkuliahan seperti;
serana pendukung untuk kelancaran TA saudara nanti.
7. Selalu bercermin dari kegagalan yang saudara lihat saat mendukung, menonton, dan menilai karya-karya seni yang terdahulu.
8. Hilangkan sifat-sifat malas, egois pada diri sendiri ketika saudara mendukung karya seni,
DAFTAR PUSTAKA
Amir Hasim, 1997. Nilai-nilai Etis dalam Wayang; Pustaka Sinar Harapan. Bandem, I Made.1996. Teater Daerah Indonesia ; Kanisius
__________. 1981/1982. Wimba Wayang Kulit Ramayana: Ketut Madra, Denpasar; Proyek penggalian/ pembinana Seni Budaya Klasik/ Tradisional dan Baru.
Catra, I Nyoman. 2007. Imba Panopengan Sidakarya. Program Rutin UPTD Taman Budaya Propinsi Bali, Jalan Nusa Indah Denpasar.
Djelantik, A.A. Made. 2004. Estetika, Sebuah Pengantar. Bandung; Majalah Seni Petunjukan Indonesia.
Kantun, I Nyoman dan I Ketut Yadya. 2003. Babad Bebali Sidakarya. Denpasar berbentuk buku pupuh dan lontar (Tanpa Penerbit).
Mulyono, Sri. 1975. Asal-usul, Filsafat dan Masa depannya Wayang. Jakarta; CV Haji Masagung.
__________. 1983. Simbulisme dan Mistikisme dalam Wayang. Jakarta; PT Gunung Agung
__________. 1988. Wayang dan karakter manusia. Jakarta; CV Haji Masagung Victoria M. Clara van Groenendael. 1987. Dalang Dibalik Wayang. Jakarta :PT
Pustaka Utama Grafiti.
Rota, Ketut. 1977/1978. ”Pewayangan Bali”. Laporan penelitian proyek peningkatan dan pengembangan ASTI Denpasar.
__________. 1990. Retorika Sebagai Ragam Bahasa Panggung dalam Seni Pertujukan wayang Kulit Bali. Proyek Peningkatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, Derektorat jendral Pendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan STSI Denpasar.
Sedana, I Nyoman. 2002. ”Pertunjukan Wayang Kulit Bali Antara Tradisi dan Inovasi”. Jurnal Seni Budaya Mudra Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.
Sedyawati danDamano, (2007; 33) Karekter Wayang yang Multifungsional. Jakarta CV Haji Masagung.
Sumandyo Hadi, Alma M. Hawkins. 1990;1994. Mencipta Lewat Tari, Creating
Through Dance.Jakarta; PT Gunung Agung.
Sunandar Asep. 2008. Wayang Golek Sunda. Surakarta; Fa “Ti Jasa
Wicaksana, I Dewa Ketut. 2005.”Pakeliran Layar Lebar Kreativitas Wayang Berbasis Lokal Berwawasan Global”, Jurnal Ilmiah Seni Pewayangan (Volume 4 no.1) Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.
DAFTAR INFORMAN
1. Nama ; I Nyoman Sukada Tempat tanggal Lahir ; Mengwi, 12 April 1950 Jenis kelamin ; Laki
Pendidikan ; Doktor Master Agama Status ; Kawin
Pekerjaan ; Pensiunan PNS, Ketua Parisada Badung, penulis. Alamat ; Banjar Denkayu, Kecamatan Mengwi, Badung.
2. Nama ; I Gusti Ngurah Windia Tempat tanggal lahir ; Petang, 7 maret 1949 Jenis kelamin ; Laki
Pendidikan ;Sekolah rakyat Status ; Kawin
Pekerjaan ; Seniman topeng, dan dalang Alamat ; Banjar Carangsari, Petang, Badung
Foto wayang golek tokoh Sangkya atau Sidakarya Foto wayang golek tokoh Dendang atau Panakawan
Foto wayang golek tokoh Pangkur atau Panakawan Foto wayang kulit motif Kayonan dengan Acintya
Foto wayang kulit motif kayonan terbaru skill Joblar Foto wayang kulit tokoh Pemangku dan Rakyat
Foto wayang kulit tokoh pemangku mengendarai sepeda Foto wayang kulit tokoh perempuan
Foto wayang kulit tokoh pecalang Foto wayang kulit tokoh patih dan bendesa
Foto wayang kulit tokoh Glebung dan Kreceb Foto wayng kulit tokoh Dalem Waturenggong dengan kedua panakawannya
Proses latihan penggarap dengan pendukung Proses persiapan garapan
Proses pementasan tahap revisi dan finishing Proses pementasan revisi dan finishing
Pementasan di Natya Mandala Proses pembuatan wayang kulit oleh penggarap
Proses pembuatan wayang golek oleh penggarap