• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANPA PEREKAT DENGAN PAPAN PARTIKEL KONVENSIONAL

Pendahuluan

Rangkaian penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pembuatan papan partikel tanpa perekat dengan menggunakan metode oksidasi terutama dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti ukuran partikel, kadar hidrogen peroksida, serta kadar fero sulfat. Melalui optimasi berbagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik papan partikel tersebut telah ditemukan kondisi bahan baku, proses oksidasi, serta kadar oksidator yang optimal.

Meskipun demikian, gambaran perbandingan karakteristik papan partikel tanpa perekat dengan papan partikel konvensional belum diketahui. Perbandingan tersebut sesungguhnya dapat dikaji dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Namun demikian, perbandingan karakteristik produk pada kondisi bahan baku yang persis sama tentu saja tidak dapat ditemukan. Padahal, jenis bahan baku, kerapatan bahan baku, geometri partikel, serta kerapatan produk merupakan faktor-faktor penting yang memengaruhi karakteristik papan partikel (Maloney 1993).

Dengan kondisi tersebut, sulit untuk mendemonstrasikan keandalan teknologi papan partikel tanpa perekat ini dibandingkan dengan papan partikel konvensional yang dibuat dengan menggunakan perekat, apabila produk pembandingnya dibuat dari jenis bahan baku ataupun kerapatan yang berbeda. Dengan demikian maka diperlukan analisis perbandingan karakteristik papan partikel yang dibuat dengan menggunakan teknologi baru ini dengan papan partikel yang dibuat secara konvensional dengan menggunakan berbagai jenis perekat. Dalam hal ini telah dilakukan penelitian karaktersitik papan partikel yang dibuat dari jenis dan kondisi bahan baku yang sama dengan kerapatan produk papan yang sama pula dengan papan partikel tanpa perekat yang dibuat. Perekat-perekat yang digunakan adalah urea formaldehida, melamin formaldehida, phenol formaldehida, serta isosianat.

Proses pembuatan papan partikel pada prinsipnya sama dengan pembuatan papan partikel tanpa perekat dengan metode oksidasi. Hal yang berbeda adalah

115 bahwa proses oksidasi dalam tahapan pembuatannya ditiadakan dan sebagai gantinya adalah penyemprotan perekat. Suhu dan waktu kempa yang digunakan disesuaikan dengan karekteristik masing-masing perekat yang direkomendasikan oleh produsen perekat tersebut.

Bahan dan Metode Bahan

Perekat-perekat yang digunakan adalah urea formaldehida (UF), melamin formaldehida (MF), phenol formaldehida (PF), serta isosianat (IC). Perekat UF, MF, dan PF merupakan produksi PT Pamolite adhesive Industry, sementara perekat isosianat diproduksi oleh PT Polychemical Asia Pacific Industry. Adapun partikel yang digunakan adalah partikel yang lolos saringan 10 mesh dan tertahan saringan 20 mesh pada kondisi kering udara dari jenis bambu andong dan kayu sengon. Selain itu, dalam tahapan penelitian ini juga digunakan bahan berupa papan partikel komersial yang diperoleh dari toko material yang ada di sekitar Darmaga Bogor.

Pembuatan Papan dan Pengujiannya

Dalam pembuatan papan partikel, digunakan kadar perekat padatan 10% untuk masing-masing jenis perekat. Tahapan proses pembuatan papan partikel diawali dengan menentukan berat partikel dan perekat sesuai dengan target kerapatan papan yang akan diproduksi, yaitu 0,75 g cm-3 dengan ukuran 30 x 30 x 0,7 cm. Partikel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam blender dan disemprot dengan perekat. Campuran tersebut selanjutnya dibentuk menjadi lembaran kemudian dikempa panas. Suhu kempa yang digunakan adalah 120oC untuk UF dan MF, serta 140oC untuk PF dan IC. Tekanan dan waktu kempa yang digunakan masing-masing adalah 25 kgf cm-2 dan 7 menit.

Papan yang telah dibuat selanjutnya dikondisikan selama 14 hari sebelum dibuat menjadi contoh uji. Selain papan partikel tanpa perekat dan papan partikel yang menggunakan berbagai jenis perekat, dalam tahapan ini juga dilakukan pengujian terhadap papan partikel komersial. Adapun data karakteristik papan partikel tanpa perekat diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya (BabVI). Dalam hal ini data yang digunakan adalah yang dianggap optimal yaitu papan partikel

116 bambu dengan kadar hidrogen peroksida 15% dan kadar fero sulfat 7,5%, sementara untuk papan partikel sengon adalah 5% kadar hidrogen peroksida dan juga 5% kadar fero sulfat.

Selain pengujian dalam kondisi kering udara sebagaimana dilakukan dalam pengujian-pengujian sebelumnya, dalam tahapan ini juga dilakukan pengujian dalam kondisi basah untuk tipe “M” dan tipe ”P” sesuai dengan JIS A 5908 2003. Pengujian tipe “M” dilakukan dengan cara merendam contoh uji dengan air panas pada suhu 70°C selama 2 jam dan dilanjutkan dengan perendaman dalam air dingin selama 1 jam. Pengujian tipe “P” dilakukan dengan cara merendam contoh uji dalam air mendidih selama 2 jam kemudian dilanjutkan dengan perendaman dalam air dingin selama 1 jam. Setelah perendaman dalam air dingin selesai, contoh uji kemudian segera diuji nilai MOR dan MOE-nya serta dihitung strength retention-nya. Strength retention dihitung dengan rumus:

Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dirata-ratakan dan dibandingkan satu sama lain melalui analisis ragam dengan menggunakan rancangan acak lengkap faktor tunggal. Taraf perlakuan adalah jenis papan partikel yang terdiri atas enam taraf yaitu papan partikel tanpa perekat (TP), papan partikel berperekat UF, papan partikel berperekat MF, papan partikel berperekat PF, papan partikel berperekat IC, serta papan partikel komersial (P.Kom) yang dibeli di toko material. Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilakukan analisis lanjut dengan menggunakan perbandingan berganda Duncan.

Hasil dan Pembahasan

Dalam tahapan penelitian ini, papan partikel tanpa perekat maupun papan partikel yang menggunakan berbagai jenis perekat telah dibuat dengan disain kerapatan 0,75 g cm-3. Akan tetapi pada kenyataannya kerapatan aktual papan tidak persis sama dengan kerapatan sasaran. Oleh karena itu maka dilakukan koreksi terhadap nilai sifat fisik dan mekanis lainnya untuk dibandingkan pada

MOR atau MOE Basah

Strength retention = x 100% MOR atau MOE kering

117 kerapatan 0,75 g cm-3. Hal yang sama juga dilakukan pada papan partikel komersial. Hasil analisis menunjukkan bahwa kerapatan rata-rata papan partikel komersial adalah 0,67 g cm-3. Oleh karena itu, koreksi juga dilakukan pada papan partikel komersial tersebut.

Dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan berbagai jenis perekat maupun papan partikel komersial, papan partikel tanpa perekat memiliki dimensi yang jauh lebih stabil. Papan partikel yang menggunakan perekat UF yang merupakan jenis perekat yang paling umum digunakan, maupun papan partikel komersial yang tentunya telah melalui berbagai usaha perbaikan stabilitas dimensi sebelum diproduksi secara massal ternyata memiliki nilai pengembangan tebal yang jauh lebih tinggi. Stabilitas dimensi papan partikel tanpa perekat untuk jenis kayu sengon setara dengan papan partikel yang menggunakan perekat PF maupun IC. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji perbandingan berganda Duncan yang menunjukkan bahwa pengembangan tebal ketiga jenis papan tersebut tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dengan jenis papan yang menggunakan perekat UF dan MF. Adapun papan partikel tanpa perekat dari bambu memiliki stabilitas dimensi yang setara dengan papan partikel yang menggunakan perekat MF, PF, maupun IC, namun berbeda nyata dengan papan yang menggunakan perekat UF.

Gambar 58 Perbandingan pengembangan tebal papan partikel tanpa perekat dan beberapa jenis papan partikel berperekat

Meskipun memiliki stabilitas dimensi yang tinggi, akan tetapi papan partikel tanpa perekat ternyata memiliki MOR yang lebih rendah dibandingkan

0 5 10 15 20 25 30 TP UF MF PF IC P. Kom P enge m ba nga n T eba l ( % )

Jenis Papan Partikel Bambu Sengon

a v c z a y a vw a wx b xy

118 jenis-jenis papan partikel yang menggunakan perekat. Dari kedua jenis bahan baku yang digunakan (bambu dan kayu sengon), tampak bahwa bambu memiliki nilai keteguhan patah yang paling rendah dibandingkan dengan jenis-jenis papan lainnya yang menggunakan perekat. Nilai MOR-nya bahkan tidak sampai separuh dibandingkan papan partikel yang menggunakan perekat MF, PF, maupun IC. Hasil analisis perbandingan berganda Duncan menunjukkan bahwa MOR papan partikel bambu tanpa perekat berbeda nyata dibandingkan dengan jenis-jenis papan lainnya, kecuali papan partikel komersil.

Gambar 59 Perbandingan MOR papan partikel tanpa perekat dengan beberapa jenis papan partikel berperekat

Meskipun demikian, untuk papan partikel tanpa perekat dari jenis kayu sengon, tampak bahwa MOR-nya masih setara dengan papan partikel yang menggunakan perekat UF, MF, PF, maupun papan partikel komersial. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji perbandingan berganda Duncan yang menunjukkan bahwa keempat jenis papan yang menggunakan berbagai jenis perekat memiliki nilai MOR yang secara statistik tidak berbeda nyata. Hanya papan partikel yang menggunakan perekat IC yang memiliki nilai MOR yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan keempat jenis papan lainnya. Apabila dilihat dari nilai-nilai mutlak MOR masing-masing papan partikel, tampak bahwa papan partikel tanpa perekat dari jenis kayu sengon bahkan masih lebih baik dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan perekat MF maupun papan partikel komersial. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai

0 50 100 150 200 250 300 TP UF MF PF IC P. Kom M OR ( Kg f cm -2)

Jenis Papan Partikel Bambu Sengon

a xy bc y cd xy d y d z ab x JIS A 5908

119 MOR, kualitas papan partikel tanpa parekat dari kayu sengon dapat bersaing dengan papan partikel yang menggunakan perekat.

Fenomena menarik dari karakteristik papan partikel tanpa perekat disajikan pada Gambar 60. Dari 6 jenis papan yang dianalisis nilai MOE-nya, papan partikel tanpa perekat dari jenis kayu sengon memiliki nilai MOE yang tertinggi. Hasil analisis perbandingan berganda Duncan menunjukkan bahwa papan partikel tanpa perekat memiliki nilai MOE yang berbeda nyata dengan kelima jenis papan lainnya. Adapun papan partikel tanpa perekat dari bambu memiliki nilai MOE yang setara dengan jenis-jenis papan partikel yang menggunakan berbagai jenis perekat maupun papan partikel komersial. Hal ini ditunjukkan oleh hasil analisis perbandingan berganda Duncan yang menunjukkan bahwa papan partikel tanpa perekat tidak berbeda nyata dengan papan partikel yang menggunakan perekat.

Gambar 60 Perbandingan MOE papan partikel tanpa perekat dengan beberapa jenis papan partikel berperekat

Hasil determinasi nilai MOR dan MOE sebagaimana disajikan pada Gambar 58 dan 59 menunjukkan bahwa nilai MOE papan partikel tanpa perekat dari kayu sengon jauh mengungguli jenis-jenis papan partikel lainnya, akan tetapi nilai MOR-nya tidak jauh berbeda dengan papan partikel konvensional. Demikian halnya dengan nilai MOR bambu yang lebih rendah dari jenis-jenis papan partikel lainnya, akan tetapi nilai MOE-nya cukup tinggi dan setara dengan papan partikel yang menggunakan perekat. Hal ini mengindikasikan bahwa pola hubungan nilai

0 10 20 30 40 TP UF MF PF IC P. Kom M O E ( x 1000 kgf c m -2)

Jenis Papan Partikel Bambu Sengon

abc z c xy bc x ab x abc y a x JIS A 5908

120 MOR dan MOE papan partikel tanpa perekat berbeda dengan papan partikel yang menggunakan perekat. Hal ini dapat dilihat lebih jelas dari rasio MOE-MOR sebagaimana disajikan pada Gambar 61. Rasio MOE-MOR papan partikel bambu yang menggunakan perekat berkisar antara 115-184, sementara untuk papan partikel sengon berkisar 109-135. Kisaran rasio ini tidak berbeda jauh dengan rasio MOE-MOR kayu solid. Hasil perhitungan terhadap data-data nilai MOR dan MOE dari kelompok kayu daun lebar yang disajikan oleh Green et al. (1999) menghasilkan nilai rata-rata rasio MOE-MOR 125 dengan kisaran 101-168. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio MOE-MOR papan partikel konvensional relatif sama dengan kayu solid. Namun demikian, rasio MOE-MOR papan partikel tanpa perekat ternyata jauh lebih tinggi dari nilai-nilai tersebut, yaitu 322 untuk papan partikel bambu dan 283 untuk papan partikel sengon. Hasil ini menunjukkan bahwa modifikasi kimia yang terjadi akibat perlakuan oksidasi menyebabkan papan partikel yang dihasilkan memiliki kekakuan yang tinggi, namun dengan kekuatan yang relatif setara dengan papan partikel konvensional.

Gambar 61 Rasio MOE-MOR papan partikel

Nilai-nilai keteguhan rekat papan partikel tanpa perekat sebagaimana disajikan pada Gambar 62 menunjukkan bahwa papan partikel tanpa perekat yang terbuat dari bambu memiliki keteguhan rekat yang setara dengan papan partikel yang menggunakan perekat UF maupun IC namun berbeda nyata dengan papan partikel yang menggunakan perekat MF, PF, maupun papan partikel komersial. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis perbandingan berganda Duncan

0 100 200 300 400 TP UF MF PF IC P. Kom R asi o M OE -M OR

Jenis Papan Partikel Bambu Sengon

121 sebagaimana disajikan pada Gambar 62. Adapun papan partikel tanpa perekat yang terbuat dari jenis kayu sengon memiliki nilai keteguhan rekat yang setara dengan kelima jenis papan lainnya yang menggunakan perekat.

Gambar 62 Perbandingan keteguhan rekat papan partikel tanpa perekat dengan beberapa jenis papan partikel berperekat

Berdasarkan hasill analisis sebagaimana diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa papan partikel memiliki keunggulan dan kelemahan apabila dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan perekat. Kelemahan papan partikel tanpa perekat ini ditemukan pada MOR yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis papan partikel yang menggunakan perekat, khususnya pada jenis papan partikel berbahan baku bambu.

Meskipun demikian pada aspek-aspek lainnya, papan partikel tanpa perekat memiliki karakteristik yang setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan perekat. Nilai MOE, papan partikel tanpa perekat dari jenis kayu sengon memiliki nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan perekat ataupun papan partikel komersial. Fenomena ini sangat menarik karena pada penggunaannya, salah satu kelemahan mendasar dari papan partikel adalah nilai MOE yang rendah. Akibatnya, ketika digunakan pada konstruksi yang menahan beban, produk ini cenderung mengalami perubahan bentuk dalam waktu singkat.

Selain masalah MOE yang rendah, stabilitas dimensi yang rendah juga merupakan kendala lain pada papan partikel yang menggunakan perekat. Dalam penggunaan sehari-hari, papan partikel yang digunakan dalam ruangan, seperti

0 2 4 6 8 TP UF MF PF IC P. Kom Ket eg u h an r ek at ( Kg f cm -2)

Jenis Papan Partikel Bambu Sengon

122 meja, lemari, dinding, maupun langit-langit yang menggunakan perekat UF, dengan mudah mengalami perubahan bentuk (mengembang) ketika terkena air. Faktor-faktor ini merupakan kendala serius penggunaan papan partikel pada skala yang lebih luas. Meskipun usaha mengurangi kelemahan dalam hal stabilitas dimensi melalui penambahan parafin terbukti cukup efektif, namun belum mampu mengatasi kelemahan secara keseluruhan. Hal tersebut terbukti dari karakteristik papan partikel komersial yang nilai pengembangan tebalnya (13,58%) masih melampaui batas yang ditetapkan dalam JIS A 5908 2003 sebesar 12%.

Sejauh ini kelemahan papan partikel dalam hal MOR relatif lebih mudah diatasi yaitu melalui penambahan bahan pelapis. Produk komersial yang telah dikenal untuk jenis ini adalah com-ply yang tidak lain merupakan papan partikel yang permukaannya dilapisi vinir. Melalui penambahan bahan pelapis ini, nilai keteguhan patah papan meningkat sangat signifikan, yaitu mencapai 2,9 kali untuk penggunaan vinir dengan ketebalan 1,46 mm (Suhasman et al. 2005). Usaha-usaha untuk menggunakan bahan-bahan pelapis alternatif selain vinir bahkan telah dikembangkan secara intensif oleh beberapa peneliti, misalnya penggunaan bilah bambu (Sudijono & Subiyakto 2002), penggunaan karton gelombang (Massijaya et al. 2003), penggunaan papan serat (Hayashi et al. 2003), penggunaan serat kenaf (Xu et al. 2005), penggunaan kertas kantong semen (Suhasman et al. 2005), penggunaan anyaman bambu (Erniwati et al. 2007, Massijaya et al. 2007), serta penggunaan formika (Syamani etal. 2009).

Papan partikel tanpa perekat yang memiliki nilai keteguhan patah yang relatif rendah sesungguhnya telah dapat diprediksi, karena dalam teknologi ini, ikatan yang terbentuk antar partikel bersumber dari ikatan kovalen dari hasil aktivasi komponen kimia partikel. Sebagaimana dijelaskan oleh Zavarin (1984), kelebihan pembentukan ikatan kovalen adalah stabilitas dimensi yang tinggi dari produk yang dihasilkannya, akan tetapi di sisi lain kadang-kadang meningkatkan kerapuhan dan menurunkan sifat mekanis akibat degradasi karbohidrat oleh asam.

Usaha-usaha penggunaan bahan pelapis vinir maupun bahan alternatif lainnya telah terbukti mampu meningkatkan nilai keteguhan patah papan secara signifikan. Akan tetapi sayangnya inovasi tersebut belum mampu meningkatkan nilai MOE secara signifikan pada saat yang sama. Tentu saja hal ini merupakan

123 permasalahan yang masih memerlukan usaha pemecahan pada produk papan partikel yang menggunakan perekat. Dalam hal teknologi papan partikel tanpa perekat yang dikembangkan ini, inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dapat diadopsi untuk perbaikan nilai MOR papan partikel, karena nilai MOE-nya sendiri sudah cukup tinggi.

Ditinjau dari nilai keteguhan rekatnya, tampak bahwa meskipun papan partikel tanpa perekat membentuk ikatan antar partikel dengan mekanisme yang sama sekali berbeda dengan papan partikel yang menggunakan perekat, namun nilai yang dihasilkannya relatif setara khususnya pada papan partikel dari kayu sengon. Pada papan partikel tanpa perekat berbagai tipe ikatan kovalen dan ikatan sekunder akan dibentuk seperti coupling phenoxy radical, esterifikasi, ikatan hidrogen, serta kondensasi lignin dan furfural (Widsten et al. 2003). Sementara itu pada papan partikel yang menggunakan perekat, pembentukan ikatan sebagaimana dijelaskan oleh Pizzi (1994) didasarkan pada beberapa teori yaitu teori aksi saling mengunci secara mekanis, teori difusi, teori elektron, maupun teori adesi spesifik.

Ditinjau dari nilai keteguhan rekatnya, tampak bahwa meskipun papan partikel tanpa perekat membentuk ikatan antar partikel dengan mekanisme yang sama sekali berbeda dengan papan partikel yang menggunakan perekat, namun nilai yang dihasilkannya relatif setara khususnya pada papan partikel dari kayu sengon. Pada papan partikel tanpa perekat berbagai tipe ikatan kovalen dan ikatan sekunder akan dibentuk seperti coupling phenoxy radical, esterifikasi, ikatan hidrogen, serta kondensasi lignin dan furfural (Widsten et al. 2003). Sementara itu pada papan partikel yang menggunakan perekat, pembentukan ikatan sebagaimana dijelaskan oleh Pizzi (1994) didasarkan pada beberapa teori yaitu teori aksi saling mengunci secara mekanis, teori difusi, teori elektron, maupun teori adesi spesifik.

Untuk melengkapi informasi perbandingan karakteristik papan partikel tanpa perekat dengan papan partikel konvensional, maka pengujian dalam kondisi basah juga telah dilaksanakan. Pengujian tipe “M” (perendaman dalam air panas pada suhu 70°C) dilakukan pada papan partikel tanpa perekat, papan partikel dengan perekat UF dan MF, serta papan partikel komersil. Adapun pengujian tipe “P” (perendaman dalam air mendidih) dilakukan pada papan partikel tanpa perekat, serta papan partikel dengan perekat PF dan IC.

124 Gambar 63a Perbandingan nilai MOR papan partikel pada uji basah Tipe M

Gambar 63b Perbandingan nilai MOR papan partikel pada uji basah Tipe P

Sebagaimana disajikan pada Gambar 63a, nilai MOR papan partikel tanpa perekat dari jenis kayu sengon ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel dengan perekat MF yang dikenal sebagai jenis perekat yang cukup tahan terhadap kelembaban yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa papan partikel tanpa perekat tidak hanya memiliki stabilitas dimensi dan modulus elastisitas yang lebih baik dibandingkan dengan papan partikel yang menggunakan perekat, akan tetapi juga cukup tahan kelembaban tinggi. Fenomena ini merupakan indikasi yang menarik sebab dengan demikian, teknologi pembuatan papan partikel tanpa perekat tidak hanya sekadar menghasilkan produk yang ramah lingkungan dengan sifat fisik dan mekanis yang mampu menyaingi papan partikel yang menggunakan perekat, namun juga cukup tahan terhadap kelembapan yang tinggi. Ini berarti

0 20 40 60 80 100 120 TP UF MF P. Kom M OR ( Kg f cm -2) Jenis papan Bambu Sengon 0 20 40 60 80 100 120 140 TP PF IC M OR ( Kg f cm -2) Jenis papan Bambu Sengon a x a x a y b y c z b y a x JIS A 5908 JIS A 5908

125 penggunaan papan partikel tanpa perekat tersebut cukup aman digunakan pada tempat-tempat berkelembapan tinggi. Meskipun demikian, apabila dibandingkan dengan papan partikel berperekat PF dan IC pada pengujian tipe “P” sebagaimana disajikan pada Gambar 63b, tampak bahwa papan partikel tanpa perekat ini masih kalah dibandingkan dengan kedua jenis papan partikel tersebut. Perekat PF maupun IC dikenal sebagai jenis-jenis perekat yang sangat tahan air sehingga produk-produk untuk penggunaan di luar ruangan, biasanya dibuat dengan menggunakan perekat tersebut.

Gambar 64a Perbandingan nilai MOE papan partikel pada uji basah Tipe M

Gambar 64b Perbandingan nilai MOE papan partikel pada uji basah Tipe P

Serupa dengan nilai-nilai MOE dalam kondisi kering, nilai MOE dalam uji basah tipe M juga cukup tinggi. Untuk papan partikel dari jenis kayu sengon nilainya bahkan 2,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel dengan perekat MF. Untuk papan partikel bambu nilai MOE-nya masih lebih rendah

16.37 5.11 6.52 2.73 0 5 10 15 20 TP UF MF P. Kom M O E ( x 1000 kgf c m -2) Jenis papan Bambu Sengon 0 2 4 6 8 10 12 14 TP PF IC M O E ( x 1000 kgf c m -2) Jenis papan Bambu Sengon a w a x b z c y b y a x a x

126 dibandingkan papan partikel berperekat MF, meskipun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan papan partikel berperekat UF maupun papan partikel komersial. Dalam pengujian tipe P tampak bahwa MOE papan partikel tanpa perekat setara dengan papan partikel berperekat PF, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan papan partikel berperekat IC. Dengan memperhatikan fenomena yang ditemukan dalam tahapan penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa papan partikel tanpa perekat merupakan produk yang cukup tahan terhadap kelembapan tinggi. Ditinjau dari nilai MOR-nya, daya tahan papan partikel tanpa perekat masih lebih rendah dari papan berperekat PF maupun IC, namun ditinjau dari nilai MOE-nya, ternyata papan partikel tanpa perekat bahkan masih setara dengan papan partikel berperekat PF. Papan partikel tersebut hanya kalah dibandingkan dengan papan partikel berperekat IC.

Dari data-data yang diperoleh dalam pengujian pada kondisi basah,

Dokumen terkait