• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN FISKAL REGIONAL

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 104-109)

BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN

B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL

Bandar Lampung Menuju Kota Metropolitan

Isu Metropolitan mengemuka karena tren perkembangan kota. Faktanya mayoritas penduduk dunia tinggal di kota-kota, maka kesuksesan menata sistem perkotaan merupakan kunci kesuksesan menata ruang dunia.

Urbanisasi diperkirakan terus terjadi, sehingga jumlah penduduk kota terus bertambah. Perlu dikaji, sebenarnya berapa jumlah penduduk ideal untuk sebuah kota metropolitan, sehingga pengelola kota mampu memberikan pelayanan yang baik dan nyaman kepada penghuninya. Permasalahan yang dihadapi kota besar (metropolitan) adalah sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk yang terus bertambah tidak diimbangi dengan bertambahnya luas kota yang bisa dilayani,

2. Munculnya daerah-daerah kumuh,

3. Kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin, 4. Penyediaan lapangan kerja,

80 Berdasarkan definisi diatas, ciri-ciri metropolitan terdiri dari beberapa aspek antara lain besaran penduduk, kegiatan ekonomi, mobilitas aktivitas penduduk, dan struktur kawasan.

Besaran Jumlah Penduduk

Besaran jumlah penduduk menjadi aspek pertimbangan utama dalam menentukan definisi metropolitan. Sejumlah pakar perkotaan menetapkan batas yang berbeda-beda untuk penetapan jumlah minimal penduduk kawasan metropolitan.

Kegiatan Ekonomi

Kawasan metropolitan merupakan kawasan perkotaan dengan spesialisasi fungsi aktivitas sosial dan ekonomi. Proses spesialisasi terjadi karena berkembangnya teknologi produksi, distribusi, dan komunikasi (Angotti, 1993 dalam Winarso et al, 2006). Kegiatan industri dan jasa merupakan sektor yang dominan di kawasan metropolitan. Kegiatan ekonomi bersifat heterogen dan memiliki peran sebagai sentral/pusat kegiatan-kegiatan ekonomi dalam skala regional, baik dalam lingkup provinsi maupun lingkup nasional. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi perkotaan merupakan faktor pendorong terjadinya metropolitan. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berpengaruh terhadap prospek metropolitan pada masa depan. Metropolitan seharusnya mampu menciptakan lapangan kerja dan tingkat pendapatan yang memadai bagi masyarakatnya agar bertahan dan menikmati kehidupan metropolitan. Tingkat pendapatan di metropolitan umumnya jauh lebih tinggi dibanding dengan kota dan pedesaan. Kelebihan kota metropolitan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk yang mencari kerja dan kehidupan yang layak. Tingkat pengeluaran masyarakat metropolitan pada umumnya juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kota dan daerah lainnya.

Mobilitas Aktivitas Penduduk

Salah satu ciri kawasan metropolitan adalah kemudahan mobilitas, yaitu :

1. Mobilitas pekerjaan (Employment mobility), dicirikan dengan mudahnya orang berpindah tempat kerja tanpa harus berpindah tempat tinggal karena banyaknya jenis dan variasi pekerjaan yang tersedia.

2. Mobilitas perumahan (Resdential Mobility), terjadi sejalan dengan mobilitas tempat kerja.

3. Mobilitas perjalanan (Trip Mobility), terjadi karena mobilitas tempat kerja dan tempat tinggal.

81 Struktur Kawasan

Kawasan metropolitan terdiri dari dua jenis, yaitu kawasan metropolitan yang hanya memiliki satu pusat (monocentric) dan kawasan metropolitan dengan lebih dari satu pusat (polycentric) (Winarso, 2006). Kota-kota yang saling berhubungan dalam satu kawasan metropolitan dan memiliki ikatan secara fungsi kegiatan ekonomi dan sosial tetapi tidak harus selalu berhubungan dalam segi fisik melalui perwujudan kawasan terbangun (built-up area). Selain itu, struktur kawasan metropolitan juga ditunjukkan oleh adanya sistem infrastruktur yang saling menghubungkan antar area-area di dalam kawasannya. Secara keseluruhan, kawasan metropolitan menjadi suatu kawasan permukiman dengan segala aktivitas pendukungnya dalam skala yang besar dan luas.

Bandar Lampung Bersiap Diri Menjadi Kota Metropolitan

Bandar Lampung sebagai ibu kota Provinsi Lampung telah berkembang pesat dan menjelma menjadi sebuah kota besar. Dengan perkembangan yang pesat, kota Bandar Lampung menjadi kota metropolitan akan segera terwujud. Metropolitan sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kota yang relatif besar, baik luas wilayahnya, aktivitas ekonomi dan sosial, maupun jumlah penduduknya. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan dan dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.

Mengacu pada UU tersebut, Bandar Lampung kini sudah mengarah sebagai kota besar yang memiliki kegiatan ekonomi sosial tinggi. Pemerintah Kota Bandar Lampung sedang memperbanyak kawasan perdagangan dan pariwisata untuk segera mewujudkan menjadi kota metropolitan.

Pembangunan infrastruktur penunjang

Pembangunan beberapa flyover sebagai penghubung Jalan Ir Juanda dan Jalan Gajah Mada, flyover Jalan Gajah Mada - Jalan Antasari, Jalan Antasari - Jalan Pangeran Tirtayasa, Jalan Sultan Agung - Jalan Ryacudu, Jalan Ki Maja - Jl Ratu Dibalau, Jalan Teuku Umar - Jalan ZA Pagaralam, Jalan Pramuka - Rajabasa, dan Jalan Pramuka - Jalan Teuku Cik Ditiro. Serta satu underpass Jalan ZA Pagaralam. Bahkan, pada 2019 ini rencananya dibangun dua flyover lagi yakni di Jalan Untung Suropati dan Jalan H Komarudin. Revitalisasi trotoar di seluruh wilayah kota Bandar Lampung yang akan dimulai dari daerah Telukbetung.

82 Pengembangan potensi wisata Bandar Lampung

Potensi wisata, mulai dari wisata alam, budaya, hingga wisata kuliner turut mendukung terwujudnya Bandar Lampung menjadi kota metropolitan. Tempat-tempat wisata di sekitar Bandar Lampung juga menjadi pendorong terbentuknya kota metropolitan. Tingkat kunjungan wisatawan ke Provinsi Lampung juga terus meningkat. Menurut data Kementerian Pariwisata, persentase kunjungan wisatawan ke Lampung melampaui rata-rata nasional. Pada 2016 wisman yang berkunjung ke Lampung mencapai 155 ribu, sedangkan pada 2017 meningkat menjadi 245 ribu, naik 58 persen. Sementara rata-rata nasional hanya tumbuh 22 persen. Angka ini bisa meningkat lagi dengan berubahnya status Bandara Radin Inten II menjadi bandara internasional. Hotel-hotel di Bandar Lampung pun kian tumbuh untuk mendukung perkembangan pariwisata ini.

Untuk mewujudkan kota metropolitan diperlukan penataan kawasan dan pengembangan perkotaan yang terintegrasi. Dalam membangun wilayah dan sistim jaringan infrastruktur perlu sinergi dan dukungan wilayah sekelilingnya. Selain itu, untuk memacu pertumbuhan ekonomi Bandar Lampung dibutuhkan kemudahan, keamanan dan kenyamanan berinvestasi bagi dunia usaha.

Sinkronisasi Program Pembangunan Daerah Dengan Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2021-2023

Sejumlah program yang disinkronkan adalah kajian Bandar Lampung sebagai kota metropolitan, exit tol dan peningkatan kapasitas jalan nasional. Kemantapan jalan nasional ditargetkan akan mencapai 90,90 persen pada tahun 2019 dan mencapai 94,60 persen pada tahun 2022.

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung telah menyampaikan kajian kota Bandar Lampung sebagai kota metropolitan kepada Pemerintah Pusat. Selanjutnya Pemda berharap program ini dapat disetujui dan diusulkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2019-2024.

83

BAB VI

KONTRIBUSI DAN TANTANGAN DANA DESA DALAM UPAYA UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN DI DAERAH

Sebagai salah satu perwujudan nawacita ketiga yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”, sejak tahun 2015 pemerintah menggulirkan program Dana Desa. Dana Desa bertujuan untuk meningkatkan pemerataan pembangunan di daerah terutama dalam peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karenanya, pengukuran keberhasilan Dana Desa seyogianya tidak hanya berdasarkan keberhasilan dalam penyaluran dan penyerapan anggaran, namun juga harus tercermin pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Setelah empat tahun berjalan, Dana Desa berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di Lampung. Jumlah desa tertinggal tersisa 2,79 persen (79 desa) dan jumlah desa mandiri meningkat dari 78 desa menjadi 150 desa. Pada tahun 2018, Dana Desa berkontribusi 0,017 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung (c-to-c). Distribusi pendapatan masyarakat desa semakin merata yang tercermin dari menurunnya gini ratio dan angka kemiskinan. Dana Desa yang dilakukan melalui pola swakelola dan bersifat padat karya berperan dalam mengurangi 13.200 orang pengangguran di perdesaan selama tahun 2018.

Fakta bahwa tingkat kemiskinan Lampung masih jauh diatas rata-rata kemiskinan nasional mengindikasikan tantangan ke depan dalam memanfaatkan Dana Desa. Diantaranya perlu perbaikan alokasi formula, meningkatkan kualitas sumber daya manuasia yang mengelola Dana Desa, serta inovasi dalam pemanfaatan Dana Desa agar memberikan multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL (Halaman 104-109)

Dokumen terkait