• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FISKAL

KAJIAN FISKAL

REGIONAL

REGIONAL

KAJIAN FISKAL

REGIONAL

TAHUN

TAHUN

TAHUN

KANWIL DITJEN

KANWIL DITJEN

KANWIL DITJEN

PERBENDAHARAAN

PERBENDAHARAAN

PERBENDAHARAAN

PROVINSI LAMPUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan karunia-Nya penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) Tahun 2018 Provinsi Lampung dapat diselesaikan tepat waktu.

KFR adalah salah satu kajian yang disusun oleh Kantor Wilayah DJPb Provinsi Lampung yang diarahkan untuk memotret kondisi fiskal dan kebijakan fiskal di Provinsi Lampung. Hasil analisis yang tertuang dalam KFR menggambarkan potret fiskal secara ringkas yang dikaitkan dengan indikator makroekonomi.

Perekonomian Provinsi Lampung tahun 2018 semakin baik ditandai dengan pertumbuhan ekonomi 5,25 persen, menguat dibanding tahun lalu yaitu 5,16 persen. Konsumsi rumah Tangga masih menjadi motor utama PDRB Lampung didukung Sektor Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang meningkat kontribusinya terhadap PDRB seiring dengan meningkatnya realisasi investasi di Provinsi Lampung. Dari sisi penawaran, pertanian masih menjadi leading sector dengan komoditas unggulan seperti ubi kayu, jagung, padi, dan kedelai.

Kesejahteraan masyarakat Lampung semakin meningkat tercermin dari menurunnya angka kemiskinan yang didukung dengan semakin meratanya pendapatan masyarakat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus melanjutkan tren menurun dan berada dibawah rata-rata TPT nasional. Sementara Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terus meningkat meski belum dapat mengejar ketertinggalan dari IPM nasional.

Pelaksanaan APBN sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal juga berjalan baik di tahun 2018. Realisasi pendapatan mencapai 82,46 persen, adapun total penyerapan APBN sebesar.93,50 persen. Meski tingkat ketergantungan daerah terhadap Pemerintah Pusat masih cukup besar, namun trennya semakin menurun dibanding tahun sebelumnya. Dari sisi APBD terjadi peningkatan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) namun porsinya tetap rendah dibanding porsi dana perimbangan. Secara agregat, alokasi belanja urusan pendidikan mencapai 25,7 persen namun alokasi dana pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang hanya sebesar 5,62 persen. Adapun realisasi belanja dan transfer konsolidasian pada tahun 2018 mencapai Rp37,09 triliun atau meningkat sebesar 6,57 persen dibanding tahun 2017 yang meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung dari 0,01 persen pada 2017 menjadi 0,02 persen pada 2018. Total belanja pemerintah konsolidasian sebesar Rp33,97 triliun memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 10,18 persen.

(3)
(4)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar isi ………... iii

Daftar Grafik ………... vii

Daftar Tabel ………... x

Daftar Singkatan ………... xiii

Ringkasan Eksekutif ………... xvi

BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ……... 1

A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL…………... 1

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………. 1

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) ……….. 1

b. Nominal PDRB………. 2 1. PDRB sisi permintaan……… 2 2. PDRB sisi penawaran ……….. 5 c. PDRB per kapita……….. 7 2. Suku bunga………... 7 3. Inflasi……… 8 4. Nilai tukar……… 9 B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN………... 10

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)……… 10

2. Tingkat Kemiskinan………... 12

3. Ketimpangan (Gini Ratio)………. 14

4. Kondisi Ketenagakerjaan………. 15

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL……… 18

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DI PROVINSI LAMPUNG……... 22

A. APBN PROVINSI LAMPUNG………... 22

B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT PROVINSI LAMPUNG... 23 1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Provinsi Lampung 23 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Provinsi

Lampung………

(5)

iv

C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT PROVINSI LAMPUNG…... 26

1. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/Kementerian/Lembaga).………... 27

2. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi... 28

3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja………. 28

D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT………. 31

E. TRANSFER KE DAERAH……… 31

F. PENGELOLAAN BLU PUSAT………. 33

1. Profil dan Jenis Layanan Satker pada BLU Pusat…………... 34

2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Pusat………. 34

3. Kemandirian BLU………. 36

4. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU……….. 36

G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT………. 37

1. Penerusan Pinjaman……… 37

2. Kredit Program……….. 38

BAB III PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD……….. 40

A. APBD TINGKAT PROVINSI ………... 40

B. JENIS PENDAPATAN DALAM APBD……….. 41

C. JENIS BELANJA DALAM APBD………..…... 42

1. Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan…….. 43

2. Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja (sifat ekonomi)……… 46 D. PENGELOLAAN BADAN LAYANAN UMUM ………….…………... 47

1. Profil dan Jenis Layanan Satker Badan Layanan Umum Daerah……… 47

2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Daerah……… 48

3. Analisis Legal ………... 49

E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH... 49

1. Bentuk Investasi Daerah ……….………... 49

2. Profil dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah ………. 50

(6)

v

BAB IV PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN

KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)………... 53

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN... 53

B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN………... 54

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan………. 54

2. Analisis Perubahan……….. 55

3. Rasio Pajak (Tax Ratio)………... 56

a. Rasio Pajak Konsolidasian Provinsi Lampung……….. 56

b. Rasio Pajak per Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung…... 57

c. Rasio Pajak per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung……….. 59 4. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian………. 60

C. BELANJA KONSOLIDASIAN………... 60

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan... 60

2. Analisis Perubahan……….. 61

3. Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja Konsolidasian……….. 63

4. Rasio Belanja Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk…... 63

5. Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian Terhadap Jumlah Penduduk………... 65

6. Analisis Belanja Daerah……….. 65

D. SURPLUS/DEFISIT………... 66

E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ………. 68

BAB V KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL………... 70 A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL... 70

1. Pertanian………. 71

2. Peternakan .……… 73

3. Perkebunan ……… 74

4. Perikanan/Kelautan ..……… 75

5. Pariwisata ………..………... 76

(7)

vi

BAB VI KONTRIBUSI DAN TANTANGAN DANA DESA DALAM UPAYA UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN DI

DAERAH ………...………... 83

A. REALISASI DAN CAPAIAN OUTPUT DANA DESA PROVINSI LAMPUNG 2018 ………... 83

B. KONTRIBUSI DANA DESA DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERKEMBANGAN DESA DI LAMPUNG ………... 85 C. KONTRIBUSI DANA DESA DALAM PEMERATAAN DI PROVINSI LAMPUNG ……… 89 D. KONTRIBUSI DANA DESA DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI LAMPUNG ………. 90 E. KONTRIBUSI DANA DESA DALAM MENGURANGI PENGANGGURAN DI PROVINSI LAMPUNG ………... 93 F. TANTANGAN DANA DESA ……….. 93

BAB VII PENUTUP ……….. 96

A. KESIMPULAN ………... 96

B. REKOMENDASI ……….. 97

(8)

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Sumber pertumbuhan PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha dan Pengeluaran (Persen), 2016-2018 ... 1 Grafik 1.2 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung

Menurut Pengeluaran (Persen), 2018 ……….………. 2

Grafik 1.3 Target dan Realisasi Investasi di Provinsi Lampung (Triliun

Rupiah), 2014-2018 ………... 3 Grafik 1.4 Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Lampung (Juta Dolar),

2018 ………..………..…………. 5

Grafik 1.5 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung

Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2018 ….………... 6 Grafik 1.6 PDRB Perkapita Provinsi Lampung dan Nasional (Juta Rupiah),

2011-2018 .………. 7

Grafik 1.7 PDRB Perkapita Provinsi Lampung dan Nasional, 2011-2018 ... 8 Grafik 1.8 Inflasi Tahun Kalender (c-to-c) Lampung dan Nasional (Persen),

2018 .……… 8

Grafik 1.9 Inflasi Bulanan (m-to-m) dan Inflasi Tahunan (y-o-y) Lampung dan Nasional, 2018 ………...……… 9 Grafik 1.10 Pergerakan Kurs Rupiah terhadap Dolar, 2018 ….………... 9 Grafik 1.11 IPM Lampung dan Nasional, 2013-2017 ………..…………... 10 Grafik 1.12 Perbandingan IPM Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung terhadap

IPM Lampung dan Nasional, 2017 ………... 11

Grafik 1.13 Jumlah Pekerja Anak di Pulau Sumatera, 2015 ……… 11 Grafik 1.14 Persentase Penduduk Miskin Lampung dan Nasional, 2014-2018 .. 13 Grafik 1.15 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten Kota di

Lampung, 2018 ………. 14

Grafik 1.16 Gini Ratio Lampung dan Nasional, 2015-2018 …………..…………. 15 Grafik 1.17 TPT Lampung dan Nasional (Persen), 2016-2018 ……..……… 16 Grafik 1.18 Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan

Formal-Informal Lampung (Ribu Jiwa), 2018 ………..……… 17 Grafik 1.19 TPT menurut Kabupaten Kota di Provinsi Lampung (Persen), 2018 18 Grafik 2.1 Rasio Kemandirian Daerah di Provinsi Lampung, 2018 ….………. 32

(9)

viii Grafik 4.1 Perbandingan Komposisi Pendapatan Konsolidasian di Provinsi

Lampung (Triliun Rupiah), 2018 dan 2017…..……… 54 Grafik 4.2 Perbandingan Penerimaan Pemerintah Pusat dan Daerah

terhadap Penerimaan Konsolidasian Provinsi Lampung (Persen),

2018 ………. 55

Grafik 4.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Penerimaan Pajak Konsolidasian Provinsi

Lampung (Triliun Rupiah), 2018 …………..………..………… 56 Grafik 4.4 Rasio Pajak Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung (Persen), 2018 …………..………..……… 58

Grafik 4.5 Pajak per Kapita Konsolidasian per Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung (Persen), 2018 ……….………. 59

Grafik 4.6. Komposisi Belanja dan Transfer antara Pemerintah Pusat dan

Daerah Terhadap Belanja dan Transfer Konsolidasian, 2018 ……. 60 Grafik 4.7 Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah (Miliar Rupiah), 2018 ……. 61 Grafik 4.8 Perbandingan Belanja dan Transfer Konsolidasian di Provinsi

Lampung (Juta Rupiah), 2017 dan 2018 ………….……… 62 Grafik 4.9 Belanja Pemerintah Konsolidasian Provinsi Lampung,

(Rupiah/Kapita), 2018 dan 2017 ………. 63 Grafik 4.10 Perkembangan Belanja Pemerintah Konsolidasian Per Jiwa

Kabupaten/Kota Provinsi Lampung, 2018 dan 2017 ……….. 64 Grafik 4.11 Rasio Belanja Pendidikan Konsolidasian per Jiwa Kabupaten/Kota

pada Provinsi Lampung, 2018 dan 2017 ……… 65

Grafik 4.12 Rasio Surplus/Defisit Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap

Surplus/Defisit Pemerintah Konsolidasian (juta rupiah), 2018 ..…... 66 Grafik 4.13 Surplus/Defisit Konsolidasian per Kabupaten/Kota pada Provinsi

Lampung (Milyar Rupiah), 2018 …………..……… 67

Grafik 5.1 Produksi Pertanian di Provinsi Lampung, 2014-2017 ……….. 71 Grafik 5.2 Nilai Tukar Petani Provinsi Lampung Januari – Desember 2018….. 72 Grafik 6.1 Pagu dan Realisasi Dana Desa Provinsi Lampung (Miliar Rupiah)

2015-2018 ……….. 84

Grafik 6.2 Jumlah Desa Menurut Status IPD di Provinsi Lampung, 2018 ….... 86 Grafik 6.3 Jumlah Desa Menurut Status IPD di Provinsi Lampung, 2014-2018 86 Grafik 6.4 Perkembangan IPD Menurut Dimensi Penyusun IPD di Provinsi

(10)

ix Grafik 6.5 Gini Ratio Kota dan Desa di Provinsi Lampung, 2011-2018 ………. 89 Grafik 6.6 Distribusi Pengeluaran 40 Persen Penduduk Terbawah di Wilayah

Perdesaan Provinsi Lampung, 2015-2018 ………. 90 Grafik 6.7 Persentase Penduduk Miskin di Wilayah Perdesaan Provinsi

Lampung, 2015-2018 ………. 91

Grafik 6.8 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung, 2015-2018. 91 Grafik 6.9 Penurunan Presentase Penduduk Miskin Kabupaten/Kota di

Provinsi Lampung, 2015-2018 ………. 92

Grafik 6.10 Presentase Penduduk Miskin Kabupaten Lampung Utara,

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung, 2017-2018 ……….. 15 Tabel 1.2 Target dan Realisasi Indikator Makroekonomi dan Pembangunan

Provinsi Lampung, 2018 ………... 19

Tabel 2.1. Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Lampung s.d. Akhir

Triwulan IV (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 …….………. 23 Tabel 2.2 Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di

Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 ………... 24 Tabel 2.3 Pendapatan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi

Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 …….………. 25 Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi di Provinsi

Lampung (Dalam Miliar), 2017 dan 2018 ……….….. 26 Tabel 2.5 Rasio PNBP Terhadap PDRB Tingkat Provinsi di Provinsi

Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 .………. 26 Tabel 2.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran

di Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 .………. 27 Tabel 2.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi di Provinsi

Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 …….………. 28 Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja di

Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 ..……… 29 Tabel 2.9 Indikator Kapasitas dan Efisiensi Belanja Pemerintah Pusat (Miliar

Rupiah), 2018 ……….... 30

Tabel 2.10 Arus Kas APBN di Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan

2018 ………..……… 31

Tabel 2.11 Perkembangan Pagu dan Dana Realisasi Dana Transfer di

Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 …………..…… 32 Tabel 2.12 Profil dan Jenis Layanan BLU di Provinsi Lampung (Miliar Rupiah),

2018 ……….……….. 34

Tabel 2.13 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker BLU di Provinsi Lampung

(Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 ……… 35

Tabel 2.14 Perkembangan Pagu PNBP dan RM satker BLU di Provinsi

(12)

xi Tabel 2.15 Data Aset dan Pagu Satker PNBP yang berpotensi menjadi Satker

BLU di Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 ………… 36

Tabel 2.16 Penerusan Pinjaman Provinsi Lampung (Rupiah), 2018 …….……. 38

Tabel 2.17 Kredit Program di Provinsi Lampung (Rupiah), 2017 dan 2018 …. 38 Tabel 3.1 Profil APBD di Provinsi Lampung berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (Miliar Rupiah), 2017-2018 ……….. 40

Tabel 3.2 Jenis Pendapatan APBD di Provinsi Lampung (Juta Rupiah), 2017-2018 ……….. 41

Tabel 3.3 Pagu APBD berdasarkan Klasifikasi Urusan (Miliar Rupiah), 2017-2018 ………..…….….. 43

Tabel 3.4 Alokasi Anggaran Pendidikan, HLS dan RLS di Provinsi Lampung . 44 Tabel 3.5 Alokasi Anggaran Kesehatan dan UHH di Provinsi Lampung ……... 45

Tabel 3.6 Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja di Provinsi Lampung (Juta Rupiah), 2017-2018 …………..………. 46

Tabel 3.7 Profil BLUD se-Provinsi Lampung ..……… 48

Tabel 3.8 Aset BLUD se_Provinsi Lampung, 2016-2017 …….………. 48

Tabel 3.9 Nilai Investasi Pemda Berdasarkan Neraca ……….……….. 50

Tabel 3.10 Jumlah Aset BUMD di Provinsi Lampung (Juta Rupiah), 2014-2017 50 Tabel 3.11 Indikator Keuangan Pemda Lampung, 2015-2018 ……….. 50

Tabel 3.12 Indikator Penilaian Kesehatan Fiskal Daerah …….………. 52

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Lampung (Rupiah), 2018 ……….….………. 53

Tabel 4.2 Laporan Realisasi Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Lampung (Rupiah), 2018 dan 2017 ………. 54

Tabel 4.3 Tabel Rasio Pajak terhadap PDRB Provinsi Lampung, 2017 dan 2018 ………. 56

Tabel 4.4 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Lampung (Miliar Rupiah), 2017 dan 2018 ………. 60

Tabel 4.5. Rasio Belanja Operasi Provinsi Lampung, 2018 dan 2017 ………… 63

Tabel 4.6 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB pada Provinsi Lampung ……….. 67

Tabel 4.7 Laporan Operasional Lampung, 2018 …..……….. 68

Tabel 4.8 Kontribusi Belanja Pemerintah terhadap PDRB Lampung, 2018 …. 69 Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Analisis LQ Terhadap PDRB Provinsi Lampung, 2014-2017 ……….. 70

(13)

xii Tabel 5.2 Populasi Ternak di Provinsi Lampung, 2016-2018 ………... 73 Tabel 5.3 Produksi Daging Ternak di Provinsi Lampung, 2016-2018 ……... 74 Tabel 5.4 Luas Areal dan Produksi Kopi di Provinsi Lampung, 2016-2018 ... 75 Tabel 5.5 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Tangkap di Provinsi

Lampung, 2017 ………..………. 76

Tabel 5.6 Jumlah Tamu Mancanegara dan Domestik yang menginap di Hotel

(orang), 2013-2018 ………... 76

Tabel 5.7 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel Provinsi Lampung ……...…... 77 Tabel 6.1 Output Dana Desa Provinsi Lampung, 2018 ………....…... 84 Tabel 6.2 Output Dana Desa dan Dampaknya Terhadap Indikator

(14)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

ADHB Atas Dasar Harga Berlaku

ADHK Atas Dasar Harga Konstan

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN APBNP ASEAN

Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara

Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara Perubahan Association of Southeast Asian Nation

BBM Bahan Bakar Minyak

BI Bank Indonesia

BLU BLUD

BPJS Kesehatan

Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum Daerah

Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan

BPS BSM

Badan Pusat Statistik Bantuan Siswa Miskin

BUMD CAFTA Capil

Badan Usaha Milik Daerah

Central America Free Trade Agreement Catatan Sipil

DI/II/III Diploma I/II/III

DAU DAK DBH DEA DEAP Depdagri

Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil

Data Envelopment Analysis

Diagnostic Evaluation of Articulation and Phonologi Departemen Dalam Negeri

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Fisipol Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

HDI IAIN

Human Development Index Institut Agama Islam Negeri

IPM Indeks Pembangunan Manusia

IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kanwil DJP KHL

K/L

Kantor Wilayah Ditjen Pajak Kebutuhan Hidup Layak Kementerian/Lembaga

(15)

xiv KPP KP2KP KPU Kominfo KKPE KPEN-RP KUR KUMK Litbang

Kantor Pelayanan Pajak

Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan Komisi Pemilihan Umum

Komunikasi dan Informasi

Kredit Ketahanan Pangan dan Energi

Kredit Pengembangan Energi dan Revitalisasi Perkebunan Kredit Usaha Rakyat

Kredit Usaha Mikro Kecil Penelitian dan Pengembangan

LN LNPRT KFR MDGs mtm NTCR Luar Negeri

Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga Kajian Fiskal Regional

Millenium Development Goals Mounts to mounts

Nikah Talak Cerai dan Rujuk

NTP PAD PBB PBI

Nilai Tukar Petani Pendapatan Asli Daerah Perserikatan Bangsa Bangsa Penerimaa Bantuan Iuran

PEMDA PDB

Pemerintah Daerah Produk Domestik Bruto

PDRB PK BLU

Produk Domestik Regional Bruto

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

PMA Penanaman Modal Asing

PMDN PMK PNBP PU

Penanaman Modal Dalam Negeri Peraturan Menteri Keuangan Penerimaan Negara Bukan Pajak Pekerjaan Umum

PPh PPN PPnBM

Pajak Penghasilan Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah

RKPD RM RPJM

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Rupiah Murni

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(16)

xv

RPJMP RPJPD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pusat Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah

PAD PDAM

Pendapatan Asli Daerah Perusahaan Daerah Air Minum

PIP Pusat Investasi Pemerintah

PPP RRC

Public-Private Partnership Republik Rakyat China

RT Rumah Tangga

qtq Quarter to quarter

SAKERNAS Survey Tenaga Kerja Nasional

SD Sekolah Dasar

SDA Sumber Daya Alam

SDM SLA SIS SilPA

Sumber Daya Manusia Service Level Agrement Standar Indonesia Sehat

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMA SMI SNA SUT

Sekolah Menengah Atas Sistem Manejemen Investasi System of National accounts Supply and use table

TPAK Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

TPT UGM UKM UMP

Tingkat Pengangguran Terbuka Universitas Gajah Mada

Usaha Kecil Menengah Upah Minimum Provinsi

USD UU

United States Dollar Undang-Undang

WHO World Health Organization

(17)

xvi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Indikator Makroekonomi Fundamental

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun 2018 5,25%

Ditengah dinamika perekonomian global yang diwarnai ketidakpastian, Perekonomian Provinsi Lampung tahun 2018 mampu tumbuh 5.25% sesuai target dalam APBD. Struktur perekonomian Provinsi Lampung menurut lapangan usaha didominasi sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (30 persen) namun pertumbuhannya relatif lambat dibanding sektor lain. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum tumbuh tertinggi sepanjang tahun 2018 seiring tren meningkatnya pengeluaran masyarakat untuk leisure time, pembangunan kafe dan penginapan baru di Lampung. Adapun dari sisi permintaan motor penggerak PDRB adalah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (60,40 persen). Realisasi investasi yang melejit lebih dari dua kali lipat diatas target 2018 mendorong peningkatan kontribusi Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap struktur PDRB Lampung. Data ini juga menunjukkan bahwa Provinsi Lampung semakin menarik bagi investor.

Inflasi yang dipantau di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro juga terkendali sebesar 2,73 persen (c-to-c). Hal ini tak terlepas dari usaha Pemerintah Daerah bersama Bank Indonesia dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang senantiasa bersinergi untuk menjaga ketersediaan pasokan serta membuat kebijakan untuk menstabilkan harga.

Indikator Kesejahteraan

IPM Lampung terus meningkat namun masih dibawah rata-rata IPM nasional. Sementara itu, angka kemiskinan dan TPT menurun.

Indeks Pembangunan Manusia Lampung tahun 2018 sebesar 70,81. Meski meningkat dari tahun sebelumnya, IPM Lampung masih berada di posisi terendah di Pulau Sumatera dan lebih rendah dari IPM nasional. Besarnya porsi belanja urusan pendidikan dan kesehatan belum efektif mendorong peningkatan IPM. Oleh karenanya, Pemerintah Daerah perlu menyusun strategi khusus

(18)

xvii untuk mengakselerasi peningkatan IPM Lampung agar tidak semakin tertinggal dari daerah lain.

Angka kemiskinan menurun namun lebih lambat dari penurunan kemiskinan nasional sehingga presentase penduduk miskin di Lampung masih tetap diatas rata-rata kemiskinan nasional. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurun 0,27 persen dari tahun lalu menjadi 4,06 persen. Namun produktivitas tenaga kerja di Provinsi Lampung masih tergolong rendah dimana lebih dari sepertiga pekerja bekerja kurang dari 35 jam per minggu.

Berdasarkan realisasi indikator makroekonomi dan kesejahteraan tersebut dapat disimpulkan penetapan target dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) tahun 2018 sudah proved reasonable.

Pelaksanaan Anggaran Pusat

Pendapatan perpajakan naik 1,63 persen, namun rasio pajak Lampung masih jauh dibawah rasio nasional

Secara umum pelaksanaan APBN Provinsi Lampung tahun ini lebih baik dari tahun 2017. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan Pendapatan Perpajakan yang merupakan sumber utama pendapatan meningkat 1,63 persen. Namun pertumbuhan ini belum mampu berkontribusi pada rasio pajak yang stagnan pada posisi 2,2 persen, jauh di bawah rasio pajak nasional sebesar 11,6 persen.

Belanja Pemerintah Pusat masih didominasi belanja pegawai dengan postur 32 persen dari total belanja. Pemerintah Pusat melalui APBN juga membiayai beberapa proyek strategis nasional di Lampung diantaranya Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Bendungan Marga II, dan Pembangunan Saluran Suplesi Daerah Irigasi Umpu Sistem (Way Besai).

Pelaksanaan Anggaran Daerah

Kualitas belanja APBD semakin baik tercermin dari kenaikan porsi belanja modal

Realisasi pendapatan APBD agregat Provinsi Lampung tahun ini mencapai Rp26,08 triliun. Porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD meningkat 1,95 persen mengindikasikan peningkatan kemandirian Provinsi Lampung. Sementara itu, realisasi belanja APBD turun 8,4 persen dibanding tahun lalu.

(19)

xviii Kualitas belanja APBD semaikin baik tercermin pada kenaikan belanja modal dari 23,14 persen menjadi 25,69 persen dari total belanja. Porsi dana perimbangan tahun 2018 juga naik tipis sebesar 1,56 persen.

Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN DAN APBD)

Realisasi Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD) tahun 2018 meningkat dibanding tahun 2017 yang ditunjukkan dengan realisasi pendapatan yang meningkat 7,20 persen atau sebesar 879,65 miliar. Adapun realisasi belanja dan transfer konsolidasian pada tahun 2018 mencapai Rp37,09 triliun atau meningkat sebesar 6,57 persen dibanding tahun 2017. Hal ini berdampak pada peningkatan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, dari 0,01 persen di tahun 2017 menjadi 0,02 persen pada 2018. Total belanja pemerintah konsolidasian sebesar Rp33,97 triliun berkontribusi 10,18 persen dari PDRB Lampung 2018. Hal ini menunjukkan peranan sektor swasta cukup besar dalam perekonomian Lampung dan peran pemerintah sebagai stimulus perekonomian berjalan efektif.

Keunggulan dan Potensi Ekonomi Regional

Pertanian masih menjadi leading sector, sementara pariwisata menjadi potensi ekonomi baru di Provinsi Lampung

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap sebagai leading sector untuk wilayah Lampung, meskipun kontribusi terhadap PDRB menunjukkan tren menurun. Beberapa komoditas unggulan dari sektor ini antara lain ubi kayu, jagung, dan padi. Produksi ubi kayu Lampung menempati urutan pertama nasional dengan kontribusi 34,55%. Sementara jagung berada di posisi ketiga nasional dengan kontribusi 7,82 persen. Produksi padi menyumbang 5,42 persen produksi nasional dan berada di peringkat tujuh.

Selain sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, Provinsi Lampung juga memiliki potensi di sektor pariwisata. Hasil pendataan Potensi Desa yang dilakukan BPS tahun 2018, di Provinsi Lampung terdapat 72 desa yang memiliki potensi wisata. Semakin baiknya konektivitas antar wilayah dengan pembangunan jalan tol di Provinsi

(20)

xix Lampung diharapkan dapat memacu pertumbuhan sektor pariwisata untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lampung.

Analisis Tematik

Desa tertinggal berkurang 79% dan Desa Mandiri meningkat hampir dua kali lipat sebagai dampak positif Dana Desa dalam empat tahun terakhir.

Sebagai perwujudan nawacita untuk membangun Indonesia dari pinggiran, Dana Desa telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa di Lampung. Dalam empat tahun terakhir, Desa tertinggal berkurang 79 persen, sementara desa maju meningkat hampir dua kali lipat. Dana Desa juga berkontribusi dalam menurunkan kemiskinan dan pemerataan pendapatan di desa. Dana desa yang dikelola secara swakelola dan padat karya juga berperan dalam mengurangi 13.200 pengangguran di desa selama tahun 2018.

Namun demikian, untuk memperbesar “multiplier effect” dana desa bagi kesejahteraan masyarakat, penyempurnaan aturan dan kebijakan Dana Desa tetap harus dilakukan. Diantaranya dengan perbaikan alokasi formula, meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mengelola Dana Desa, serta inovasi dalam pemanfaatan Dana Desa.

(21)
(22)

1

BAB I

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Perekonomian Provinsi Lampung tahun 2018 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp333,68 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp232,21 triliun dengan share terhadap PDB Indonesia sebesar 2,25 persen.

a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Perekonomian Lampung tahun 2018 tumbuh 5,25 persen (c-to-c) sekaligus melanjutkan tren pertumbuhan yang terus meningkat sejak 2016. Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17 persen dan tertinggi kedua di Pulau Sumatera dibawah Sumatera Selatan. Dengan porsi 2,25 persen dari PDB nasional, kontribusi Lampung terhadap pertumbuhan nasional tahun ini mencapai 0,12 persen.

Dari sisi permintaan sumber utama pertumbuhan ekonomi Lampung adalah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) sebesar 3,41 persen. Adapun dari sisi produksi, industri pengolahan menjadi kontributor utama pertumbuhan dengan 1,63 persen.

Grafik 1.1 Sumber Pertumbuhan PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha dan Pengeluaran (Persen), 2016-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Pertumbuhan ekonomi Lampung yang semakin baik didorong oleh beberapa faktor. Pertama, liburan dan cuti bersama yang lebih panjang di momen

0.71 1.1 1.63 0.76 0.77 0.82 0.75 0.99 0.8 2.92 2.3 2 5.14 5.16 5.25 0 1 2 3 4 5 6 2016 2017 2018 Lainnya Konstruksi 3.4 3.46 3.41 2.88 2.51 2.99 5.14 5.16 5.25 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 2016 2017 2018 PKRT PMTB Lainnya

(23)

2 lebaran, banyaknya festival budaya yang diselenggarakan di beberapa Kabupaten/Kota, dan pembukaan tempat wisata baru berdampak positif pada pertumbuhan sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Transportasi dan Pergudangan serta komponen PKRT. Kedua, Komponen Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) juga tumbuh tinggi dipacu pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut. Kendati demikian, faktor cuaca yang kurang bersahabat serta gangguan pasokan listrik yang memaksa pemadaman listrik pada Agustus-September 2018 menekan pertumbuhan ekonomi Lampung tahun ini.

b. Nominal PDRB

1) PDRB sisi permintaan

Grafik 1.2 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Menurut Pengeluaran (Persen), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

a) Konsumsi

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) masih menjadi penopang utama PDRB Lampung. Pengeluaran untuk leisure cenderung meningkat sejalan dengan tren masyarakat untuk berwisata. Pertumbuhan pengeluaran untuk wisata didukung oleh dibukanya lokasi wisata baru seperti Desa Wisata Talang Indah di Pringsewu dan Wisata Taman Desa Sehati di Tulang Bawang Barat, libur cuti bersama lebaran yang lebih panjang dan hampir bersamaan dengan liburan sekolah serta penyelenggaraan festival budaya di Kabupaten Pesisir Barat, Pesawaran, dan Pringsewu. Tingginya penyaluran kredit konsumsi sampai dengan akhir tahun 2018 juga mengindikasikan peningkatan komponen PKRT.

60.40 1.64 8.39 33.23 40.98 45.14 5.68 15.84 2.84 9.04 11.53 14.48 Konsumsi RT Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor Porsi Pertumbuhan

(24)

3 Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 15,84 persen (c-to-c). Penyelenggaraan PILKADA di Kabupaten Tanggamus, Lampung Utara, dan Provinsi Lampung memicu pertumbuhan komponen ini diparuh pertama tahun 2018. Pendaftaran dan seleksi calon anggota legislatif untuk Pemilu yang sudah dimulai di tahun 2018 juga melanjutkan tren pertumbuhan tinggi komponen LNPRT. Namun karena kontribusi komponen LNPRT relatif kecil terhadap PDRB, komponen ini hanya menyumbang 0,21 persen pertumbuhan ekonomi tahun 2018.

b) Investasi/PMTB

Peranan PMTB terhadap PDRB Lampung terus meningkat sejak tahun 2015 (30,35 persen) dan mencapai 33,23 persen di tahun 2018. Pertumbuhan PMTB tahun 2018 mencapai 9,04 persen terutama dipicu penyelesaian pembangunan infrastruktur dan beberapa proyek strategis nasional yang terus berjalan. Diantaranya pembangunan jalan tol Trans Sumatera ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 104,9 km, pembangunan Bendungan Way Sekampung di Kabupaten Pringsewu, pembangunan underpass UNILA, pembangunan dermaga eksekutif di Pelabuhan Bakauheni serta pembangunan Bandara Taufik Kiemas di Pesisir Barat. Pemanfaatan Dana Desa dan DAK Fisik untuk pembangunan jalan desa, drainase, rabat beton, gorong-gorong, dan renovasi pasar juga turut meningkatkan sumbangan PMTB terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung yang mencapai 2,99 persen.

Grafik 1.3 Target dan Realisasi Investasi di Provinsi Lampung (Triliun Rupiah), 2014-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

3.20 3.09 3.50 5.30 6.80 5.11 4.32 7.21 8.62 14.10 5.00 10.00 15.00 2014 2015 2016 2017 2018 Target Realisasi

(25)

4 Peningkatan Kontribusi PMTB terhadap PDRB Lampung merupakan dampak langsung dari realisasi investasi di tahun 2018 yang berhasil melampaui target. Tercatat realisasi investasi mencapai 14,1 triliun yang didominasi investasi dalam negeri sebesar Rp12,3 triliun dan investasi luar negeri senilai Rp1,8 triliun. Hal ini seiring dengan makin baiknya infrastruktur di Lampung serta peningkatan rangking investasi Lampung yang kini berada di posisi 11 tingkat nasional. Dengan semakin tingginya investasi, diharapkan kontribusi PMTB dalam PDRB semakin besar sehingga efek domino dapat makin dirasakan terutama melalui penciptaan lapangan kerja baru serta perbaikan infrastruktur yang mendorong tumbuhnya sentra pertumbuhan ekonomi baru.

c) Pengeluaran Pemerintah

Kontribusi Pengeluaran Pemerintah terhadap PDRB Lampung menunjukkan tren menurun sejak tahun 2016 (9,14 persen), 2017 (8,60 persen) menjadi 8,39 persen di tahun 2018. Masih menjadi masalah utama bahwa realisasi pengeluaran pemerintah sangat rendah di awal tahun dan melonjak di akhir tahun. Hal ini menyebabkan dampak pengeluaran pemerintah terhadap perekonomian tidak maksimal dan hanya menyumbang pertumbuhan sebesar 0,23 persen di tahun 2018.

d) Ekspor dan Impor

Ditengah kondisi perekonomian global yang masih lesu dan tren harga komoditas yang stagnan cenderung menurun, nilai ekspor Provinsi Lampung ke negara lain tahun 2018 tercatat sebesar US$3.503,41 juta menurun dibandingkan tahun 2017 US3.873,41 juta. Batu bara merupakan salah satu komoditas utama ekspor yang mengalami penurunan harga dipicu produksi batu bara India yang meningkat signifikan dan penurunan permintaan batu bara Tiongkok.

Komoditas ekspor Lampung meliputi minyak kelapa sawit, kopi, dan batu bara dengan negara utama tujuan ekspor adalah India, Amerika Serikat, dan Tiongkok. Depresiasi rupiah tidak menaikkan nilai ekspor karena komoditas ekspor Lampung merupakan barang primer (alam) yang inelastis terhadap harga.

(26)

5

Grafik 1.4 Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Lampung (Juta Dolar), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Sebaliknya, nilai impor melonjak menjadi US$2.869 juta dibandingkan tahun lalu (US$2.725,31 juta) didominasi oleh impor bahan baku makanan minuman dan bahan baku untuk industri. Negara asal impor terbesar Amerika Serikat, Australia, dan Thailand. Upaya Pemerintah menaikkan tarif Pajak Pengahasilan (PPh) pasal 22 terhadap 1.147 pos komoditas impor belum berdampak pada penurunan impor Provinsi Lampung. Oleh karena itu surplus neraca perdagangan Provinsi Lampung turun 44 persen dibandingkan tahun 2017 menjadi US$634,52 juta.

Menilik surplus neraca perdagangan Provinsi Lampung terhadap negara lain di tahun 2018, nilai ekspor netto yang negatif dan menekan pertumbuhan PDRB Lampung terutama didorong oleh impor barang dari daerah lain/antar wilayah. Hal ini mengindikasikan besarnya ketergantungan Lampung terhadap daerah lain dalam memenuhi kebutuhan di wilayahnya.

2) PDRB sisi penawaran

Struktur perekonomian Provinsi Lampung menurut lapangan usaha tahun 2018 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (30,00 persen); Industri Pengolahan (19,44 persen), dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (11,15 persen). Sektor industri pengolahan menjadi sumber utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar 1,63 persen. Data ini selaras dengan peningkatan permintaan kredit di sektor pengolahan yang juga

3,873 3,503 2,725 2,869 1,148 635 2017 2018

(27)

6 tumbuh signifikan sebesar 11,48 persen (yoy) pada triwulan III tahun 2018.

Pertumbuhan kumulatif tertinggi terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 10,49 persen. Pertumbuhan sektor ini terutama dipicu tingginya permintaan masyarakat untuk leisure seperti kegiatan pariwisata yang meningkat saat cuti bersama lebaran dan penyelenggaraan festival budaya.

Grafik 1.5 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Sektor pertanian yang merupakan komponen utama PDRB dari sisi produksi hanya berkontribusi sebesar 1,01 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Lampung. Kondisi cuaca seperti banjir yang terjadi di awal tahun yang berdampak pada gagal panen di wilayah Lampung Tengah serta kekeringan yang terjadi di wilayah Lampung Selatan pada triwulan III menyebabkan puso dan menekan pertumbuhan sektor ini. Kekeringan juga menyebabkan beberapa tambak udang di wilayah pesisir timur Lampung Selatan berhenti beroperasi. Ombak besar dan angin kencang pada kuartal empat juga menurunkan jumlah tangkapan ikan. Namun demikian, produksi beberapa komoditas

30.00 19.44 11.15 9.44 5.78 5.17 3.92 3.45 2.86 2.83 2.14 1.58 0.93 0.91 0.16 0.15 0.10 1.01 9.08 6.87 8.35 2.04 5.96 8.14 5.95 3.5 9.07 2.27 10.49 9.32 2.19 6.54 2.19 3.59 Pertanian Industri Perdagangan Konstruksi Pertambangan Transportasi & Pergudangan Informasi dan Komunikasi Administrasi pemerintahan Real Estate Jasa Pendidikan Jasa Keuangan dan akuntansi Akomodasi dan makan minum Jasa kesehatan dan keg. sosial Jasa lainnya Pengadaan listrik dan gas Jasa perusahaan Pengadaan air

(28)

7 tanaman pangan seperti kedelai tumbuh tinggi seiring dengan upaya Pemerintah Daerah yang terus menggalakkan program peningkatan produksi kedelai menuju swasembada kedelai di tahun 2020. Produksi ubi kayu bahkan mencapai 34,55 persen produksi nasional dan menempati urutan pertama skala nasional.

c. PDRB per kapita

PDRB per kapita digunakan untuk melihat tingkat kemakmuran di suatu wilayah/daerah. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan PDRB per kapita Lampung tercatat paling tinggi di wilayah Sumatera dengan 9,30 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan PDB perkapita nasional sebesar 7,22 persen.

Grafik 1.6 PDRB Perkapita Provinsi Lampung dan Nasional (Juta Rupiah), 2011- 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

PDRB Perkapita Lampung tahun 2018 merupakan angka proyeksi

2. Suku bunga

Sepanjang tahun 2018 BI 7-Day Repo Rate sebagai suku bunga acuan terus naik dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Tercatat BI telah enam kali menaikkan suku bunga di tahun 2018. Menurut BI, langkah ini diambil sebagai bagian dari bauran kebijakan BI untuk menjaga kestabilan perekonomian Indonesia ditengah kondisi ketidakpastian global juga mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed agar neraca transaksi berjalan tetap terjaga. Sementara itu suku bunga kredit investasi ditetapkan sebesar 9,85 persen, kredit modal kerja 11,65 persen, dan kredit konsumsi 11,95 persen.

21.98 23.91 25.77 28.78 31.19 34.26 37.21 40.67 32.36 35.11 38.28 41.81 45.23 47.96 51.89 56 0 10 20 30 40 50 60 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Lampung Nasional

(29)

8

Grafik 1.7 PDRB Perkapita Provinsi Lampung dan Nasional, 2011- 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

3. Inflasi

Pengendalian inflasi penting untuk menjamin daya beli masyarakat tetap terjaga. Inflasi gabungan Lampung yang dipantau di kota Bandar Lampung dan Kota Metro tahun ini tercatat 2,73 persen, masih terkendali sesuai dengan target dalam APBD 2018 pada 4±1%. Angka ini lebih rendah dari laju inflasi nasional sebesar 3,13 persen. Beberapa komoditi menjadi penyumbang inflasi diantaranya beras, telur, daging ayam ras, dan bawang merah. Perubahan harga bahan bakar minyak sepanjang tahun 2018 juga mempengaruhi inflasi namun tidak signifikan.

Grafik 1.8 Inflasi Tahun Kalender (c-to-c) Lampung dan Nasional (Persen), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Dipantau secara bulanan (m-to-m), inflasi tertinggi terjadi di bulan Juni bertepatan dengan festive moment Ramadhan dan Lebaran sesuai siklus permintaan yang selalu naik di momen tersebut. Pada Bulan Mei dan Juni, Satgas Pangan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Lampung melakukan penetrasi pasar di Pasar Pasir Gintung, Pasar Panjang, Pasar Tugu, Pasar Tamin dan Pasar Kopindo guna menekan kenaikan harga dan menstabilkan harga bahan pokok di Bandar Lampung dan Metro.

4.25% 4.50%4.75% 5.25% 5.50% 5.75% 6.00% 6.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 3.73 3.01 3.23 3.42 2.42 2.80 2.85 3.31 2.87 2.79 2.86 2.73

Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Indonesia Gabungan

(30)

9

Grafik 1.9 Inflasi Bulanan (m-to-m) dan Inflasi Tahunan (y-o-y) Lampung dan Nasional, 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

4. Nilai Tukar

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS sepanjang tahun 2018 cenderung menurun. Pada awal Januari rupiah berada di posisi 13.000-an/Dolar namun terus melemah hingga pada level terendah Rp15.253/Dolar pada bulan Oktober 2018. Depresiasi Rupiah terutama disebabkan oleh capital outflow sebagai dampak dari kebijakan The Fed menaikkan Fed rate. Turunnya nilai rupiah terhadap Dolar berimbas pada tingginya biaya dan harga barang impor Lampung. Padahal permintaan impor bahan baku terus meningkat seiring menguatnya sektor konsumsi domestik. Meskipun demikian, pemerintah telah berupaya menekan impor dengan menaikkan tarif PPh pasal 22 dan kebijakan mengurangi impor bahan bakar untuk menjaga nilai rupiah tetap stabil.

Grafik 1.10 Pergerakan Kurs Rupiah terhadap Dolar, 2018

Sumber: Bank Indonesia 13,290.00 15,253.00 12,000.00 12,500.00 13,000.00 13,500.00 14,000.00 14,500.00 15,000.00 15,500.00 Januari-Desember 2018 0.91 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 Indonesia Lampung 3.73 3.013.23 3.42 2.42 2.80 2.85 3.31 2.87 2.79 2.86 2.73 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

(31)

10

B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI)

Secara umum, pembangunan manusia Lampung mengalami kemajuan yang ditandai dengan naiknya nilai IPM menjadi 68,25 di tahun 2017 dengan rata-rata pertumbuhan 0,99 persen per tahun. Namun demikian, IPM Lampung masih berada di kategori sedang, tertinggal dari IPM Nasional yang telah mencapai kategori tinggi dengan 70,81. Di level regional, Lampung juga belum mampu beranjak dari peringkat terbawah di Pulau Sumatera.

Seluruh komponen pembentuk IPM mengalami peningkatan pada tahun 2017. Umur harapan hidup saat lahir (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat mencapai 69,95 tahun. Sementara dimensi pengetahuan yang dihitung dengan Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama sekolah (RLS) tercatat sebesar 12,46 tahun dan 7,79 tahun. Demikian juga pengeluaran perkapita naik menjadi Rp.9,41 juta per tahun.

Grafik 1.11 IPM Lampung dan Nasional, 2013-2017

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Disparitas capaian IPM antara Kabupaten dan Kota sangat kentara. Di kota Bandar Lampung dan Metro, IPM telah mencapai level tinggi bahkan lebih baik dari IPM nasional. Namun sayangnya, IPM di level Kabupaten masih jauh dari rata-rata nasional. IPM terendah tercatat di Kabupaten Mesuji (61,87) namun di sisi lain tercatat paling cepat kemajuannya (1,89 persen). Untuk mengejar ketertinggalan dari IPM nasional, pemerintah daerah harus mengurangi kesenjangan ini diantaranya dengan mempermudah akses pendidikan dan kesehatan di daerah terpencil.

65.73 66.42 66.95 67.65 68.25 68.31 68.9 69.55 70.18 70.81 2013 2014 2015 2016 2017

(32)

11

Grafik 1.12 Perbandingan IPM Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung terhadap IPM Lampung dan Nasional, 2017

Sumber: BPS Provinsi Lampun

Dari seluruh komponen pembentuk IPM, dimensi pengetahuan yang diproksi dari HLS dan RLS termasuk yang paling rendah. HLS terendah 11,59 tahun di Kabupaten Mesuji yang berarti anak di Mesuji diperkirakan tidak dapat menuntaskan sekolah hingga kelas 12 SMA. Angka ini mengindikasikan Kabupaten Mesuji belum berhasil dalam program wajib belajar (wajar) 12 tahun yang telah dicanangkan sejak tahun 2015. Pemerintah di level Kabupaten perlu memfokuskan program untuk meningkatkan ketercapaian program wajar 12 tahun dengan mengurangi jumlah anak putus sekolah.

Grafik 1.13 Jumlah Pekerja Anak di Pulau Sumatera, 2015

Sumber: Basis Data Terpadu TNP2K

Fenomena menarik lainnya adalah tingginya jumlah pekerja anak di Provinsi Lampung. Berdasarkan basis data terpadu TNP2K, jumlah pekerja anak (usia 5-14 tahun) dengan status kesejahteraan 40% terendah di Lampung mencapai 7.333 orang, terbesar kedua se-Sumatera. Data ini menunjukkan nilai ekonomis

Mesuji, 61.87 70.81 68.25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Nasional Lampung 484 1,389 1,882 2,286 3,339 6,005 6,027 7,333 63,572 0 20000 40000 60000 80000 KEP. BABEL BENGKULU JAMBI RIAU SUMBAR SUMSEL ACEH LAMPUNG SUM UT

(33)

12 anak pada keluarga miskin, dimana anak usia sekolah terpaksa membantu perekonomian keluarga dengan menjadi pekerja anak dibanding melanjutkan sekolah. Labih lanjut, pekerja anak di Lampung terutama berada di sektor pertanian dengan status sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar. Hal ini menunjukkan keterkaitan antara angka putus sekolah, kemiskinan, dan sektor pertanian. Oleh karenanya, program menurunkan jumlah angka putus sekolah juga perlu mempertimbangkan kondisi tersebut.

Besarnya alokasi dana pendidikan seyogianya juga diarahkan untuk mengembalikan pekerja anak ke sekolah. Selain memberikan bantuan melalui BOS yang hanya menyasar anak yang bersekolah, Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan juga perlu berkoordinasi dengan lurah/kepala desa untuk mendata pekerja anak di wilayahnya. Selanjutnya, perlu disiapkan program untuk mengembalikan pekerja anak ke sekolah diantaranya melalui penyuluhan ke masyarakat mengenai pentingnya pendidikan anak serta skema bantuan untuk keluarga miskin yang menjamin anak dapat sekolah tanpa biaya.

Rata-rata Lama Sekolah mengukur tingkat pendidikan formal yang diselesaikan penduduk usia 25 tahun ke atas. RLS terendah tercatat di Kabupaten Mesuji sebesar 6,39 tahun yang berarti penduduk usia 25 tahun ke atas di Mesuji baru mampu menyelesaikan pendidikan hingga 6 tahun (SD kelas 6). Sebagai upaya meningkatkan RLS, pemerintah Kabupaten Mesuji perlu menyiapkan program untuk mendorong partisipasi penduduk usia 25 tahun ke atas agar kembali melanjutkan pendidikan formal melalui program Kejar Paket A, B, dan C.

2. Tingkat Kemiskinan

Presentase kemiskinan Provinsi Lampung menunjukkan tren menurun sejak Maret 2016. Dalam setahun terakhir, angka kemiskinan turun 0.03 persen menjadi 13,01 persen namun masih berada diatas tingkat kemiskinan nasional sebesar 9,66 persen. Turunnya angka kemiskinan mengindikasikan pendapatan masyarakat di sekitar garis kemiskinan mampu mengimbangi kenaikan garis kemiskinan sebesar 1,88 persen menjadi Rp409.881,00. Kantong kemiskinan berada di pedesaan dengan 14,73 persen terpaut jauh dengan kemiskinan di perkotaan sebesar 9,06 persen yang sudah lebih rendah dari kemiskinan nasional.

(34)

13

Grafik 1.14 Persentase Penduduk Miskin Lampung dan Nasional, 2014-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Jika diperhatikan lebih lanjut, meski menurun, angka kemiskinan cenderung tinggi pada periode Maret dan turun pada periode September. Fenomena ini salah satunya disebabkan rentannya masyarakat berpengahasilan rendah di sekitar garis kemiskinan terhadap pembagian Raskin, dimana pada periode September biasanya raskin sudah dibagikan.

Selain mengurangi jumlah penduduk miskin, keberhasilan kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus diukur dari seberapa besar perubahan yang terjadi pada tingkat kedalaman (P1) dan keparahan kemiskinan (P2). Pada periode Maret-September 2018, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 2,043 menjadi 2,064. Kenaikan ini mengindikasikan kondisi ekonomi penduduk miskin makin terpuruk dan makin dalam dari garis kemiskinan. Artinya, untuk mengangkat penduduk miskin melewati garis kemiskinan, diperlukan upaya yang semakin besar. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga meningkat dari 0.480 menjadi 0.484 yang berarti kesenjangan pendapatan diantara penduduk miskin juga semakin besar.

Pemerintah Pusat dan Daerah sebenarnya telah menjalankan berbagai program untuk mengentaskan kemiskinan, diantaranya Program Keluarga Harapan (PKH), skema bantuan sosial yang terus meningkat, serta Dana Desa. Namun melihat angka kemiskinan yang tetap tinggi dan penurunan yang tidak signifikan, pemerintah daerah perlu mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Pertama, diperlukan sinergi pemerintah pusat dan daerah agar program yang dilaksanakan tidak umpang tindih dan dapat menjangkau lebih banyak orang miskin. Kedua, Peran aktif satuan pemerintahan terkecil seperti Rukun Tetangga

14.28 14.21 14.35 13.53 14.29 13.86 13.69 13.04 13.14 13.01 11.25 10.96 11.22 11.13 10.86 10.7 10.64 10.12 9.82 9.66 0 5 10 15 20

Mar'14 Sept'14 Mar'15 Sept'15 Mar'16 Sept'16 Mar'17 Sept'17 Mar'18 Sept'18 kota Desa Lampung Nasional

(35)

14 (RT) juga perlu ditingkatkan terutama berkaitan dengan pendataan warga miskin penerima bantuan sosial. Program pembagian raskin perlu dievaluasi agar lebih tepat sasaran. Selain itu, pemerintah juga harus terus menjaga kestabilan harga dan pasokan beras sebagai komoditas utama dalam pembentukan garis kemiskinan.

Grafik 1.15 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten Kota di Lampung, 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Upaya lainnya adalah pemanfaatan Dana Desa agar diprioritaskan untuk program pemberdayaan masyarakat. Diantaranya bantuan permodalan untuk menginisiasi usaha kecil ataupun pembangunan BUMDes untuk meningkatkan penghasilan masyarakat desa.

3. Ketimpangan (Gini Ratio)

Gini ratio Provinsi Lampung terus melanjutkan tren menurun sejak Maret 2016 hingga mencapai 0,326 pada September 2018 dan tetap berada pada kategori ketimpangan rendah. Meski terus menurun, gini ratio di perkotaan (0,338) lebih tinggi dibandingkan di perdesaan (0,294). Turunnya gini ratio tahun ini diantaranya didorong oleh menguatnya perekonomian penduduk kelas bawah dan menengah sebagai dampak lebih kondusifnya pengembangan UMKM.

(36)

15

Grafik 1.16 Gini Ratio Lampung dan Nasional, 2015-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Selain itu, terjadi kenaikan pengeluaran perkapita kelompok bawah (desil 1-9) yang mencerminkan kenaikan pendapatan kelompok bawah. Kenaikan ini tidak terlepas dari upaya pemerintah melalui pembangunan infrastruktur padat karya yang dibiayai Dana Desa dan skema perlindungan dan bantuan sosial di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.

4. Kondisi Ketenagakerjaan

Selama setahun terakhir, kondisi ketenagakerjaan Lampung yang tercermin pada statistik ketenagakerjaan periode Agustus 2017 hingga Agustus 2018 menunjukkan indikator yang semakin baik. Supply tenaga kerja bertambah 164,1 ribu orang dan hampir keseluruhannya mampu diserap pasar kerja. Sejalan dengan itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tercatat 69,67 persen atau meningkat 1,84 poin dibanding kondisi Agustus 2017.

Tabel 1.1 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung, 2017-2018

Keadaan Ketenagakerjaan 2017 2018 Perubahan Agustus Februari Agustus Jumlah Persen

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penduduk 15+ (000) 6 003,7 6 035,3 6 074,7 71 1,18

Angkatan Kerja (000) 4 072,5 4 395,9 4 232,1 159,6 3,92

Bekerja 3 896,2 4 205,5 4 060,4 164,1 4,21

Pengangguran 176,3 190,4 171,7 -4,6 -2,59

Bukan Angkatan Kerja (000) 1 931,2 1 639,4 1 842,6 -88,6 -4,59

Sekolah 440,2 433,7 423,1 -17,1 -3,88

Mengurus Rumah Tangga 1 312,2 1 040,6 1 230,8 -81,4 -6,20

Lainnya 178,9 165,2 188,7 9,8 5,51 TPT Perkotaan 78,9 80,3 74,8 5,5 -0,80 TPT Perdesaan 97,3 110,1 96,9 0,4 -0.09 0.352 0.364 0.358 0.334 0.33 0.346 0.326 0.402 0.397 0.394 0.393 0.391 0.389 0.384

Sep'15 Mar'16 Sep'16 Mar'17 Sep'17 Mar'18 Sep'18 Lampung Nasional

(37)

16

TPAK 67,83 72,84 69,97 1,84

TPT 4,33 4,33 4,06 -0,27

Pekerja Tidak Penuh (persen) 37,02 36,50 -0,52

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka Lampung sebesar 4,06 persen, turun 0,27 persen dibanding kondisi tahun 2017. Angka ini juga tetap terjaga dibawah rata-rata TPT nasional yaitu 5,34 persen. Jika dilihat perbandingan desa dan kota, TPT di desa lebih rendah yaitu sebesar 3,24 persen, sedangakan di kota tercatat 6,04 persen. Secara absolut, dalam satu tahun jumlah pengangguran di Lampung berkurang sebanyak 4,6 ribu orang. Meskipun TPT di kota lebih tinggi, penurunan jumlah pengangguran paling banyak terjadi di kota dengan 4,1 ribu orang, sedangkan di desa, dalam setahun ini pengangguran hanya berkurang 0,4 ribu orang. Turunnya TPT di desa merupakan dampak positif dari pengelolaan Dana Desa secara swakelola dan padat karya.

Grafik 1.17 TPT Lampung dan Nasional (Persen), 2016-2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Meski TPT Lampung relatif rendah, pemerintah daerah perlu lebih bijak menganalisis kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung. Pertama, TPT yang rendah salah satunya karena definisi penduduk yang bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu. Berdasarkan definisi ini, orang yang bekerja 1 jam sudah tidak termasuk pengangguran. Sisi produktivitas juga perlu menjadi perhatian dimana 36,50 persen dari penduduk bekerja, hanya bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Turunnya TPT juga tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas tercermin dari pekerja tidak penuh meningkat 2,6 persen. Jika dielaborasi lebih

4.54 4.62 4.43 4.33 4.33 4.06 5.5 5.61 5.33 5.5 5.13 5.34 0 1 2 3 4 5 6

Feb'16 Agt'16 Feb'17 Agt'17 Feb'18 Agt'18 Lampung Nasional

(38)

17 lanjut, porsi pekerja keluarga/tidak dibayar mencapai 17,48 persen yang artinya meskipun bukan pengangguran, penduduk pada kelompok ini juga tidak memperoleh penghasilan dari pekerjaannya. Perlu menjadi perhatian pula bahwa pekerja sektor informal mencapai 70,80 persen dimana pekerja pada sektor ini relatif tidak stabil atau mudah berubah.

Disparitas gender masih terlihat dari partisipasi penduduk dalam pasar tenaga kerja yang tercermin dari TPAK laki-laki sebesar 86,96 persen lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan sebesar 51,49 persen. Namun perlu menjadi catatan bahwa partisipasi perempuan meningkat lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang terlihat dari kenaikan TPAK perempuan naik 3,06 persen sedangkan TPAK laki-laki hanya mengalami peningkatan 0,68 persen dalam setahun terakhir.

Ditinjau dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pengangguran di Lampung didominasi pekerja lulusan sekolah menengah (SMA/SMK). Perlu upaya keras untuk meningkatkan jumlah tenaga kerja lulusan SMA/SMK yang dapat diserap di pasar tenaga kerja. Program revitalisasi SMK yang telah ditindaklanjuti dengan menjadikan periode 2017-2018 sebagai tahun peningkatan mutu SMA dan SMK di Lampung diharapkan dapat meningkatkan jumlah lulusan SMA dan SMK yang diserap di pasar tenaga kerja di tahun-tahun mendatang.

Grafik 1.18 Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Formal-Informal Lampung (Ribu Jiwa), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

Sejalan dengan dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Lampung, sektor primer menjadi lapangan kerja utama penduduk Lampung yang sebagian besar merupakan daerah perdesaan. Sementara sektor perdagangan besar dan

1185.8, (29%) 2874.6, ( 71%) Formal Informal Berusaha sendiri, 733.4 Berusaha dibantu buruh tidak tetap, 789.1 Berusaha dibantu buruh tetap, 110.8 Buruh/kary awan/pega wai, 1075 Pekerja Bebas, 642.1 Pekerja keluarga /tidak dibayar, 709.9

(39)

18 eceran dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum menyerap tambahan tenaga kerja terbanyak seiring makin pesatnya pertumbuhan pariwisata di Lampung. Peran usaha kecil dan menengah (UMKM) dan enterprenur semakin besar ditunjukkan dengan peningkatan pada status pekerjaan berusaha sendiri naik 6,95 persen dibanding Agustus 2017.

Jika dilihat berdasarkan Kabupaten/Kota, TPT terendah berada di Kabupaten Pesisir Barat yaitu 1,90 persen dan tertinggi berada di Kota Bandar Lampung sebesar 7,28 persen. Fenomena tingginya pengangguran di perkotaan sejalan dengan dominasi sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja paling banyak dimana di perkotaan ketersedian lahan pertanian semakin terbatas.

Turunnya TPT juga memberi dampak positif terhadap tingkat kriminalitas, terutama di perkotaan. Kasus kriminalitas di Bandar Lampung turun 45 persen di tahun 2018 menjadi 1.721 kasus dari sebelumnya 3.173 kasus di tahun 2017. Kasus pencurian dengan pemberatan (curat), pencurian dengan kekerasan (curas) dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) tercatat paling tinggi dengan 480 kasus.

Grafik 1.19 TPT menurut Kabupaten Kota di Provinsi Lampung (Persen), 2018

Sumber: BPS Provinsi Lampung

C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKROEKONOMI DAN PEMBANGUNAN

REGIONAL

Target variabel makroekonomi dan pembangunan Provinsi Lampung tercermin pada Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi Lampung tahun 2018.

1.9 2.23 2.52 2.76 2.93 3.53 3.8 3.83 4.13 4.45 4.49 4.64 4.87 5.79 7.28 Pesisir Barat Tanggamus Lampung Tengah Lampung Barat Tulang Bawang Barat Tulang Bawang Mesuji Lampung Timur Pringsewu Way Kanan Lampung Selatan Pesawaran Lampung Utara Metro Bandar Lampung

(40)

19

Tabel 1.2 Target dan Realisasi Indikator Makroekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung, 2018

Indikator Target Realisasi

(1) (2) (3)

Pertumbuhan ekonomi (%) 5,2-5,5 5,25

Inflasi 4±1 2,73

PDRB per Kapita (juta Rupiah) 37,5 40.67 *

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4-4,5 4,06

Penduduk Miskin (%) 12-13 13,01

IPM 70 68,25

Indeks Gini 0,33 0,33

Pertumbuhan PMTB (%) 6 9,04

Pertumbuhan Ekspor (%) 5 11,53

Sumber: BPS KUA provinsi Lampung Tahun 2018 * Angka Proyeksi

Target tersebut sesuai dengan asumsi yang mendasarinya. Pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2018 diperkirakan tetap berada diatas 5 persen dengan komponen konsumsi sebagai penggerak utama. Konsumsi rumah tangga tetap tinggi didukung kenaikan dispossible income. Adapun penyelenggaraan Pilkada di tahun 2018 diharapkan menjadi stimulus dari komponen LNPRT. Kontribusi PMTB diharapkan terus meningkat sejalan dengan penyelesaian beberapa proyek strategis nasional di Lampung. Dari sisi produksi, sektor pertanian meski menjadi penopang utama namun tidak tumbuh optimal karena beberapa kendala. Sektor industri pengolahan terus meningkat. Potensi sektor pariwisata juga diharapkan makin menggeliat seiring perbaikan akses jalan ke daerah wisata.

Dari delapan indikator diatas, seluruh target indikator makroekonomi tercapai. Realisasi pertumbuhan ekonomi 5,25 persen berada di rentang target meski tidak mencapai nilai maksimal. Pertumbuhan yang kurang maksimal diantaranya karena dari sisi ekspor harga komoditas unggulan Lampung yang diperkirakan melanjutkan tren peningkatan sejak 2017 justru megalami penurunan. Depresiasi rupiah di tahun 2018 serta turunnya harga batu bara di pasar internasional mengoreksi pertumbuhan ekspor. Rasionalisasi penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik oleh India juga turut menurunkan ekpor. Kondisi ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan utama ekspor Lampung juga kurang kondusif sejak perang dagang antar kedua negara. Dari sisi produksi, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian Lampung, hanya tumbuh 1,01 persen sehingga belum mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi agar tumbuh maksimal.

(41)

20 Inflasi tetap terjaga sejalan dengan kolaborasi kebijakan Bank Indonesia, Pemerintah Daerah, dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Pemerintah daerah terus memantau dan memastikan ketersediaan pasokan yang mencukupi, BI memformulasikan kebijakan moneter serta langkah-langkah antisipatif dari TPID dalam meredam lonjakan harga pada momen terjadinya kenaikan permintaan mampu menjaga kestabilan harga selama 2018.

PMTB dan ekspor bahkan dapat tumbuh melebihi target yang ditetapkan. Tingginya pertumbuhan PMTB dipicu pembangunan infrastruktur yang kian masif dan peningkatan investasi di Provinsi Lampung yang juga melebihi target. Sementara kinerja ekspor juga cukup tinggi meski tidak setinggi tahun lalu, imbas dari kurang kondusifnya perekonomian global.

Kebijakan pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan pemerintah daerah tidak berjalan efektif tercermin dari angka kemiskinan yang penurunanya tidak signifikan. Hal ini diperparah dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang semakin tinggi. Jadi, selain angka kemiskinan yang belum mencapai target yang ditetapkan dibawah 13%, warga miskin juga semakin dalam dari batas garis kemiskinan. Tema pembangunan Provinsi Lampung tahun 2018 adalah Memantapkan Pembangunan Infrastruktur dan Mendorong Investasi untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas. Berdasarkan tema tersebut, prioritas pembangunan adalah pembangunan infrastuktur dan peningkatan investasi. Kedua hal tersebut telah berhasil dicapai di tahun 2018 tercermin dari pertumbuhan PMTB yang melesat serta jumlah investasi yang masuk melebihi target. Namun disisi lain, upaya pengentasan kemiskinan menjadi kurang maksimal karena dampak besar pembangunan infrastruktur baru akan dirasakan dalam jangka panjang.

Dikaitkan dengan capaian IPM Lampung yang tidak memenuhi target, kebijakan di bidang pendidikan perlu dievaluasi kembali mengingat besarnya porsi belanja untuk bidang ini. Capaian komponen dimensi pengetahuan/pendidikan dalam IPM masih sangat rendah. Hal ini menunjukkan kebiajakan yang dipakai saat ini belum efektif meningkatkan IPM.

Turunnya TPT yang telah sesuai target yang ditetapkan juga tetap harus menjadi perhatian. Hal ini terutama karena pekerja di Lampung didominasi sektor informal yang rentan dan kurang stabil/dapat keluar sewaktu-waktu.

(42)

21 Selain indikator tersebut, dikenal pula indikator kesejahteraan subjektif yang perhitungannya pun telah dilakukan oleh BPS. Salah satu indikator subjektif tersebut adalah indikator kebahagiaan. Indikator kebahagiaan disusun dari berbagai komponen kompleks, antara lain tingkat pendidikan dan keterampilan, kesehatan, pekerjaan utama, pendapatan rumah tangga, dan komponen lainnya. Di tahun 2017, Provinsi Lampung masuk pada kategori 5 Provinsi dengan indeks kebahagiaan terendah dengan angka 69,51, dibawah indeks kebahagiaan nasional sebesar 70,69.

Mencermati capaian yang diraih Provinsi Lampung di tahun 2018, penetapan target ekonomi dan pembangunan di Provinsi Lampung sudah proved reasonable. Namun demikian, beberapa program dapat dipertajam agar di tahun mendatang, hasil yang diperoleh bukan hanya sesuai target namun melebihi target tersebut. Program pengentasan kemiskinan dan peningkatan IPM Lampung harus menjadi program prioritas untuk mengakselerasi hasil yang diharapkan agar dapat mengejar ketertinggalan dari rata-rata capaian nasional.

(43)
(44)

22

BAB II

PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN DIPROVINSI LAMPUNG

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan kebijakan fiskal pemerintah yang terkait dengan pengaturan belanja dan pendapatan pemerintah. Secara umum pelaksanaan APBN Provinsi Lampung tahun ini lebih baik dari tahun 2017. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan Pendapatan Perpajakan yang merupakan sumber utama pendapatan meningkat 1,63 persen. Namun Pertumbuhan ekonomi belum mampu berkontribusi pada rasio pajak yang stagnan pada posisi 2,2 persen, jauh di bawah rasio pajak nasional sebesar 11,6 persen. Belanja Pemerintah Pusat masih didominasi belanja pegawai dengan postur 32 persen dari total belanja. Selain itu Pemerintah Pusat mengucurkan dana untuk membiayai proyek strategis nasional di Lampung. Proyek-proyek tersebut adalah Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Bendungan Marga II, dan Pembangunan Saluran Suplesi Daerah Irigasi Umpu Sistem (Way Besai).

Dalam dua tahun terakhir realisasi pendapatan BLU berhasil melampaui target. Tahun 2018 realisasi pendapatan BLU tercatat sebesar Rp489,26 miliar atau 145,84 persen dari target yang ditetapkan. Sementara itu masih terdapat Outstanding Subsidiary Loan Agrrement (SLA) di Provinsi Lampung sebesar Rp 36,85 miliar kepada dua debitur yaitu PDAM Lampung Tengah dan PDAM Lampung Utara. Adapun penyaluran Kredit Usaha Rakyat tahun ini mencpai Rp3,16 triliun dengan jumlah penerima sebanyak 138.174 debitur

A. APBN PROVINSI LAMPUNG

Secara umum, nominal alokasi dan realisasi APBN di Provinsi Lampung dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan, namun demikian peningkatan realisasi belanja jauh melebihi realisasi pendapatan sehingga defisit anggaran juga meningkat. Realisasi pendapatan meningkat sebesar Rp225,91 miliar atau 2,56 persen dibandingkan tahun 2017. Usaha pemerintah dalam menggali potensi perpajakan maupun non pajak ikut memberikan andil dalam peningkatan tersebut.

Pagu Belanja Tahun Anggaran 2018 naik sebesar Rp1,41 triliun atau 4,46 persen dari tahun sebelumnya untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Lampung. Porsi Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mengalami penurunan sebesar Rp638,79 miliar atau 2,78 persen. Namun Belanja TKDD tetap mendominasi postur belanja APBN dengan 67,31 persen. Hal ini menunjukkan

Gambar

Grafik 1.1 Sumber Pertumbuhan PDRB Lampung Menurut Lapangan Usaha dan  Pengeluaran (Persen), 2016-2018
Grafik 1.2 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung   Menurut Pengeluaran (Persen), 2018
Grafik 1.4 Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Lampung (Juta Dolar), 2018
Grafik 1.5 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung   Menurut Lapangan Usaha (Persen), 2018
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas impor dan/atau penyerahan dalam negeri gandum (Pos Tarif 1001.10.00.00) dan tepung gandum/terigu (Pos Tarif 1101.00.10.00) oleh

dukungan dari sekolah terhadap kegiatan drum band yaitu dengan adanya fasilitas – fasilitas yang lengkap dan mendukung untuk kegiatan drum band, pelatih –

organisasi tidak nyaman dengan posisi dan kondisi yang baru, maka tidak mengherankan jika antusiasme dan komitmen untuk melakukan perubahan akan sangat kecil.... Perspektif

insentif pajak buat pegawai serta dunia usaha ialah pajak penghasilan pegawai ditangung negara, pembebasan pajak penghasilan impor, penurunan cicilan PPh Pasal 25, pemberian

pertanyaan-pertanyaan diatas. Beberapa kesimpulan yang bisa diambil sebegei berikut.  Pengukuran suhu bisa sama atau berbeda tergantung pada orang yang mengukur apakah badan

Menurut Fauzi dkk, (2008) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti

Dari data di atas dapat dikatakan bahwa pengaruh Disiplin kerja (X1) terhadap Prestasi kerja karyawan adalah berpengaruh positif dan signifikan, jadi apabila disiplin kerja (X1)

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor barang oleh pemungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 1 dilaksanakan dengan cara penyetoran oleh importir yang bersangkutan