• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANTANGAN GURU DALAM PEMANFAATAN TIK

Dalam dokumen Panduan Pemanfaatan TIK dlm Pembelajaran (Halaman 43-48)

BAB IV TANTANGAN DALAM PEMANFAATAN TIK DI SEKOLAH

B. TANTANGAN GURU DALAM PEMANFAATAN TIK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mulai merasuk ke dalam dunia pendidikan bukanlah dapat dengan mudah diterapkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Beberapa tantangan akan dihadapi bagi guru dan kepala sekolah dalam memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang berada di sekolah, antara lain sebagai berikut.

1. Keluar dari Zona Nyaman

Setiap manusia secara umum akan sulit keluar dari zona nyaman. Kegiatan pembelajaran yang bertahun-tahun dilakukan dengan ceramah dan menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, akan terasa sulit diubah menjadi pembelajaran dengan berbagai aktivitas yang melibatkan siswa. Begitu juga dengan teknologi informasi dan komunikasi, walaupun perangkat teknologi sudah berada di sekolah bertahun-tahun, tidak berarti perangkat tersebut dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran dengan berbagai macam alasan. Untuk memanfaatkan TIK dalam pembelajaran diperlukan suatu upaya untuk keluar dari zona nyaman, karena dapat dipastikan adanya tuntutan kepada guru untuk menguasai teknologi tersebut sebelum menggunakan. Konsekuensi logis dari upaya ini adalah bahwa guru harus belajar dan

mempelajari cara kerja dari perangkat teknologi yang tersedia, dan tentu saja hal ini memerlukan tenaga dan waktu mungkin juga biaya.

2. Kurang Menguasai Teknologi

Sebagaimana disebutkan di atas bahwa tantangan lain dari guru untuk dapat memanfaatkan TIK adalah kemampuan untuk menggunakannya. Kurangnya penguasaan terhadap perangkat teknologi bukanlah kesalahan guru, karena teknologi yang dikuasai saat menjadi siswa sudah tidak relevan dengan teknologi saat ini. Kurangnya penguasaan terhadap perangkat TIK merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pendidik dan tenaga kependidikan. Ada kalanya sekolah sudah memiliki komputer bertahun-tahun tetapi hanya digunakan oleh tenaga administrasi untuk membuat administrasi sekolah. Karena itulah, pendidik dan tenaga kependidikan harus selalu memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan agar mampu meningkatkan layanan pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Keterbatasan Pelatihan

Keinginan guru yang tinggi untuk menguasai penggunaan perangkat teknologi tidak selalu berbanding lurus dengan ketersedian sarana dan media untuk belajar. Terbatasnya pelatihan dan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri dalam menggunakan teknologi merupakan tantangan lain yang harus dihadapi. Belajar dan berlatih dengan teman sejawat dan bertanya kepada pihak lain yang telah menggunakan komputer. Selain itu memaksakan diri sendiri untuk mencoba dan menggunakan komputer terutama untuk bekerja (membuat administrasi) akan mengurangi kebutuhan pelatihan yang langka datannya. Banyak pengguna komputer yang dapat mengoperasikannya dengan cara otodidak atau belajar sendiri, dan kemampuan akan meningkat melalui saling berbagi pengalaman dengan pengguna komputer lain. Belajar secara otodidak akan menghadapi banyak masalah, namun hal ini akan jauh lebih baik

4. Kekawatiran Akan Kerusakan

Kekawatiran barang akan rusak jika dipakai untuk belajar merupakan sikap yang sering terjadi baik di perkantoran maupun di sekolah. Sikap tersebut adalah wajar, namun kurang mendukung untuk kemajuan. Adakalanya seorang guru menginginkan untuk mencoba belajar menggunakan komputer, tetapi tidak memperoleh ijin karena kepala sekolah kawatir kalau komputernya rusak. Sikap seperti ini sering mengakibatkan adanya komputer yang dibiarkan menganggur tersimpan di ruang kepala sekolah tanpa ada yang menyentuhnya. Sudah waktunya sikap ini dipertimbangkan kembali, karena perkembangan teknologi terutama komputer yang begitu cepat mengakibatkan perangkat yang canggih pada tahun lalu menjadi ketinggalan di tahun ini, peralatan yang canggih saat ini bisa jadi tergantikan pada tahun berikutnya, dan seterusnya. Selain itu perangkat teknologi yang tersimpan lama dapat mengalami kerusakan akibat tidak digunakan. Karena itu sikap untuk menjaga agar komputer tidak cepat rusak dengan cara disimpan, perlu diganti dengan sikap lebih baik rusak karena digunakan daripada rusak karena mengganggur.

5. Ketidakterjangkuan Harga

Tantangan lain dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran adalah harganya yang tidak terjangkau alias mahal. Perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia di sekolah tidak selalu berasal dari pengadaan yang dilakukan oleh sekolah. Banyak terjadi sekolah menerima hibah atau bantuan komputer dari pihak lain, termasuk dari pemerintah, yang jumlahnya terbatas. Keinginan guru untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran tidak dapat dengan mudah dilaksanakan karena keterbatasan perangkat yang tersedia, serta mahalnya harga jika harus menyediakan sendiri.

Tantangan yang diuraikan di atas hanyalah beberapa contoh tantangan yang akan dihadapi oleh guru dalam memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.

Dalam penjelasan ini lebih banyak menggunakan terminologi “tantangan” daripada “hambatan”. Penggunaan terminologi “tantangan” akan memunculkan

sikap positif dan semangat untuk mengatasinya. Dengan mengatakan hal-hal tersebut di atas sebagai tantangan, maka seolah tergambar suatu tembok yang tinggi tetapi muncul semangat untuk dapat melompatinya. Sedangkan

penggunaan kata “hambatan” akan lebih menggambarkan adanya suatu

tembok yang tebal dan sangat tinggi, dan muncul pikiran mustahil untuk menghancurkan atau melewatinya. Dengan kata lain, tuntutan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran ahrus dilihat sebagai sebuah tantangan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

DAFTAR PUSTAKA

Caroline Haythornthwaite & Richard Andrews. 2011. E-Learning Theory & Practice. Los Angeles: SAGE

Deni Darmawan. 2011.Teknologi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offfset

Lantip Diat Prasojo & Riyanto. 2011. Teknologi Informasi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Komptensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah

Shyamal Majumdar. Modelling ICT Development in Education. UNESCO-UNEVOC diunduh dari http://www.unevoc.unesco.org/fileadmin/up/modelling_ict.pdf

Dalam dokumen Panduan Pemanfaatan TIK dlm Pembelajaran (Halaman 43-48)

Dokumen terkait