SR 1.333 1.333 1.333 4.000 SPAM Non-PDAM Ter fasilitas
7.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
7.4.1. Kondisi Eksisting Air Limbah, Persampahan dan Drainase 1 Kondis Eksisting Air Limbah
7.4.1.4. TANTANGAN dan PERMASALAHAN PLP
AI R LI M BAH
Secara garis besar permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan air limbah di kabupaten Rote Ndao
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tidak tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan air limbah yang memadai, sehingga sebagian
masyarakat masih memanfaatkan lingkungan sekitar (pekarangan, saluran drainase, hutan, tepi sungai) untuk membuang limbah baik itu limbah cair atau padat
b. Sebagian besar kawasan permukiman belum terjangkau oleh pelayanan pengelolaan air limbah
oleh pemerintah/dinas terkait, terlebih di kawasan permukiman perdesaan
c. Teknologi pengelolaan air limbah yang diterapkan belum tepat sasaran adalah sistem tengki
septik dengan bidang resapan.
d. Penanganan limbah cair pada permukiman perkotaan di beberapa lokasi juga dilakukan dengan
sistem setempat (on-site), yakni dengan meresapkan langsung ke dalam tanah dengan atau tanpa sumur resapan
e. Sejumlah besar penduduk sudah memiliki kakus sendiri, namun mengingat keterbatasan
pelayanan air bersih sehingga mengakibatkan sebagian besar kakus di wilayah perkotaan Kabupaten Rote Ndao di bangun dengan sistem cubluk.
f. 90% masyarakat masih menggunakan lubang tanah dan hampir 10% masih membuang di pantai,
sungai, dan sawah. Hal ini perlu disediakan sarana pembuangan tinja yang memenuhi standar kesehatan dan tidak mencemari lingkungan terutama disungai dan laut dengan pembuatan MCK baik dalam bentuk umum maupun pribadi oleh masyarakat.
g. Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pengelolaan air limbah
h. Jumlah MCK++ sudah menyebar di beberapa kecamatan, namun belum dimanfaatkan secara
optimal karena radius pencapaian dari rumah penduduk ada yang mencapai 100 m.
RPI2-JM VII - 1
j. Kelembagaan teknis pengelolaan air limbah belum ada
k. Dunia usaha belum berkontribusi nyata terhadap pengelolaan sanitasi
Tantangan internal : Air limbah domestik di Kabupaten Rote Ndao dikelola secara on-site (setempat),
dimana sistem pembuangan air limbah dilakukan secara individual, diolah dan dibuang di tempat.
Sistem ini meliputi tangki septik, cubluk dan resapan. Pada saat ini, pengelolaan black water (air limbah
yang berasal dari jamban atau WC) masih sebatas pengumpulan dan penampungan, sedangkan unit pengolahan pengangkutan dan pengolahan akhir lumpur tinja, belum tersedia. Produk input dari sistem
pengelolaan air limbah lainnya adalah Gray water yaitu air limbah yang berasal dari kegiatan mandi,
cuci dan dapur.
Aspek regulasi maupun kelembagaan yang sedianya menjadi instrumen dalam pengelolaan air limbah juga belum tersedia, sehingga secara teknis maupun manajemen belum terkelola dengan baik. Di sisi lain, partisipasi dunia usaha masih sangat minim bahkan dapat dikatakan belum ada. Posisi masyarakat secara umum yang diharapkan dapat menjadi pelaku utama dan lebih banyak berperan, berpartisipasi dan berinisiatif dalam pembangunan sektor sanitasi terutama dalam pengelolaan air limbah, masih terkendala oleh berbagai keterbatasan, baik secara ekonomi maupun wawasan, terlebih lagi tingkat kesadaran akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat relatif masih minim.
Seperti telah diidentifikasi, SKPD yang memiliki anggaran pembangunan sanitasi atau yang berasosiasi dengan kegiatan terkait sanitasi ada dalam beberapa SKPD berikut : Bappeda, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Bagian Humas dan Protokol (Humas), Badan Pemberdayaan Masyarakat, & Dinas kesehatan. Namun demikian, realisasi pembangunan sanitasi masih sangat minim sekali.
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah gerakan Nasional 100-0-100 melalui Rencana Aksi Daerah 100-0-100 NTT, dimana sampai tahun 2019 pelayanan air limbah telah mencapai 100%.
PERSAMPAHAN
Dalam kegiatan pengelolaan sampah di kabupaten Rote Ndao umumnya terdapat beberapa hambatan
yang dihadapi, seperti :
1. Jumlah penduduk cenderung meningkat menyebabkan volume sampah meningkat, serta konsep 3 R belum memasyarakat
2. Belum memiliki peraturan yang mengatur tentang pengelolaan sampah
3 Belum berfungsinya TPA secara baik dan maksimal
4. Biaya operasional yang tinggi sedangkan kemampuan pendanaan terbatas.
5. Kuantitas dan kualatas personil, sehingga tidak sepenuhnya pekerjaan penanganan sampah
RPI2-JM VII - 1
6. Masih kurangnya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS, seperti tidak tepat
waktu, tepat cara dan tepat tempatnya. Keadaan seperti ini menyebabkan sampah di TPS selalu penuh bahkan berserakan keluar.
7. Masih kurang sarana mobilitas pengangkutan sampah.
8. Manejemen waktu pengangkutan, kelengkapan sarana transportasi, sistem rute kendaraan, dan
kelengkapan serta kemampuan personil yang akan menangani sampah dari tempat pengumpulan sementara (TPS) sampai tempat pembuangan akhir (TPA).
9. Sebagian besar masyarakat masih melakukan penanganan sampah dengan membakar, informasi
wawasan dan tingkat kesadaran pentingnya pengelolaan sampah secara baik dan benar, relatif masih rendah, terutama di bagian pedesaan dimana akses media dan komunikasi masih minim
10. Penanganan sampah masih dilakukan secara ala kadarnya, pembakaran sampah secara terbuka
(open burning) menjadi pilihan pertama & utama penanganan sampah oleh masyarakat.
Tantangan Pengembangan Persampahan di kabupaten Rote Ndao saat ini adalah :
1. Pelayanan pengelolaan persampahan yang belum menjangkau seluruh wilayah yang ada terutama
di kawasan permukiman di perkotaan.
2. Belum terlaksananya pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ter-dentralisasi, efisien,
efektif dan terpadu
3. Belum tersedianya sarana dan prasarana dasar pengelolaan persampahan yang memadai di seluruh
wilayah perkotaan kabupaten Rote Ndao
4. Prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di kawasan perdagangan dan belum memadai guna
menunjang pembangunan ekonomi.
5. Perlu adanya pengelolaan persampahan secara bertahap dan berkelanjutan
6. Masyarakat perlu “sadar kebersihan” dengan aktif membantu pemerintah dalam mengatasi
masalah persampahan
7. Terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM Aparatur
Selain itu hal lain yang harus diperhatikan adalah gerakan Nasional 100-0-100 melalui Rencana Aksi Daerah 100-0-100 NTT, dimana samapi tahun 2019 pelayanan sampah telah mencapai 100%.
DRAINASE
Permasalahan drainase Perkotaan Kota Baa dapat diidentifikasi sebagai berikut :
RPI2-JM VII - 1
b. Belum ada alur Drainase yang dapat menampung air hujan dalam debit air yang cukup
besar,sehingga pada musim penghujan sampah- sampah berserakan memenuhi jalan, yang di bawa oleh banjir maupun yang di sebabkan oleh saluran yang tersumbat.
c. Adanya penyempitan penampang drainase, baik yang disebabkan oleh sedimentasi maupun
sampah;
d. Belum pernah dilakukan pengerukan, kalaupun pernah, tidak kontinu;
e. Belum ada SPAL;
f. Kesadaran masyarakat akan kegunaan drainase yang belum cukup sehingga dalam membuang
sampah tidak pada tempatnya, sehingga sampah di buang pada saluaran air yang dapat menyebabkan banjir, bahkan ada yang mebakar sampar pada saluran drainase.
g. Pengelolaan drainase tidak hanya berorientasi pada aspek fisik karena kenyataannya sangat sering
dijumpai drainase suatu wilayah / daerah tercemar dengan kondisi tergenang tanpa aliran, atau justru dipenuhi dengan sampah yang kemudian berpotensi membahayakan lingkungan dan kesehatan.
h. Pengaturan drainase belum dijadikan bagian dari pengurusan IMB.
Beberapa tantangan pengembangan sistem drainase perkotaan yang perlu diprioritaskan adalah sebagai berikut:
pembinaan pengelolaan sistem darinase, dengan target peningkatan fungsi, peran dan kinerja
lembaga.
pengembangan perencanaan pembangunan sistem drainase, dengan target penyusunan masterplan
sistem drainase perkotaan
pembangunan sistem drainase perkotaan, dengan target meningkatkan sistem drainase untuk
mengurangi wilayah genangan; pengembangan jaringan drainase untuk melindungi kawasan permukiman dari resiko genangan.
pengembangan PS drainase untuk mendukug kawasan strategis/tertentu dan pemulihan dampak
bencana alam
pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan berbasis masyarakat, dengan target
pembangunan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan melalui pembangunan sumur resapan
pengembangan PS drainase terpadu untuk mendukung konservasi sumber daya air.
7.4.2. Sasaran Program