• Tidak ada hasil yang ditemukan

SESI TANYA JAWAB

HASIL DAN PEMBAHASAN

SESI TANYA JAWAB

Pertanyaan untuk Bpk. Majid dan Pulukadang

1. Ibu Rieke Mononimbar

Masukan dalam rangka DPD-RI

1) Dalam melakukan segala sesuatu harus ada dasar atau payung hukum Bagaimana peran DPD dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat atau memperjuangkan ke pusat tentu ada aturannya? Jadi sebagaimana disampaikan oleh Bpk. Prof. Majid bahwa peran DPD sangat lemah, sedangkan menurut Bpk. Prof. Pulukadang sangat terbatas, karena itu kira perlu merubah UUD 1945 dan UU Pemerintah. Kalau kita mengamanden sehingga apa yagn menjadi tugas fungsi pokok dari DPD harus dimasukkan dalam pasal-pasal sehingga mereka ada kekuatan ketika memperjuangkan aspirasi rakyat.

2) Sebagaimana yang disampaikan oleh kepala biro pemerintahan bahwa mereka harus masuk di dalam memperjuangkan segala program dan kegiatan yang ada di daerah kita. Tidak hanya di pusat tetapi apa yan kita programkan di daerah harus ada program, sehingga aspirasi, anggaran diketahui sehingga perlu untuk diperjuangkan ke pusat. Bagaimana bisa diperjuangkan kalau tidak ada anggaran.

2. Bpk. Jolly Sualang

Peran DPD RI bisa dikatakan bahwa sebagai akademisi DPD bisa dikatakan mandul, oleh karena perannya sangat dibatasi oleh DPD RI sehingga kurang menarik, mereka yang duduk di DPD hanya sebagai pelengkap saja dalam ketatanegaraan Indonesia. Kalau ada payung hukum maka demokrasi bisa benar-benar jalan. Mengapa lembaga tinggi lain seperti DPR bisa mengatur pemerintah padahal sistem pemerintahan

kita sistem presidensil, tapi dalam faktanya sistemnya telah berubah parlementer, semua kebijakan-kebijakan pemerintah selalu harus bertanya atau minta persetujuan DPR. Ini perlu adanya perubahan sistem ketatanegaraan kalau dibeda-bedakan atau siapa yang berperan DPR atau eksekutif nampak sekali, untuk mengangkat seorang pejabat harus ditanyakan kepada DPR, apalagi peran DPD sangat tidak kelihatan, sehingga perlu adanya sistem ketatanegaraan dalam kedudukannya. Kalau hanya sebagai pelengkap sebaiknya dihilangkan saja.

3. Hendra

Berkaitan dengan masukan dan pertanyaan dari 2 orang tadi, sehubungan dengan peran DPD, sangat lemah tugas dan fungsinya, karena dilihat dari UUD 1945 disitu DPD tidak mempunyai wewenang untuk mengambil suatu kewenangan. Dimana sebetulnya posisi dalam DPD?

4. Bpk. Edwin Moniaga

DPD sebagai langkah maju, untuk itu tidak perlu dibubarkan, karena dilihat dari fungsi dan kewenangannya sebagai representasi regional. Sehingga dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya mempunyai sistem yang kuat. Pasal 42, 43 UU No. 23 Tahun 2003. Yang perlu dimaksimalkan adalah fungsi pengawasan yakni menempatkan DPD sebagai legislator.

Law center sebenarnya bisa menjadi posisi bargaining daerah, sebagai data-data dan kajian sebagai masukan bagi DPD untuk melaksanakan fungsi dan kewenangannya secara maksimal, misalnya Pemekaran atau pembentukan daerah.

5. Bpk. Jemmy Sondakh

Pengaruh DPD dalam paradigma otonomi daerah. Dulu dikenal sebagai paradigma dan sekarang DPD. Kira-kira adakah pengaruh paradigma otonomi daerah dalam DPD? Apakah dengan pemberlakuan otonomi daerah peran DPD semakin menguat atau semakin melemah? Apakah solusi dalam memaksimalkan peran DPD terutama dalam menunjang optimalitas sistem desentralisasi pemerintahan?

Jawaban: Bpk. Majid

Kewenangan DPD dibatasi, tidak mempunyai original power dalam UU, karena itu bagaimana kita memberdayakan DPD ini bukan membubarkan, dengan pertama-tama kita memperkuat landasan hukumnya.

Jawaban: Bpk. Pulukadang

Kewenangan DPD yang terbatas, maka perlu adanya balance power antar legislatif. Problemnya bagaimana menyetarakan antara DPD dan DPR. Fungsi pengawasan tidak menjadi koleslator tapi legislator, karena itu pentingnya DPD dalam menyampaikan aspirasi-aspirasi rakyat.

Solusinya adalah dengan merubah pasal 22 dengan 8 langkah yang sudah disampaikan.

Pertanyaan untuk Bpk. Elly Lasut

6. Jefferson Petonengan

Untuk membangun Kep. Talaud DPD harus lebih optimal

Menghadirkan dana untuk kep. Talaud dan untuk apa dana tersebut sehingga terkelola dengan baik.

7. Christian Poae

Secara hukum perlu dikaji UUD 1945

Optimalkan tugas dan fungsi DPD sesuai dengan peraturan yang ada Buat DPD sebagai lembaga pusat dan daerah.

8. Ibu Altje Musa

Peran DPD, ketentuan perundang-undangan mengenai peran DPD sebetulnya sudah bagus, kalaupun DPD tidak hadir untuk membawa aspirasi kita ke pusat, yang perlu kita pertanyakan apakah DPD akan mampu memberikan aspirasi kita ke pusat untuk berbuat secara maksimum dalam memperjuangkan aspirasi rakyat, khususnya yang ada di daerah.

Jawaban Bpk. Elly Lasut

Faktor yang mempengaruhi product domestic bruto yang paling banyak adalah investasi pemerintah sedangkan untuk investasi swasta sangat sulit.

Tingkat pertumbuhan kep. Talaud sudah sangat membalik, dimana tingkat kemiskinan sangat drastis pada tahun 2005 baru 5,4%, 2006 menjadi 5,8%, sedangkan pada tahun 2008, menjadi 6,1%.

TANGGAPAN/MASUKAN dan PERTANYAAN Prof. Moniaga

Apakah dewan perwakilan daerah ini representatif rakyat atau representatif daerah? Kedua-duanya dipilih oleh rakyat, yang pertama rakyat memilih yang satu DPR-RI dipilih oleh partai dan orang.

Dari segi kedudukannya baik menurut UUD maupun UU 22/23 yang saat ini sebagai tahap finalisasi untuk perubahannya, baik DPD dan DPR-RI sebagai lembaga negara. Untuk itu DPD mempunyai beberapa fungsi yaitu fungsi legislasi, fungsi kontrol/pengawasan dan fungsi budget. Jika kita lihat dari cara kerjanya maka DPD hanya sebagai alat pelengkap DPD-RI saja karena secara kolektif segala sesuatu harus diserahkan atau bergantung kepada DPD-RI, sehingga fungsi dan perannya tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Bpk. Michael Jacobus

Dalam sistem kelembagaan negara kita yakni sistem kelembagaan korup, di mana uang negara rugi secara besar-besaran. Karena itu DPD yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka lembaga DPD perlu untuk dibubarkan.

Bpk. Godlieb Mamahit

Dalam hal peningkatan SDM, di Talaud banyak yang ingin S1 maka Fak. Hukum membuka kesempatan dan peluang untuk bekerjasama, terlebih saat ini punya kelas reguler sore.

Sdr. Susanto Ambisan

Peran DPD, pada prinsipnya penciptaan atau pendirian lembaga DPD hanya akan menimbulkan banyaknya korupsi, karena itu sebaiknya lembaga DPD ini dibubarkan saja.

Yang perlu dikritisi saat ini yakni dalam Kep. Talaud pemberdayaan SDM untuk pembangunan Talaud lebih ditingkatkan. Untuk masalah korupsi sebaiknya ditindak lanjuti agar tercipta pemerintahan yang jujur dan bersih.

Jawaban: Bpk. Elly Lasut

Soal kerjasama pendidikan nanti akan diupayakan, satu hal keinginan saya yaitu ingin menjadi mahasiswa fak. Hukum, nanti akan diupayakan untuk pegawai dapat belajar di fak. hukum.

Kerjasama untuk kuliah di Australia, dimana 20 orang yang ingin belajar di sana, ketika selesai kuliah harus menetap dan membangun pulau Miangas.

Salah satu langkah yang diambil yaitu informasi korupsi yang berbau menyudutkan pemerintah daerah yakni dengan korupsi, namun kami sebagai pemerintah akan berusaha untuk dapat berbuat lebih banyak agar tercipta pemerintahan yang baik, bersih dan jujur.

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara kesatuan yang memiliki wilayah demikian luas dengan keanekaragaman yang sangat kompleks, pemberian otonomi kepada daerah merupakan sesuatu yang mutlak. Kesadaran akan mutlaknya otonomi daerah tersebut dimulai oleh para pendiri dan pembentuk Republik ini sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 18 UUD 1945 yang kemudian diikuti dengan berbagai undang-undang yang sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat / negara pada waktu tersebut.

Dengan diletakkannya mengenai sistem otonomi di dalam UUD 1945, secara yuridis memberikan landasan dan pedoman yang kuat bagi Undang-Undang organik di bidang pemerintahan daerah dimasa mendatang.Pengaturan yang demikian telah diakomodir oleh TAP MPR RI No.XV/MPR/1998 dan Undnag-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

Semangat untuk mewujudkan otonomi semacam itu tergambar tidak hanya di dalam konsiderannya, tetapi juga di dalam ketentuan-ketentuan Pasal dan Penjelasannya. Seperti, Pasal 10 yang pada intinya menyebutkan “urusan pemerintahan” adalah semua urusan pemerintahan kecuali urusan pertahanan keamanan, urusan politik luar negeri, urusan moneter dan fiskal, urusan agama dan peradilan. Juga Pasal 13 mengatur ada urusan (bidang) pemerintahan yang wajib dijalankan Provinsi yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, perhubungan, dan lain-lain.Disamping itu ada urusan pilihan sektor unggulan. Untuk Provinsi ditemukan secara umum yaitu urusan (bidang) pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota urusan pemerintahan tertentu serta urusan (bidang) pemerintahan yang belum dapat dilaksanakan kabupaten dan kota. Berpedoman pada uraian-uraian di atas, terkandung suatu prinsip bahwa dalam pemberian otonomi harus disusuaikan dengan potensi daerah yang berbeda-beda.

Dalam analisis hasil penelitian “dapat saja” dikatakan bahwa ketertinggalan pembangunan di daerah-daerah salah satu indikatornya yang sangat berpengaruh yang tidak disadari selama ini adalah karena para pengambil kebijakan/penentu; tidak tinggal dan hidup di daerah (tertinggal) tapi (lebih ber-kecenderungan) hidup dan tinggal di pusat ibukota (jiwanya ada di pusat ibu kota), sehingga secara psikologis, insting kepekaan batinia untuk membangun daerah (membangun rumah sendiri) tidak ada, kalaupun ada hanya karena tuntutan atas dorongan formalitas jabatannya saja, bukan timbul dari dorongan kepekaan bathin, sehingga gaungnya timbul sekedar retorika dan yang dihasilkan adalah berbagai macam konsep-konsepan ‘membangun’ dan tidak teraktualisasi karena hanya dokemen ‘laporan’ sebagai pemenuhan syarat administrasi semata sebagai wakil rakyat.

Kalau DPR konsentrasi kehidupannya di ibukota negara, seharusnya DPD harus memili lebih banyak hidup dan bergaul di daerah utusannya.Anggota DPD dengan kehidupannya sehari-hari di daerah dapat langsung merekam keberadaan daerah tersebut dan dibawah dalam sidang DPD tanpa melalui mekanisme tawar menawar dan untung rugi partai politik seperti yang terjadi lewat perwakilan partai politik.

Dalam penelitian ini, gambaran yang dapat diungkapkan mengenai keberadaan DPD RI sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah adalah bahwa dengan kehadiran DPR RI, hubungan pusat dan daerah secara struktur kelembagaan dipandang dapat menjangkau semua aspirasi dan kebutuhan seluruh daerah di wilayah NKRI. Tetapi menjadi kendala adalah egoisme/egosentris kelembagaan yang sesungguhnya hal itu datang dari kesadaran personal (mentalitas SDM) internal DPD itu sendiri dan lembaga lain yang menganggap DPD hanya sebagai pelengkap tuntutan reformasi tanpa fungsi (pemeran “figuran”).

B.SARAN

DPD harus diadvokasi dan “diberdayakan” di dalam tubuh parlemen. Harus ada advokasi dari semua komponen untuk menghentikan pengebirian terhadap fungsi dan kewenangan DPD dan mewacanakan kepada publik bahwa realitas politik ini jangan sampai dianggap sebagai sesuatu yang wajar.

Advokasi ini juga harus pada level aksi mendorong secara kuat terjadinya perubahan di level perundangan yang mengatur fungsi dan kewenangan DPD dalam kerangka penguatan DPD RI. DPD RI yang kokoh akan berarti memperkuat legitimasi lembaga perwakilan di hdapan publik.

Memperkuat DPD adalah pilihan paling masuk akal, bahkan suatu kelaziman agar lembaga perwakilan kita bisa sesuai dengan napas dan gerak demokrasi di negeri ini.

Setidaknya ada beberapa alasan mengapa DPD harus diperkuat. Pertama, persoalan fundamental dalam berbangsa dan bernegara, integrasi bangsa. Hampir semua negara yang memiliki wilayah begitu luas, dengan jumlah penduduk besar, serta di dalamnya terdapat dinamika dari aneka suku dan agama, lembaga perwakilannya menganut sistem dua kamar. Apakah Negara tersebut bentuk kesatuan atau federal, dengan sistem pemerintahan presidensial atau parlementer, itu bukan soal utama. Bikameralisme tidak melulu dipakai oleh negara berbentuk federal, tetapi negara kesatuan yang menerapkan desentralisasi, seperti Indonesia, juga sangat penting menerapkannya. Bikameralisme harus dimaknai sebagai instrumen untuk memperkuat kesatuan negara.

Dokumen terkait