TINJAUAN PUSTAKA
6. Target Agresi Elektronik
Pyzalski (2011) menyatakan bahwa terdapat 4 tipe target dalam agresi elektronik yaitu orang-orang rentan, orang-orang secara acak, orang-orang terkenal, dan kelompok.
a. Agresi elektronik terhadap orang-orang rentan
Target agresi elektronik adalah seorang alkoholik, penderita gangguan mental, berkebutuhan khusus dan cacar fisik. Agresi elektronik tipe ini cenderung memunculkan perilaku merekam seseorang dan mempublikasikan ke sosial media.
b. Agresi elektronik secara acak
Target agresi elektronik adalah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan seseorang yang melakukan agresi elektronik atau merupakan orang asing. Agresi elektronik tipe ini cenderung dilakukan dengan menyerang orang yang tidak dikenal di sosial media.
c. Agresi elektronik terhadap orang-orang terkenal
Target agresi elektronik adalah orang-orang terkenal seperti selebriti, artis atau aktor, penyanyi, influencer, dan orang-orang terkenal yang dikenal masyarakat luas. Agresi elektronik tipe ini cendenderung dilakukan dengan bergosip di media sosial serta memberikan kritikan atau komentar sebagai ungkapan pemberitaan tentang mereka.
d. Agresi Elektronik terhadap kelompok
Target agresi elektronik adalah sekumpulan orang-orang dalam kelompok tertentu baik dalam lingkup besar maupun lingkup kecil. Agresi elektronik tipe ini cenderung dilakukan dengan melakukan penghinaan dengan berkomentar atau menyampaikan pendapat yang dapat mengubah informasi atau ide-ide dari kelompok tertentu.
Dewasa Awal
1. Definisi Dewasa Awal
Masa Dewasa awal dapat dikatakan sebagai periode transisi singkat untuk memainkan peran sebagai orang dewasa yang ditandai dengan perubahan dan eksplorasi arah kehidupan seseorang. Peran yang ada di masa dewasa awal
dibedakan menurut peran sosial dan ekspektasi norma. Masa dewasa awal merupakan periode dari perjalanan hidup yang memiliki konstruksi secara budaya, tidak universal dan tidak berubah (Arnet, 2000).
Menurut Levinson (1978) menyebutkan usia 17-33 tahun sebagai fase perpindahan ke dunia dewasa dan membangun struktur kehidupan yang stabil.
Selama proses perpindahan tersebut, individu mengalami perubahan dan ketidakstabilan dalam memilih berbagai rangka untuk membangun struktur kehidupan yang membuat masa transisi tersebut sebagai periode eksperimen peran yang berkelanjutan. Hurlock (1980) menjelaskan bahwa individu yang memasuki masa dewasa awal cenderung memiliki cakupan kegiatan yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena individu cenderung tidak dibatasi oleh persyarakatan peran sehingga membuat status peran mereka tidak dapat diprediksi.
Menurut Arnett (2000) ketika individu memasuki masa dewasa, ia telah meninggalkan ketergantungan pada masa kanak-kanak namun belum sepenuhnya memiliki tanggung jawab sebagai orang dewasa sehingga, membuat individu akan mengeksplorasi kemungkinan berbagai arah kehidupan mengenai dunia. Pembentukan identitas juga menjadi salah satu cara individu untuk mencoba berbagai arah kemungkinan cara hidup dan secara bertahap akan bergerak untuk berproses dalam membuat suatu keputusan. Individu akan melakukan eksplorasi untuk kepentingan diri untuk memperoleh berbagai pengalaman hidup sebelum akhirnya mengambil tanggung jawab orang dewasa.
2. Ciri-Ciri Dewasa Awal
Masa dewasa awal merupakan masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa dewasa awal, seseorang diharapkan memiliki peran baru, sikap-sikap baru, keinginan-keinginan baru, dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugasnya (Hurlock, 1980).
a. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan
Individu yang sudah pada tahap masa dewasa awal dihadapkan akan tanggung jawab sebagai seorang yang telah dewasa dengan pilihan hidup yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup yang sesuai dengan diri dan pilihan untuk memulai dengan membentuk jenjang karir untuk menentukan mana yang paling sesuai dengan kepuasan dirinya. Ketika individu telah menemukan pola hidup yang diyakini, maka ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi ciri khas dalam hidupnya.
b. Masa dewasa awal sebagai masa yang bermasalah
Dalam proses menjalankan kehidupan masa dewasa awal juga terdapat masalah baru yang perlu dihadapi. Penyesuaian diri dengan masalah-masalah dewasa awal menjadi hal yang intensif karena masa transisi yang sedang dihadapi. Kesulitan masa dewasa awal dalam melakukan penyesuain diri dapat dipengaruhi dari kesiapan diri dalam menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai seorang dewasa awal. Individu juga tidak
memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, tidak seperti ketika belum memasuki tahap perkembangan sebelumnya.
c. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional
Individu pada masa dewasa pada umumnya telah mampu memecahkan berbagai masalah dengan baik, sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional. Jika terjadi ketegangan pada diri individu, hal ini dapat tampak dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran yang timbul karena ketergantungan tercapaianya penyesuaian terhadap berbagai persoalan yang dihadapi atau sejauh mana kesuksesan atau kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan tersebut. Ketika ketegangan tersebut masih menguat, maka hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa penyesuaian diri belum terlaksana.
d. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai
Memasuki masa dewasa awal terdapat perubahan nilai seiring dengan pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dan orang lain. Ketika individu ingin diterima oleh anggota-anggota kelompok tertentu, maka individu harus menerima nilai-nilai yang ada dikelompok tersebut. Individu juga akan berperilaku dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat dan juga akan berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam masyarakat yang umumnya juag dianut oleh kebanyakan individu sebaya lainnya.
Media Sosial
Media sosial adalah saluran komunikasi masspersonal berbasis internet, tidak terpusat dan konstan yang memfasilitasi interaksi persepsi dan pengambilan nilai dari konten pengguna (Carr dan Hayes, 2015). Dalam media sosial, komunikasi menggunakan saluran komunikasi massa yang digunakan untuk berkomunikasi secara bersama yang terlibat dalam komunikasi massa dan interpersonal.
Komunikasi massa memberikan individu untuk menyampaikan pesan kepada massa secara interpersonal sedangkan penerima dapat membalas pesan baik secara interpersonal kepada individu atau melalui pesan massal (Walther et all, 2010).
Media sosial memanfaatkan saluran komunikasi yang dapat mengubah skala interaksi komunikatif dengan memungkinkan pesan-pesan massa dapat diterima, ditafsirkan dan dibalas secara interpersonal dan sebaliknya.
Media sosial memiliki berbagai fungsi sebagai alat komunikasi. Sebagai media komunikasi berfungsi sebagai media untuk berbagi, menyimpan, mempublikasikan konten, berdiskusi, menyatakan pendapat, dan pengaruh bagi orang lain. Media sosial juga berfungsi sebagai media kolaborasi yang dapat digunakan sebagai media untuk membuat, menyatukan, memperbaharui, dan mengedit informasi atau konten tanpa ada hambatan jarak dan waktu. Sebagai media penghubung, media sosial berfungsi untuk media yang menghubungkan dengan orang lain atau komunitas dan menciptakan dunia virtual yang memungkinkan menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama dan berpeluang untuk
menciptakan komunitas dari hal tersebut. Media sosial juga berfungsi sebagai media pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi konten dengan menjelaskan, menambahkan, menyaring informasi, menunjukkan hubungan antar konten. Fungsi terakhir adalah media sosial sebagai penggabung yang berfungsi untuk menggabungkan dan menyamarkan informasi atau konten dari sumber-sumber yang berbeda (Jalone, 2014).
1. Berbagi di Media Sosial
Pengguna media sosial menggunakan media sosial untuk memuaskan kebutuhan seperti membuat konten dan memilih konten yang sesuai dengan kebutuhannya (Baran dan Davis, 1995; Kayahara dan Wellman, 2007; dalam Baek et al, 2011).
Keterlibatan mereka dalam menggunakan media sosial dapat berupa pembaharuan posting, berbagi posting, melakukan percakapan dengan pengguna lain, melihat profile orang lain (Baek et al, 2011). Pengguna media sosial melakukan posting, membagikan posting kepada orang lain, dan mempromosikan diri serta mendapatkan tujuan yang mereka inginkan dengan informasi pendukung karena konten yang diposting merupakan gambaran ide dan kesukaan individu dalam jaringan media sosialnya (Boyd, 2006; Correa, Hinsley, dan Gil de Zuniga, 2010; Livingstone, 2008, dalam Baek et al, 2011).
Menurut Baek et al (2011) terdapat 6 motif seseorang menggunakan media sosial yakni berbagi informasi, kenyaman dan hiburan, melewatkan waktu, kegunaan interpersonal, pengendalian dan mempromosikan pekerjaan.
a. Berbagi informasi
Motif berbagi informasi menjelaskan bahwa pengguna menggunakan media sosial untuk berbagi informasi dengan pengguna lain. Pengguna dapat berbagi informasi seperti pengetahuan atau keterampilan dengan orang lain, memberikan informasi seperti informasi yang dapat berguna bagi orang lain, informasi yang dapat menghibur orang lain, dan informasi mengenai minat tertentu. Pengguna juga berbagi informasi untuk mengekspresikan dirinya dengan bebas dan mendapatkan umpan balik terkait denan informasi yang ditemukan. Berbagi informasi juga seputar berita dan informasi yang sulit ditemukan.
b. Kenyamanan dan Hiburan
Motif kenyaman dan hiburan menjelaskan bahwa konten yang pengguna bagikan dapat menghibur sehingga mereka dapat merasa senang dan memberikan kenyamanan bagi pengguna media sosial yang melihatnya.
Pengguna menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, dan menggunakan media sosial adalah cara yang mudah untuk tetap berhubungan dengan orang lain. Cara penggunaan yang mudah membuat penggunaan media sosial menjadi menyenangkan sehingga menjadi suka menggunakannya. Media sosial dapat memberikan kenyamanan karna pengguna dapat bersantai ketika menggunakannya.
c. Melewatkan waktu
Motif melewatkan waktu menjelaskan bahwa pengguna menggunakan media sosial untuk mengisi waktu luang yang ada. Pengguna menggunakan media sosial karena merasa bosan dan tidak ada kegiatan lain yang lebih baik untuk dilakukan. Pengguna melakukan sesuatu yang semua pengguna lain juga lakukan dan dapat berupa berbagai hal populer yang dilakukan. Pengguna juga mengganggap menggunakan media sosial menjadi sebuah kebiasaan.
d. Kegunaan Interpersonal
Motif kegunaan interpersonal menjelaskan bahwa pengguna menggunakan konten di media sosial sebagai untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Konten yang dibagikan pengguna dapat berfungsi sebagai penghubung dengan pengguna lain. Pengguna media sosial dapat bertemu dengan pengguna lain yang memiliki minat yang sama dan bertemu dengan pengguna dengan latar belakang yang sama. Sesama pengguna dapat saling berinteraksi dan bersosialisasi tentang hidup mereka.
e. Pengendalian
Motif pengendalian menjelaskan bahwa pengguna media sosial menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengendalikan orang lain.
Pengendalian yang dilakukan oleh pengguna media sosial dapat bertujuan untuk dirinya atau pun orang lain. Pengguna dapat meminta seseorang untuk melakukan sesuatu untuknya atau memberi tau orang lain apa yang harus dilakukan.
f. Mempromosikan pekerjaan
Motif mempromosikan pekerjaan menjelaskan bahwa media sosial digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan dan mempromosikan kegiatan organisasi atau pekerjaan pengguna media sosial. Pengguna juga dapat mengiklakan apa yang menjadi pekerjaan mereka.
2. Menggunakan Media Sosial
Menurut Gao (2016) membedakan penggunaan media sosial menurut motif pengguna. Terdapat 2 motif menggunakan media sosial yakni motif komunikatif dan motif non-komunikatif. Dalam motif komunikatif tedapat 4 motif utama yaitu motif referensial (membagikan konten menarik dan pemberitahuan), motif ekspresif (ekspresi emosi, memuaskan kesombongan, mengungkapkan opini, membagikan momen kehidupan, citra pribadi, menunjukkan hubungan, menarik perhatian, dan empati), motif relasional (untuk berinteraksi, tetap terlihat di mata orang lain, membantu orang lain, menarik perhatian, mengucapkan salam, tekanan sosial) dan motif menarik (iklan, meminta sesuatu dan mencari jawaban.
Dalam motif non-komunikatif terdapat 3 motif utama yaitu motif penyimpanan informasi (sebagai buku harian, penyimpanan), motif psikologis (dorongan diri, melepaskan tekanan, menghindari rasa malu, sesuka diri) dan motif lain (kegiatan senggang, mendapatkan hadiah, dan kenakalan).
Motif Komunikatif a. Motif Referensial
Motif referensial berkaitan dengan deskripsi konten yang mengandung informasi dan ingin menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain.
Ada 2 jenis motif refensial yaitu
Membagikan konten yang menarik: Motif ini didasari karena seseorang menemukan konten yang menarik dan ingin membagikannya dengan orang lain (misalnya: berbagi video lucu).
Pemberitahuan: Motif ini didasari karena keinginan menyampaikan informasi kepada orang lain sebagai sebuah pemberitahuan (misalnya:
memberitahukan jadwal kegiatan kepada orang yang bersangkutan).
b. Motif Ekspresif
Motif ekspresif berkaitan dengan bagaimana seseorang menunjukkan perasaannya. Motif ini mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan menyampaikan pikiran atau perasaan. Terdapat 8 motif ekpresif yaitu:
Ekspresi Emosi: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengekspresikan emosi atau melampiaskan emosi kedalam posting.
Memuaskan Diri: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menunjukkan sesuatu yang bagus atau memiliki nilai yang tinggi dan melalui tanggapan orang lain, pengguna media sosial ingin memuaskan dirinya.
Mengungkapkan Opini: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengungkapkan pendapat atau sikap tertentu terhadap posting.
Membagikan Momen Kehidupan: Motif ini didasari oleh keinginan untuk membagikan momen special dalam hidup atau memperbaharui kondisi dalam posting.
Citra Pribadi: Motif ini didasari oleh keinginan agar orang lain mengetahui tentang diri melalui postingan
Menunjukkan Hubungan: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menunjukkan hubungan tertentu dengan orang lain.
Menarik Perhatian: Motif ini didasari oleh keinginan untuk membuat diri lebih menarik yang bertujuan untuk mencari pasangan atau kekasih.
Empati: Motif ini didasari oleh keinginan membagikan konten karena merasakan hal yang sama atau dapat memahami situasi tertentu.
c. Motif Relasional
Media sosial memberikan kemudahan bagi pengguna untuk membangun dan mempertahankan atau meningkatkan jenis hubungan sosial dengan orang lain. Motif relasional berkaitan dengan fungsi media sosial sebagai penghubung untuk tetap terlibat dalam hubungan dengan orang lain.
Terdapat 6 motif relasional yaitu:
Berinteraksi: Motif ini didasari oleh keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Tetap Terlihat Dimata Orang Lain: Motif ini didasari oleh keinginan untuk tetap terlihat diantara orang-orang di media sosial.
Membantu Orang Lain: Motif ini didasari keinginan untuk proaktif dan ingin membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
Menarik Perhatian: Motif ini didasari oleh keinginan untuk memposting sesuatu yang special untuk diperlihatkan kepada orang lain.
Mengucapkan Salam: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengucapkan salam atau harapan terbaik kepada seseorang.
Tekanan Sosial: Motif ini didasari oleh adanya kewajiban untuk memposting sesuatu
d. Motif Menarik
Motif menarik berkaitan dengan cara seseorang untuk menjangkau sebanyak mungkin orang dalam lingkaran sosial. Terdapat 3 motif menarik yaitu:
Iklan: Motif didasari oleh keinginan untuk mempromosikan sesuatu untuk kepentingan komersial, misalnya: menjual barang dengan memasang gambar dan harga produk
Meminta Sesuatu: Motif didasari oleh keinginan untuk menyampaikan beberapa informasi dan menginginkan umpan balik tertentu selain jawaban seperti: kenyamanan, selamat, kepedulian, dan dorangan.
Misalnya seseorang sedang berualang tahun mengharapkan ucapan selamat.
Mencari jawaban: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menemukan jawaban atau solusi
Motif Non Komunikatif
a. Motif Penyimpanan Informasi
Media sosial memberikan ruang bagi pengguna untuk menyimpan informasi karena mudah dan fleksibel. Terdapat 2 motif penyimpanan yaitu:
Buku Harian: Motif ini didasari oleh keinginan bahwa media sosial sebagai tempat meyimpan dan merekam berbagai macam peristiwa kehidupan seseorang.
Penyimpanan: Motif ini didasari oleh keinginan bahwa posting sebagai penyimpanan di media sosial dan pengguna dapat menyimpan informasi apapun di media sosial.
b. Motif Psikologis
Motif psikologis berkaitan dengan aktivitas mental dan keadaan psikologis pengguna media sosial. Bagi pengguna media sosial mengungapkan sesuatu dapat membuat perasaan berbeda daripada hanya sekedar memikirkannya saja. Setelah mengungkapkan, perasaan dapat menjadi lebih baik karena media sosial menyediakan cara tidak langusng untuk melakukan komunikasi. Terdapat 4 motif psikologis yaitu:
Dorongan Diri Sendiri: Motif didasari oleh keinginan untuk mengungkapkan sesuatu di media sosial sebagai dorongan diri.
Melepaskan Tekanan: Motif didasari oleh keinginan untuk berpikir bahwa dengan memposting di media sosial dapat melepaskan tekanan yang dirasakan.
Menghindari rasa malu: Motif didasari oleh keinginan untuk memposting sesuatu karena malu untuk mengungkapkan sesuatu secara langsung.
Sesuka diri: Motif didasari oleh situasi tertentu dan hanya pada saat tertentu saja.
c. Motif Lain
Selain motif-motif yang sudah disebutkan, pengguna media sosial memiliki motif lain dalam menggunakan media sosial. Terdapat 3 motif lain yaitu:
Kegiatan Senggang: Motif ini didasari karena melakukan posting di media sosial sebagai kegiatan di waktu senggang.
Mendapatkan Hadiah: Motif ini didasari karena ketika melakukan posting untuk memenuhi syarat mendapatkan hadiah, misalnya: giveaway Kenakalan: Motif didasari karena ingin mengolok-olok orang lain.
3. Berpendapat di Media Sosial
Setiap pengguna media sosial pernah berbagi pengalaman pribadi dan pengetahuan dengan pengguna media sosial yang lain dan memberikan dukungan sosial dan emosional untuk membantu sesama pengguna. Pengguna media sosial memiliki alasannya masing-masing dalam berbagi informasi di media sosial yang membuat pengguna berbagi posting/komentar/pertanyaan/jawaban/ide/pendapat
dengan pengguna yang lain. Menurut Sanghee dan Sue (2015) pengguna media sosial dimotivasi oleh beberapa hal berikut.
a. Hiburan
Pengguna media sosial memiliki keinginan untuk berbagi infomasi yang membuat pengguna lain dapat merasa bahagia dan antusias. Pengguna media sosial berbagi hiburan, untuk bersenang-senang atau menghabiskan waktu, hobi kepada pengguna lain yang membutuhkan dan merasa tertarik dengan informasi tersebut.
b. Pembelajaran
Pengguna media sosial ingin berpartisipasi dalam berbagai aktvitas di media sosial dan ingin memberikan informasi terbaru dengan topik yang diminati oleh pengguna media sosial lain.
c. Keterlibatan sosial
Pengguna media sosial dapat berbagi informasi untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna atau membuat informasi bersama dengan pengguna lain.
Kerangka Berpikir
Agresi elektronik dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna media sosial yang dapat berupa menyebarkan kebohongan, rumor, mengolok-olok, berkomentar buruk bahkan ancaman. Dalam agresi elektronik, seseorang dapat mengungkapkan informasi mengenai orang lain,dan menggunakan bahasa yang buruk (Ferdon dan Herzt, 2007). Pengguna yang melakukan agresi elektronik dapat
melakukan pengusikan dan melakukan penghinaan di media sosial serta mempermalukan dengan mengunggah foto atau video atau cerita mengenai target mereka (Bennet et al, 2011). Agresi elektronik merupakan perilaku yang merugikan orang lain dengan menggunakan teknologi elektronik. Perilaku agresi elektronik dapat memunculkan permusuhan yang dapat dilakukan dengan mengirim pesan yang dikirim oleh individu atau sekelompk orang terhadap individu (Lei et al, 2019).
Agresi elektronik membuat individu kesulitan mengendalikan perilaku dan cenderung bereaksi secara cepat, tanpa adanya pemikiran yang rasional. Ketika berkomunikasi, sebuah isyarat memberikan peranan dalam pembentukan dan menjaga hubungan. Isyarat digunakan mengenali keadaan emosi dan ketika kurang isyarat dalam berkomunikasi dapat menyebabkan situasi perilaku tidak menyadari konsekuensi dari perilaku mereka di media sosial. Pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik juga tidak menyadari perlaku yang dilakukan dapat berdampak buruk karena mereka tidak dapat mengetahui emosi dari pengguna media sosial yang lain. Informasi yang mengandung agresi elektronik dapat ditemukan dengan mudah sehingga pengguna media sosial akan mengalami kesulitan untuk menghindar dan dengan berbagi fitur yang tersedia di media sosial.akan membuat pengguna masih dapat mengakses konten-konten yang mengandung agresi elektronik (Pyzalski, 2011). Media sosial dapat menjadi alat untuk mencari sasaran agresi elektronik yang dapat dilakukan di media sosial populer dan akan menyerang sasaran yang memiliki potensial. Pemilihan media sosial juga dipengaruhi oleh desain media sosial yang memungkinkan pengguna
untuk berteman, mendapat pembaharuan tentang tren baru dan mendapat hiburan (Okere dan Owolabo, 2020).
Agresi elektronik dapat terjadi karena pengguna media sosial dapat melakukan pembalasan sebagai sebuah respon atas tindakan agresi yang dirasakan.
Etika pengguna merasa tidak nyaman seperti kecemburuan, kecurigaan, ketidakpercayaan atau tidak adanya rasa aman pengguna dapat memiliki potensi untuk menyakiti orang lain agar membuat dirinya merasa aman. Pengguna media sosial juga dapat menganggap agresi elektronik sebagai tindakan yang menyenangkan dan memberikan hiburan dan merupakan hal yang dianggap sebagai candaan. Selain itu, pengguna melakukan agresi elektronik karena merasa marah, frustasi, sakit hati, dan emosi negatif yang dirasakan (Kellerman, 2013).
Pengguna media sosial merasa puas menggunakan media sosial karena untuk hiburan, keperluan pribadi, pencarian informasi, kenyamanan dan ekspresi diri.
Pengguna menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menemukan kepuasan dan berbagi suasana hati. Media sosial berkontribusi dalam kebutuhan emosional teutama dalam membantu yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dalam situasi di dunia nyata (Menayes, 2015). Ketika ekspresi diri bertentangan dengan interaksi sosial, individu akan memilih menggunakan media sosial karena ketika menuliskan tentang diri, individu akan memperoleh pemahaman diri yang lebih tinggi sehingga siap menghadapi masalah (Fullwood, Sheenan, Nicholls, 2009).
Pada usia 17-33 tahun membangun struktur kehidupan yang stabil, selama prosesnya individu mengalami perubahan dan ketidakstabilan. Individu perlu menyesuaikan diri untuk kesiapan dalam menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi, jika tidak siap akan terjadi ketegangan. Pada masa dewasa awal umumnya individu telah mampu memecahkan masalah, tetapi jika terjadi ketegangan masa penyesuaian tersebut belum terlaksana. Pada masa dewasa awal juga terjadi masa perubahan nilai yang berubah seiring dengan pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas (Hurlock,1980).
Media sosial merupakan komunikasi massa yang memberikan penggunannya untuk menyampaikan pesan kepada massa dan dapat berbalas pesan.
Interaksi di media sosial dapat membantu memperkuat hubungan sosial (Jalone,2014). Interaksi ini juga dapat mewujudkan keterbukaan diri yang dapat membantu dalam memperkuat hubungan sosial, kenyamanan, dan kepercayaan di media sosial. Dengan menggunakan media sosial, pengguna dapat menunjukkan perasaan dan pikiran yang ada dalam diri. Media sosial digunakan sebagai alat untuk
Interaksi di media sosial dapat membantu memperkuat hubungan sosial (Jalone,2014). Interaksi ini juga dapat mewujudkan keterbukaan diri yang dapat membantu dalam memperkuat hubungan sosial, kenyamanan, dan kepercayaan di media sosial. Dengan menggunakan media sosial, pengguna dapat menunjukkan perasaan dan pikiran yang ada dalam diri. Media sosial digunakan sebagai alat untuk