• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Angela Nadia Anjani 159114148

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Angela Nadia Anjani NIM: 159114148

Telah Disetujui oleh:

Dosen pembimbing,

Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., Tanggal: 21 Februari 2022

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tuis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Mei 2022

Angela Nadia Anjani

(5)

v

AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL Angela Nadia Anjani

Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi agresi elektronik yang terjadi di media sosial pada dewasa awal. Idenfikasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran agresi elektronik yang terjadi memberikan informasi mengenai penyebab agresi elektronik dan kondisi yang terjadi pada pengguna yang melakukan agresi elektronik di media sosial. Agresi elektronik adalah tindakan kekerasan atau bermusuhan yang dilakukan dengan sarana teknologi yang dilakukan untuk menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan bagi seseorang. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan kuesioner terbuka. Responden dalam peneitian ini merupakan dewasa awal dengan jumlah 134 orang. Analisi data diakukan dengan menggunakan analisi isi kualitatif (AIK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk agresi elektronik di media sosial adalah permusuhan dan penghinaan. Penelitian menunjukkan hal-hal yang menjadi penyebab agresi elektronik di media sosial yaitu emosi negatif, humor, ketidaknyamanan, pembalasan, tidak berbahaya. Pada bagian terakhir dampak agresi elektronik yang responden rasakan adalah kegembiraan, kemarahan, memberikan sindiran, merasa berkuasa, kecewa, dan biasa saja.

Kata kunci: Agresi elektronik, Media sosial, Dewasa awal.

(6)

vi

AGGRESSION ON SOCIAL MEDIA IN EARLY ADULTS Angela Nadia Anjani

Department of Psychology Faculty of Psychology Sanata Dharma University

ABSTRACT

This study aims to identify electronic aggression that happens on social media in early adulth. The identification is conducted to find out how the description of electronic aggression that occurs provides information about the causes of electronic aggression and the conditions that appear in users who do electronic aggression on social media.

Electronic aggression is a violent or hostile act done through technology devices to cause harm or discomfort to someone. This study uses a survey method with open-ended questions. Respondents in this study were early adults with a total of 134 people. Data analysis was analyzed by using qualitative content analysis (AIK). Based on the study result, the form of electronic aggression on social media shows hostility and humiliation.

The things that cause electronic aggression are negative emotions, humor, discomfort, retaliation, and harmlessness. In the last part, the impact of electronic aggression that respondents felt was joy, anger, satire, dominance, disappointment, and normal.

Keywords: Electronic aggression, Social Media, Early adult

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Angela Nadia Anjani

Nomer Induk Mahasiswa : 159114148

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“AGRESI DI MEDIA SOSIAL PADA DEWASA AWAL”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan ini demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengaihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademik, tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalty kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal: 24 Mei 2022 Yang menyatakan,

Angela Nadia Anjani

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena pernyertaan-Nya kepada peneliti sehingga mampu menyelesaikan studi hingga akhir sampai akhirnya menyelesaikan skripsi.

Lewat segala berkat peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan kekuatan yang baik dan kesabaran yang membawanya sampai akhir penelitian.

Dalam kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah terlibat dalam ikut membantu dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M.Si. sebagai Dekan Fakutas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr.Victorius Didik Suryo Hartoko sebagai Ketua Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi., sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu membantu ketika peneliti mengalami kesulitan dan kebingungan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak ibu atas waktu dan tenaga yang selalu diberikan untuk berdiskusi serta energi positif dan dukungan yang diberikan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Untuk segenap dosen di Fakultas Psikologi, Univesitas Sanata Dharma atas segala tenaga dan waktu yang diberikan untuk memberikan kebaikan melalui ilmu-ilmu kepada peneliti sehingga dapat menjadi seseorang yang berkembang lebih baik lagi.

(9)

ix

5. Untuk segenap tenaga kerja kependidikan di Fakultas Psikologi. Terima kasi atas bantuan dalam memberikan pelayanan kepada peneliti.

6. Keluarga peneliti kepada Papa, Mama, adek Cynthia, adek Bram dan Mas Dhana terima kasih atas dukungan dan doa yang diberikan selama proses penulisan skripsi hingga selesai.

7. Teman seperjuanganku Dhana dan Ella yang selalu ada ketika sedang bingung, sedih, dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih atas energi, waktu dan dukungan yang diberikan. Kehadiran kalian membuat peneliti dapat menyelesaikan skripsi dan menguatkan satu sama lain.

8. Sahabat-sahabatku Tia dan Cecil terima kasih sudah bersama-sama selama 5 tahun ini. Terima kasih sudah mendengarkan cerita bahagia dan sedih sepanjang menempuh studi dan memberikan dukungan penuh kepada peneliti.

Tanpa kalian peneliti tidak bisa menyelesaikan dengan baik.

9. Untuk sahabatku dan sesama mahasiswi Psikologi, Angela Tampubolon dan sahabat kecilku Tasya terima kasih atas waktu dan energi yang diberikan dan menjadi teman diskusi disaat keputusasaan dalam mengerjakan skripsi.

Hiburan dan candaan yang diberikan dapat membuat peneliti menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi

10. Untuk temanku Intan terima kasih karena sudah menjadi teman bermain yang selalu memberikan hiburan dan canda tawa dan semangatnya.

11. Sumber kesenangan dan kebahagianku EXO terima kasih atas lagu-lagu yang membuat peneliti menjadi senang dan mendapatkan energi positif. Kalian luar biasa.

(10)

x

Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat menjadi berkat dan berkontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi maupun segala pihak yang membutuhkan. Peneliti menyadari skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, peneliti dengan terbuka menerima kritik dan saran yang dapat membangun skripsi ini menjadi lebih baik.

Yogyakarta,21 Februari 2022

Penulis, Angela Nadia Anjani

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 8

A. Agresi Elektronik ... 8

1. Definisi Agresi Elektronik ... 8

2. Karakteristik Agresi Elektronik ... 9

3. Tipe-Tipe Agresi Elektronik ... 11

4. Motivasi Agresi Elektronik ... 13

5. Target Agresi Elektronik ... 15

B. Dewasa Awal ... 16

1. Definisi Dewasa Awal ... 16

2. Ciri-Ciri Dewasa Awal ... 18

C. Media Sosial ... 20

1. Berbagi di Media Sosial ... 21

2. Menggunakan Media Sosial ... 24

3. Berpendapat di Media Sosial ... 29

D. Kerangka Berpikir ... 30

(12)

xii

BAB III ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Fokus Penelitiann ... 35

C. Responden Penelitian ... 35

D. Metode Pengumpulan Data ... 36

E. Alat Pengumpulan Data ... 36

F. Metode Analisis Data ... 41

G. Kredibilitas Penelitian ... 42

BAB IV ... 44

A. Gambaran Responden ... 44

B. Pelaksanaan Penelitian ... 49

C. Hasil Penelitian ... 49

1. Bentuk-bentuk agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 49

2. Penyebab agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 51

3. Dampak pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 53

D. Pembahasan ... 56

1. Bentuk-bentuk agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 56

2. Penyebab agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 57

3. Dampak pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal ... 61

BAB V ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan Penelitian ... 67

C. Saran Penelitian ... 68

1. Bagi Pengguna Media Sosial ... 68

2. Bagi Kaum Dewasa Awal ... 68

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertanyaan Indentitas Responden ... 38

Tabel 2. Pertanyaan Kuesioner Terbuka ... 40

Tabel 3. Deskipsi Jenis kelamin Responden ... 44

Tabel 4. Deskripsi akun media sosial yang digunakan ... 45

Tabel 5. Deskripsi aktivitas di media sosial ... 45

Tabel 6. Deskripsi konten media sosial... 46

Tabel 7. Deskripsi motif mengunggah konten di media sosial ... 47

Tabel 8. Deskripsi berpendapat di media sosial ... 47

Tabel 9. Deskripsi membagikan konten media sosial ... 48

Tabel 10. Deskripsi bentuk agresi elektronik di media sosial ... 50

Tabel 11. Deskripsi penyebab agresi elektronik di media sosial ... 52

Tabel 12. Dampak saat memposting agresi elektronik di media sosial ... 54

Tabel 13. Dampak setelah melakukan agresi elektronik di media ... 55

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Bagan 1. Kerangka Berpikir ... 34

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia memiliki kebutuhan untuk memperluas jaringan sosial dalam kehidupannya, dan diperlukan sebuah alat untuk dapat mencapai tujuan kebutuhan tersebut. Perangkat elektronik merupakan alat yang dapat membantu untuk mencapai kebutuhan memperluas jaringan sosial. Keberadaaan perangkat elektronik dapat membantu manusia untuk menyampaikan pesan kepada banyak orang dan dapat berbalas pesan. Manusia dapat berbagi informasi, berdiskusi dan menciptakan dunia virtual untuk menghubungkan orang-orang (Jalone, 2014). Perangkat elektronik memiliki berbagai fitur yang dapat digunakan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan memperluas jaringan tersebut salah satunya adalah media sosial. Keberadaan media sosial dapat digunakan untuk mencari hubungan dengan orang lain atau mempererat hubungan yang sudah terjalin.

Interaksi di media sosial dapat memberikan sarana pada manusia untuk mengekspresikan diri, dapat menyuarakan kritik atau pikiran dan melepaskan emosi yang sedang dirasakan. Bagi orang dewasa muda di Indonesia menggunakan media sosial membuat mereka nyaman karena media sosial menjadi penghubung dalam membangun hubungan sosial dan meningkatkan relasi sosial yang telah dibangun pada lingkungan nyata (Wisnuhardana, 2018). Media sosial memberikan kemudahan bagi orang dewasa muda yang sedang dalam masa berkembang untuk

(16)

mengekspresikan diri. Cara menggunakan media sosial dapat membentuk cara berpikir mengenai diri sendiri dan hubungan dengan sesama (Kellerman,2013).

Penggunaan media sosial selain dapat memberikan perubahan yang menguntungkan juga dapat memunculkan perubahan lain. Perubahan yang terjadi dapat disebabkan karena karakteristik media sosial yang memungkinkan pengguna tidak hanya sebagai penerima informasi, tetapi juga sebagai pembuat dan penyebar informasi (Weeks & Holbert, 2013). Memiliki peran-peran tersebut dapat membuat pengguna melakukan apa saja tanpa ada batasan dan halangan. Kebebasan menyuarakan ekspresi dapat muncul dalam berbagai bentuk yang dapat memunculkan peluang untuk merugikan pihak-pihak tertentu seperti munculnya agresi elektronik di media sosial (Silva et al, 2016).

Agresi elektronik adalah tindakan menyakiti orang lain dengan menyebarkan kebohongan, rumor, mengolok-olok, memberikan komentar buruk atau jahat, mengunggah foto dan video yang dilakukan dengan email, ruang obrolan, pesan, singkat, website dan ruang elektronik lainnya (Ferdon & Herzt, 2007). Komunikasi di media sosial dapat menimbulkan agresi elektronik karena berkurangnya isyarat nonverbal sehingga membuat komunikasi menjadi buruk dan dapat menimbulkan masalah. Fasilitas di media sosial juga dapat mendukung situasi agresi elektronik karena pengguna dapat memfokuskan topik yang memudahkan sistem pencarian informasi (Pyzalski, 2011).

(17)

Keberadaan agresi elektronik di media sosial juga dapat merugikan pihak- pihak tertentu. Menurut Pyzalski (2011) pihak-pihak yang dirugikan dapat muncul dari berbagai kalangan seperti orang-orang rentan (alkoholik, cacat mental, cacat fisik), orang terkenal (selebriti, artis, aktor, penyanyi), orang-orang secara acak (sama sekali tidak dikenal), orang-orang yang dikenal dan kelompok sosial. Dalam penelitian Silva et al (2016) menunjukkan bahwa seorang pengguna media sosial mengutarakan ujaran kebencian mengenai ras dan kondisi fisik seseorang. Dalam penelitian Pyzalski (2012) target agresi elektronik dapat terjadi pada teman yang dikenal di sekolah atau internet dan mantan pasangan romantis.

Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJI) di Indonesia kelompok pengguna media sosial aktif didominasi oleh usia 19 hingga 34 tahun. Menurut Levinson (1978) masa dewasa awal berada dalam tahap usia 17-33 tahun. Memasuki masa dewasa awal individu menunjukkan keinginan untuk mencari berbagai kemungkinan untuk perkembangan diri dan mencoba berbagai tindakan (Arnett, 2000). Individu melakukan pencarian untuk mengetahui sejauh mana mereka mencari pilihan mengenai diri untuk berproses dalam menjalani hidupnya.

Memasuki masa dewasa awal juga dihadapkan dengan kebebasan, tanggung jawab, dan kemandirian yang dapat dijadikan untuk menentukan cara hidup yang sesuai yang membantu mereka dalam berproses dan membuat keputusan (Doane, Kelly, Chiang, dan Padilla, 2013).

(18)

Selama periode masa kedewasaan, individu mencoba untuk mengenal diri dan dapat terlibat dalam berbagai jenis perilaku berisiko. Individu juga dapat melalui proses pencarian yang lama dan jika prosesnya lambat dan tidak berjalan dengan baik, maka individu akan menunjukkan lebih banyak agresi (Morsunbul, 2015).

Berdasarkan tugas perkembangannya, seharusnya individu yang telah memasuki masa dewasa awal telah mampu untuk memecahkan berbagai masalah dengan cukup baik sehingga mereka menjadi stabil dan tenang secara emosional (Hurlock, 1991). Individu yang rentan secara emosional akan memperlihatkan perilaku agresi yang lebih tinggi. Perilaku dapat dipicu oleh kondisi emosi tertentu seperti perasaan marah yang akan berkelanjutan menjadi keinginan untuk melampiaskan ke dalam bentuk tertentu pada objek tertentu (Meinarno & Sarwono, 2009). Perasaan marah yang muncul tidak dapat dikatakan sebagai hal yang positif atau negatif, tetapi jika intensitasnya berlebihan dapat memicu keinginan merusak yang dapat berbahaya (Sarafina & Saputra, 2009).

Sebagai perilaku yang mengganggu, agresi elektronik memiliki dampak bagi pengguna media sosial. Seorang pengguna yang mengalami agresi elektronik dapat memunculkan perilaku kecenderungan bunuh diri, penggunaan obat-obat terlarang (Hinduja & Patjin, 2010; Pyzalski, 2011), menunjukkan perilaku berisiko (Kellerman, 2013; Schoffstall & Cohen, 2011), gejala depresi dan kecemasan dan cenderung diabaikan dan tidak dihargai (Park, Dancy & Na, 2015), serta isolasi sosial (Pronk dan Zimmer-Gembeck, 2015).

(19)

Pada penelitian-penelitian agresi elektronik sebelumnya agresi elektronik dapat terjadi pada semua kelompok umur seperti, masa perkembangan remaja.

Agresi elektronik yang terjadi pada remaja memiliki hubungan dengan konflik yang terjadi di kehidupan sehari-hari seperti pertengkaran antar siswa dan permusuhan yang berlanjut di media sosial. Pada umumnya agresi elektronik yang muncul seperti menyebarkan lelucon, rumor yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal di sekolah atau tempat tinggal, teman dekat dan orang-orang yang hanya dikenal di media sosial (Ferdon & Herzt, 2007; Hinduja dan Patchin, 2010; Pyzalski, 2015).

Selain remaja agresi elektronik juga terjadi pada mahasiswa yang sedang memasuki masa dewasa awal. Agresi elektronik dapat terjadi karena rasa intoleransi yang rendah terhadap orang lain yang dapat berupa sexting, penghinaan, posting foto orang lain tanpa ijin, kebencian yang dilakukan oleh pasangan, teman dekat, orang yang tidak dikenal, bahkan anonim. (Bauman dan Baldasare, 2015; Bennett et al, 2011; Doane, Kelly, Chiang, dan Padilla, 2013; Kellerman, 2013; Mishna et al, 2018).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui tentang agresi elektronik pada masa dewasa awal yang meliputi bentuk, penyebab, serta dampak agresi elektronik yang dirasakan oleh pengguna media sosial. Media sosial memberikan manfaat untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu berkomunikasi, karena media sosial memiliki berbagai konten yang-beragam. Keberagaman konten ini juga memuat berbagai keragaman isi konten sehingga dapat memunculkan perluang yang

(20)

menyinggung pengguna lain (Zimmerman dan Ybarra,2016). Media sosial dapat digunakan sebagai alat untuk berbagai macam tujuan yang membuat penggunanya menjadi tidak terkendali sehingga dapat muncul akibat yang tidak diinginkan (Kellerman, 2013).

Pyzalski (2011) mengatakan bahwa pelaku agresi elektronik tidak menyadari akan perbuatan yang telah dilakukan. Ketika perbuatan tersebut tidak disadari maka akan dapat semakin meluas dan emosi negatif akan semakin menguat pada diri pelaku sehingga mengganggu pengguna media sosial. Hal tersebut cukup penting karena agresi elektronik mudah terjadi di media sosial dan pelaku agresi elektronik tidak menyadari akan perbuatan yang telah diperbuat. Menurut Kellerman (2013) dengan memahami agresi elektronik juga dapat memberikan kontribusi dalam memberikan pengetahuan mengenai hubungan pengguna yang tidak menyadari perilakunya di media sosial dan bagaimana pengguna mengekpresikan agresinya.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, makanya pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Apa bentuk-bentuk agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal?

2. Apa penyebab agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal?

3. Bagaimana dampak pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal?

Tujuan Penelitian

(21)

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami apa dan bagaimana bentuk, penyebab, dan dampak yang dirasakan pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik di media sosial.

Manfaat Penelitian 1. Manfaar teoritis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memiliki kontribusi terhadap sumbangan ilmu pengetahuan terutama dalam ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan dan keterkaitannya dengan agresi elektronik di media sosial.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pengguna media sosial untuk mengenali dan menyadari dampak dari menggunakan media sosial dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan sumber pengetahuan bagi kaum dewasa awal sehingga dapat memilih dan memperhatikan mengenai hal-hal yang dapat membantu perkembangan dirinya melalui penggunaan media sosial.

(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Agresi Elektronik

1. Definisi Agresi Elektronik

Agresi adalah sebuah tingkah laku yang ditujukan untuk menyakiti seseorang yang tidak mengiinginkan hal tersebut (Baron, 1997 dalam Koeswara, 1988). Agresi elektronik adalah tindakan menyakiti orang lain yang dilakukan dengan sarana teknologi yang dilakukan untuk menyebabkan kerugian atau ketidaknyamanan bagi seseorang. Agresi elektronik dapat berupa menyebarkan kebohongan atau rumor, mengolok-olok, membuat komentar buruk atau jahat, mengunggah video atau foto yang dilakukan melalui email, ruang obrolan, pesan singkat, website dan lain-lain (Ferdon dan Herzt, 2007).

Pada agresi elektronik, seseorang dapat mengungkapkan informasi pribadi orang lain, penghinaan, dan menggunakan bahasa yang buruk, memantau, dan mengancam. Agresi elektronik menciptakan peluang bagi seseorang untuk melakukan bentuk penghinaan melalui unggahan gambar atau foto dan video yang tidak diinginkan di media sosial kepada publik. Seseorang juga dapat melakukan penipuan dengan menggunakan identitas orang lain dan menggunakan identitas tersebut ketika berinteraksi di media sosial (Bennett et al, 2011). Tindakan agresi elektronik merupakan tindakan yang berbahaya karena

(23)

dilakukan dengan beberapa jenis media elektronik yang memaparkan materi visual yang menggambarkan targetnya (Slonje dan Smith, 2008).

Agresi elektronik dapat muncul dalam berbagai bentuk perilaku yang ditujukan kepada targetnya, sebagai contoh agresi elektronik dapat ditargetkan kepada korban yang dikenal di dunia nyata atau orang asing atau sekelompok orang tertentu (Pyzalski,2011). Perilaku agresif yang muncul belum tentu berlangsung berulang kali, antara pelaku dan target yang sama, dan perilaku agresi dapat terjadi hanya sekali atau jarang dan dengan pelaku dan target yang sama atau berbeda (Schofftal dan Cohen, 2011). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agresi elektronik merupakan segala bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan melalui internet dan teknologi elektronik. Dalam agresi elektronik pelaku tidak menyadari perilaku yang dilakukan dan dampaknya bagi pengguna lainnya dan dapat terjadi belum tentu berlangsung berulang kali antara pelaku dan target yang sama.

2. Karakteristik Agresi Elektronik

Menurut Pyzalski (2011) terdapat tiga karakteristik dari agresi elektronik yaitu anonimitas, ketidaksengajaan, dan kontinuitas.

a. Anonimitas

Karakteristik anonimitas menunjukkan sebagai dasar perilaku bermusuhan ketika menggunakan internet. Anonimitas merupakan karakteristik dasar dalam komunikasi yang terjadi pada media sosial. Dalam anonimitas individu

(24)

memiliki kesulitan mengendalikan perilaku dan cenderung bereaksi secara cepat tanpa adanya pemikiran yang rasional. Hal tersebut juga memiliki hubungan dengan tendensi untuk menghindari bagaimana orang lain menilai perilaku mereka.

Pada anonimitas terjadi kurangnya isyarat nonverbal. Dalam komunikasi, sebuah isyarat memainkan peran penting dalam pembentukan hubungan dan menjaga hubungan tersebut kedepannya. Isyarat digunakan untuk mengenali keadaan emosi individu yang terlibat dalam komunikasi. Ketika kurangnya isyarat nonverbal, maka menyebabkan situasi perilaku tidak menyadari konsekuensi yang nyata dari perilaku mereka di media sosial pada orang lain.

Individu dapat dengan mudah memiliki komunikasi yang dinilai sebagai sebuah lelucon tetapi bagi pihak lain akan melihatnya sebagai tindakan agresif. Individu juga dapat membentuk dan membangun identitas yang berbeda dari yang ada di dunia nyata.

b. Ketidaksengajaan

Karakteristik ketidaksengajaan menunjukan bahwa pelaku tidak menyadari perilaku dan komunikasi yang dilakukan dapat berdampak buruk bagi siapapun. Berbagai tindakan yang tidak disengaja dapat memiliki potensi yang berdampak negatif pada orang lain. Meskipun dilakukan dengan tidak sengaja, tindakan tersebut dapat berakhir buruk bagi orang lain dan semakin besar kemungkinan terjadinya karena didukung oleh fitur yang ada di media sosial. Pelaku agresi elektronik tidak bisa mengetahui emosi dari orang lain

(25)

sehingga membuat mereka tidak menyadari dampak buruk yang ditimbulkan yang akhirnya meneruskan untuk melakukan agresi elektronik kepada orang lain.

c. Kontinuitas

Karakteristik kontinuitas menunjukkan bahwa informasi yang mengandung agresi elektronik dapat ditemukan dengan mudah, sehingga pengguna media sosial akan mengalami kesulitan untuk menghindar selama ia masih menjadi pengguna dan dapat mengakses konten-konten yang ada. Pengguna media sosial tidak memiliki tempat untuk melarikan diri dari tindakan agresi elektronik karena, informasi yang ada di internet dapat ditemukan dengan mudah oleh pungguna lain. Hal serupa juga bisa terjadi meskipun informasi yang ada tidak tersedia di internet. Individu menggunakan teknologi komunikasi sebagai alat untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Dalam hal ini, individu dapat secara langsung menjadi target agresi elektronik melalui kata-kata atau pesan-pesan yang tidak diinginkan secara berkelanjutan karena mereka selalu menjangkau internet. Jika mereka menghentikan penggunaan teknologi komunikasi dapat memunculkan pengucilan sosial dari kelompok.

3. Tipe-Tipe Agresi Elektronik

Dalam agresi terdapat beberapa bentuk perilaku yang ditujukan kepada targetnya seperti agresi fisik dan agresi verbal yang dilakukan dengan cara langsung dan tak langsung (Berkowitz, 1988). Agresi elektronik merupakan

(26)

agresi verbal secara tidak langsung karena perilaku agresi dilakukan dengan menggunakan sarana teknologi. Dalam agresi elektronik Bennett et al (2011) menyatakan terdapat 4 bentuk yaitu, permusuhan pengusikan, penghinaan dan pengucilan.

a. Permusuhan

Permusuhan adalah bentuk perilaku menjelaskan pesan menyakitkan atau ancaman yang ditujukan kepada orang lain. Bentuk perilaku yang ditujukan adalah melalui pesan atau status yang mengancam dan memiliki ujaran menyakitkan.

b. Pengusikan

Pengusikan adalah bentuk perilaku yang dilakukan untuk mendapatkan akses informasi pribadi seseorang. Bentuk perilaku yang ditujukan adalah memantau, memeriksa, mencuri kata sandi media sosial seseorang.

c. Penghinaan

Penghinaan adalah bentuk perilaku yang dilakukan bertujuan untuk mempermalukan atau menghina orang lain dengan menyebarkan informasi buruk atau memalukan. Bentuk perilaku yang ditujukan adalah mengunggah foto atau video atau cerita yang memalukan atau tidak pantas atau tidak benar mengenai orang lain, menuliskan komentar atau pesan atau status yang berisikan ujaran kebencian atau buruk kepada orang lain.

d. Pengucilan

(27)

Pengucilan adalah bentuk perilaku yang dilakukan untuk membatasi komunikasi dengan seseorang melalui pemblokiran atau menghilangkan komunikasi elektronik seseorang. Bentuk perilaku yang ditujukan adalah menghapus kontak dan memblokir akun.

4. Motivasi Agresi Elektronik

Menurut Kellerman (2013) terdapat 6 hal yang menjelaskan motivasi yang dapat menjadi penyebab pelaku melakukan agresi elektronik yaitu:

a. Pembalasan

Pembalasan menjelaskan tindakan balas dendam sebagai sebuah respon atas tindakan agresi yang dirasakan. Bentuk perilaku yang terjadi dapat berupa membalas hal yang sama dengan yang dilakukan orang lain.

b. Ketidaknyamanan

Ketidaknyamanan menjelaskan tindakan yang muncul karena adanya kecemburuan, kecurigaan, ketidakpercayaan atau tidak adanya rasa aman.

Bentuk perilaku yang terjadi seperti menyakiti orang lain agar membuat dirinya merasa nyaman.

c. Humor

Humor menjelaskan tindakan yang dianggap menyenangkan, menghibur, atau sebagai candaan. Bentuk perilaku yang terjadi seperti memposting sesuatu yang dianggap lucu agar orang lain merasakan hal yang serupa.

d. Emosi negatif

(28)

Emosi negatif menjelaskan tindakan yang disebabkan oleh kemarahan, frustasi, sakit hati, atau emosi negatif lainnya.

e. Tidak Berbahaya

Tindakan tidak berbahaya menjelaskan bahwa perilaku dilakukan dengan tidak sengaja menyakiti seseorang tetapi bagi pihak lain dapat ditafsirkan sebagai hal yang negatif. Bentuk perilaku yang muncul seperti mengirim pesan atau komentar atau status yang tidak dimaksud untuk menyakiti orang lain, menyebarkan cerita lucu atau foto atau video tetapi dapat ditafsirkan sebagai hal memalukan atau tidak pantas.

f. Perlindungan Diri

Perlindungan diri menjelaskan bahwa perilaku dilakukan untuk melindungi informasi. Bentuk perilaku yang dilakukan seperti memblokir akun seseorang karena menakutkan atau membuat tidak nyaman atau merasa terancam dengan perilaku yang ditujukan di sosial media.

5. Dampak Agresi Elektronik

Perilaku agresi tidak hanya menimbulkan dampak targetnya saja tetapi dapat menimbulkan dampak bagi pelaku yang melakukan. Agresi dapat membuat pelaku mendapatkan kesenangan ketika menyakiti orang lain.

Pelaku juga mendapatkan kepuasan karena dapat menyerang target agresinya.

Kesenangan dan kepuasan yang dirasakan menjadi hal yang menyenangkan untuk diri pelaku (Koeswara, 1988). Merasakan kesenangan dan kepuasan, juga membuat pelaku merasa berkuasa. Kekuasaan yang dirasakan membuat

(29)

pelaku merasa bahwa diri lebih superior dibandingkan targetnya sehingga hal ini juga membuat pelaku merasa lebih baik (Okere dan Owolabo, 2020).

Pelaku juga cenderung memiliki empati yang rendah. Perasaan tidak nyaman membuat pelaku tidak mampu menahan emosi yang dirasakan sehingga agresi dilakukan untuk memperbaiki, menghentikan dan menghindari tekanan yang dirasakan (Kokkinos dan Voulgaridou, 2017).

Meskipun memiliki empari yang rendah, pelaku juga dapat merasakan perasaan bersalah. Agresi dapat menjadi salah satu cara untuk pelaku untuk melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak dapat atau tidak memungkikan untuk disampaikan secara langsung kepada targetnya (Kokkinos dan Voulgari, 2017; Okere dan Owolabo, 2020).

6. Target Agresi Elektronik

Pyzalski (2011) menyatakan bahwa terdapat 4 tipe target dalam agresi elektronik yaitu orang-orang rentan, orang-orang secara acak, orang-orang terkenal, dan kelompok.

a. Agresi elektronik terhadap orang-orang rentan

Target agresi elektronik adalah seorang alkoholik, penderita gangguan mental, berkebutuhan khusus dan cacar fisik. Agresi elektronik tipe ini cenderung memunculkan perilaku merekam seseorang dan mempublikasikan ke sosial media.

b. Agresi elektronik secara acak

(30)

Target agresi elektronik adalah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan seseorang yang melakukan agresi elektronik atau merupakan orang asing. Agresi elektronik tipe ini cenderung dilakukan dengan menyerang orang yang tidak dikenal di sosial media.

c. Agresi elektronik terhadap orang-orang terkenal

Target agresi elektronik adalah orang-orang terkenal seperti selebriti, artis atau aktor, penyanyi, influencer, dan orang-orang terkenal yang dikenal masyarakat luas. Agresi elektronik tipe ini cendenderung dilakukan dengan bergosip di media sosial serta memberikan kritikan atau komentar sebagai ungkapan pemberitaan tentang mereka.

d. Agresi Elektronik terhadap kelompok

Target agresi elektronik adalah sekumpulan orang-orang dalam kelompok tertentu baik dalam lingkup besar maupun lingkup kecil. Agresi elektronik tipe ini cenderung dilakukan dengan melakukan penghinaan dengan berkomentar atau menyampaikan pendapat yang dapat mengubah informasi atau ide-ide dari kelompok tertentu.

Dewasa Awal

1. Definisi Dewasa Awal

Masa Dewasa awal dapat dikatakan sebagai periode transisi singkat untuk memainkan peran sebagai orang dewasa yang ditandai dengan perubahan dan eksplorasi arah kehidupan seseorang. Peran yang ada di masa dewasa awal

(31)

dibedakan menurut peran sosial dan ekspektasi norma. Masa dewasa awal merupakan periode dari perjalanan hidup yang memiliki konstruksi secara budaya, tidak universal dan tidak berubah (Arnet, 2000).

Menurut Levinson (1978) menyebutkan usia 17-33 tahun sebagai fase perpindahan ke dunia dewasa dan membangun struktur kehidupan yang stabil.

Selama proses perpindahan tersebut, individu mengalami perubahan dan ketidakstabilan dalam memilih berbagai rangka untuk membangun struktur kehidupan yang membuat masa transisi tersebut sebagai periode eksperimen peran yang berkelanjutan. Hurlock (1980) menjelaskan bahwa individu yang memasuki masa dewasa awal cenderung memiliki cakupan kegiatan yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena individu cenderung tidak dibatasi oleh persyarakatan peran sehingga membuat status peran mereka tidak dapat diprediksi.

Menurut Arnett (2000) ketika individu memasuki masa dewasa, ia telah meninggalkan ketergantungan pada masa kanak-kanak namun belum sepenuhnya memiliki tanggung jawab sebagai orang dewasa sehingga, membuat individu akan mengeksplorasi kemungkinan berbagai arah kehidupan mengenai dunia. Pembentukan identitas juga menjadi salah satu cara individu untuk mencoba berbagai arah kemungkinan cara hidup dan secara bertahap akan bergerak untuk berproses dalam membuat suatu keputusan. Individu akan melakukan eksplorasi untuk kepentingan diri untuk memperoleh berbagai pengalaman hidup sebelum akhirnya mengambil tanggung jawab orang dewasa.

(32)

2. Ciri-Ciri Dewasa Awal

Masa dewasa awal merupakan masa penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa dewasa awal, seseorang diharapkan memiliki peran baru, sikap-sikap baru, keinginan- keinginan baru, dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugasnya (Hurlock, 1980).

a. Masa dewasa awal sebagai masa pengaturan

Individu yang sudah pada tahap masa dewasa awal dihadapkan akan tanggung jawab sebagai seorang yang telah dewasa dengan pilihan hidup yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup yang sesuai dengan diri dan pilihan untuk memulai dengan membentuk jenjang karir untuk menentukan mana yang paling sesuai dengan kepuasan dirinya. Ketika individu telah menemukan pola hidup yang diyakini, maka ia dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi ciri khas dalam hidupnya.

b. Masa dewasa awal sebagai masa yang bermasalah

Dalam proses menjalankan kehidupan masa dewasa awal juga terdapat masalah-masalah baru yang perlu dihadapi. Penyesuaian diri dengan masalah- masalah dewasa awal menjadi hal yang intensif karena masa transisi yang sedang dihadapi. Kesulitan masa dewasa awal dalam melakukan penyesuain diri dapat dipengaruhi dari kesiapan diri dalam menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai seorang dewasa awal. Individu juga tidak

(33)

memperoleh bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah, tidak seperti ketika belum memasuki tahap perkembangan sebelumnya.

c. Masa dewasa awal sebagai masa ketegangan emosional

Individu pada masa dewasa pada umumnya telah mampu memecahkan berbagai masalah dengan baik, sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional. Jika terjadi ketegangan pada diri individu, hal ini dapat tampak dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran yang timbul karena ketergantungan tercapaianya penyesuaian terhadap berbagai persoalan yang dihadapi atau sejauh mana kesuksesan atau kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan tersebut. Ketika ketegangan tersebut masih menguat, maka hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa penyesuaian diri belum terlaksana.

d. Masa dewasa awal sebagai masa perubahan nilai

Memasuki masa dewasa awal terdapat perubahan nilai seiring dengan pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas dan orang lain. Ketika individu ingin diterima oleh anggota-anggota kelompok tertentu, maka individu harus menerima nilai-nilai yang ada dikelompok tersebut. Individu juga akan berperilaku dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat dan juga akan berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam masyarakat yang umumnya juag dianut oleh kebanyakan individu sebaya lainnya.

(34)

Media Sosial

Media sosial adalah saluran komunikasi masspersonal berbasis internet, tidak terpusat dan konstan yang memfasilitasi interaksi persepsi dan pengambilan nilai dari konten pengguna (Carr dan Hayes, 2015). Dalam media sosial, komunikasi menggunakan saluran komunikasi massa yang digunakan untuk berkomunikasi secara bersama yang terlibat dalam komunikasi massa dan interpersonal.

Komunikasi massa memberikan individu untuk menyampaikan pesan kepada massa secara interpersonal sedangkan penerima dapat membalas pesan baik secara interpersonal kepada individu atau melalui pesan massal (Walther et all, 2010).

Media sosial memanfaatkan saluran komunikasi yang dapat mengubah skala interaksi komunikatif dengan memungkinkan pesan-pesan massa dapat diterima, ditafsirkan dan dibalas secara interpersonal dan sebaliknya.

Media sosial memiliki berbagai fungsi sebagai alat komunikasi. Sebagai media komunikasi berfungsi sebagai media untuk berbagi, menyimpan, mempublikasikan konten, berdiskusi, menyatakan pendapat, dan pengaruh bagi orang lain. Media sosial juga berfungsi sebagai media kolaborasi yang dapat digunakan sebagai media untuk membuat, menyatukan, memperbaharui, dan mengedit informasi atau konten tanpa ada hambatan jarak dan waktu. Sebagai media penghubung, media sosial berfungsi untuk media yang menghubungkan dengan orang lain atau komunitas dan menciptakan dunia virtual yang memungkinkan menghubungkan orang-orang dengan minat yang sama dan berpeluang untuk

(35)

menciptakan komunitas dari hal tersebut. Media sosial juga berfungsi sebagai media pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi konten dengan menjelaskan, menambahkan, menyaring informasi, menunjukkan hubungan antar konten. Fungsi terakhir adalah media sosial sebagai penggabung yang berfungsi untuk menggabungkan dan menyamarkan informasi atau konten dari sumber-sumber yang berbeda (Jalone, 2014).

1. Berbagi di Media Sosial

Pengguna media sosial menggunakan media sosial untuk memuaskan kebutuhan seperti membuat konten dan memilih konten yang sesuai dengan kebutuhannya (Baran dan Davis, 1995; Kayahara dan Wellman, 2007; dalam Baek et al, 2011).

Keterlibatan mereka dalam menggunakan media sosial dapat berupa pembaharuan posting, berbagi posting, melakukan percakapan dengan pengguna lain, melihat profile orang lain (Baek et al, 2011). Pengguna media sosial melakukan posting, membagikan posting kepada orang lain, dan mempromosikan diri serta mendapatkan tujuan yang mereka inginkan dengan informasi pendukung karena konten yang diposting merupakan gambaran ide dan kesukaan individu dalam jaringan media sosialnya (Boyd, 2006; Correa, Hinsley, dan Gil de Zuniga, 2010; Livingstone, 2008, dalam Baek et al, 2011).

Menurut Baek et al (2011) terdapat 6 motif seseorang menggunakan media sosial yakni berbagi informasi, kenyaman dan hiburan, melewatkan waktu, kegunaan interpersonal, pengendalian dan mempromosikan pekerjaan.

(36)

a. Berbagi informasi

Motif berbagi informasi menjelaskan bahwa pengguna menggunakan media sosial untuk berbagi informasi dengan pengguna lain. Pengguna dapat berbagi informasi seperti pengetahuan atau keterampilan dengan orang lain, memberikan informasi seperti informasi yang dapat berguna bagi orang lain, informasi yang dapat menghibur orang lain, dan informasi mengenai minat tertentu. Pengguna juga berbagi informasi untuk mengekspresikan dirinya dengan bebas dan mendapatkan umpan balik terkait denan informasi yang ditemukan. Berbagi informasi juga seputar berita dan informasi yang sulit ditemukan.

b. Kenyamanan dan Hiburan

Motif kenyaman dan hiburan menjelaskan bahwa konten yang pengguna bagikan dapat menghibur sehingga mereka dapat merasa senang dan memberikan kenyamanan bagi pengguna media sosial yang melihatnya.

Pengguna menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan teman dan keluarga, dan menggunakan media sosial adalah cara yang mudah untuk tetap berhubungan dengan orang lain. Cara penggunaan yang mudah membuat penggunaan media sosial menjadi menyenangkan sehingga menjadi suka menggunakannya. Media sosial dapat memberikan kenyamanan karna pengguna dapat bersantai ketika menggunakannya.

c. Melewatkan waktu

(37)

Motif melewatkan waktu menjelaskan bahwa pengguna menggunakan media sosial untuk mengisi waktu luang yang ada. Pengguna menggunakan media sosial karena merasa bosan dan tidak ada kegiatan lain yang lebih baik untuk dilakukan. Pengguna melakukan sesuatu yang semua pengguna lain juga lakukan dan dapat berupa berbagai hal populer yang dilakukan. Pengguna juga mengganggap menggunakan media sosial menjadi sebuah kebiasaan.

d. Kegunaan Interpersonal

Motif kegunaan interpersonal menjelaskan bahwa pengguna menggunakan konten di media sosial sebagai untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Konten yang dibagikan pengguna dapat berfungsi sebagai penghubung dengan pengguna lain. Pengguna media sosial dapat bertemu dengan pengguna lain yang memiliki minat yang sama dan bertemu dengan pengguna dengan latar belakang yang sama. Sesama pengguna dapat saling berinteraksi dan bersosialisasi tentang hidup mereka.

e. Pengendalian

Motif pengendalian menjelaskan bahwa pengguna media sosial menggunakan media sosial sebagai sarana untuk mengendalikan orang lain.

Pengendalian yang dilakukan oleh pengguna media sosial dapat bertujuan untuk dirinya atau pun orang lain. Pengguna dapat meminta seseorang untuk melakukan sesuatu untuknya atau memberi tau orang lain apa yang harus dilakukan.

f. Mempromosikan pekerjaan

(38)

Motif mempromosikan pekerjaan menjelaskan bahwa media sosial digunakan sebagai sarana untuk menunjukkan dan mempromosikan kegiatan organisasi atau pekerjaan pengguna media sosial. Pengguna juga dapat mengiklakan apa yang menjadi pekerjaan mereka.

2. Menggunakan Media Sosial

Menurut Gao (2016) membedakan penggunaan media sosial menurut motif pengguna. Terdapat 2 motif menggunakan media sosial yakni motif komunikatif dan motif non-komunikatif. Dalam motif komunikatif tedapat 4 motif utama yaitu motif referensial (membagikan konten menarik dan pemberitahuan), motif ekspresif (ekspresi emosi, memuaskan kesombongan, mengungkapkan opini, membagikan momen kehidupan, citra pribadi, menunjukkan hubungan, menarik perhatian, dan empati), motif relasional (untuk berinteraksi, tetap terlihat di mata orang lain, membantu orang lain, menarik perhatian, mengucapkan salam, tekanan sosial) dan motif menarik (iklan, meminta sesuatu dan mencari jawaban.

Dalam motif non-komunikatif terdapat 3 motif utama yaitu motif penyimpanan informasi (sebagai buku harian, penyimpanan), motif psikologis (dorongan diri, melepaskan tekanan, menghindari rasa malu, sesuka diri) dan motif lain (kegiatan senggang, mendapatkan hadiah, dan kenakalan).

Motif Komunikatif a. Motif Referensial

(39)

Motif referensial berkaitan dengan deskripsi konten yang mengandung informasi dan ingin menyampaikan informasi tersebut kepada orang lain.

Ada 2 jenis motif refensial yaitu

Membagikan konten yang menarik: Motif ini didasari karena seseorang menemukan konten yang menarik dan ingin membagikannya dengan orang lain (misalnya: berbagi video lucu).

Pemberitahuan: Motif ini didasari karena keinginan menyampaikan informasi kepada orang lain sebagai sebuah pemberitahuan (misalnya:

memberitahukan jadwal kegiatan kepada orang yang bersangkutan).

b. Motif Ekspresif

Motif ekspresif berkaitan dengan bagaimana seseorang menunjukkan perasaannya. Motif ini mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan menyampaikan pikiran atau perasaan. Terdapat 8 motif ekpresif yaitu:

Ekspresi Emosi: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengekspresikan emosi atau melampiaskan emosi kedalam posting.

Memuaskan Diri: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menunjukkan sesuatu yang bagus atau memiliki nilai yang tinggi dan melalui tanggapan orang lain, pengguna media sosial ingin memuaskan dirinya.

Mengungkapkan Opini: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengungkapkan pendapat atau sikap tertentu terhadap posting.

(40)

Membagikan Momen Kehidupan: Motif ini didasari oleh keinginan untuk membagikan momen special dalam hidup atau memperbaharui kondisi dalam posting.

Citra Pribadi: Motif ini didasari oleh keinginan agar orang lain mengetahui tentang diri melalui postingan

Menunjukkan Hubungan: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menunjukkan hubungan tertentu dengan orang lain.

Menarik Perhatian: Motif ini didasari oleh keinginan untuk membuat diri lebih menarik yang bertujuan untuk mencari pasangan atau kekasih.

Empati: Motif ini didasari oleh keinginan membagikan konten karena merasakan hal yang sama atau dapat memahami situasi tertentu.

c. Motif Relasional

Media sosial memberikan kemudahan bagi pengguna untuk membangun dan mempertahankan atau meningkatkan jenis hubungan sosial dengan orang lain. Motif relasional berkaitan dengan fungsi media sosial sebagai penghubung untuk tetap terlibat dalam hubungan dengan orang lain.

Terdapat 6 motif relasional yaitu:

Berinteraksi: Motif ini didasari oleh keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Tetap Terlihat Dimata Orang Lain: Motif ini didasari oleh keinginan untuk tetap terlihat diantara orang-orang di media sosial.

(41)

Membantu Orang Lain: Motif ini didasari keinginan untuk proaktif dan ingin membantu orang lain mencapai tujuan mereka.

Menarik Perhatian: Motif ini didasari oleh keinginan untuk memposting sesuatu yang special untuk diperlihatkan kepada orang lain.

Mengucapkan Salam: Motif ini didasari oleh keinginan untuk mengucapkan salam atau harapan terbaik kepada seseorang.

Tekanan Sosial: Motif ini didasari oleh adanya kewajiban untuk memposting sesuatu

d. Motif Menarik

Motif menarik berkaitan dengan cara seseorang untuk menjangkau sebanyak mungkin orang dalam lingkaran sosial. Terdapat 3 motif menarik yaitu:

Iklan: Motif didasari oleh keinginan untuk mempromosikan sesuatu untuk kepentingan komersial, misalnya: menjual barang dengan memasang gambar dan harga produk

Meminta Sesuatu: Motif didasari oleh keinginan untuk menyampaikan beberapa informasi dan menginginkan umpan balik tertentu selain jawaban seperti: kenyamanan, selamat, kepedulian, dan dorangan.

Misalnya seseorang sedang berualang tahun mengharapkan ucapan selamat.

(42)

Mencari jawaban: Motif ini didasari oleh keinginan untuk menemukan jawaban atau solusi

Motif Non Komunikatif

a. Motif Penyimpanan Informasi

Media sosial memberikan ruang bagi pengguna untuk menyimpan informasi karena mudah dan fleksibel. Terdapat 2 motif penyimpanan yaitu:

Buku Harian: Motif ini didasari oleh keinginan bahwa media sosial sebagai tempat meyimpan dan merekam berbagai macam peristiwa kehidupan seseorang.

Penyimpanan: Motif ini didasari oleh keinginan bahwa posting sebagai penyimpanan di media sosial dan pengguna dapat menyimpan informasi apapun di media sosial.

b. Motif Psikologis

Motif psikologis berkaitan dengan aktivitas mental dan keadaan psikologis pengguna media sosial. Bagi pengguna media sosial mengungapkan sesuatu dapat membuat perasaan berbeda daripada hanya sekedar memikirkannya saja. Setelah mengungkapkan, perasaan dapat menjadi lebih baik karena media sosial menyediakan cara tidak langusng untuk melakukan komunikasi. Terdapat 4 motif psikologis yaitu:

Dorongan Diri Sendiri: Motif didasari oleh keinginan untuk mengungkapkan sesuatu di media sosial sebagai dorongan diri.

(43)

Melepaskan Tekanan: Motif didasari oleh keinginan untuk berpikir bahwa dengan memposting di media sosial dapat melepaskan tekanan yang dirasakan.

Menghindari rasa malu: Motif didasari oleh keinginan untuk memposting sesuatu karena malu untuk mengungkapkan sesuatu secara langsung.

Sesuka diri: Motif didasari oleh situasi tertentu dan hanya pada saat tertentu saja.

c. Motif Lain

Selain motif-motif yang sudah disebutkan, pengguna media sosial memiliki motif lain dalam menggunakan media sosial. Terdapat 3 motif lain yaitu:

Kegiatan Senggang: Motif ini didasari karena melakukan posting di media sosial sebagai kegiatan di waktu senggang.

Mendapatkan Hadiah: Motif ini didasari karena ketika melakukan posting untuk memenuhi syarat mendapatkan hadiah, misalnya: giveaway Kenakalan: Motif didasari karena ingin mengolok-olok orang lain.

3. Berpendapat di Media Sosial

Setiap pengguna media sosial pernah berbagi pengalaman pribadi dan pengetahuan dengan pengguna media sosial yang lain dan memberikan dukungan sosial dan emosional untuk membantu sesama pengguna. Pengguna media sosial memiliki alasannya masing-masing dalam berbagi informasi di media sosial yang membuat pengguna berbagi posting/komentar/pertanyaan/jawaban/ide/pendapat

(44)

dengan pengguna yang lain. Menurut Sanghee dan Sue (2015) pengguna media sosial dimotivasi oleh beberapa hal berikut.

a. Hiburan

Pengguna media sosial memiliki keinginan untuk berbagi infomasi yang membuat pengguna lain dapat merasa bahagia dan antusias. Pengguna media sosial berbagi hiburan, untuk bersenang-senang atau menghabiskan waktu, hobi kepada pengguna lain yang membutuhkan dan merasa tertarik dengan informasi tersebut.

b. Pembelajaran

Pengguna media sosial ingin berpartisipasi dalam berbagai aktvitas di media sosial dan ingin memberikan informasi terbaru dengan topik yang diminati oleh pengguna media sosial lain.

c. Keterlibatan sosial

Pengguna media sosial dapat berbagi informasi untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna atau membuat informasi bersama dengan pengguna lain.

Kerangka Berpikir

Agresi elektronik dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna media sosial yang dapat berupa menyebarkan kebohongan, rumor, mengolok-olok, berkomentar buruk bahkan ancaman. Dalam agresi elektronik, seseorang dapat mengungkapkan informasi mengenai orang lain,dan menggunakan bahasa yang buruk (Ferdon dan Herzt, 2007). Pengguna yang melakukan agresi elektronik dapat

(45)

melakukan pengusikan dan melakukan penghinaan di media sosial serta mempermalukan dengan mengunggah foto atau video atau cerita mengenai target mereka (Bennet et al, 2011). Agresi elektronik merupakan perilaku yang merugikan orang lain dengan menggunakan teknologi elektronik. Perilaku agresi elektronik dapat memunculkan permusuhan yang dapat dilakukan dengan mengirim pesan yang dikirim oleh individu atau sekelompk orang terhadap individu (Lei et al, 2019).

Agresi elektronik membuat individu kesulitan mengendalikan perilaku dan cenderung bereaksi secara cepat, tanpa adanya pemikiran yang rasional. Ketika berkomunikasi, sebuah isyarat memberikan peranan dalam pembentukan dan menjaga hubungan. Isyarat digunakan mengenali keadaan emosi dan ketika kurang isyarat dalam berkomunikasi dapat menyebabkan situasi perilaku tidak menyadari konsekuensi dari perilaku mereka di media sosial. Pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik juga tidak menyadari perlaku yang dilakukan dapat berdampak buruk karena mereka tidak dapat mengetahui emosi dari pengguna media sosial yang lain. Informasi yang mengandung agresi elektronik dapat ditemukan dengan mudah sehingga pengguna media sosial akan mengalami kesulitan untuk menghindar dan dengan berbagi fitur yang tersedia di media sosial.akan membuat pengguna masih dapat mengakses konten-konten yang mengandung agresi elektronik (Pyzalski, 2011). Media sosial dapat menjadi alat untuk mencari sasaran agresi elektronik yang dapat dilakukan di media sosial populer dan akan menyerang sasaran yang memiliki potensial. Pemilihan media sosial juga dipengaruhi oleh desain media sosial yang memungkinkan pengguna

(46)

untuk berteman, mendapat pembaharuan tentang tren baru dan mendapat hiburan (Okere dan Owolabo, 2020).

Agresi elektronik dapat terjadi karena pengguna media sosial dapat melakukan pembalasan sebagai sebuah respon atas tindakan agresi yang dirasakan.

Etika pengguna merasa tidak nyaman seperti kecemburuan, kecurigaan, ketidakpercayaan atau tidak adanya rasa aman pengguna dapat memiliki potensi untuk menyakiti orang lain agar membuat dirinya merasa aman. Pengguna media sosial juga dapat menganggap agresi elektronik sebagai tindakan yang menyenangkan dan memberikan hiburan dan merupakan hal yang dianggap sebagai candaan. Selain itu, pengguna melakukan agresi elektronik karena merasa marah, frustasi, sakit hati, dan emosi negatif yang dirasakan (Kellerman, 2013).

Pengguna media sosial merasa puas menggunakan media sosial karena untuk hiburan, keperluan pribadi, pencarian informasi, kenyamanan dan ekspresi diri.

Pengguna menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menemukan kepuasan dan berbagi suasana hati. Media sosial berkontribusi dalam kebutuhan emosional teutama dalam membantu yang mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dalam situasi di dunia nyata (Menayes, 2015). Ketika ekspresi diri bertentangan dengan interaksi sosial, individu akan memilih menggunakan media sosial karena ketika menuliskan tentang diri, individu akan memperoleh pemahaman diri yang lebih tinggi sehingga siap menghadapi masalah (Fullwood, Sheenan, Nicholls, 2009).

(47)

Pada usia 17-33 tahun membangun struktur kehidupan yang stabil, selama prosesnya individu mengalami perubahan dan ketidakstabilan. Individu perlu menyesuaikan diri untuk kesiapan dalam menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi, jika tidak siap akan terjadi ketegangan. Pada masa dewasa awal umumnya individu telah mampu memecahkan masalah, tetapi jika terjadi ketegangan masa penyesuaian tersebut belum terlaksana. Pada masa dewasa awal juga terjadi masa perubahan nilai yang berubah seiring dengan pengalaman dan hubungan sosial yang lebih luas (Hurlock,1980).

Media sosial merupakan komunikasi massa yang memberikan penggunannya untuk menyampaikan pesan kepada massa dan dapat berbalas pesan.

Interaksi di media sosial dapat membantu memperkuat hubungan sosial (Jalone,2014). Interaksi ini juga dapat mewujudkan keterbukaan diri yang dapat membantu dalam memperkuat hubungan sosial, kenyamanan, dan kepercayaan di media sosial. Dengan menggunakan media sosial, pengguna dapat menunjukkan perasaan dan pikiran yang ada dalam diri. Media sosial digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan emosi yang dapat memuaskan diri dan melepaskan tekanan yang dirasakan oleh pengguna (Gao,2016).

(48)

Bagan 1. Kerangka Berpikir

Masa dewasa awal terdapat masa transisi dan

perubahan

Media sosial sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dewasa awal: kebutuhan diri kebutuhan emosional kebutuhan sosial

Dalam komunikasi terdapat sebuah isyarat sebagai pembentuk menjaga hubungan

Ketika Isyarat tidak dapat dikenali hubungan dapat menjadi buruk

Tidak muncul agresi elektronik

Muncul agresi elektronik:

penyebab bentuk dampak

(49)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan survei karena bertujuan untuk memperoleh informasi tentang responden terkait dengan pengalaman,pendapat dan sikap dengan mengajukan pertanyaan dan menabulasi jawaban (Supratiknya, 2015). Dalam penelitian kualitatif, penelti dapat mengeksplorasi dan memahami berdasarkan pemaknaan terhadap pengalaman dari partisipan penelitian (Creswell, 2015). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, penyebab dan dampak agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal.

Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah bentuk, penyebab dan dampak agresi elektronik pada pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik.

Partisipan Penelitian

Responden penelitian ini adalah pengguna media sosial. Kriteria pengguna media sosial yang digunakan adalah pengguna media sosial yang berusia 18 hingga 33 tahun yang merupakan pengguna media sosial dengan kategori dewasa awal.

Responden penelitian juga harus memiliki akun media sosial dan sebagai pengguna aktif. Peneliti menggunakan poster online yang diberi keterangan

(50)

mengenai kriteria yang telah ditentukan yang kemudian disebar melalui media sosial.

Dengan fokus penelitian mengenai agresi elektronik, pemilihan responden penelitian didasari oleh responden yang pernah melakukan agresi elektronik di media sosial. Seluruh kriteria dipilih agar responden mampu memberikan jawaban yang dapat menjadi informasi bagi penelitian ini dan sesuai dengan pengalamannya dalam menggunakan media sosial.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan memberikan pertanyaan tertentu kepada responden baik tertulis maupun dengan bentuk gambar (Supratiknya, 2015). Kuesioner yang disusun berisikan pertanyaan terbuka yang berkaitan dengan agresi elektronik di media sosial.

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan fitur google form yang disebarkan melalui media sosial yang dimiliki oleh peneliti. Peneliti juga mengajukan permintaan kepada pengguna media sosial yang lain untuk menyebarkan kuesioner.

Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dan terbuka. Pada kuesioner pertanyaan tertutup, partisipan berikan pilihan jawaban

(51)

pada setiap pertanyaan dan diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang diberikan. Dalam penelitian ini kuesioner tertutup yang digunakan berupa pertanyaan dengan dua pilihan jawaban ya atau tidak yang bertujuan untuk mengungkapkan pendapat responden terhadap persoalan tertentu.

Pada kuesioner pertanyaan terbuka membuat partisipan untuk menuliskan jawaban dengan kata-kata mereka sendiri sehingga dapat mengungkapkan perasaan-perasaan dan tidak merasa dibatasi. Pertanyaan kuesioner terbuka juga memungkinkan jawaban yang tidak pernah diantisipasi oleh peneliti.

(Supratiknya, 2015).

Sebelum mengisi kuesioner terbuka partisipan diminta untuk mengisi pertanyaan mengenai identitas partisipan. Pada tabel 1 ini berisikan pertanyaan data demografik responden seperti jenis kelamin, inisial, usia. Partisipan juga diberikan pertanyaan mengenai media sosial seperti keterangan menggunakan media sosial, konten media sosial, mengunggah di media sosial dan berbagi di media sosial. Pada bagian ini, partisipan diminta untuk menjawab pertanyaan pendahuluan mengenai penggunaan media sosial dan dan dilanjutkan dengan pertanyaan agresi elektronik. Pertanyaan pendahuluan digunakan untuk menarik perhatian responden sebelum menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan hal agresi elektronik.

(52)

Tabel 1. Pertanyaan Indentitas Partisipan 1. Jenis Kelamin

Partisipan

1. Laki-laki 2. Perempuan 2. Inisial

Partisipan

2. Usia Partisipan 18 sampai 33 tahun

3. Keterangan Menggunakan Sosial Media

1. Akun sosial media apa saja yang sering digunakan?

- Facebook - Twitter - Instagram - Youtube - Whatsapp - Line

2. Aktivitas apa saja yang anda lakukan di media sosial tersebut?

- Menambah teman baru

- Mengunggah media (foto, video, gambar, Story, dll) - Melihat unggahan media orang lain (foto, video, gambar, live, status, story, tweet, dll)

- Membuat obrolan (chat, komentar, reply tweet, retweet, direct message)

- Lain-lain (bekerja, berlanja, hiburan, pemasaran, dll)

4. Konten Media Sosial

1. Apakah anda pernah memposting di media sosial? (Mis:

foto/video/status/gambar/tulisan/suara dll) Opsi: Ya dan Tidak

1. a. Konten apa yang anda posting? Jelaskan jawaban anda.

1. b. Mengapa anda memposting konten tersebut? Jelaskan jawaban anda.

1. c. Mengapa anda tidak memposting di media sosial?

Jelaskan jawaban anda.

5. Mengunggah di Media Sosial

2. Apakah anda pernah mengutarakan pendapat atau pesan di media sosial? (Mis: reply, reply story, retweet with comment, comment, message, direct message, chat) Opsi: Ya dan Tidak

2. a. apa yang mendorong anda untuk mengutarakan pendapat atau pesan di media sosial? Jelaskan jawaban anda.

2. b. Mengapa anda tidak mengutarakan pendapat atau pesan di media sosial? Jelaskan jawaban anda.

6. Berbagi Konten Media Sosial

3. Apakah anda pernah membagikan konten yang ada di media sosial? (repost, retweet, reupload, dan lain-lain) Opsi: Ya dan Tidak

3. a. Mengapa anda membagikan konten tersebut? Jelaskan jawaban anda.

3. b. Mengapa anda tidak membagikan konten di media sosial? Jelaskan jawaban anda.

(53)

Pada pengisian data pribadi partisipan diminta untuk mengisi sesuai dengan kondisi saat ini. Pada bagian keterangan sebagai pengguna media sosial partisipan diminta untuk mengurutkan jawaban yang sesuai dengan kondisi mereka.

Pengurutan jawaban ini bertujuan untuk mengetahui apa yang paling sering mereka lakukan di media sosial dan mengetahui sosial media apa yang sering digunakan. Pada bagian konten media sosial terdapat pilihan jawaban iya dan tidak kemudian, partisipan diminta untuk menjelaskan alasan sesuai dengan pilihannya.

Pada bagian pertama menjelaskan mengenai jenis konten yang diunggah di media sosial. Pada bagian kedua menjelaskan mengenai berbagi pendapat dan pesan di media sosial dan pada bagian menjelaskan mengenai berbagi konten media sosial dengan menggunakan fitur yang ada di media sosial

Setelah melakukan pengisian identitas, responden akan dilanjutkan pada pertanyaan terbuka. Pada tabel 2 berisi pertanyaan mengenai agresi elektronik yang meliputi 3 bagian yang bertujuan untuk mengetahui bentuk, penyebab dan dampak agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal.

(54)

Tabel 2. Pertanyaan Kuesioner

Tujuan Pertanyaan

Mengetahui bentuk- bentuk agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal.

1. Bagaimana cara anda menanggapi konten yang tidak anda sukai? Jelaskan jawaban anda.

2. Apa bentuk konten kebencian yang anda posting? (Mis:

menulis pesan/komentar/status/upload gambar/foto/video, dll). Jelaskan jawaban anda.

Mengetahui penyebab agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal.

1a. Apa yang membuat anda menanggapi konten yang tidak anda sukai? Jelaskan jawaban anda.

1b. Kepada siapa hal tersebut ditujukan? Jelaskan jawaban anda.

2a. apa yang mendorong anda memposting konten bersifat kebencian? Jelaskan jawaban anda.

2b. Kepada siapa konten tersebut ditujukan? Jelaskan jawaban anda.

2c. Di media sosial mana anda melakukan hal tersebut?

Jelaskan jawaban anda.

Mengetahui dampak pengguna media sosial yang melakukan agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal.

3. Apa yang anda rasakan saat memposting konten yang bersifat kebencian di media sosial? Jelaskan jawaban anda.

3a. Apa yang anda rasakan setelah memposting yang bersifat kebencian di media sosial? Jelaskan jawaban anda.

Pada bagian pertama bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk agresi elektronik di media sosial pada dewasa awal. Pertanyaan ini berisi pertanyaan seputar bagaimana partisipan menanggapi konten yang tidak disukai dan konten kebencian apa yang pernah responden unggah di media sosial. Pada bagian kedua bertujuan untuk mengetahui penyebab-penyebab agresi elektronik di media sosial pada masa dewasa awal yang berisikan pertanyaan seputar penyebab partisipan menanggapi konten yang tidak disukai dan apa yang mendorong partisipan mengunggah konten kebencian di media sosial. Pada bagian ketiga bertujuan untuk mengetahui dampak-dampak agresi elektronik di media sosial yang berisikan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa untuk mengenali dirinya terkait sensitivitas individu terhadap penolakan sehingga menghindari agresi

ABSTRAK Sarah Dea Fatonah 201310515137 Hubungan Antara Instigation dengan Kontrol Diri Pada Pengguna Media Sosial Usia Dewasa Awal di Universitas Bhayangkara Jakarta Raya..

Pemasaran Media Sosial digambarkan sebagai bentuk pemasaran Internet yang memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran di mana pengguna memproduksi dan berbagi konten

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dimana bagi pelaku pengguna media sosial ujaran kebencian diatur dalam Pasal.28 ayat (2) isinya” Setiap

4 Nasrullah, Rulli. Media Sosial : Perspektif Komuniasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial.. termasuk di dalam pengguna media

Hayes 2015 Media sosial adalah media berbasis Internet yang memungkinkan pengguna berkesempatan untuk berinteraksi dan mempresentasikan diri, baik secara seketika ataupun tertunda,

Document ini membahas pengaruh kenaikan pengguna internet dan media sosial terhadap promosi produk oleh perusahaan

Media sosial membantu remaja awal agar tetap terhubung satu sama lain, mendapatkan informasi yang berguna dapat dipertukarkan melalui jejaring sosial, dengan media sosial dapat