• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARGET DAN LUARAN

Dalam dokumen Full Paper P00192 (Halaman 52-72)

MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN

FASILITASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh : Bening Dwiono

MANAJEMEN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Apa itu Pengembangan Masyarakat?

Ada dua kata kunci, yaitu “pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya.

Masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep, yaitu (Mayo, 1998:162)

ƒ Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.

ƒ Masyarakat sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak cacat phisik) atau bekas para pengguna pelayanan kesehatan mental.

Istilah masyarakat dalam PM biasanya diterapkan:

ƒ Pelayanan-pelayanan sosial kemasyarakatan yang membedakannya dengan pelayanan- pelayanan sosial kelembagaan.

ƒ Pelayanan perawatan manula yang diberikan di rumah mereka dan/atau di pusat-pusat pelayanan yang terletak di suatu masyarakat merupakan contoh pelayanan sosial

kemasyarakatan. Sedangkan perawatan manula di sebuah rumahsakit khusus manula adalah contoh pelayanan sosial kelembagaan.

Istilah masyarakat juga sering dikontraskan dengan “negara”.

ƒ Misalnya, “sektor masyarakat” sering diasosiasikan dengan bentuk-bentuk pemberian pelayanan sosial yang kecil, informal dan bersifat bottom-up. Sedangkan lawannya, yakni “sektor publik”, kerap diartikan sebagai bentuk-bentuk pelayanan sosial yang relatif lebih besar dan lebih birokratis.

ƒ PM yang berbasis masyarakat seringkali diartikan dengan pelayanan sosial gratis dan swadaya yang biasanya muncul sebagai respon terhadap melebarnya kesenjangan antara menurunnya jumlah pemberi pelayanan dengan meningkatnya jumlah orang yang membutuhkan pelayanan.

ƒ PM juga umumnya diartikan sebagai pelayanan yang menggunakan pendekatan- pendekatan yang lebih bernuansa pemberdayaan (empowerment) yang memperhatikan keragaman pengguna dan pemberi pelayanan.

Dengan demikian, PM dapat didefinisikan sebagai berikut, yaitu

• Metoda yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya (AMA, 1993).

• “The process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking collective actions” (Twelvetrees, 1991:1).

Secara khusus PM berkenaan dengan upaya pemenuhan kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, jender, jenis kelamin, usia, dan kecacatan.

Apa Saja Model Dalam Pengembangan Masyarakat?

Secara garis besar ada dua model atau pendekatan (Twelvetrees; 1991), yaitu : “Profesional” dan “Radikal”.

1. Pendekatan professional

Umumnya menunjuk pada upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian pelayanan dalam kerangka relasi-relasi sosial.

2. Pendekatan Radikal

Berpijak pada teori struktural neo-Marxis, feminisme dan analisis anti-rasis, pendekatan radikal lebih terfokus pada upaya mengubah ketidakseimbangan relasi- relasi sosial yang ada melalui pemberdayaan kelompok-kelompok lemah, mencari sebab-sebab kelemahan mereka, serta menganalisis sumber-sumber ketertindasannya.

Tabel 2.1. Dua Perspektif Pengembangan Masyarakat (Mayo, 1998:166)

Perspektif Tujuan / Asumsi

Profesional

(Tradisional, Netral Teknikal)

•Meningkatkan inisiatif masyarakat, termasuk kemandirian.

•Memperbaiki pemberian pelayanan social dalam kerangka relasi social yang ada.

Radikal

(Transformasial)

•Meningkatkan inisiatif masyarakat, memperbaiki pemberian pelayanan social.

•Pemberdayaan masyarakat guna mencari akar penyebab ketertindasan dan diskriminasi.

•Mengembangkan strategi dan membangun kerjasama dalam melakukan perubahan sosial sebagai bagian dari upaya mengubah relasi sosial yang menindas, diskriminatif, dan eksploitatif.

Tabel 2.2. Model-model Pengembangan Masyarakat (Mayo, 1998:167) Perspektif Model

Profesional

(Tradisional, Netral Teknikal)

Perawatan Masyarakat, Pengorganisasian Masyarakat, Pembangunan Masyarakat Radikal

(Transformasial)

Aksi Masyarakat Berdasarkan Kelas Aksi Masyarakat Berdasarkan Jender

PM Membutuhkan Knowledge dan Skiil, antara lain:

1. Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi) 2. Assessment (termasuk assessment kebutuhan dan profile wilayah) 3. Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat).

4. Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah maupun kelompok- kelompok kepentingan)

5. Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi konflik). 6. Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga).

7. Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat dengan beragam latar kebudayaan)

8. Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi untuk memperoleh bantuan)

9. Pencatatan dan pelaporan

10. Monitoring dan evaluasi (Monev)

Perangkat Pendukung Lainnya PM antara lain, yaitu:

ƒ pengetahuan mengenai kebijakan sosial, sistem negara kesejahteraan (welfare state), dan hak-hak sosial masyarakat

ƒ termasuk pengetahuan-pengetahuan khusus dalam bidang-bidang dimana praktek pekerjaan sosial beroperasi, seperti: kebijakan kesejahteraan sosial dan kesehatan, praktek perawatan masyarakat, peraturan dan perundang-undangan perlindungan anak, serta perencanaan sosial termasuk perencanaan wilayah (perkotaan dan pedesaan) dan perumahan

Manajemen Perencanaan dalam Pengembangan Masyarakat

Setidaknya ada 7 langkah, yaitu : 1. Perumusan masalah

PM dilaksanakan berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh PM berkaitan dengan kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, pemberantasan buta hurup, dll. Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), diskusi kelompok, rapat desa, dst.

2. Penetapan program

Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati sebagai prioritas yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut

3. Perumusan tujuan

Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik memiliki karakteristik jelas dan spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia.

4. Penentuan kelompok sasaran

Kelompok sasaran adalah sejumlah orang yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.

5. Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana

Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan sumber daya manusia.

6. Penentuan strategi dan jadual kegiatan

Strategi adalah cara atau metoda yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.

7. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memantau proses dan hasil pelaksanaan program. Apakah program dapat dilaksanakan sesuai dengan strategi dan jadwal kegiatan? Apakah program sudah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan? suatu kegiatan indikator keberhasilan.

FASILITASI PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

A. FASILITASI

Dalam melaksanakan Program Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat difasilitasi atau dipandu oleh Fasilitator. Fasilitasi mengandung pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat dan mampu mengembangkan diri untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan potensi yang dimiliki. Untuk memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat diperlukan cara atau teknik fasilitasi.

A.1. Fungsi dan Kemampuan Fasilitator

Secara umum pelaku proses fasilitasi sering disebut fasilitator. Dalam pemberdayaan masyarakat dipahami sebagai pendamping. Sedangkan Pendamping Lokal, Kader Pemberdayaan Masyarakat serta seluruh pelaku Program Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari masyarakat setempat juga berperan sebagai fasilitator yang dipahami sebagai

Kader Pemberdayaan. Sebagai pendamping masyarakat, pada waktu tertentu harus siap mundur dari perannya dan memandirikan para Kader Pemberdayaan.

Fungsi Fasilitator

Agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik maka seorang Fasilitator perlu menyadari dan memahami empat fungsi seorang fasilitator di masyarakat yaitu :

(a) Sebagai Narasumber

Artinya seorang fasilitator harus mampu menyediakan dan siap dengan informasi-informasi termasuk pendukungnya yang berkaitan dengan program. Seorang fasilitator harus mampu menjawab pertanyaan, memberikan ulasan, gambaran analisis maupun memberikan saran atau nasehat yang kongkrit dan realistis agar mudah diterapkan.

(b) Sebagai Guru

Fungsi sebagai guru seringkali dibutuhkan untuk membantu masyarakat dalam mempelajari dan memahami keterampilan atau pengetahuan baru dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan program. Sebagai fasilitator harus mampu menyampaikan materi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat serta mudah diterapkan tahap demi tahap.

(c) Sebagai Mediator (i) Mediasi potensi

Seorang fasilitator diharapkan dapat membantu masyarakat memediasi sehingga masyarakat bisa mengakses potensi–potensi dan sumber daya yang dapat mendukung pengembangan dirinya, misalnya: sektor swasta, perguruan tinggi, LSM, peluang pasar.

(ii) Mediasi berbagai kepentingan

Seorang fasilitator diharapkan juga dapat berperan sebagai orang yang dapat menengahi apabila diantara kelompok atau individu di masyarakat terjadi perbedaaan kepentingan. Perlu diingat fungsi ini bukan berarti fasilitator yang memutuskan tetapi hanya perlu mengingatkan masyarakat tentang konsistensi terhadap berbagai kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Arti lain adalah menyesuaikan berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Jika diperlukan seorang fasilitator bisa membantu masyarakat dengan memberikan berbagai alternatif kesepakatan dalam menyesuaikan berbagai kepentingan demi tercapainya tujuan bersama. Untuk itu seorang fasilitator harus netral dan tidak memihak kepada salah satu kelompok saja.

(iii) Sebagai Perangsang atau Penantang (Challenger)

Sering ditemui bahwa masyarakat jarang mengetahui dan mengenal potensi dan kapasitasnya sendiri. Untuk itu seorang fasilitator harus mampu merangsang dan mendorong masyarakat untuk menemukan dan mengenali potensi dan kapasitasnya sendiri. Dengan fungsinya tersebut fasilitator mampu mendorong masyarakat sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan secara mandiri. Tetapi di satu sisi, seorang fasilitator harus dapat berfungsi sebagai animator yakni ketika masyarakat sudah secara penuh /mandiri dapat memutuskan segala sesuatu tanpa bayang-bayang intervensi fasilitatornya.

Kemampuan Fasilitator

Agar dapat menjalankan fungsi-fungsi diatas maka seorang fasilitator perlu dibekali dan memiliki beberapa kemampuan antara lain :

(a) Kepemimpinan

Seorang fasilitator juga akan menjalankan fungsi kepemimpinan di masyarakat sehingga seharusnya memiliki kapasitas untuk membuka visi, membimbing, memberi motivasi, menggerakkan sekaligus berperan sebagai mediator antar warga masyarakat danpihak lain yang diperlukan. Beberapa upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan kepemimpinan antara lain:

(i) Dengan menambah pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan.

(ii) Belajar sendiri dengan banyak membaca buku.

(iii) Banyak menimba atau mempelajari pengalaman dari luar (studi banding, seminar- seminar)

(iv) Harus tanggap, dapat menjabarkan ide-ide, konsep dan kebijakan.

(v) Melatih diri dengan berpikir kreatif, berpikir orisinal dan selalu berwawasan masa depan – visionary.

(vi) Tahan dan berjiwa besar menerima kritik dari luar.

(b) Konseptual

Yang dimaksud kemampuan konseptual adalah kemampuan menerjemahkan pemikiran dan konsep yang rumit menjadi mudah diterima/dipahami oleh masyarakat serta merangsang lahirnya ide-ide baru untuk perubahan di masyarakat yang positif.

(c) Komunikasi

Termasuk dalam kemampuan komunikasi yang dibutuhkan adalah:

(i) Kemampuan menyampaikan pesan atau informasi

Fasih dan jelas dalam menyampaikan pesan, informasi, ide atau gagasan (intervensi informasi) kepada masyarakat merupakan syarat mutlak seorang fasilitator dalam menjalankan proses fasilitasi. Dengan kemampuan itulah fasilitator akan dapat menjelaskan dan memberikan kontribusi kepada anggota dan kelompok masyarakat.

Jika seorang fasilitator mampu menjadi pendengar yang aktif maka sangat memungkinkan akan tahu apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat. Dengan mengetahui apa yang terjadi dan peka terhadap perasaan dan emosi dibalik ungkapan kata yang disampaikan oleh masyarakat menjadi dasar untuk mengambil sikap dan tindakan apa yang seharusnya dilakukan. Untuk menjadi pendengar yang baik dan aktif diperlukan suatu pengendalian terhadap emosi atau perasaan diri serta bisa menghargai setiap pendapat dan gagasan yang disampaikan masyarakat.

(iii) Bertanya efektif dan terarah

Dengan bertanya secara efektif akan memudahkan seorang fasilitator untuk belajar dan mengerti apa yang terjadi serta sekaligus dapat memberi pemahaman untuk dapat memilih dan menemukan alternatif tindakan. Bertanya efektif dan terarah dapat dilakukan jika fasilitator telah menguasai dan memahami program yang disampaikan.

(iv) Kemampuan dalam pengembangan masyarakat

Beberapa kemampuan yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Mengenal isu-isu lokal

Seorang fasilitator perlu memahami benar serta menghayati isu-isu yang berkaitan dengan pemberdayaan sehingga mengenal apa yang harus dan bisa dilakukan oleh masyarakat.

2) Kemampuan identifikasi

Kemampuan mengidentifikasi potensi, masalah, hambatan dan fenomena yang terjadi merupakan awal dan bekal seorang fasilitator dalam melakukan pemberdayaan dan fasilitasi di masyarakat. Kemampuan ini diperlukan untuk pendekatan kepada masyarakat agar program pemberdayaan masyarakat berjalan optimal.

3) Kemampuan analitis

Melalui proses analitis maka seorang fasilitator akan dapat mengantisipasi masalah, menemukan berbagai alternatif penyelesaian serta mampu

4) Adaptasi partisipatif

Menyesuaikan diri dengan kondisi, harapan dan karakteristik masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat, merupakan bekal yang sangat positif dalam fasilitasi. Hal tersebut diharapkan dapat memberi manfaat berupa keterlibatan dan rasa memiliki dari masyarakat terhadap program serta dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan program. Di sisi lain keberadaan masyarakat sebagai orang dewasa menuntut fasilitator untuk dapat melibatkan pemikiran dan aksi mereka agar dapat memberi kontribusi terhadap pelaksanaan program.

5) Berpandangan positif ke depan (visioner)

Selalu berpandangan secara positif dalam banyak hal sehingga tidak mudah terjebak pada pengambilan posisi pada setiap masalah secara sebagian–sebagian dan hanya didasarkan pada kepentingan sesaat/jangka pendek saja, tetapi segala sesuatu dipandang secara utuh didasarkan pada tujuan yang jauh ke depan.

6) Kemampuan melakukan aksi sebagai akumulasi kemampuan teknis

Seringkali “dengan kata” saja dirasa tidak cukup karena di beberapa hal menuntut bukti. Begitupun dengan masyarakat, seorang fasilitator perlu sesekali melakukan sesuatu sebagai wujud sebuah pernyataan untuk bukti keberadaan dan kepedulian terhadap masyarakat. Untuk itu, fasilitator perlu memiliki kemampuan teknis sbb:

a. Tahu dan mampu bagaimana sesuatu harus dikerjakan b. Ahli dalam bidangnya dan berpengalaman

c. Paham akan ketentuan/peraturan yang berlaku

d. Mampu mengendalikan proses pelaksanaan pekerjaan e. Secara fisik dan mental siap menghadapi tugas operasional

f. Memiliki daya tahan, ketekunan, keuletan dalam penyelesaian tugas.

7) Kemampuan hubungan antar manusia (human relationship)

Seorang fasilitator harus memiliki kapasitas untuk membina hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Berkaitan dengan bagaimana

memperlakukan dan berinteraksi dengan mereka serta menempatkan mereka dengan prinsip kesetaraan.

A.2. Proses Fasilitasi di Masyarakat

A.2.1 Tahap Identifikasi dan Penjajakan Awal

Proses awal dari fasilitasi yang harus dilakukan fasilitator adalah menemukenali masyarakat, mencakup pemahaman tentang kondisi permasalahan, potensi yang dimiliki serta lingkungan sosial, ekonomi dan budayanya dalam rangka mendapatkan kebutuhan-kebutuhan masyarakat terhadap program pemberdayaan. Bagi Fasilitator yang biasanya berasal dari luar lokasi penerima program, tahap ini sangat penting dan sangat membantu dalam kelancaran menjalankan tugas-tugasnya. Identifikasi wilayah dapat dilakukan melalui kunjungan untuk mengamati (observasi) maupun mewawancarai masyarakat guna mengetahui kondisi, potensi serta kebiasaan yang berkembang di masyarakat tersebut. Pada tahap ini fasilitator sekaligus dapat memperkenalkan dirinya kepada masyarakat, melakukan pendekatan kepada tokoh- tokoh kunci yang berpengaruh, serta menjelaskan keberadaan dirinya sebagai seorang fasilitator yang akan membantu masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat.

Tujuan Identifikasi/Penjajagan Awal

a. Menemukenali hubungan sebab akibat masalah kemasyarakatan, serta memahami arah kecenderungan perubahan yang berlangsung didalamnya.

b. Menyusun kriteria untuk menetapkan prioritas penanganan masalah dengan perhitungan peluang dan daya dukung pembangunan terhadap pengembangan kesejahteraan masyarakat dan menjadi masukan dalam menyusun prioritas penanganan masalah secara berjenjang serta menyusun rencana penataan kawasan.

c. Menyusun prioritas penanganan masalah dan mengembangkan program pembangunan yang realistis dan terukur yang akan dilaksanakan pada jangka pendek, menengah dan jangka panjang (sekaligus sebagai bahan untuk kegiatan Menggagas Masa Depan Desa/ MMDD) dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang akan dilaksanakan oleh masyarakat melalui lembaga yang ditunjuk.

d. Menyusun aturan main dan mekanisme kerja sama dengan pihak ketiga serta penentuan instansi atau pelaku terkait dalam penanganan masalah.

e. Menyusun rencana detail penanganan program jangka pendek dan menengah yang meliputi aspek teknis, mobilisasi sumber daya dan mekanisme pelaksanaan pembangunan, pengelolaan fisik, pemantauan keuangan serta pertanggungjawaban pelaksanaan.

f. Menetapkan standar proposal kegiatan di wilayah program (desa/kelurahan).

Catatan Khusus:

1. Sebelum melakukan penjajakan awal, fasilitator sebaiknya perlu mengetahui gambaran umum kondisi dusun/desa/kecamatan, terutama yang berkenaan dengan aspek-aspek yang khas dari masyarakat bersangkutan, seperti tradisi/adat, budaya, kebiasaan, pola perilaku, struktur sosial masyarakat.

2. Pada tahap awal, tanggapan masyarakat secara umum cenderung menilai PNPM Mandiri Perdesaan adalah “bantuan dan masyarakat hanya tinggal pakai”. Oleh karena itu, fasilitator perlu secara jelas dan bertahap menerangkan, secara formal maupun informal, tentang pembangunan yang bersifat top down dan bottom up, dengan contoh-contoh nyata dan mudah dipahami, Hal ini bisa dilakukan dengan cara membandingkan terhadap hal-hal yang pernah terjadi di lingkungan dusun/desa sendiri berkenaan dengan dua pendekatan pembangunan tersebut.

3. Jika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KMPD/K) telah terbentuk, dalam pertemuan berkala tim pelaku, sebaiknya terdapat agenda acara untuk mengkaji tanggapan atas perkembangan lapangan. Pembahasan dilaksanakan dengan mengkaitkan perkembangan lapangan dan prinsip-prinsip serta tata cara penyelenggaraan PNPM Mandiri Perdesaan. Hal itu dimaksudkan untuk mempertajam pemahaman dari anggota tim pelaku , baik yang berkenaan dengan prinsip serta tata cara kegiatan maupun tentang kondisi komunitas itu sendiri serta tentang kemungkinan-kemungkinan langkah pemecahan/pendekatan kepada warga.

4. Fasilitator dan KPM-D/K perlu mencermati tingkat keterlibatan setiap anggota tim pelaku dalam kegiatan. Selain itu, KPM-D/K pun perlu mengembangkan hubungan lebih mendalam melalui intensitas komunikasi dengan para anggota. Hal itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kondisi saling mengenal – saling percaya dalam tim.

A.2.2 Tahap Penyebarluasan Informasi

Sosialisasi Penyebarluasan informasi merupakan salah satu tahap awal proses kegiatan dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan pemahaman kepada masyarakat yang menyangkut keseluruhan aspek program, yang dilakukan oleh Fasilitator dan Pendamping Lokal. Dengan penyebarluasan informasi ini diharapkan, setelah masyarakat memahami program dan tumbuh kesadaran serta motivasi untuk mendukung dan melaksanakan program dengan penuh tanggung jawab.

Tujuan Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi

a. Masyarakat memahami secara umum kondisi, masalah dan potensi lokasi yang meliputi aspek sosioekonomi, dan fisik lingkungannya.

b. Masyarakat memahami kegiatan pemberdayaan masyarakat yang akan dilaksanakan di wilayahnya.

c. Masyarakat bersedia menindaklanjuti pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui program bidang sarana prasarana dasar, pendidikan, kesehatan, sosioekonomi dan peningkatan kapasitas.

A.2.3 Tahap Pendampingan A.2.3.1 Tujuan Pendampingan

a. berkembangnya kemampuan tokoh masyarakat menjadi perintis, penggerak dan pelaksana pembangunan.

b. tumbuhnya kemampuan masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan yang dilandasi semangat kebersamaan.

c. berkembangnya kemampuan organisasi/kelembagaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.

d. meningkatnya kemampuan masyarakat dalam menggali dan menghimpun potensi lokal dalam suatu organisasi.

e. meningkatnya jumlah pelaku pembangunan oleh masyarakat serta peningkatan keberhasilan dalam pengelolaannya.

A.2.3.2 Tahapan Pendampingan A.2.3.1 Fase Persiapan

Persiapan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam rangka melakukan pendampingan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat kepada kelompok sasaran. Persiapan pendampingan merupakan langkah penting yang sering kali diabaikan atau kurang mendapat porsi perhatian yang cukup, yang mengakibatkan banyak kasus pendampingan tidak berjalan dengan baik. Persiapan pendampingan, dari pengalaman selama ini menunjukkan dapat menyumbang keberhasilan program pemberdayaan. Adapun langkah-langkah persiapan meliputi :

• Identifikasi lokasi (data primer dan data sekunder)

• Melakukan orientasi/sosialisasi dan proses pemahaman kegiatan kepada kelompok sasaran.

• Identikasi kebutuhan pendampingan/fasilitasi (need assessment): bentuk/jenis pendampingan/fasilitasi.

• Review/analisis hasil need assessment (apa dan siapa melakukan kegiatan apa), • Penetapan arah program kegiatan

• Perumusan tindakan (pilihan metode yang digunakan, waktu yang tepat, sumber daya yang diperlukan).

Merumuskan indikator keberhasilan pendampingan (partisipatif). • Penetapan standar teknis (aturan main) operasional.

• Penyusunan rencana program pelaksanaan

• Merancang proses pendampingan (jadwal, tempat, waktu, materi, pemeran). • Pembentukan tim pelaksana kegiatan

• Pembekalan teknis kepada tim pelaku di setiap tingkatan (dusun, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi).

Penyusunan mekanisme koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan • Penyusunan mekanisme pengaduan masyarakat dan sistem pengendalian

A.2.3.2 Fase Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya merealisasikan perencanaan yang telah dirumuskan pada tahap persiapan. Kegiatannya adalah:

• Menyampaikan posisi dan perannya sebagai Fasilitator dalam masyarakat (tidak mengambil keputusan, masyarakat yang berperan utama, serta batasan lainnya yang tidak akan dilakukan oleh Fasilitator)

• Menjelaskan tentang fase pelaksanaan pada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya (seperti aparat desa/pemerintah daerah, tim koordinasi kecamatan/kabupaten, instansi terkait)

• Memfasilitasi masyarakat dalam merumuskan mekanisme penggalian gagasan.

• Memfasilitasi penentuan skala prioritas berdasarkan proposal masyarakat, mekanisme dan prosedur penyerapan dan pemanfaatan dana, mekanisme pelaksanaan kegiatan berdasarkan proposal yang disetujui.

• Memfasilitasi masyarakat dalam merumuskan sistem monitoring dan pengendalian pelaksanaan kegiatan secara partisipatif,

• Memfasilitasi perumusan mekanisme penanganan dan pengaduan masyarakat.

• Memfasilitasi proses penyusunan sistem pemeliharaan dan pengelolaan pembangunan pasca program.

• Memfasilitasi sistem evaluasi pelaksanaan kegiatan.

• Menjaga proses (pengendalian) dan aturan main agar sesuai dengan kesepakatan bersama (tetap partisipatif, tidak ada dominasi, ada kerjasama yang baik, agar tujuan yang diharapkan).

• Mencatat proses pelaksanaan yang berlangsung (permasalahan, solusi, kekuatan dan kelemahan).

• Melakukan monitoring dan evaluasi bersama untuk mengukur tingkat pencapaian (indikator yang sudah disepakati).

A.2.3.3 Pasca Pendampingan

Pada kegiatan ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah :

• Menginformasikan hasil yang diperoleh kepada pihak-pihak yang terkait. • Mengevaluasi kegiatan pendampingan/fasilitasi (keberhasilan dan kegagalan)

terhadap pendayagunaan: sumberdaya, metode, teknik yang digunakan, dan kelompok sasaran (kemampuan dan kaderisasi).

• Merumuskan perbaikan program pendampingan/fasilitasi.

• Merencanakan tindak lanjut (siklus pembelajaran yang terus menerus).

A.2.3.4 Refleksi/Evaluasi Hasil

Setelah melalui berbagai tahapan di atas, ajaklah masyarakat untuk mengukur, mengevaluasi dan menganalisis langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya untuk menemukan langkah-langkah strategis selanjutnya.

Enam Kesalahan Pendampingan yang Sering Terjadi

1. Kegiatan pendampingan dilakukan, tetapi hanya sebagai formalitas saja. Hal ini mungkin terjadi karena fasilitator kurang berkomitmen pada metode pemberdayaan masyarakat. 2. Fasilitator secara sengaja atau pun tidak sengaja mendorong masyarakat untuk menerima

pendapat atau saran fasilitator sendiri.

Dalam dokumen Full Paper P00192 (Halaman 52-72)

Dokumen terkait