• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 Cakupan Kunjungan

Bayi

5.547 5.352 96 90 Terlampaui 7 Cakupan Kunjungan

Anak Balita

30.746 13.133 42,71 90 Masih Dibawah

target 8 Cakupan Kunjungan

Pemberian Makanan anak Balita pendamping ASI pada anak usia 6-24 bln pada GAKIN 10 Cakupan Peserta KB

Aktif

47.171 33.772 79.9 70 Terlampaui B Deteksi Dini penyakit

1 Cakupan Penjaringan siswa SD dan Sederajat

5.899 1.618 27,4 ≠ tercapai C Akses Pelayanan

Kesehatan: 2 Cakupan Pelayanan

Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

213.282 13.632 6,4 100 Tercapai

3 Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan Rumah sakit Kab/Kota

1 1 100 100 Tercapai

28 D Peningkatan Kualitas

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 1 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita

d. Penderita DBD yang ditangani

Capaian Pelayanan Kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 , Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun, sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan , dibandingkan dengan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.

Untuk tahun 2016, capaian kinerjanya menunjukkan kinerja yang Sangat Tinggi, Capaian ini juga menyumbang sebanyak 101,74% dari target pada akhir

RENSTRA (2018).Keberhasilan capaian kinerja tersebut dibandingkan target yang ditetapkan pada tahun 2015, hal ini dipengaruhi oleh Tingkat Kesadaran Ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya semakin meningkat dan semakin dekatnya sarana pelayanan kesehatan dengan masyarakat.

29

Kunjungan ibu hamil (K4) memiliki penurunan capaian dibandingkan tahun 2015. Terhadappeningkatan kinerja yang terjadi dapat dijadikan solusi untuk pencapaian target kinerja pada tahun berikutnya, jika dibandingkan dengan Target cakupan Nasional maka capaian tahun 2016 telah melampaui yaitu 101,74%

dimana target nasional yaitu 95%.Komplikasi Persalinan adalah kesakitan pada ibu hamil , ibu bersalin, ibu nifas dan atau janin dalam kandungan , baik langsung maupun tidak langsung , termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan atau janin. Diperkirakan sekitar 20% dari kahamilan akan mengalami komplikasi oleh karena itu dibutuhkan upaya pencegahan dan penaganan komplikasi kebidanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/ pencegahan dan penanganan defenitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompoten pada tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Cakupan komplikasi kebidananyang ditangani pada tahun 2016 dikabupaten Takalar Mencapai 65,2 % jika dibangdingkan dengan capaian Tahun 2015 di Kabupaten Takalar sebesar 72% menunjukkan bahwa terjadi penurunan pelayanan, namun jika dibandingkan dengan target nasional masih jauh dari target nasional yang ditetapkan sebesar 80%.

Pelayanan Kesehatan Anak / Balita diharapakan mampu menekan angka kesakitan dan kematian pada bayi/anak/balita, target penurunan AKB berdasrkan MDGs 2015 sebesar 23/1000 kelahiran hidup dan komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kematian anak hingga dua pertiga dalam kurung waktu 1990 - 2015. Berdasarkan hal tersebut maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (Neonatal) merupakan prioritas utama. Cakupan Neonatal dengan Komplikasi ditahun 2016 sebesar 65,2% jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 72% hal ini menglami penurunan dan jika dibandingkan

30

dengan target nasional masih sangat jauh yaitu 80%, salah satu faktor yang menyebabkan penurunan cakupan tersebut adalah karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya pada sarana kesehatan yang tersedia baik dipuskesmas, Pustu maupun Polindesa. Walaupun sarana pelayanan kesehatan semakin dekat.

Kunjungan Bayi atau neonatal lengkap (KN Lengkap) pada tahun 2016 sebesar 96% jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 93,1% mengalami peningkatan sebesar 2,9% dari tahun sebelumya dan jika dibandingkan dengan target nasional,dimana target nasional sebesar 90% ,maka capaian tersebut melampaui target nasional sebesar 6%. Cakupan pelayanan anak balita merupakan salah satu bagian yang penting. Pemantauan kesehatan bayi dan balita perlu dilakukan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka selalu optimal. Indikator cakupan anak balita ditujukan pada anak 12 bulan sampai dengan 59 bulan dengan memperoleh pelayanan berupa pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun , pemberian vitamin A dua kali dalam setahun, stimulasi deteks dan intervensi dini tumbuh kembang balita 2 kali dalam setahun dan pelayanan anak balita sakit sesuai dengan standar menggunakan manajemen mutu terpadu (MTBS). Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita tahun 2016 sebesar 42,71% jika dibandingkan tahun sebelumnya (2015) sebesar 38,32% hal ini mengalami peningkatan sebesar 4,39% dan capain tersebut masih jauh dari target nasional yaitu 90%.

Pemberian makanan tambahanpendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin diharapkan dapat menurunkan prevalensi gizi kurang pada bayi /balita, cakupan MPASI pada tahun 2016 mencapai 64,11% hal ini jika dibandingkan dengan tahun 2015 mencapai 11,68% hal ini menunjukkan bahwa

31

mengalami peningkatan 52,43% dan masih sangat jauh jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 100%

Dukungan tahun 2016 jumlah program kegiatan terhadap pencapaian sasaran ini didukung oleh Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan anak, Program Mutu dan Pelayanan Kesehatanserta Program Manajemen dan Kebijakan Pembangunan, Program/kegiatan tersebut sangat mendukung tercapainya target yang ingin dicapai.

Deteksi Dini Penyakit

Salah satu sasaran strategis dalam pelaksanaan program kesehatan adalah anak sekolah karena jumlahnya yang besar dan juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena teroganisir dengan baik. Sasaran diutamakan untuk anak Sekolah Dasar/ Sederajat kelas 1. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan bersama dengan tenaga lainnya yang terlatih (Guru UKS/UKSG dan dokter Kecil) hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigidan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.

Cakupan sasaran ini mencapai untuk tahun 2016 baru mencapai 27,43% dan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan tahun 2016 dengan tahun 2015 terjadi penurunan capaian sebesar 72,57%, Dan jika dibandingkan dengan kahir renstra tahun 2018 sebesar 95% masih jauh dari pencapaian target Nasional.

Penjaringan siswa SD dilakukan dengan melakukan kunjungan pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan gigi dan mulut, kecacingan serta penjaringan kasus

32

penyakit menular seperti kusta daerah rawan untuk menekan angka penularan penyakit sedini mungkin .

Capaian deteksi dini penyakit ini dapat dilihatpada tabel sebagai berikut:

Tabel 13.

Rencana dan Realisasi Capaian Deteksi Dini Penyakit ( Penjaringan Siswa SD/Sederajat) Tahun 2016)

No Indikator

Cakupan pelayanan kesehatan khusus bagi masyarakat miskin pada tahun 2016 mencapai 120,14%, dimana pada tahun sebelumnya (2015) mencapai 142,5%, hal ini menunjukkan penurunan jumlah masyarakat miskin yang dilayani sebesar 21,9%, penurunan tersebut disebabkan karena makin baiknya pelayanan yang diberikan dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat disamping itu promosi kesehatan berjalan dengan baik. Namun jika dibandingkan dengan target nasional masih melapaui ,hal tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah Kabupaten, Propinsi dan Kementerian Kesehatan dalam menyediakan dana melalui program Jamkesda, Jamkesmas dan juga didukung oleh penigkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan baik dari kualitas maupun dari kuatitasnya melalui adanya sumber anggaran lain seperti pembangunan

33

bangunan dari sumber Dana Alokasi Khusus Dana Bagi Hasil Rokok serta penyediaan alat kesehatan yang bersumber dari Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal .Adapun capaian akses pelayanan kesehatan khusus dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 14.

Capaian Akses Pelayanan Kesehatan Khusus Tahun 2016:

No Indikator Kinerja

2016 Target Akhir RENSTR

A (2018)

Capaian s/d 2016 terhada

p 2018 (%) Target Realisasi

%

Reali-sasi 1 Cakupan Pelayanan

Kesehatan Dasar Masyarakat Miskin

177.526 212.282 120.14

%

100 ST

Peningkatan Kualitas Pencegaan Dan Pengendalian Penyakit Menular:

a. AFP (Acute Flacid Paralysis)

Adapun untuk penemuan dan penanganan penderita Penyakit AFP telah dilakukan dengan berbagai upaya melalui kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus AFP yang terjadi kelompok umur 15 tahunhingga dalam kurung waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya kasus Polio liar yang berkembang dimasyarakat maka dilakukan dengan pemeriksaan specimen tinja, ditahun 2016 ditemukan 1 (satu) kasus AFP dimana pada tahun sebelumnya yaitu 2015 tidak ditemukan kasus AFP, tetapi kasus tersebut sudah mendapat penanganan.

b. Pneumonia

34

Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumococcu, staphylococcus, streptococcus, dan Virus. Orang yang rentan terserang penyakit ini adalah anak anak usia kurang dari 2 tahun,usia lanjut lebih dari 65 Tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi,gangguan imunologi).

Penemuan danpenanganan kasus pneumonia pada balita di kabupaten takalar pada tahun 2016 cakupan kasus pneumonia yang ditangani 109 kasus dari 1074 kasus yang ditargetkan atau sebesar 19,46% sedangkan jika dibandingkan tahun sebelumnya yakni 2015 sebesar 5,45%. Cakupan tersebut mengalami peningkatan peningkatan penanganantapi jika dibandingkan dengan target nasional masih jauh dibawah target nasional yaitu sebesar 80%.

c. Penyakit Tuberkulosis

Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bacteri Mycobacterium Tubercolosis, penyakit menyebar melalui droplet orang yang terinfeksi. Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru dilakukan melalui upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan sputum di sarana pelayanan kesehatan yang ditindak lanjuti dengan pengatan. Dari upaya penemuan kasus TB BTA + pada tahun 2016 dari 576 sasaran terdapat 324 BTA + atau sebsar 56,25% dan untuk penanganannya sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayan semakin baik jika dibandingkan 2015 ditemukan 383 kasus dan ditangani 383 kasus atau sebesar 100%. Angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tasar tahun 2015 terjadi penurunan kasus sebesar 59 kasus.Jika dibandingkan dengan target

35

capaian penemuan kasus baru diata s target diman targetnyta sebesar 50%

hai ini menunjukkan capaian penemuan kasus baru melebihi dari target sebesar 6,25%.

d. Penyakit Deman Berdarah (DBD)

Penyakit ini ditularkan melalui yang gigitan nyamuk Aedes Aegypti yangmengandung virus Dengue yang masuk kedalam sistem peredaran darah manusia. Penyakit DBD bisa muncul sepanjang tahun dan menyerang pada semua kelompok umur.Jumlah kasus DBD pada tahun 2016 targetnya 143 kasus namun realisasi sampai dengan akhir tahun meningkat menjadi 264 kasus (184,62%) jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 232 kasus dan ditangani sesuai dengan standar 100%. Pengendalian penyakit DBD sangat berkaitan dengan lingkungan dan perilaku masyarakat. Salah satu indikator yang digunakan dalam upaya pengendalian penyakit DBD yaitu angka bebas jentik. Uuntuk Kabupaten Takalar data mengenai angka bebas jentik tidak ada sebab program rutin tersebut belum berjalan dengan baik,faktor lain yang juga berpengaruh adalah kurangnya partisipasi masyarakat dalam rangka pemberantasan sarang nyamuk.

e. Imunisasi

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk dari penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentang terhadap penyakit menular tertentu dan salah satu kelompok sasaran imunisasi tersebut yaitu bayi yang wajib mendapat 5 imunisasi dasar lengkap terdiri dari, 1 Dosis BCG, 3 Dosis DPT, 4 Dosis

36

Polio, 3 Dosis Hepatitis B, dan 1 Dosis Campak. Salah satu indikator program imunisasi termasuk dalam SPM bidang kesehatan yaitu pencapaian Universal Child Immunization (UCI). Suatu Desa/ Kelurahan telah mencapai UCI telah mencapai % bayi (0-11 bulan) di desa tersebut mendapat imunisasi lengkap.

Jumlah desa/kelurahan yang UCI mengalami peningkatan, ditahun 2016desa/

kelurahan UCI sebesar 94% atau 94 desa dari jumlah desa keselurahan yaitu 100 Desa/kelurahan jika dibandingkan 2015 desa/kelurahan i UCI sebesar 94% atau 94 desa dari jumlah desa keselurahan yaitu 100 Desa/ kelurahan.

Capaian tahun 2016 sama besarnya dengan capain pada tahun 2015.

f. Kejadian Luar Biasa (KLB)

Upaya penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB yang merupakan tindak lanjut dari penemuandini kasus-kasus penyakit yang berpotensi KLB/Wabah yang terjadi pada masyarakat untuk mencegah penyebaran lebih luas dan mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Pada tahun 2016 telah terjadi kejadian luar biasa yaitu 4 Kejadian luar biasa namun semua kejadian tersebut mendapat penanganan (100%). Sedangkan pada tahun sebelumnya 2015 dari data yang diperoleh tidak ditemukan atau tidak pernah terjadi Kejadian luar biasa. Hal ini mengalami peningkatan kasus hal ini terjadi karena didugaberasal dari makanan.

g. Imunisasi

Adapun capaian kinerja cakupan desa/kelurahan UCI, cakupan desa/kelurahan yang tahun 2016 sebesar 94% sedangkan pada tahun 2015 capaiannya sama dengan tahun 2016 dibandingkan dengan target akhir

37 renstra dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15

Perbandingan Capaian dan Target Desa UCI 2016 Terhadap Renstra

No Indikator Kinerja

2016 Target

Walaupun realisasinya tiak mencapai 100% jika dibandingkan dengan target nasional tetapi kinerja tergolong dalam kategori sangat Tinggi (ST).

h. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat.

Keberhasilan pembangunan disuatu daerah akan berhasil apabila masyarakat berperan serta. Untuk itu kementerian kesehatan mengembangkan konsep Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Aplikasi UKBM tersebut tertuang dalam bentuk Posyandu, Poskesdes serta RW,Desa,Kelurahan Siaga, RW,Desa. Kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa atau UKBM Lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawat daruratan, Surveilans berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (Gizi), Penyakit, Lingkungan dan Perilaku sehingga masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dalam memberikan pelayanan Kesehatan (RW,Desa,Kelurahan Siaga Aktif).

Di Kabupaten Takalar tahun 2016cakupan Desa Siaga Aktif dari 100 jumlah desa terdapat 87 desa siaga aktif (87%) sedangkan pada tahun 2015 cakupan dengan desa/kelurahan siaga aktif dari 99 desa terdapat 77 desa siaga aktif

38

mencapai 77,7%. Jika dibandingkan dengan dengan capaian tahun 2016 dengan cakupan desa siaga aktif pada tahun 2015 terdapat kenaikan jumlah desa siaga aktif. Kenaikan persentase tersebut mencapai 10% dan desa siaga yang belum aktif sebanyak 13 Desa atau sebesar 13%, adapun cakupan desa siaga aktif dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 16.

Perbandingan Antara Cakupan Desa Siaga Tahun 2016 Terhadap Renstra

No Indikator Kinerja

2016 Target

Akhir RENSTRA

(2018)

Capaian s/d 2016 terhadap

2018 (%)

Dokumen terkait