BAB III. METODE PENELITIAN
E. Tata Cara Penelitian
a. Pengamatan organoleptis. Pengamatan organoleptis berupa pengamatan
bentuk, warna, dan bau minyak temu putih (Wijayanti, 2013).
b. Verifikasi bobot jenis. Penetapan bobot jenis minyak atsiri temu putih
dilakukan dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi,
caranya dengan menimbang bobot piknometer kosong dan bobot air pada
suhu 25ΒΊC. Piknometer diisi dengan minyak atsiri temu putih kemudian
suhu dikondisikan hingga 25ΒΊC, bobot piknometer ditimbang. Bobot
piknometer yang berisi minyak atsiri temu putih dikurangi dengan bobot
piknometer kosong. Bobot jenis minyak atsiri temu putih merupakan
perbandingan antara bobot minyak atsiri temu putih dengan bobot air
dalam piknometer pada suhu yang sama.
Bobot jenis minyak atsiri temu putih = πΎππππππ‘ππ ππππ¦ππ ππ‘π ππππ‘πππ’ ππ’π‘π β
πππππππ‘ππ πππ
(Dirjen POM, 1995).
c. Verifikasi indeks bias. Penetapan indeks bias dilakukan dengan
menggunakan hand refractometer. Minyak atsiri temu putih diteteskan pada prisma utama, kemudian prisma ditutup. Ujung refractometer diarahkan pada cahaya, agar lensa skala dapat dilihat dengan jelas. Nilai
indeks bias minyak atsiri temu putih ditunjukkan dengan garis batas pada
tengah lensa yang memisahkan antara sisi terang dan sisi gelap. Rumus
pengukuran indeks bias minyak atsiri temu putih:
Keterangan: ns = Indeks bias standar
np = indeks bias pengukuran
ts = suhu standar
tp = suhu pada saat pengukuran (Wijayanti, 2013).
2. Uji daya antibakteri minyak atsiri temu putih terhadap Staphylococcus epidermidis
a. Pembuatan stok bakteri Staphylococcus epidermidis. Media MHA dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, kemudian disterilkan
menggunakan autoklaf pada suhu 121ΒΊC selama 15 menit. Kemudian
tabung dimiringkan dan dibiarkan memadat pada suhu 45-50ΒΊC. Satu ose
biakan murni Staphylococcus epidermidis diambil dan diinokulasikan secara goresan kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37ΒΊC.
b. Pembuatan suspensi bakteri. Diambil 1 ose koloni bakteri Staphylococcus epidermidis dari stok bakteri, dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi media cair MHB steril, inkubasi pada suhu 37ΒΊC dalam inkubator
selama 24 jam, kemudian divortex dan disetarakan kekeruhannya dengan
larutan standar Mc. Farland 0,5 (108 CFU/mL) menggunakan MHB.
c. Pembuatan kontrol media. Media MHA steril dituang ke dalam cawan
petri kemudian dibiarkan memadat dan diinkubasi selama 24 - 48 jam
pada suhu 37ΒΊC, kemudian diamati dan dibandingkan dengan perlakuan.
d. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus epidermidis. Suspensi bakteri diinokulasikan sebanyak 1 mL dengan kepadatan yang
agar pertumbuhan bakteri merata. Cawan petri kemudian diinkubasi
selama 24 β 48 jam pada suhu 37ΒΊC. Diamati pertumbuhan bakteri melalui kekeruhan media dan dibandingkan dengan perlakuan.
e. Pembuatan kontrol positif klindamisin 0,2%. Kapsul klindamisin 150 mg
ditimbang dan dihitung bobot rata-rata 20 kapsul. Konsentrasi klindamisin
0,2% (b/v) dibagi dengan dosis satu kapsul klindamisin (150 mg)
kemudian dikalikan dengan bobot rata-rata penimbangan 20 kapsul. Hasil
perkalian merupakan jumlah klindamisin yang diambil, kemudian
dilarutkan menggunakan aquadest.
f. Penentuan konsentrasi minyak atsiri temu putih. Minyak atsiri temu putih
dibuat dalam beberapa seri konsentrasi yaitu 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ;
20 % (v/v) dengan menggunakan pelarut etanol 96%.
g. Uji daya antibakteri minyak atsiri temu putih terhadap Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran. Cawan petri steril diisi dengan 36 mL media MHA dan dibiarkan memadat (layer 1). Layer kedua dituang
di atas layer pertama dengan 61 mL media MHA yang telah
diinokulasikan 2,5 mL suspensi bakteri uji, kemudian dibiarkan memadat.
Selanjutnya dibuat 9 lubang sumuran dengan diameter 8 mm. Minyak
atsiri temu putih dengan berbagai konsentrasi dimasukkan sebanyak 50 Β΅l
dalam masing-masing lubang sumuran yang tersedia. Satu sumuran diisi
dengan etanol 96% sebagai kontrol negatif dan satu sumuran diisi dengan
klindamisin 0,2% (b/v) sebagai kontrol positif. Cawan petri dibungkus
zona hambat yang terbentuk diamati dan diukur diameternya. Konsentrasi
minyak atsiri temu putih yang memberikan penghambatan optimal secara
statistik dipilih sebagai konsentrasi yang diformulasikan dalam sedian
krim M/A dan lotion.
3. Pembuatan krim minyak atsiri temu putih
Tabel 1. Formula krim M/A untuk 100 gram basis
Komponen Basis Krim (gram)
Krim minyak atsiri temu putih (gram) Asam stearat 20,67 17 Setil alkohol 4,86 4 Gliserin 12,16 10 TEA 1,09 0,9 Metil paraben 0,12 0,1 Propil paraben 0,06 0,05 Minyak atsiri temu putih - 17,75
Aquadest 61,04 50,2
Cara pembuatan krim minyak atsiri temu putih adalah sebagai berikut.
Fase minyak (asam stearat, setil alkohol, propil paraben) dan fase air
(aquadest, gliserin, metil paraben, TEA) dipanaskan di atas penangas air pada suhu 80ΒΊ C. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air dan diaduk
menggunakan mixer selama 3 menit sampai suhu 25Β°C dan terbentuk basis krim. Setelah itu, dimasukkan minyak atsiri temu putih ke dalam basis krim
4. Pembuatan lotion minyak atsiri temu putih
Tabel II. Formula lotion untuk 100 gram basis
Komponen Basis Lotion (gram)
Lotion minyak temu puith (gram) Asam stearat 9,73 8 Setil alkohol 5,47 4,5 Parafin cair 6,08 5 Lanolin 2,43 2 Metil paraben 0,12 0,1 Propil paraben 0,06 0,05 TEA 1,09 0,9
Minyak atisri temu putih - 17,75
Aquadest 75,02 61,7
Cara pembuatan lotion minyak atsiri temu putih adalah sebagai berikut. Fase minyak (asam stearat, setil alkohol, lanolin, parafin cair, propil
paraben) dan fase air (aquadest, metil paraben, TEA) dipanaskan di atas
penangas air pada suhu 80ΒΊC. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air dan
diaduk dengan menggunakan mixer selama 3 menit sampai suhu 25Β°C dan terbentuk basis lotion. Setelah itu, dimasukkan minyak atsiri temu putih ke dalam basis lotion yang telah terbentuk, kemudian diaduk menggunakan mixer selama 10 menit.
5. Pembuatan krim Klindamisin
Formula yang digunakan sama dengan formula basis krim minyak atsiri
temu putih. Fase minyak (asam stearat, setil alkohol, gliserin, propil paraben)
dan fase air (aquadest, metil paraben, TEA) dipanaskan di atas penangas air
pada suhu 80ΒΊC. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air dan diaduk
dengan menggunakan mixer selama 3 menit sampai suhu 25Β°C dan terbentuk basis krim. Setelah itu, dimasukkan serbuk klindamisin 0,2% (b/b) ke dalam
basis krim yang telah terbentuk, kemudian diaduk menggunakan mixer selama 10 menit.
6. Pembuatan lotion Klindamisin
Formula yang digunakan sama dengan formula basis lotion minyak atsiri temu putih. Fase minyak (asam stearat, setil alkohol, lanolin, parafin cair,
propil paraben) dan fase air (aquadest, metil paraben, TEA) dipanaskan di atas
penangas air pada suhu 80ΒΊC. Fase minyak dimasukkan ke dalam fase air dan
diaduk dengan menggunakan mixer selama 3 menit sampai suhu 25Β°C dan terbentukbasis lotion. Setelah itu, dimasukkan serbuk klindamisin 0,2% (b/b) ke dalam basis lotion yang telah terbentuk, kemudian diaduk menggunakan mixer selama 10 menit.
7. Uji sifat fisik sediaan krim dan lotion minyak atsiri temu putih
a. Pengukuran pH. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter stick (Tiran, 2014).
b. Uji daya sebar. Uji daya sebar dilakukan langsung setalah 48 jam
pembuatan. Ditimbang 1 gram krim dan lotion minyak atsiri temu putih kemudian diletakkan ditengah kaca bundar berskala. Kemudian diatas
krim dan lotion minyak atsiri temu putih tersebut diletakkan kaca bundar lain dan beban dengan berat total 125 gram. Dibiarkan selama satu menit
kemudian diukur diameter krim dan lotion minyak atsiri temu putih yang menyebar dengan mengambil panjang diameter rata-rata dari berbagai sisi
c. Uji viskositas. Pengukuran dilakukan setelah 48 jam pembuatan dengan
menggunakan alat Viscosimeter Rion VT 04. Krim dan lotion minyak atsiri temu putih dimasukkan perlahan-lahan ke dalam cup dan dipasang pada viscosimeter. Viscosimeter dinyalakan dan nilai viskositas sediaan diperoleh dengan mengamati gerakan jarum petunjuk pada viscosimeter setelah jarum stabil (Tiran, 2014).
8. Uji daya antibakteri krim dan lotion minyak atsiri temu putih terhadap
Staphylococcus epidermidis dengan metode difusi sumuran
Cawan petri steril diisi dengan 36 mL media MHA dan dibiarkan memadat
(layer 1). Layer kedua dituang di atas layer pertama dengan 61 mL media
MHA yang telah diinokulasikan 2,5 mL suspensi bakteri uji, kemudian
dibiarkan memadat. Dibuat 6 lubang sumuran dengan diameter 8 mm. Tiga
sumuran diisi dengan kontrol basis krim, krim klindamisin, krim minyak atsiri
temu putih 17,75% (b/b), masing-masing sebanyak 0,1 mL, kemudian sisanya
diisi dengan kontrol basis lotion, lotion klindamisin, lotion minyak atsiri temu putih 17,75% (b/b), masing-masing sebanyak 0,1 mL dengan menggunakan
spuit injeksi. Cawan petri dibungkus dengan plastic wrap dan diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37ΒΊC. Zona hambat yang terbentuk
diamati dan diukur diameternya.