• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

Kulit buah manggis diperoleh dari daerah Manukan, Sleman, Yogyakarta.

Kriteria kulit buah yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah dari

2. Pembuatan serbuk simplisia kulit buah manggis

Kulit buah manggis yang telah dikumpulkan dicuci bersih, kemudian

dikeringkan sampai kering dengan ciri kulit buah menjadi keras dan terasa dingin.

Setelah itu kulit buah diserbuk menggunakan penggiling kopi dan diayak

menggunakan ayakan nomor 18.

3. Pembuatan fraksi n-heksana, kloroform dan etanol kulit buah manggis

Sebanyak 25 g serbuk kulit buah manggis dimasukkan labu Erlenmeyer

dan direndam dalam n-heksana sampai semua serbuk terendam dan terbasahi.

Setelah serbuk terbasahi, n-heksana ditambahkan sampai setinggi ±1,5-2 cm dari

permukaan atas serbuk. Kemudian digojog dengan shaker pada suhu kamar

selama 3 jam dengan putaran 160 rpm dan disaring menggunakan kertas saring

dan corong Buchner dengan bantuan pompa vakum. Filtrat disimpan sebagai

fraksi n-heksana. Proses ekstraksi diulang kembali (remaserasi) sampai semua

senyawa terekstrak ditandai dengan pelarut yang mendekati bening. Serbuk kulit

manggis dikeringanginkan dari pelarut n-heksana. Setelah kering, serbuk

dimasukkan kembali dalam labu Erlenmeyer dan direndam dengan kloroform

sampai terbasahi dan terendam. Setelah serbuk terbasahi, kloroform ditambahkan

sampai setinggi ±1,5-2 cm dari permukaan atas serbuk. Kemudian digojog dengan

shaker pada suhu kamar selama 3 jam dengan putaran 160 rpm dan disaring

menggunakan kertas saring dan corong Burchner dengan bantuan pompa vakum.

Filtrat disimpan sebagai fraksi kloroform. Proses ekstraksi diulang kembali

mendekati bening. Serbuk kulit manggis dikeringanginkan dari pelarut kloroform.

Setelah kering, serbuk dimasukkan kembali dalam labu Erlenmeyer dan direndam

dengan etanol 70% sampai terbasahi dan terendam. Setelah serbuk terbasahi,

etanol 70% ditambahkan sampai setinggi ±1,5-2 cm dari permukaan atas serbuk.

Kemudian digojog denganshakerpada suhu kamar selama 3 jam dengan putaran

160 rpm dan disaring menggunakan kertas saring dan corong Buchner dengan

bantuan pompa vakum. Filtrat disimpan sebagai fraksi etanol.

Gambar 2. Skema fraksinasi serbuk kulit manggis

Ketiga filtrat kemudian diuapkan pelarutnya menggunakanvacuum rotary

evaporatorsampai berkurang jumlah pelarutnya dengan suhu 500C untuk fraksi

n-heksana dan kloroform, 600C untuk fraksi etanol. Evaporasi kemudian dilanjutkan

tetap, yaitu selisih penimbangan dari dua kali penimbangan berturut-turut setelah

pemanasan di atas waterbath selama satu jam tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram

sisa yang ditimbang.

4. Penentuan nilai kadar hambat minimum (KHM) Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah perlakuan resistensi dengan metode dilusi padat

Media MHA steril cair suhu ± 40-500C dengan volume tertentu, sesuai

konsentrasi akhir amoksisilin yang diinginkan, ditambahkan sejumlah amoksisilin

yang telah dilarutkan dalam aquadest steril dan digojog. Kemudian ditambahkan 1

mL suspensi bakteri uji yang telah disetarakan dengan larutan standar Mc Farland

0,5 dan digojog. Selanjutnya, dituang dalam cawan petri steril secara pour plate

dan diinkubasi selama 24 jam secara terbalik pada suhu 370C. Pertumbuhan

bakteri ditandai dengan keruhnya media. Nilai KHM dapat ditentukan dengan

membandingkan kejernihan media yang ditambahkan amoksisilin berbagai

konsentrasi dengan kontrol media tanpa bakteri dan kontrol pertumbuhan bakteri

secara visual. Media uji konsentrasi tertentu yang menunjukkan kejernihan

kemudian dilakukan uji penegasan untuk meyakinkan bahwa konsentrasi tersebut

adalah KHM. Uji penegasan dilakukan dengan menginokulasikan bakteri dari

media uji yang jernih pada media steril yang baru secara streak plate. KHM

merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri,

ditunjukkan dengan masih tumbuhnya bakteri pada bekas goresan. Kontrol media

dibuat dengan cara menuangkan media MHA steril cair tanpa penambahan bakteri

uji pada cawan petri steril dan dibiarkan hingga memadat. Kontrol pertumbuhan

± 40-500C dan digojog. Kemudian dituang ke dalam cawan petri steril secara pour

plate.

5. Pembuatan Staphylococcus aureus resisten amoksisilin dengan metode adaptif gradual

Sebanyak 120 µL larutan amoksisilin konsentrasi 10 µg/mL ditambahkan

ke dalam sejumlah media MHA steril cair dengan suhu ± 40-500C sehingga

didapatkan konsentrasi akhir amoksisilin dalam media sebesar 0,08 µg/mL

(konsentrasi substandar di bawah 0,1 µg/mL). Kultur murni bakteri

Staphylococcus aureussebanyak 1 mL diinokulasikan ke media MHA yang telah

ditambahkan amoksisilin, dan diinkubasikan selama 24 jam. Bakteri yang dapat

hidup/tumbuh dikulturkan lagi dengan teknik goresan (streak) pada media

resistensi dalam tabung dengan konsentrasi substandar bertingkat. Langkah

tersebut diulangi sampai satu bulan. Bakteri yang dapat hidup sampai inkubasi

terakhir menjadi bakteri stok untuk langkah selanjutnya.

6. Pembuatan media resistensi dalam tabung

Media MHA yang telah disterilisasi dibiarkan agak dingin kira-kira

40-500C. Media ditambahkan sejumlah amoksisilin tertentu sesuai dengan

konsentrasi akhir yang diinginkan. Tabung dibiarkan dalam posisi miring sampai

memadat. Simpan di dalam almari es sampai digunakan.

7. Pembuatan suspensi bakteri uji

Suspensi bakteri uji dibuat dari bakteri stok Staphylococcus aureus,

tercampur merata. Kekeruhan disetarakan dengan larutan standar Mc Farland 0,5

(1,5.108CFU/ml).

8. Orientasi konsentrasi fraksi n-heksana, kloroform dan etanol kulit buah manggis

Ketiga fraksi yang akan diuji disiapkan dalam berbagai tingkatan

konsentrasi. Pelarut fraksi n-heksana dan kloroform adalah DMSO sedangkan

pelarut fraksi etanol adalah aquadest steril. Konsentrasi DMSO yang digunakan

diuji pada DMSO 5%, 10%, 50% dan 100% yang telah disiapkan sebelumnya

dengan aquadest steril. Konsentrasi DMSO yang dapat melarutkan fraksi

n-heksana dan kloroform dengan baik dipilih sebagai pelarut fraksi. Variasi

konsentrasi ketiga fraksi uji yang paling besar ditentukan sampai pelarut sukar

melarutkan fraksi. Kemudian dari konsentrasi yang paling besar tersebut

ditentukan empat konsentrasi di bawahnya sebesar setengah dari konsentrasi

sebelumnya.

9. Uji aktivitas antibakteri fraksi n-heksana, kloroform dan etanol kulit buah manggis dengan metode difusi sumuran

Metode yang digunakan adalah metode double layer dengan lapisan

bawah merupakan media tanpa perlakuan apapun (base layer agar) dan lapisan

atas merupakan media yang telah diinokulasikan suspensi bakteri uji (seed layer

agar).

Sebanyak 10 ml MHA steril dituang ke dalam cawan petri steril dan

dibiarkan memadat. Kemudian 1 ml suspensi bakteri uji diinokulasikan dalam 15

memadat. Lubang dibuat menggunakan pelubang sumuran no. 4, dibuat 7 lubang

sumuran pada media yang telah memadat sebagai tempat fraksi n-heksana (juga

kloroform dan etanol) kulit buah manggis dengan berbagai variasi konsentrasi,

kontrol positif dan kontrol pelarut. Pembuatan lubang hanya menembus lapisan

atas, lapisan bawah digunakan sebagai alas supaya fraksi tidak menembus pada

dasar cawan petri.

Fraksi n-heksana, kloroform, dan etanol kulit buah manggis dengan 5

variasi konsentrasi (1,5625%; 3,125%; 6,25%; 12,5%; 25%) dimasukkan pada

lubang sumuran yang tersedia, kontrol positif yang digunakan adalah cefotaxime

yang telah dilarutkan dalam aquadest steril dengan konsentrasi 100 µg/mL dan

kontrol pelarut yang digunakan adalah DMSO untuk fraksi n-heksana dan

kloroform serta aquadest steril untuk fraksi etanol. Volume yang diinokulasikan

adalah 50µl. Diinkubasi selama 24 jam, kemudian diamati dan diukur diameter

zona hambat yang dihasilkan.

Dokumen terkait