• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

Serbuk Spirulina platensis ditimbang seksama sebanyak 10 gram, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, lalu ditambahkan akuades sebanyak 100 mL. Erlenmeyer kemudian ditutup dengan aluminium foil, lalu dimaserasi menggunakan bantuan shaker dengan kecepatan 140 rpm selama 2 jam.

Hasil maserasi kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 4.000 rpm selama 30 menit. Setelah disentrifugasi, endapan dan supernatan yang dihasilkan kemudian dipisahkan dengan disaring menggunakan corong dan kertas saring sehingga diperoleh supernatan yang merupakan ekstrak cair Spirulina platensis yang dimasukkan dalam formula pembuatan gel.

2. Uji aktivitas antioksidan ekstrak cair Spirulina platensis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Uji aktivitas antioksidan ekstrak Spirulina platensis sebagai penangkap radikal bebas dilakukan berdasarkan metode Kannahi dan Suganya (2001) dengan sedikit modifikasi. Uji aktivitas diawali dengan mengeringkan plat KLT dalam oven pada suhu 100°C selama 10 menit. Fase diam yang digunakan yaitu silika gel GF 254 dengan ukuran 5 x 15 cm dengan jarak elusi 10 cm. Fase gerak yang digunakan untuk mengelusi yaitu n-butanol : asam asetat glasial : akuades dengan perbandingan 4 : 1 : 5 sebanyak 100 mL. Fase gerak dimasukkan ke dalam corong pisah lalu digojok selam 4 menit. Setelah itu dilakukan pendiaman selama satu hari.

Fase gerak yang telah didiamkan selama 1 hari membentuk fase atas dan fase bawah yang dipisahkan dengan corong pisah. Fase atas yang diambil

merupakan fase geraknya. Fase gerak dimasukkan ke dalam chamber, kemudian chamber dijenuhkan menggunakan kertas saring. Plat KLT yang telah dikeringkan, kemudian diambil untuk digunakan sebagai tempat penotolan.

Larutan rutin 0,2% dalam metanol dibuat sebagai larutan standar dengan menimbang rutin sebanyak 0,02 g lalu dilarutkan dalam metanol pada labu takar 10 mL lalu ditotolkan menggunakan pipa kapiler pada plat KLT. Hal yang sama dilakukan pada ekstrak Spirulina platensis dengan menotolkan ekstrak menggunakan pipa kapiler pada plat KLT. Plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan, kemudian ditunggu hingga fase gerak mengelusi totolan ekstrak Spirulina platensis hingga batas tanda yang menempuh jarak elusi 10 cm.

Plat KLT disemprot dengan menggunakan larutan DPPH 0,2% dalam metanol dan didiamkan dalam ruang gelap selama 30 menit. Plat KLT kemudian diamati. Senyawa aktif penangkap radikal bebas akan menunjukkan bercak berwarna kuning dengan latar belakang ungu (Demirezer, Kuruuzum-Uz, Bergere, Schiewe, dan Zeeck, 2001 ; Kannahi dan Suganya, 2001).

3. Orientasi formula gel anti-aging

Formula gel acuan menurut Islam, Rodriguez-Hornedo, Ciotti, dan Ackermann (2004) disajikan pada tabel IV. Berdasarkan formula acuan pada tabel IV, dilakukan modifikasi dengan mengganti beberapa eksipien dan dilakukan orientasi untuk menentukan level rendah dan level tinggi pada komposisi carbopol 940 dan gliserin. Formula gel anti-aging dengan level rendah dan level tinggi dari carbopol940 dan gliserin disajikan pada tabel V.

Tabel IV. Formula gel acuan Bahan Jumlah (%) Carbopol 0,5 Gliserin 1,0 Propilen glikol 30,0 Trietanolamin 0,13 Akuades qs ad 68,37

Tabel V. Level rendah dan level tinggi carbopol940 dan gliserin pada formula gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis

Formula Carbopol940 (g) Gliserin (g)

(1) 1,0 15

a 2,0 15

b 1,0 25

ab 2,0 25

4. Pembuatan gel anti-aging

Berdasarkan tabel V, dibuat 4 formula gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis dalam tabel VI.

Tabel VI. Formula gel anti-aging dengan aplikasi desain faktorial

Bahan Formula (1) (g) Formula a (g) Formula b (g) Formula ab (g)

Ekstrak Spirulina platensis 0,5 0,5 0,5 0,5

Carbopol940 1,0 2,0 1,0 2,0

Gliserin 15 15 25 25

Metil paraben 0,4 0,4 0,4 0,4

Trietanolamin 0,6 0,6 0,6 0,6

Akuades 180 180 180 180

Carbopol 940 dikembangkan dengan akuades selama 24 jam. Carbopol 940 dimasukkan dalam wadah, kemudian diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar level 1 selama 3 menit. Gliserin dan metil paraben dimasukkan dalam wadah yang berisi carbopol940, kemudian diaduk dengan kecepatan putar level 1 selama 3 menit. Trietanolamin (TEA) kemudian ditambahkan dan diaduk dengan kecepatan putar level 1 selama 1 menit. Ekstrak Spirulina platensis ditambahkan dan terus diaduk selama 2 menit dengan kecepatan putar level 1.

5. Uji sifat fisik gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis

a. Pengamatan organoleptis. Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, dan bau dari sediaan gel.

b. Uji pH. Sejumlah tertentu sediaan gel diambil dengan menggunakan batang pengaduk lalu dioleskan secara keseluruhan pada pH universal. Kemudian warna pada stick pH tersebut disesuaikan dengan warna pada kemasan pH sehingga dapat diketahui pH gel yang telah dibuat. Pengujian pH dilakukan pada hari ke-2 setelah pembuatan.

c. Uji homogenitas. Sejumlah tertentu sediaan gel dioleskan pada dua keping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, kemudian diamati. Sediaan gel harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar. Pengujian homogenitas dilakukan pada hari ke-2 setelah pembuatan.

d. Uji viskositas. Pengujian viskositas dilakukan dengan menggunakan viskotester. Cara pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viskotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Pengujian viskositas gel dilakukan pada hari ke-2 setelah pembuatan. Pengujian viskositas dilakukan sebanyak 3 replikasi.

e. Uji daya sebar. Uji daya sebar dilakukan pada hari ke-2 setelah gel dibuat. Cara pengujiannya yaitu gel ditimbang seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Kaca bulat lain dengan pemberat (berat total 125 g) diletakkan di atas gel, lalu didiamkan selama 1 menit, dan

dicatat diameter penyebarannya. Pengujian daya sebar dilakukan sebanyak 3 replikasi (Garg, Aggarwal, Garg, dan Singla, 2002).

6. Uji stabilitas gel anti-aging ekstrak Spirulina platensis

a. Siklus freeze-thaw. Setiap formula disimpan pada suhu -18°C selama 22 jam, setelah itu disimpan pada suhu 30°C selama 2 jam. Penyimpanan dilakukan sebanyak 5 siklus dan setiap akhir siklus dilakukan pengamatan uji viskositas dan uji sineresis (Arunyanart dan Charoenrein, 2008).

b. Stabilitas gel selama masa penyimpanan 28 hari. Setiap formula disimpan pada suhu ruang hingga 28 hari. Pengujian viskositas dilakukan kembali pada setiap formula sediaan pada hari ke-7, 14, 21, dan 28. c. Uji sineresis. Sebanyak 10 gram dari setiap formula diambil kemudian

dimasukkan dalam tabung sentrifuge, lalu dimasukkan dalam alat sentrifuge dan disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 15 menit. Persen (%) sineresis dihitung berdasarkan perbandingan jumlah cairan yang terpisah (mL) dengan berat total gel (g) sebelum disentrifugasi dikalikan 100 (Arunyanart dan Charoenrein, 2008).

7. Subjective assessment

Subjective assessment dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada 30 orang responden yaitu mahasiswi angkatan 2014 fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dilakukan sebagai wujud gambaran penerimaan konsumen terhadap gel yang dihasilkan. Pada kuesioner yang digunakan, terlebih

dahulu dilakukan validasi pada 30 orang mahasiswi fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Dokumen terkait