• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan racikan

pulveres yang diracik di rumah sakit X dengan resep sebagai berikut:

R/ Farmabes 1 tab 30 mg

Clobazam ½ tab 5 mg

Mfla. Pulv. d.t.d. no X

S.1 d.d 1

Berdasarkan pada resep diketahui bahwa sampel yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan sediaan racikan pulveres yang mengandung

campuran diltiazem (Farmabes®) dan klobazam masing-masing satu dan

setengah tablet untuk tiap bungkus pulveres. Tablet diltiazem yang digunakan

bermerek Farmabes® dengan dosis sebesar 30 mg dan memiliki bobot 143,4

mg/tablet, sedangkan klobazam yang digunakan adalah obat generik dengan

dosis 10 mg dan bobot sebesar 124,6 mg/tablet.

Peracikan pulveres dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit X pada

pagi hari dengan proses penggerusan dan pencampuran dilakukan sekali

banyak. Pengambilan sampel dilakukan siang hari pada hari yang sama dengan

peracikan pulveres. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak tiga kali dalam

waktu yang berbeda dan setiap pengambilan didapatkan 10 bungkus pulveres.

dahulu, kemudian dari 10 bungkus pulveres diambil tiga bungkus secara

random untuk dilakukan pengujian terhadap keseragaman kandungan dan

enam bungkus secara random untuk dilakukan pengujian kadar air. Total

sampel pulveres yang digunakan selama penelitian ini adalah 30 bungkus.

Diagram pengambilan sampel dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Diagram pengambilan sampel

2. Uji keragaman bobot

Sepuluh bungkus pulveres ditimbang satu persatu menggunakan

neraca analitik. Proses penimbangan dilakukan dengan menimbang terlebih

dahulu isi pulveres dengan bungkusnya, kemudian isi pulveres dikeluarkan dan

bungkus pulveres ditimbang kembali. Bobot pulveres tiap bungkus didapatkan

dari hasil selisih antara nilai bobot pulveres dan bungkusnya dengan bobot

bungkus pulveres.

3. Uji keseragaman kandungan

a. Verifikasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

1) Pembuatan fase gerak dan pelarut. Fase gerak dan pelarut yang

digunakan dalam penelitian ini adalah campuran metanol dan

aquabidestilata dengan perbandingan 80:20 dan pH diatur hingga 4 ± 0,5

10 bungkus 3 bungkus 6 bungkus Uji keragaman bobot Uji keseragaman kandungan

Uji kadar air

Rand

om

3 kali 3 kali

menggunakan asam asetat glasial (100%). Masing-masing larutan

disaring menggunakan kertas saring whatman dengan bantuan pompa

vakum. Larutan dicampur dan dimasukkan kedalam wadah fase gerak,

pencampuran dilakukan di luar sistem KCKT. Sebelum digunakan, fase

gerak di-degassing terlebih dahulu selama 15 menit.

2) Pembuatan larutan baku diltiazem.

a) Pembuatan larutan stok diltiazem 2000 µg/mL. Baku diltiazem

ditimbang seksama lebih kurang 100,0 mg, kemudian dilarutkan

dengan pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 50

mL dan ditambahkan pelarut hingga tanda, sehingga diperoleh larutan

stok dengan konsentrasi 2000 µg/mL.

b) Pembuatan larutan intermediet diltiazem 1000 µg/mL. Larutan stok

diltiazem 2000 µg/mL diambil 5 mL dan dimasukkan kedalam labu

ukur 10 mL. Larutan tersebut diencerkan dengan pelarut hingga tanda,

sehingga diperoleh larutan intermediet dengan konsentrasi 1000

µg/mL.

c) Pembuatan seri larutan baku diltiazem. Larutan intermediet 1000

µg/mL diambil 20, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160, 180, dan 200 µL

dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Larutan tersebut

diencerkan dengan pelarut hingga tanda, sehingga diperoleh seri

larutan baku diltiazem dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16,

3) Penentuan panjang gelombang pengamatan. Tiga seri larutan baku

konsentrasi 12, 14, dan 16 µg/mL diambil kemudian dilakukan scanning

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 200-400

nm. Diperoleh panjang gelombang dengan absorbansi maksimum yang

akan digunakan sebagai panjang gelombang pengamatan pada penetapan

kadar menggunakan KCKT.

4) Preparasi sampel. Satu bungkus pulveres digerus dan dihomogenkan

menggunakan mortir dan stamper. Sampel yang telah dihomogenkan

ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg, kemudian dilarutkan dengan

pelarut. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan

ditambahkan pelarut sampai tanda. Sebanyak 5 mL larutan diambil dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan dengan

pelarut hingga tanda. Larutan tersebut diambil 500 µL dan dimasukkan

ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan dengan pelarut hingga

tanda. Larutan disaring dengan millipore dan dimasukkan ke dalam vial

KCKT, kemudian di-degassing selama 5 menit.

b. Validasi metode analisis.

1) Penentuan resolusi sampel. Sebanyak 10 µL larutan sampel yang telah

disaring dan di-degassing diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik

yang telah dioptimasi. Nilai Rs dihitung sebagai penentu parameter

validasi selektivitas.

2) Pembuatan kurva baku dan penentuan linieritas. Masing-masing seri

menggunakan ultrasonicator selama 5 menit. Sebanyak 10 µL dari

masing-masing larutan diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik

yang telah dioptimasi. Kurva regresi linear dibuat untuk menyatakan

hubungan antara konsentrasi seri larutan baku diltiazem dengan nilai

AUC yang diperoleh, kemudian ditentukan persamaan garis regresi linier

serta nilai koefisien korelasinya (r).

3) Penentuan persen perolehan kembali (persen recovery) dan penentuan

nilai koefisien variasi (KV). Satu bungkus pulveres digerus dan

dihomogenkan menggunakan mortir dan stamper. Sampel yang telah

dihomogenkan ditimbang seksama lebih kurang 50,0 mg, penimbangan

dilakukan sebanyak empat kali. Masing-masing sampel dilarutkan

dengan pelarut dan dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL, kemudian

ditambahkan pelarut sampai tanda. Masing-masing larutan diambil 5 mL

dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan

dengan pelarut hingga tanda. Masing-masing larutan dimasukkan ke

dalam labu ukur 10,0 mL dan diberi label a, b, c, dan d. Larutan a

diencerkan dengan pelarut hingga tanda sehingga diperoleh larutan

sampel tanpa adisi. Larutan b, c, dan d ditambahkan baku diltiazem

masing-masing sebanyak 40, 60, dan 80 µL, kemudian masing-masing

diencerkan dengan pelarut hingga tanda sehingga diperoleh larutan

sampel adisi 4, 6, dan 8 µg/mL. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali.

Kedua macam sampel ini digunakan untuk memperoleh nilai persen

c. Penetapan kadar dan uji keseragaman kandungan. Sebanyak 10 µL

larutan sampel yang telah disaring dan di-degassing, diinjeksikan pada

sistem KCKT fase terbalik yang telah dioptimasi. Replikasi dilakukan

sebanyak tiga kali untuk setiap bungkus pulveres. Pengujian dilakukan

terhadap sembilan bungkus pulveres dengan zat aktif diltiazem dan

klobazam yang diambil di rumah sakit X dengan waktu pengambilan

yang berbeda.

4. Uji kadar air

Uji kadar air dilakukan terhadap enam bungkus pulveres untuk setiap

waktu pengambilan dengan menggunakan moisture analyzer. Tiga serbuk

pulveres yang baru diambil masing-masing digerus dalam mortir dan stamper

kemudian dimasukkan ke dalam alat sebanyak lebih kurang 100,0 mg. Suhu

alat diatur pada 120˚C dan waktu pengeringan diatur selama 90 detik. Nilai persen moisture content yang ditampilkan pada alat dicatat sebagai kadar air

sebelum penyimpanan. Penyimpanan dilakukan selama 10 hari pada suhu

ruangan, kemudian pengujian yang sama dilakukan terhadap tiga bungkus sisa

dan dicatat sebagai kadar air setelah penyimpanan.

F. Analisis Hasil

Dokumen terkait