• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

D. Tata Cara Penelitian

Gambar 2. Skema alur penelitian Desain formula dengan rancangan desain f

Pembuatan Krim

Uji sifat fisis dan stabilitas sediaan krim Uji tipe emulsi Uji daya sebar Uji viskositas Uji HET CAM

at, propilen glikol, H, NaCl, DPPH.

ormulasi Teknologi DT®-GERMANY Padat USD), alat Teknologi Sediaan (RHION®-JAPAN adat USD), mixer,

in faktorial Uji distribusi ukuran droplet ET-M

1. Ekstraksi

Tomat segar dihaluskan dan dimaserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat serta digojog dan didiamkan selama satu hari. Setelah satu hari, campuran tomat dan etil asetat disaring dengan penyaring dan corong Buchner yang diberi kertas saring. Hasil saringan dipisahkan dengan corong pisah dan diambil fase bagian atas, lalu dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 70° C agar semua pelarut dapat terpisah dan didapatkan ekstrak kental. Hasil evaporasi diambil setelah tidak ada pelarut yang menetes, lalu dimasukkan ke dalam beaker glass

dan diberitalcumdan dicampur hingga homogen dan terbentuk ekstrak kering.

2. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Uji Semprot DPPH

Ekstrak cair diletakkan di atas kertas Whattman, lalu disemprot dengan larutan DPPH 0,2% hingga warna ungu dari DPPH hilang dan menjadi warna kuning (Elya, Dewi dan Budiman, 2013).

3. Desain Formula

Formula dasar yang digunakan dalam pembuatan krim ekstrak tomat ini mengacu pada pembuatan krim tipe minyak dalam air (m/a) dengan penyusunan formula seperti pada tabel II.

Tabel II. Formula dasar krim tipe minyak dalam air m/a (Anonim, 1971).

Bahan Dasar Krim I Dasar Krim II

Asam stearat Trietanolamin Adeps lanae Parafin cair Gliserol Boraks Nipagin Nipasol

Air suling hingga

14,5 g 1,5 g 3 g 25 g -0,1 g 0,05 g 100 ml 14,2 g 1 g -10 g 0,25 g 0,1 g 0,05 g 100 ml

Dalam optimasi formula ini dilakukan modifikasi formula sebagai berikut:

a. Asam stearat 20 gram

Triethanolamine 1,35 gram

b. PEG 4000 4 gram

Tween 80 5 gram

Nipagin 0,2 gram

Propilen Glikol 5 gram Aquadest 60 ml c. Ekstrak Tomat 6 gram

Tabel III. Formula krim ekstrak etil asetat tomat

Formula 1 A b ab Asam Stearat 20 20 20 20 Triethanolamine 1,35 1,35 1,35 1,35 PEG 4000 2 2 6 6 Tween 80 3 7 3 7 Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2 Propilen Glikol 5 5 5 5 Aquadest 60 60 60 60 Ekstrak Tomat 6 6 6 6 Jumlah 97,55 101,55 101,55 105,55

4. Pembuatan Krim

Fase minyak (asam stearat) dipanaskan dalam cawan porselen pada suhu 70°C. Fase air (PEG 4000, Tween 80, nipagin, propilen glikol,

triethanolamine) dipanaskan pada suhu 70°C. Aquadest dipanaskan dan dituang dalam fase air dan dicampur dengan mixer hingga homogen. Fase minyak dimasukkan dalam fase air sedikit demi sedikit, dicampur dengan

mixer hingga homogen. Ekstrak tomat dimasukkan ke dalam krim, kemudian dicampur denganmixerhingga homogen.

5. Uji HET-CAM

a. Penyiapan Telur. Telur yang digunakan merupakan telur ayam kampung yang telah tumbuh menjadi embrio (kira-kira berumur 8-12 hari). Telur dipilih dengan cangkang putih dan dengan keadaan yang fertil, segar serta bersih. Kemudian buka cangkang telur pada bagian yang memiliki rongga udara yang selanjutnya akan digunakan untuk tempat menyuntikkan bahan. Suntikan dilakukan pada daerah membran yang dekat dengan pembuluh darah.

b. Kontrol Positif (NaOH 0,1 N). Ditimbang sebanyak 0,4 gram NaOH padat, kemudian dilarutkan dengan aquadest lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diadd aquadest hingga tanda.

c. Kontrol Negatif (0,9% NaCl). Ditimbang sebanyak 0,9 gram NaCl padat, kemudian dilarutkan dengan aquadest lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diadd aquadest hingga tanda.

d. Perlakuan. Telur-telur yang telah dibuka cangkangnya diberi perlakuan sebagai berikut:

1. Diberi NaOH sebanyak 0,3 ml. 2. Diberi NaCl sebanyak 0,3 ml.

3. Diberi krim ekstrak tomat yang telah dibuat (F1, Fa, Fb, Fab) sebanyak 0,3 gram.

Setiap perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali replikasi, lalu diamati perubahannya hingga 300 detik.

e. Pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan mengamati perubahan pembuluh darah pada CAM. Pengamatan reaksi CAM dilakukan selama 300 detik. Waktu munculnya gejala diamatai dan dicatat waktunya. Gejala-gejala yang diamati adalah hemoragi (pendarahan), vascular lysis

(disintegrasi pemvuluh darah) dan koagulasi (denaturasi protein ekstra dan intra vaskular). Hasil yang diperoleh digambarkan dalam bentuk skoring dengan menggunakan rumusIrritation Score(IS):

IS =( )x 5 +( ) 7 + ( ) 9

(Anonim, 2006).

Hemorrhage time dimulai dalam detik reaksi hemoragi atau pendarahan pada CAM. Lysis time dimulai dalam detik lisis pembuluh darah hingga pembuluh darah hilang pada CAM. Coagulation time dimulai dalam detik pembentukan koagulan pada CAM.

Setelah perlakuan selama 300 detik, lalu dilakukan perhitungan IS dan ditentukan kategori iritasi untuk semua perlakuan menurut skor yang didapat, sesuai tabel IV. Jika pada perlakuan tidak terjadi hemoragi, lisis atau koagulasi hingga akhir pengamatan, maka diberi angka 301 untuk waktunya.

Tabel IV. Skor hasil uji iritasi HET-CAM

HET-CAM Score Range Irritation Category 0–0,9 Nonirritant or Practically None

1–4,9 Weak or Slight Irritation

5–8,9 atau 5–9,9 Moderate Irritation

9 -21 atau 10 - 21 Strong or Severe Irritation

6. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Krim

a. Uji Organoleptis dan pH. Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bau dan warna krim 48 jam setelah pembuatan. Pengukuran pH dilakukan dengan bantuan pH universal (pH stick) dengan cara memasukkannya ke dalam sediaan dan membandingkan warna dengan standar.

b. Pengujian Daya Sebar. Ditimbang krim seberat 1 gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, dicatat diameter penyebarannya.

c. Uji Viskositas. Pengukuran viskositas menggunakanViscotester Rhion seri VT-04 dengan menggunakan rotor nomor 1 yang penggunaannya dengan cara: krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum

penunjuk viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan segera setelah 48 jam pembuatan serta 1 bulan setelah penyimpanan.

d. Pengujian Distribusi Ukuran Droplet. Mikroskop dipersiapkan dan lensa dikalibrasi. Tiap formula dipreparasi di objek gelas. Ukuran droplet diukur dan diklasifikasikan sesuai range ukuran droplet yang telah ditentukan dari hasil pengukuran 500 droplet. Pengamatan terhadap ukuran droplet dilakukan segera setelah pembuatan dan selama 1 bulan penyimpanan. e. Pengujian Tipe Emulsi (Metode Warna). Beberapa tetes methylen blue

dicampurkan ke dalam suatu formula krim. Jika seluruh krim berwarna seragam, maka terdapat suatu emulsi dari jenis m/a, oleh karena air adalah fase luar (Voigt, 1994).

Dokumen terkait