• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENELAAHAN PUSTAKA A Daun Sirsak

E. Tata Cara Penelitian 1 Penyiapan hewan uj

Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina), ditempatkan dalam metabolic cage. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley; umur 2 – 2,5 bulan; berat badan 170 – 280 g.

2. Percobaan pendahuluan a. Determinasi tanaman sirsak

Determinasi tanaman sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri ciri yang dipunyai tanaman sirsak dengan buku acuan (Backer and Bakhizen van den Brink, 1963).

b. Pembuatan serbuk daun sirsak

Sejumlah daun sirsak dicuci dan dikeringkan dalam oven selama 3 hari pada suhu ± 470C. Kemudian daun diblender hingga menjadi serbuk halus. Setelah itu serbuk diayak dengan ayakan no.40.

c. Penetapan kadar air daun sirsak kering

Cara penetapan kadar air daun sirsak kering dilakukan dengan metode destilasi. Awalnya, daun sirsak kering dibuat bentuk serbuknya lalu alat-alat yang digunakan, tabung penerima dan tabung pendingin, dibersihkan menggunakan asam pencuci, dibilas dengan air, dan dikeringkan dalam lemari pengering. Lima puluh gram serbuk daun sirsak dimasukkan dalam labu kering lalu dalam labu tersebut ditambah 200 ml

toluene. Toluena juga dituang dalam tabung penerima melalui alat pendingin. Selanjutnya labu dipanaskan selama 15 menit.

Ketika toluene mulai mendidih, penyulingan dilakukan dengan kecepatan 2 tetes perdetik hingga sebagian besar air tersuling, lalu kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes per detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluene sambil dibersihkan. Setelah air dan toluene memisah sempurna, volume air dibaca dan ditetapkan kadarnya dalam persen.

d. Penetapan dosis daun sirsak

Penentuan kisaran dosis untuk uji pendahuluan ini didasarkan pada pengobatan yang digunakan dalam masyarakat yaitu 2 gram serbuk yang kemudian dicampur 100 ml dan direbus kemudian diminum air rebusannya. 2 gram serbuk daun sirsak untuk manusia 70 kg.

Konversi manusia ke tikus = 0,018

2 � × 0,018 = 0,036 � 200 � �

= 0,00018 gram per gram berat badan = 180 mg/ kg BB

Dosis 180 mg/kg BB digunakan sebagai peringkat kedua.

Selanjutnya dilakukan orientasi konsentrasi tertinggi infusa daun sirsak yang dapat dibuat. Hasilnya, konsentrasi tertinggi yang dapat dibuat adalah 6 gram/ 100 ml (6% b/v). Sehingga perhitungan untuk dosis ke 4 adalah

� = � ×1 2 � � � � = 6 � 100 ×2,5 300 � = 0,0005 g/ gBB = 0,5 mg/ gBB tikus = 500 mg/ kg BB tikus.

Untuk menentukan dosis pertama dan ketiga, faktor perkalian dosis ditentukan terlebih dahulu dengan rumus:

faktor perkalian dosis = � � ���

� ℎ

−1

dengan

n = jumlah peringkat dosis dosis tertinggi = 500 mg/ kg BB dosis terendah = 180 mg/ kg BB

Hasilnya diperoleh 1,673; sehingga dosis pertama adalah 180 mg/ kg BB dibagi 1,673 dan dosis ketiga adalah 180 mg/ kg BB dikali dengan 1,673, sehingga peringkat dosisnya adalah

Dosis I = 108 mg/kg BB Dosis II = 180 mg/kg BB Dosis III = 301 mg/kg BB Dosis IV = 503 mg/kg BB 3. Pembuatan infusa daun sirsak

Sejumlah daun sirsak yang sudah masak dikeringkan lalu diserbuk dan diambil 9 gram dengan air, direbus dalam panci infusa bersama 150 ml air dengan suhu 900 C selama 15 menit. Setelah itu, hasil rebusan tersebut disaring dan didapat ±135 ml air rebusan yang kemudian ditambah dengan

aquadest panas yang dilewatkan pada ampas serbuk hingga volumenya kembali menjadi 150 ml. Sembilan gram serbuk daun sirsak dalam 150 ml air setara dengan 6g serbuk daun sirsak dalam 100 ml aquadest (6% b/v) yang merupakan konsentrasi tertinggi yang dapat dibuat berdasarkan hasil orientasi. 4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Lima puluh ekor tikus yang terdiri dari tikus jantan dan betina masing-masing 25 ekor, dibagi secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan (masing-masing 10 tikus: 5 jantan dan 5 betina). Kelompok I adalah kelompok kontrol negatif dengan perlakuan aquadest, kelompok II – V adalah kelompok perlakuan dengan peringkat dosis berturut turut 108, 180, 301, dan 504 mg/kg BB secara peroral dengan kekerapan sekali sehari selama 30 hari.

Semua tikus pada kelompok I – V pada hari ke nol diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata. Masing-masing cuplikan darah diambil serumnya dan ditetapkan kadar SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) nya secara spektrofotometri. Pada hari ke 31 semua tikus dilakukan pengambilan darah untuk penentuan kadar SGPT dan separuh dari total tikus dikorbankan untuk dibuat preparat histopatologisnya untuk organ hati.

Pada hari ke 31 sampai dengan hari ke 44 tikus diberi pakan dan minuman (tanpa perlakuan sediaan uji), lalu pada hari ke 45, sisa tikus dikorbankan dan kemudian dibuat preparat histopatologisnya untuk organ hati sebagai uji reversibilitas. Parameter lainnya yang diamati berupa gejala klinis, berat badan, konsumsi pakan, dan konsumsi minum yang diamati setiap hari.

5. Penetapan kadar SGPT

Kadar SGPT ditentukan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Pengambilan darah tikus dilakukan dengan menggunakan mikrokapiler melalui pleksus retroorbitalis. Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung reaksi tanpa antikoagulan untuk mendapatkan serumnya. Tabung reaksi yang berisi darah tanpa antikoagulan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar, kemudian disentrifus dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit.

Serum di atas sel-sel darah yang menggumpal selanjutnya diambil dengan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung evendorf. Kemudian dilakukan pengukuran kadar SGPT menggunakan reagen.

Kadar SGPT dihitung oleh laboratorium klinik Parahita Yogyakarta. 6. Pembuatan dan pemerikasaan preparat histologi

Hati hewan uji difiksasi dalam formalin 10% selama kurang lebih 24 jam, dipotong dalam ukuran kecil setebal kira kira 3 mm kemudian difiksasi dalam larutan yang sama selama kurang lebih 24 jam.

Dehidrasi, kliring, dan embeding. Preparat dimasukkan dalam larutan alkohol secara bertingkat. Pertama alkohol 80% satu kali, alkohol 95% dua kali, dan alkohol absolut dua kali. Kemudian preparat dimasukkan dalam cairan xylol dua kali dan cairan paraffin sebanyak tiga kali. Pada setiap larutan, preparat direndam selama 60 menit.

Pemotongan jaringan. Setelah preparat dicetak dengan paraffin blok, preparat didinginkan kemudian preparat dipotong setebal 4 – 5 mikron, lalu ditempatkan pada gelas objek yang sebelumnya telah diolesi dengan Mayers Egg Albumin. Kemudian preparat dibiarkan selama kurang lebih 24 jam.

Pewarnaan jaringan. Preparat dimasukkan dalam xylol dua kali, masing-masing 2 menit kemudian dipindahkan dalam alkohol absolut dan alkohol 95% masing-masing 2 kali selama 1 menit. Selanjutnya, preparat dimasukkan dalam larutan hematoksilin dalam air sebanyak 4 kali, kemudian dipindahkan di bawah air mengalir selama 5 menit. Selanjutnya, preparat dimasukkan dalam larutan eosin alkohol selama 15 detik kemudian dimasukkan dalam larutan alkohol 95% dan 100% sebanyak dua kali selama 1 menit. Preparat dipindah dalam xylol sebanyak 3 kali, masing-masing selama 2 menit lalu dibersihkan dan ditetesi dengan balsam kanada serta ditutup dengan gelas penutup. Preparat yang telah diwarnai dibiarkan pada temperatur kamar hingga kering.

Preparat diperiksa secara mikroskopik untuk melihat gambaran histopatologik hati dengan mikroskop cahaya perbesaran 400 kali. Pembacaan preparat histologi organ hati dan interpretasinya dilakukan di Laboratorium Kedokteran Hewan UGM didampingi oleh drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph.D.

F. Analisis Hasil

Dokumen terkait