• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Sertifikasi Hak Atas Tanah Melalui Ajudikasi

BAB II PELAKSANAAN SERTIFIKASI HAK MILIK ATAS TANAH

C. Tata Cara Sertifikasi Hak Atas Tanah Melalui Ajudikasi

Pendaftaran tanah merupakan hal yang sangat penting dalam sistem administrasi pertanahan. Tata cara pendaftaran tanah yang jelas dan mudah akan dapat membantu masyarakat dalam melakukan pendaftaran tanah hak miliknya. Hal ini akan mendorong masyarakat secara sadar untuk mendaftarkan tanahnya.

Lebih lanjut Boedi Harsono menjelaskan bahwa pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali mengenai kegiatan-kegiatan tertentu yang ditugaskan kepada Pejabat lain. Yaitu kegiatan-kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah kerja Kepala Kantor Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik dan pemetaan fotogrametri.41

Dalam Pasal 19 UUPA, disebutkan bahwa:

40

Chadidjah Dhalimutho, Pelaksanaan Land reform di Indonesia dan Permasalahannya, Universitas Sumatera Utara Press, Medan. 1998, hal. 74.

41

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2000.

1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Pendaftaran tersebut dalam ayat I pasal ini meliputi: a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

3. Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.

4. Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat I di atas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dan pembayaran biaya-biaya tersebut.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut PP No. 24 Tahun 199 in dir peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Misalnya adjudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik oleh Panitia Adjudikasi (Pasal 6 PP No. 24 Tahun 1997).

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dengan berlakunya PP No. 24 Tahun 1997 disebutkan PPAT sebagai Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu sebagai diatur dalam peraturan-perundang undangan yang bersangkutan, yaitu akta pemindahan dan pembebanan hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, dan akta pemberian kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan. Pejabat Umum adalah orang yang diangkat oleh Instansi yang berwenang, dengan tugas melayani masyarakat umum di bidang dan kegiatan tertentu.

Pendaftaran tanah secara sistematik dilakukan atas prakarsa Badan Pertanahan Nasional yang didasarkan atas suatu rencana kerja jangka panjang dan rencana tahunan yang berkesinambungan: Pelaksanaannya dilakukan di wilayah-wilayah yang ditunjuk oleh Menteri. Untuk wilayah-wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistemik, tata cara pendaftarannya dilakukan secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan. yaitu pihak yang berhak alas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan. Penunjukan wilayah pendaftaran tanah secara sistemik dan secara sporadik serta persiapan kegiatan mendapat pengaturan dalam Pasal 46, 47 dan 73 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pelaksanaan PP No. 24 Tahun 1997.

Pasal 8 PP No. 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa dalam melaksanakan pendaftaran secara sistematik, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia Adjudikasi yang dibentuk oleh Menteri Agraria/Kepala BPN atau Pejabat yang ditunjuk. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan Panitia Adjudikasi serta susunan, tugas dan kewenangannya diatur lebih lanjut dalam Pasal 48 sampai dengan Pasal 54 Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 1997.

Panitia Adjudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik yang dilaksanakan dalam rangka program Pemerintah dan Satgas yang membantunya dibentuk oleh Menteri untuk setiap desa1kelurahan yang sudah ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik. Panitia Adjudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik yang dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan Satgas

yang membantunya dibentuk oleh Kepala Kantor wilayah. Sebelum melaksanakan tugasnya para anggota Panitia Adjudikasi dan Satgas wajib mengangkat sumpah di hadapan Kepala Kantor Pertanahan setempat.

Susunan Panitia Adjudikasi terdiri dari:

1. Ketua II merangkap anggota, yang dijabat oleh pegawai Badan Pertanahan Nasional yang kemampuan dan pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah; 2. Seorang Ketua Panitia merangkap anggota, yang dijabat oleh pengawal Badan

Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan di bidang pendaftaran tanah dan atau hak-hak atas tanah, yang tertinggi pangkatnya di antara para anggota panitia.

3. Seorang wakil Ketua I merangkap anggota, yang dijabat oleh pengawal Badar Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan di bidang pendaftaran tanah;

4. Seorang wakil Kepala desa/Kepala Kelurahan yang bersangkutan atau Pamong Desa/Kelurahan yang ditunjuk sebagai anggota.

Keanggotaan Panitia Adjudikasi dapat ditambah dengan seorang yang dianggap mengetahui data yuridis bidang-bidang tanah di lokasi pendaftaran tanah secara sistematik, misalnya anggota tetua adat, kepala dusun, atau kepala lingkungan setempat.

Sedangkan Satgas pengukuran dan pemetaan terdiri dan beberapa petugas ukur, dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa pembantu petugas

ukur. Adapun susunan satgas pengumpul data yuridis menurut Keputusan Kepala BPN No. 114-II.2005 yaitu terdiri dari:

1. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai pengetahuan di bidang hak-hak atas tanah;

2. Seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai pengetahuan di bidang pendaftaran tanah,

3. Seorang anggota pemerintahan desa/kelurahan dan wilayah yang bersangkutan.

Satgas administrasi terdiri dan seorang atau beberapa orang petugas tata usaha dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa orang pembantu tata usaha. Jumlah keanggotaan Satgas sebagaimana dimaksud di atas disesuaikan menurut kebutuhan. Ketua Satgas-satgas sebagaimana dimaksud di atas dijabat oleh pegawai Badan Pertanahan Nasional yang tertinggi pangkatnya.

Adapun tugas dan wewenang Panitia Adjudikasi, yaitu : a. Menyiapkan rencana kerja secara terperinci;

b. Mengumpulkan data fisik dart dokumen ash data yuridis semua bidang tanah yang ada di wilayah yang bersangkutan serta memberikan tanda penerimaan dokumen kepada pemegang hak atau kuasanya;

c. Menyelidiki riwayat tanah dan menilai kebenaran alat bukti pemilikan atau perluasan tanah;

d. Mengumumkan data fisik dan data yuridis yang sudah dikumpulkan;

e. Membantu menyelesaikan ketidaksepakatan atau sengketa antara pihak-pihak yang bersangkutan mengenai data yang diumumkan;

f. Mengesahkan hasil pengumuman sebagaimana dimaksud pada huruf d yang akan digunakan sebagai dasar pembukuan hak atau pengusulan pemberian hak;

g. Menerima uang pembayaran, mengumpulkan dan memelihara setiap kuitansi bukti pembayaran dan penerimaan uang yang dibayarkan oleh mereka yang berkepentingan sesuai ketentuan yang berlaku;

h. Menyampaikan laporan secara periodic dan menyerahkan hasil kegiatan Panitia Adjudikasi kepada Kepala Kantor Pertanahan;

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan secara khusus kepadanya, yang berhubungan dengan pendaftaran tanah secara sistematik di lokasi yang bersangkutan.

Adapun tugas dan wewenang Ketua Panitia Adjudikasi , yaitu:

a. Memimpin dan bertanggungjawab terhadap seluruh pelaksanaan program kegiatan adjudikasi;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan dengan Kantor Pertanahan dan instansi terkait;

c. Memberikan pengarahan pelaksanaan kegiatan termasuk penyuluhan awal di RT;

d. Berdasarkan berita acara pengesahan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 PP Nomor 24 Tahun 1997:

1). Menegaskan konversi hak atas tanah; 2). Menandatangani penetapan pengakuan hak; 3). Mengusulkan pemberian hak atas tanah negara;

e. Atas nama Kepala Kantor Pertanahan menandatangani buku tanah dan sertifikat serta mengesahkan peta pendaftaran;

f. Atas nama Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah menandatangani surat ukur;

g. Atas nama Kepala Kantor Pertanahan mendaftar peralihan dan pembedaan hak atas tanah yang telah didaftar dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik sebelum warkah-warkah hak yang bersangkutan diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan;

h. Menandatangani dokumen penyerahan hasil kegiatan Panitia Adjudikasi kepada Kepala Kantor.

Sedangkan yang menjadi tugas Wakil Ketua I adalah membantu Ketua Panitia Adjudikasi dalam hal:

a. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pengumpulan data fisik dan pentatausahaan pendaftaran tanah;

b. Membantu Ketua Panitia Adjudikasi dalam pemeriksaan data fisik bidang-bidang tanah;

c. Membuat kesimpulan basil pengukuran dan pemetaan; d. Memeriksa sengketa mengenai batas dan luas tanah; e. Meneliti daftar tanah dan memeriksa bias;

f. Menyiapkan buku tanah, surat ukur dan peta-peta tanah setempat; g. Memeriksa peta dan surat ukur;

h. Menginventarisir permasalahan khususnya mengenai data fisik bidang-bidang tanah;

i. Membuat laporan hasil kegiatan secara berkala; j. Mengontrol pengukuran batas tanah;

k. Bersama Wakil Ketua II menyiapkan pelaksanaan pengumuman (penerbitan dan penempelan di papan pengumuman);

l. Menyiapkan konsep penetapan konversi dan pengakuan hak atas tanah; m. Menyiapkan peta pendaftaran;

n. Memeriksa surat ukur

o. Memeriksa buku tanah, sertifikat, daftar nama dan peta pendaftaran; p. Menyiapkan daftar tanah negara.

Tugas Wakil Ketua II adalah membantu Ketua Panitia Adjudikasi dalam hal: a. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pengumpulan data yuridis;

b. Supervisi pengumpulan dokumen ash mengenai kepemilikan atau penguasaan tanah;

c. Membantu Ketua Panitia Adjudikasi dalam pemeriksaan data yuridis bidang-bidang tanah;

d. Membuat kesimpulan hash pengumpulan data yuridis;

e. Membantu menyelesaikan sanggahan mengenal data yuridis membuat kesimpulan dan membuat laporan setelah pengumuman;

f. l3ersama Wakil Ketua I menyiapkan pelaksanaan pengumuman (penerbitan dan penempelan di papan pengumuman);

g. Menginventarisir permasalahan umum hak atas tanah; h. Supervisi nama pemilik pada buku tanah;

i. Menyiapkan usul pemberian hak atas tanah negara; j. Menyiapkan konsep keputusan pemberian hak atas tanah.

Selanjutnya adalah yang menjadi tugas dan Satgas pengukuran dan pemetaan, yaitu:

a. Menetapkan batas bidang tanah dalam hal satgas pengukuran dan pemetaan adalah pegawai Badan Pertanahan Nasional;

b. Melaksanakan pengukuran batas bidang tanah; c. Membuat gambar ukur;

d. Membuat peta bidang tanah; e. Membuat daftar tanah; f. Membuat peta pendaftaran; g. Membuat surat ukur.

Sedangkan Tugas Satgas pengumpul data yuridis, yaitu:

a. Melakukan pemeriksaan bidang-bidang tanah dan menetapkan batas-batasnya b. Membuat sket (gambar kasar) bidang-bidang tanah jika belum tersedia peta

bidang tanah tersebut;

c. Melakukan penyelidikan riwayat tanah dan menarik surat-surat bukti pemilikan atau penguasaan tanah yang ash dan memberikan tanda terima;

d. Membuat daftar bidang-bidang tanah yang telah di adjudikasi; e. Membuat laporan pelaksanaan pekerjaan setiap Minggu;

f. Menyiapkan pengumuman mengenai data yuridis;

g. Menginventarisasi sanggahan/keberatan dan penyelesaiannya;

h. Menyiapkan data untuk pembuatan daftar isian 201,204,205, 207 dan pemeriksaan sertifikat.

Adapun tugas dan Satgas Administrasi, yaitu:

a. Melaksanakan tugas pengetikan, penggandaan dokumen, penerimaan surat-surat umum dan pemberian tanda terimanya dan pekerjaan administratif lainnya;

b. Menyiapkan laporan ke Kantor Pertanahan, Kantor wilayah dan unit kcrja lain yang dianggap perlu;

c. Mengelola alat-alat tulis kantor; d. Menyiapkan daftar hadir;

e. Mengatur rumah tangga Panitia Adjudikasi; f. Membuat laporan hasil rapat Panitia Adjudikasi; g. Menyiapkan laporan hash kegiatan secara berkala.

h. Membuat evaluasi untuk laporan kegiatan hasil secara berkala.

Dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan sesuai dengan apa yang telah disebutkan dalam Pasal 12 ayat (1) PP No.24/1997, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. pengumpulan dan pengolahan data fisik. b. pembuktian hak dan pembukuannya.

c. penerbitan sertifikat.

d. penyajian data fisik dan data yuridis. e. penyimpanan daftar umum dan dokumen.

Sedangkan kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan sesuai dengan apa yang telah disebutkan dalam Pasal 12 ayat (1) PP No.24 Tahun 1997, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. pendaftaran peralihan dan pembebanan hak;

b. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.

Adapun penjelasan mengenai tahapan-tahapan pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengelolaan data fisik

Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan. Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi:

a. pembuatan peta dasar pendaftaran; b. penetapan batas bidang-bidang tanah;

c. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran;

d. pembuatan daftar tanah; e. pembuatan surat ukur.

Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data yuridis serta pembukuan haknya. Dalam kegiatan pengumpulan data yuridis diadakan perbedaan antara pembuktian hak-hak baru dan hak lama. Flak barn adalah hak-hak yang barn diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya PP No. 24 Tahun 1997, sedangkan hak-hak lama yaitu hak-hak atas tanah yang berasal dan konversi hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftarkan menurut PP Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai.

Pembuktian hak atas tanah baru dibuktikan dengan:

1. Penetapan pemberian hak dan Pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dan tanah Negara atau tanah hak pengelolaan;

2. Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;

Sedangkan hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh Pejabat yang berwenang, tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan dan pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.

Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dan konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hal tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar sebenarnya oleh Panitia Adjudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik

atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana disebutkan pada paragraph di atas, pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahuluan-pendahulunya, dengan syarat:

1. Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya.

2. Penguasaan tersebut balk sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

Adapun yang dimaksud dengan alat-alat bukti tertulis dalam Penjelasan Pasal 24 PP No.24 Tahun 1997, yaitu:

a. grosse akta hak eigendom

b. surat tanda bukti hsk milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan; atau

c. sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959; atau

d. surat keputusan pemberian hak milik dan pejabat yang berwenang, baik sebelum atau sejak berlakunya IJUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya; atau

e. akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan, yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat1Kepala Desa/Kepala Kelurahan, yang dibuat sebelum berlakunya PP ini; atau

f. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya yang belum dibukukan; atau

g. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP. 28/1997; atau

h. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang. yang tanahnya belum dibukukan; atau

i. surat penunjukan atau pembelian, kavling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; atau

j. Petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum ber1ak.inya PP No.10 Tahun 1960; atau

k. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; atau

l. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI, Pasal VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.

Adapun dalam hal tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian maka proses pembukuannya dapat ditempuh dengan tata cara sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 24 ayat (2) PP No. 24 Tahun I 997. Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahuluan pendahulunya, dengan syarat:

a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat o[eh kesaksian orang yang dapat. dipercaya;

b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

3. Penerbitan Sertifikat

Di dalam Pasal 31 ayat (1) PP No.24 tahun 1997, disebutkan bahwa:

“Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1).”

Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) Huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf. hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Pasal 32 ayat (1) PP No.24 Tahun 1997 disebutkan: “Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan”. 4. Penyajian data fisik dan data yuridis.

Penyajian data fisik dan yuridis, terutama dalam memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan mudah memperoleh keterangan yang diperlukan, Kepala Kantor Pertanahan menyelenggarakan tata usaha pendaftaran tanah berupa daftar umum yang terdiri atas; peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, dan daftar nama.

Ketentuan yang dimaksud Pasal 34 PP Nomor 24 tahun 1997, disebutkan: 1. Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan data yuridis

yang tersimpan di dalam peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah”

2. Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya terbuka instansi pemerintah tertentu untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

3. Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh keterangan mengenai data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Menteri.

Adapun keputusan menteri yang dimaksudkan adalah Keputusan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Di dalam Pasal 191 ayat Keputusan Menteri Agraria! Kepala Ba1an Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 disebutkan bahwa:

1) Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya dapat diberikan kepada Instansi Pemerintah yang memerlukan untuk keperluan pelaksanaan tugasnya dengan mengajukan permintaan yang menyebutkan keperluan tersebut.

2) Permintaan tersebut dipenuhi setelah disetujui oleh Kepala Kantor Pertanahan. 5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen

Ketentuan mengenai penyimpanan daftar umum dan dokumen adalah Pasal 35 PP No.24 Tahun 1997 disebutkan bahwa:

1. Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai dasar pendaftaran, diberi tanda pengenal dan disimpan di Kantor

Pertanahan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri, sebagai bagian yang tak terpisahkan dan daftar umum.

2. Peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama dan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut hams tetap berada di Kantor Pertanahan atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri.

3. Dengan izin tertulis dan Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya dapat diberikan petikan, salinan atau rekaman dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (I) kepada instansi lain yang memerlukan untuk pelaksanaan tugasnya.

4. Atas perintah Pengadilan yang sedang mengadili suatu perkara, ash dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibawa oleh Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau Pejabat yang ditunjuknya ke sidang Pengadilan tersebut untuk diperlihatkan kepada Majelis Hakim dan para pihak yang bersangkutan.

5. Secara bertahap data pendaftaran tanah disimpan dan disajikan dengan menggunakan peralatan elektronik dan microfilm.

6. Rekaman dokumen yang dihasilkan alat elektronik atau microfilm sebagaimana dimaksud pada ayat (5) mempunyai kekuatan pembuktian sesudah ditandatangani dan dibubuhi cap dinas oleh Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan.

7. Bentuk, cara penyimpanan, penyajian dan penghapusan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), demikian juga dengan cara penyimpanan dan penyajian data pendaftaran tanah dengan alat elektronik dan microfilm sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Menteri.

Adapun Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 tahun 1997 tentang Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997 diatur mulai Pasal 184 sampai dengan Pasal 186, berisikan tentang penyimpanan data dan dokumen pendaftaran tanah. Untuk mencegah hilangnya dokumen yang sangat penting untuk kepentingan masyarakat, maka apabila ada instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya, pemeriksaannya wajib dilakukan di Kantor Pertanahan. [-tanya atas perintah Pengadilan yang sedang mengadili suatu perkara, ash dokumen boleh dibawa oleh Kepala Kantor Pertanahan oleh pejabat yang ditunjukkannya ke sidang pengadilan tersebut untuk diperlihatkan kepada Majelis hakim dan pa pihak yang bersangkutan.