• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tata Laksana Pengelolaan Usaha Ternak Kelinci di Daerah

Usaha ternak Kelinci di Kelurahan Gundaling II dan Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo ini pada umumnya adalah usaha mengembangbiakkan kelinci hias dan pedaging. Kelinci hias dan pedaging ini selain berasal dari peternak sekitar daerah penelitian, juga berasal dari luar daerah seperti daerah Lembang, Jawa Barat. Jenis kelinci yang di ternakkan adalah Angora, Rex, Fuji Loop, Lion, English Spot, New Zealand White dan lokal. Jenis kelinci lokal yang ada didaerah penelitian ini sebenarnya jenis kelinci yang berasal dari Eropa yang sudah bercampur dengan jenis lainnya sehingga sulit untuk dikenali. Tata laksana pengelolaan usaha ternak kelinci yang diterapkan peternak daerah ini meliputi : pembuatan kandang, reproduksi dan perkawinan, penanganan masa sebelum dan sesudah kehamilan, pemeliharaan, dan pencegahan penyakit. Berikut di jelaskan tata laksana pengelolaan usaha ternak kelinci di daerah penelitian :

A.Pembuatan Kandang

Kandang kelinci memiliki persyaratan tertentu yang perlu diperhatikan agar kelinci dapat hidup dengan nyaman, sehat dan aman. Di daerah penelitian, suasana kandang tergolong tenang dan jauh dari jalan raya. Lingkungan kandang juga terasa sejuk namun tidak lembab. Disetiap sudut kandang kelinci dipagari dengan tumbuhan kembang sepatu ataupun seng agar aman dari jangkauan hewan predator.

Lantai kandang kelinci dibangun 1,5 meter di atas permukaan tanah sehingga memperlancar sirkulasi udara. Dinding gubuk dibangun lebih tinggi dari kandang kelinci yaitu 5 meter dari atas tanah dengan tujuan menghindari angin dan hujan masuk ke dalam kandang. Selain itu, kandang kelinci di daerah penelitian dirancang sedemikian rupa agar kandang mudah untuk dibersihkan sehingga kesehatan kelinci dapat diperhatikan.

Peternak sampel di daerah penelitian kebanyakan menggunakan kayu broti sebagai penyangga kandang, kayu digunakan sebagai kerangka kandang, papan sebagai pembatas kandang yang satu dengan yang lainnya, jaring besi dipasang pada permukaan kandang. Untuk

lantai kandang menggunakan jaring besi dibagian depan pintu hingga kebagian tengah. Pada bagian belakang digunakan papan yang bertujuan agar kandang dapat dibersihkan dengan mudah dan sirkulasi udara didalam kandang tetap lancar.

Kandang kelinci dibangun di dalam rumah gubuk yang dinding bagian bawahnya dilapisi seng sedangkan di bagian tengahnya dilapisi papan dan di bagian atas dinding dilapisi plastik. Namun sebagian peternak sampel ada juga yang menggunakan seng secara keseluruhan pada bagian luar dari kandang-kandang

kelincinya. Pada atap gubuk kelinci digunakan rumbia dan seng karena bila cuaca sedang panas, rumbia mampu menahan panas dan jika sedang hujan, seng mampu menahan air masuk ke dalam kandang kelinci.

Ukuran kandang kelinci yang digunakan peternak sampel adalah panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 60 cm. Kandang kelinci peternak sampel menggunakan model rangkai atau sering disebut kandang baterai. Kandang model ini berbentuk melebar ke samping dan bersekat sehingga walaupun angin kencang dan udara dingin, kehangatan udara di dalam kandang tetap terjaga. Tiap 1 unit kandang di isi dengan 1 ekor kelinci dewasa, terkecuali bagi indukan yang sedang menyusui akan tinggal bersama anak-anaknya dalam 1 kandang selama 2 minggu.

B. Reproduksi dan Perkawinan

Prosesi perkawinan yang dilakukan peternak sampel di daerah penelitian diawali dengan mempersiapkan indukan dan pejantan berumur antara 6 – 8 bulan. Peternak sampel biasanya mengawinkan 1 ekor pejantan dengan 8 sampai 10 ekor betina. Hal ini sesuai dengan tulisan Masanto dan Agus (2011) yang menyatakan bahwa perbandingan ideal jumlah bibit yang akan dipasangkan bisa mencapai satu ekor pejantan dan 10 ekor induk betina dengan umur 6 bulan atau lebih.

Pada dasarnya pejantan yang akan dikawinkan, ditempatkan dalam kandang terlebih dahulu selama satu hari bersama-sama dengan induk betina yang sudah

siap untuk kawin. Seperti kriteria yang dikemukakan oleh Nuning Priyatna (2011) bahwa kelinci mulai mengalami masa birahi pada umur 4 bulan dengan ciri-ciri alat kelamin yang terlihat memerah pada kelamin induk betina namun tidak ada perubahan warna pada alat kelamin pejantan. Selain itu, perilaku kelinci terlihat gelisah dan berjalan kesana-kemari menggosokkan dagunya ke dinding atau ke dasar kandang. Setelah pejantan mengenal tempatnya maka induk betina siap dimasukkan ke dalam kandang pejantan.

Proses perkawinan biasanya dilakukan pada pagi hari (jam 6 - 8) dan sore hari (jam 4 – 6) dan berlangsung singkat. Indukan betina dan pejantan akan saling mengenal dan terlihat bermain kejar-kejaran selama beberapa saat. Setelah berhenti biasanya pejantan akan menaiki tubuh betina dan proses ini akan selesai ditandai dengan terlepasnya tubuh pejantan hingga terjatuh. Beberapa menit kemudian pejantan akan menghampiri betina untuk melakukan perlawinan yang kedua. Keadaan ini akan berulang hingga 3 sampai 5 kali. Setelah itu induk betina segera diambil dan dikembalikan ke kandangnya.

C. Penanganan Masa Sebelum dan Sesudah Kehamilan

Kelinci mengalami proses kehamilan selama 28 – 30 hari. Selama masa tersebut, peternak sampel akan memperhatikan secara fokus dalam hal pemberian pakan yang cukup. Menurut peternak, indukan kelinci yang sedang hamil akan mengalami peningkatan nafsu makan yang lebih besar 2x lipat dari yang biasanya. Pakan yang diberikan berupa hijauan seperti wortel dan daun kol. Jika biasanya kelinci makan 2 kali sehari,maka pada masa hamil ini bisa jadi 4 - 5 kali dalam sehari.

Selain memperhatikan pakan, peternak juga menjaga kebersihan kandang dan suasana yang tenang karena hal ini sesuai dengan pernyataan Nuning Priyatnya (2011) bahwa kondisi lingkungan yang tidak optimal dapat menyebabkan stress dan akan mempengaruhi kondisi bayi yang dikandung kelinci.

Didalam kandang indukan kelinci yang sedang hamil, di pasang kotak yang terbuat dari papan sebagai tempat kelinci melahirkan, karena seminggu sebelum proses kelahiran terjadi, kelinci akan merontokkan bulunya sebagai selimut dan alas untuk melahirkan. Seekor induk kelinci mampu melahirkan 6 – 12 ekor anakan (Ahmad Yunus, 2011) Pada daerah penelitian, kelinci paling sering melahirkan 6 – 10 ekor anakan. Biasanya proses kelahiran terjadi pada malam hari.

Setelah melahirkan, perawatan induk kelinci sama seperti saat kehamilan. Anak kelinci yang baru lahir berwarna kemerah-merahan dan tidak berbulu. Organ tubuh dan telinganya juga belum berfungsi sempurna. Setelah bayi kelinci berumur 7 hari, maka bulu-bulu halus mulai tumbuh dan mata akan mulai terbuka. Pada hari kesepuluh barulah organ-organ anak kelinci mulai berfungsi sempurna. Penyapihan dapat dilakukan peternak sampel setelah anak kelinci berumur 40 hari dan induknya sudah dapat dikawinkan kembali.

Berikut ini adalah gambaran pada saat induk kelinci tinggal bersama anak nya dalam masa penyapihan:

Gambar 5. Induk Kelinci dan Anakan Dalam Masa Penyapihan D. Pemberian Pakan dan Pemeliharaan

Peternak sampel di daerah penelitian memberikan pakan pada ternak kelinci 2 kali dalam 1 hari yaitu jam 7 – 8 pagi dan jam 4 – 5 sore. Pakan yang diberikan peternak ada 2 jenis yaitu wortel dan daun kol yang berasal dari lahan pertanian sekitar peternakan. Peternak sampel biasanya tidak memberikan air minum pada ternaknya karena kandungan air di dalam wortel sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan ternak kelinci. Seekor kelinci dewasa biasanya mampu menghabiskan 1,5 – 2 kg wortel dan daun kol.

Pemeliharaan kelinci dilakukan oleh peternak sampel pada jam 11 – 1 siang. Kegiatan yang dilakukan peternak sampel yaitu memberikan pakan tambahan dalam jumlah yang secukupnya untuk selingan sambil memeriksa keadaan ternaknya serta membersihkan kandang kelinci dari sisa-sisa makanan maupun kotoran kelinci yang ada didalam kandang.

Pemeliharaan tidak hanya dilakukan peternak sampel terhadap ternaknya saja, namun juga pemeliharan terhadap kandang ternak yang terkadang ada yang rusak karena faktor alam dan air seni kelinci yang tinggi kandungan asamnya. Dalam

jangka 6 bulan sekali peternak sampel akan mengganti jaring besi bagian bawah kandang kelinci yang biasanya berkarat dan patah-patah. Keadaan ini dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kelinci karena bisa tertusuk kawat yang patah. Berdasarkan uraian di atas secara garis besar pada daerah penelitian tata laksana pengelolaan ternak kelinci di daerah penelitian relatif sesuai dengan anjuran yang di kemukakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Karo.

Dokumen terkait