• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Niaga Pemasaran Komoditas Ayam Ras Pedaging

I. PENDAHULUAN

5.1 Analisis Daya Dukung

5.3.3 Tata Niaga Pemasaran Komoditas Ayam Ras Pedaging

Rantai tata niaga pemasaran komoditas ayam ras pedaging antar wilayah di Provinsi Riau yaitu :

I. Peternak wilayah asal – Pedagang Besar wilayah asal – Pedagang Besar wilayah tujuan - Pedagang Pengecer wilayah tujuan – Konsumen wilayah tujuan;

II. Peternak wilayah asal – Pedagang Besar wilayah asal – Konsumen wilayah tujuan;

Pengembangan komoditas ayam ras pedaging di Provinsi Riau didominasi pemeliharaan ayam ras pedaging dengan pola kemitraan antara peternak dengan perusahaan peternakan ayam ras pedaging. Pola ini membuat pemasaran ternak tidak ditentukan oleh peternak tetapi oleh perusahaan inti kemitraan. Pola kemitraan menyebabkan harga komoditas peternak ayam ras pedaging relatif tidak berfluktuatif terutama di wilayah asal ternak. Dalam rantai tata niaga, perusahaan inti kemitraan merupakan peternak besar di wilayah asal.

Harga komoditas ayam ras pedaging pada setiap pola rantai tata niaga disajikan pada Tabel 28. Pada tabel tersebut terlihat harga yang diperoleh pedagang besar di wilayah asal relatif seragam. Hal ini memungkinkan karena sebagian besar pedagang besar wilayah asal adalah pelaku kemitraan budidaya komoditas ayam ras pedaging dengan peternak. Kabupaten Kampar mempunyai harga jual di tingkat peternak lebih rendah dibandingkan wilayah lain dan harga

jual tertinggi di tingkat peternak ayam ras pedaging terdapat di Kabupaten Indragiri Hulu. Hal ini terjadi karena jarak Kampar dengan Pekanbaru sebagai pusat sarana produksi lebih pendek, sedangkan Indragiri Hulu mempunyai jarak yang lebih jauh sehingga biaya transportasi sangat mempengaruhi biaya produksi di wilayah Indragiri Hulu.

Tabel 28 Perbandingan harga di tingkat peternak dan konsumen pada rantai tata niaga komoditas ayam ras pedaging (Rp)

Aliran Komoditas No Dari Ke Harga di Tingkat Peternak Harga di Tingkat Konsumen Rantai Tata Niaga I

1 Indragiri Hulu Kuantan Singingi 14.000 22.000 2 Pekanbaru Indragiri Hulu 13.500 20.000 3 Pekanbaru Indragiri Hilir 13.200 21.000 4 Pekanbaru Rokan Hulu 13.000 20.000 5 Pekanbaru Bengkalis 13.000 20.000 6 Pekanbaru Dumai 13.500 20.000 7 Indragiri Hulu Pekanbaru 13.500 19.000 8 Pelalawan Indragiri Hilir 12.900 21.000 9 Pelalawan Siak 13.000 19.000 10 Pelalawan Dumai 12.800 20.000 11 Siak Rokan Hulu 13.200 20.000 12 Siak Bengkalis 13.200 19.000 13 Siak Rokan Hilir 13.300 24.000 14 Kampar Kuantan Singingi 12.800 21.000 15 Kampar Indragiri Hulu 12.900 20.000 16 Kampar Indragiri Hilir 12.900 21.000 17 Kampar Rokan Hulu 12.500 20.000 18 Kampar Bengkalis 12.800 21.000 19 Kampar Rokan Hilir 12.900 24.000 20 Kampar Dumai 12.900 20.000 Rata-rata 13.042 20.526

Rantai Tata Niaga II

1 Pekanbaru Kuantan Singingi 13.500 22.000 2 Pekanbaru Siak 13.300 19.000 3 Pelalawan Pekanbaru 12.800 18.500 4 Pelalawan Indragiri Hulu 13.000 20.000 5 Siak Dumai 13.300 20.000 6 Kampar Pekanbaru 12.800 19.000 7 Kampar Siak 12.800 19.000 Rata-rata 13.071 19.643

Harga di tingkat konsumen akhir relatif berbeda-beda, tergantung jarak wilayah tersebut dari wilayah produksi. Harga tertinggi terdapat di Rokan Hilir yaitu Rp 24.000 /kg yang berjarak paling jauh dari Kampar dan Pekanbaru dan terendah di Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak yaitu sebesar Rp 19.000,-/kg, yang secara geografis wilayah ini bertetangga. Di sisi lain berdasarkan penelitian

Ruchjana (1992), fenomena ekonomi dalam pemasaran ayam ras pedaging menggambarkan terjadinya kenaikan permintaan pada bulan-bulan tertentu. Kenaikan permintaan daging ayam ras akan meningkatkan penawaran. Untuk itu pengamatan perilaku penawaran daging ayam ras lebih baik diamati dalam interval bulanan.

Tampilan secara spasial sebaran harga rata-rata di tingkat peternak dan di tingkat konsumen akhir komoditas ayam ras pedaging disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Peta sebaran harga pada tata niaga komoditas ayam ras pedaging di tingkat peternak dan di tingkat konsumen akhir

Dari Gambar 17 terlihat bahwa produksi komoditas ayam ras pedaging berada di bagian tengah wilayah Provinsi Riau. Pengembangan kegiatan budidaya dari Kampar dan Pekanbaru menuju Pelalawan dan Indragiri Hulu didukung oleh sarana jalan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kearah Dumai maupun Bengkalis.

Jumlah margin yang berlaku pada rantai tata niaga komoditas ayam ras pedaging disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29 Rata-rata margin share pada rantai tata niaga komoditas ayam ras pedaging

Rincian Margin (Rp) Persentase No Rantai Tata Niaga Margin

(Rp) Biaya Pemasaran Keuntungan Biaya Pemasaran Keuntungan 1 I 7.484 2.134 5.350 28,51% 71,49% 2 II 6.571 1.561 5.010 23,76% 76,24%

Pada Tabel 29 terlihat bahwa dari margin yang ada ternyata lebih dri 70% merupakan keuntungan yang diperoleh pelaku pemasaran. Sedangkan biaya pemasaran, yang digunakan untuk tenaga kerja, transportasi dan retribusi, kurang dari 30% dan semakin pendek jarak wilayah atau rantai tataniaga maka biaya pemasaran semakin berkurang.

Benefit share yang diperoleh pelaku pemasaran ditentukan dari panjangnya rantai tata niaga dan tidak mempengaruhi harga di tingkat konsumen. Hal ini terjadi karena pelaku dalam rantai tata niaga ayam ras pedaging hanya berusaha mengefiesienkan biaya pemasaran dan meningkatkan peroleh keuntungan.

Bagan rantai tata niaga dan benefit share yang diperoleh oleh setiap pelaku pemasaran komoditas ayam ras pedaging disajikan pada Gambar 18.

Rantai Tata Niaga I Rantai Tata Niaga II

Gambar 18 Rantai tata niaga dan benefit share pemasaran komoditas ayam ras pedaging di Provinsi Riau

Dari Gambar 18 terlihat bahwa tata niaga komoditas ayam ras pedaging dilakukan oleh pedagang besar dan pedagang pengecer. Rendahnya keragaman pelaku pemasaran komoditas ayam ras pedaging diakibatkan oleh daya tahan ternak tersebut selama pengangkutan. Ayam ras pedaging mempunyai ketahanan yang rendah sehingga pengangkutan dalam waktu lama akan menyebabkan kerugian seperti kematian dan penyusutan berat badan.

Peternak i Pedagang Besar i Pedagang Besar j Pedagang Pengecer j Konsumen j 29,16 % 33,74 % 37,10 % Peternak i Pedagang Besar i Pedagang Pengecer j Konsumen j 49,28 % 50,72 %

Distribusi keuntungan (benefit share) pada Gambar 18 memperlihatkan bahwa nilai tambah terbesar dari pemasaran komoditas ayam ras pedaging dinikmati oleh pedagang pengecer di wilayah tujuan 37,10% pada rantai tata niaga I dan 50,72% pada rantai tata niaga II). Sedangkan di wilayah asal nilai tambahnya lebih kecil. Semakin pendek rantai tata niaga maka nilai benefit share

yang diperoleh pedagang pengecer di wilayah tujuan semakin besar.

Pedagang besar wilayah asal pada pemasaran komoditas ayam ras pedaging, melakukan penjualan dengan dua cara yaitu melalui pedagang perantara, yang merupakan pedagang besar di wilayah tujuan, atau langsung bekerja sama dengan pedagang pengecer di wilayah tujuan. Sistem pemasaran ini berpengaruh pada keuntungan yang diterima oleh pedagang besar wilayah asal. Keterbatasan dalam jarak dan jangkauan pemasaran, maka untuk wilayah yang berjarak tempuh jauh, maka pemasaran ayam ras pedaging dilakukan melalui pedagang besar di wilayah tujuan. Akibat dari tambahan rantai tata niaga ini, maka ada distribusi keuntungan yang disalurkan kepada masing-masing pelaku pemasaran.

Dokumen terkait