• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan studi pustaka, yaitu membaca literatur baik artikel maupun jurnal dari website dan buku acuan yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, sikap, tindakan mengenai penggunaan antibiotika, pembuatan kuesioner, metode penelitian, statistika, serta pengolahan dan perhitungan data yang digunakan.

2. Analisis situasi

a. Penentuan lokasi penelitian. Lokasi untuk penelitian dipilih setelah dilakukan observasi di Kecamatan Umbulharjo, kemudian dipilih satu Kelurahan yaitu Kelurahan Umbulharjo yang sesuai dengan kriteria peneliti, yaitu belum pernah dilakukan kegiatan seperti penyuluhan atau seminar tentang antibiotika sebelumnya. Selain itu, wanita dewasa di kelurahan tersebut termasuk aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kelurahan sehingga jumlah responden yang datang diharapkan tidak kurang dari batas minimal responden untuk penelitian yaitu 30 orang. Dari pertimbangan tersebut data maka data yang diambil dari kelurahan sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Perizinan. Perizinan penelitian dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Perizinan diajukan mulai dari meminta surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma kemudian surat tersebut diserahkan ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, kemudian akan diberikan surat tembusan untuk permohonan ijin yang diserahkan ke

beberapa instansi yaitu Walikota Yogykarta, Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, kantor pemerintahan Kecamatan Umbulharjo, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk permohonan penelitian. Informasi mengenai jumlah penduduk tiap kelurahan diperoleh dari data yang terdapat di kantor Kecamatan Umbulharjo. Kemudian dari kecamatan tersebut peneliti mengajukan satu Kelurahan yang telah direkomendasikan dan disetujui oleh pihak Kecamatan serta mendapat persetujuan oleh pihak dari Kelurahan yang terpilih. Perizinan pertama diperoleh untuk penelitian selama 3 bulan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan Januari 2015. Kemudian dilakukan perpanjangan untuk bulan Februari sampai bulan Mei 2015.

3. Pengembangan Kuesioner

a. Konfirmasi konten kuesioner. Uji validitas konten tidak dilakukan dalam penelitian ini, karena kuesioner yang digunakan merupakan pengembangan dari kuesioner tentang antibiotika yang telah divalidasi oleh expert judgement sebelumnya (Marvel, 2012). Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dilakukan adalah mengkonfirmasi konten kuesioner tersebut kepada expert judgement, yaitu apoteker untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut dapat digunakan dan juga valid untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, dilakukan konfirmasi validitas konten kuesioner. Hasil konfirmasi secara lengkap terdapat pada lampiran VIII, IX, dan X.

b. Uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa diberikan pada responden yang bukan subyek uji, namun dengan karakteristik yang mirip dengan subyek uji. Pengujian dilakukan dengan cara masing-masing subyek membaca kuesioner dan selama membaca kuesioner tersebut ditunggu oleh peneliti. Jika tidak ada pertanyaan atau konfirmasi dari subyek uji terkait dengan pernyataan pada kuesioner, maka dianggap subyek uji paham terhadap pernyataan pada kuesioner.

c. Uji validitas statistik. Validitas aitem pernyataan dalam kuesioner dapat dilihat dari korelasi aitem total, dalam penelitian ini dilakukan dengan korelasi Point-Biserial yang digunakan untuk menyeleksi data dengan dikotomus (scoring 0 dan 1) pada aspek pengetahuan dan uji korelasi Pearson Product Moment yang digunakan pada aitem-aitem yang memiliki alternatif jawaban lebih dari dua, dalam penelitian ini pada aspek sikap dan tindakan. Apabila koefisien korelasi mendekati 0 maka terdapat ketidaksesuaian fungsi aitem pernyataan terhadap fungsi tes secara keseluruhan, karena beda variansi jawaban tinggi sehingga menyebabkan tidak adanya konsistensi. Sedangkan nilai korelasi negatif menunjukkan bahwa pernyataan tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian. Mengacu pada literatur (Azwar, 2014), beberapa aitem yang dihapus tersebut antara lain, aitem nomor 8 (point-biserial: -0,007). Kemudian dihapus pertanyaan nomor 10 (point-biserial -0,23), nomor 11 ( point-biserial: 0,09), nomor 13 (point-biserial: -0,05). Terakhir, dihapus nomor 20 pada aspek pengetahuan (point-biserial : -0,18). Tidak dilakukan seleksi

aitem pada aspek sikap dan tindakan karena nilai korelasi yang ditunjukkan Pearson product moment seluruhnya >0,35 yang menunjukkan pernyataan sangat berguna. Hasil uji validitas statistik disajikan dalam lampiran XII. d. Uji reliabilitas instrumen. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan menggunakan

aplikasi menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan sudah reliabel karena nilai Alpha yang didapat untuk ketiga aspek tersebut >0,60 seperti yang terdapat di Tabel II.

Tabel II. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner (α) Nilai Alpha

Pengetahuan 0,71

Sikap 0,66

Tindakan 0,66

Pada uji reliabilitas pengetahuan, sebelumnya dilakukan seleksi aitem terebih dahulu karena ada beberapa aitem yang memiliki korelasi point-biserial yang rendah. Apabila nilai α rendah akibat korelasi antar itemnya yang lemah, maka beberapa item sebaiknya direvisi atau dihilangkan dari instrumen. Setelah dilakukan pengurangan aitem yang memiliki korelasi antar aitem yang rendah, nilai α pada aspek pengetahuan meningkat. Pada aspek sikap dan tindakan, hasil uji reliabilitas sudah langsung menunjukkan hasil yang reliabel tanpa ada aitem yang memiliki Pearson product moment yang rendah. Alur pengujian reliabilitas instrumen aspek pengetahuan dapat dilihat dalam gambar 2. Hasil uji reliabilitas secara lengkap pada lampiran XIII.

Gambar 2. Alur Pengujian Reliabilitas Instrumen Aspek Pengetahuan

4. Pelaksanaan CBIA

Pelaksanaan kegiatan CBIA dilakukan di ruang pertemuan di kantor Kelurahan Warungboto, dengan melibatkan wanita usia dewasa sebagai responden. Kegiatan CBIA pertama dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Desember 2014. Sebelumnya, peneliti telah berdiskusi dengan Bapak Lurah

20 aitem α: 0,61 19 aitem α: 0,64 18 aitem α: 0,65 17 aitem α: 0,66 16 aitem α: 0,67 15 aitem α: 0,71

Hapus aitem nomor 8

point biserial: -0,007

Hapus aitem nomor 13

point biserial: -0,05

Hapus aitem nomor 11

point biserial: 0,09

Hapus aitem nomor 20

point biserial: -0,18 Hapus aitem nomor 10

point biserial: -0,23

mengenai masalah yang diteliti, teknis pelaksanaan dan pemilihan waktu kegiatan. Peneliti meminta pihak kelurahan untuk mengundang sebanyak 50 orang wanita usia dewasa untuk kegiatan CBIA ini. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 42 orang wanita. Jumlah tersebut termasuk tinggi, dan hal tersebut menunjukkan antusiasme masyarakat yang baik pada kegiatan ini. Dari informasi diketahui bahwa sebelumnya belum pernah ada kegiatan mengenai antibiotika di daerah tersebut.

Sebelum melaksanakan CBIA, terlebih dahulu acara dibuka oleh Bapak Lurah kemudian dilanjutkan oleh peneliti. Peneliti memulai acara dengan memperkenalkan diri, mengucapkan terimakasih, menjelaskan tujuan dan manfaat pertemuan, dan menjelaskan urutan kegiatan penelitian. Kemudian, fasilitator membagikan kuesioner pre-intervensi untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai antibiotika sebelum dilakukan intervensi. Setelah kuesioner dibagikan, peneliti menjelaskan mengenai informed consent yang harus diisi serta menjelaskan cara pengisian kuesioner. Setelah responden sudah mengerti dan tidak ada pertanyaan, responden diberi waktu maksimal 30 menit untuk mengisi kuesioner pretest yang kemudian dikumpulkan pada fasilitator yang berada di sekitar responden. Setelah kuesioner dikumpulkan pada fasilitator, fasilitor memeriksa langsung kelengkapan pengisian data diri responden dan jawaban dari tiap pertanyaan kuesioner harus terisi seluruhnya. Kemudian kuesioner diserahkan pada peneliti untuk diteliti kembali kelengkapan data dan isian jawabannya. Jika ada data diri atau kolom jawaban yang belum terisi, maka kuesioner dikembalikan kepada responden untuk dilengkapi.

Setelah dilakukan pretest, responden dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, dalam penelitian ini dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 8 dan 9 orang responden dalam tiap kelompoknya. Anggota kelompok memilih satu orang untuk menjadi ketua kelompok. Setelah itu, tiap kelompok kecil masing-masing anggotanya diberikan booklet yang berhubungan dengan antibiotika diantaranya berupa pengertian, resistensi, contoh obat, dan cara menggunakan. Dalam tiap kelompok kecil tersebut ada seorang fasilitator yang mendampingi dan menstimulasi diskusi. Fasilitator tidak diperkenankan menjawab pertanyaan, namun boleh menunjukkan letak jawaban pada booklet. Diskusi dalam kelompok membahas isi yang terdapat dalam booklet dan cerita pengalaman pribadi responden tentang penggunaan antibiotika. Bila ada pertanyaan atau hal yang belum dimengerti, kelompok menuliskan pertanyaan tersebut untuk selanjutnya ditanyakan kepada narasumber saat diskusi. Sesi diskusi kelompok kecil ini dilakukan selama 30 menit. Setelah itu, dilajutkan dengan sesi diskusi kelompok besar yang diisi dengan tanya jawab bersama narasumber. Sesi diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih 45 menit. Setelah sesi tanya jawab dengan narasumber selesai, fasilitator kembali membagikan kuesioner untuk diisi oleh responden atau disebut sebagai kuesioner post-1 intervensi. Untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan tindakan responden setelah intervensi, maka dilakukan post intervensi yang dilakukan tiga kali secara berkala. Namun, pada pengambilan post-2 intervensi pada tanggal 30 Januari 2015 dan post-3 intervensi tanggal 6 Maret 2015, tidak didampingi lagi oleh narasumber dan agenda kegiatan hanya pada pengisian kuesioner post-intervensi saja.

5. Pengolahan Data

a. Manajemen Data. Dilakukan beberapa kegiatan dalam proses manajemen data untuk melihat kesesuaian data responden dengan tujuan penelitian, yaitu:

1) Editing

Proses editing ini dilakukan dengan memeriksa kelengkapan kuesioner penelitian. Kelengkapan tersebut mencakup isian jawaban responden terkait pernyataan pada aspek-aspek yang diteliti dan juga kelengkapan responden mengisi identitas diri, bila masih ada bagian yang belum lengkap atau belum diisi maka akan dikembalikan kepada responden pada saat itu juga untuk dilengkapi. Pada proses ini juga dilakukan pemilihan responden yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

2) Processing

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan angka sesuai dengan skor dari setiap item pertanyaan yang dijawab oleh responden.

3) Cleaning

Data yang sudah diproses sebelumnya, kemudian dimasukkan ke dalam program computer untuk diperiksa kembali kebenarannya. Dalam penelitian ini digunakan aplikasi statistik R 3.1.2 yang bersifat gratis dan sumber terbuka (open source).

b. Analisis Data. 1) Skoring

Setelah responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, kemudian peneliti melakukan penilaian dengan cara skoring yaitu dengan memberi nilai pada jawaban “Ya” dan “Tidak” pada aspek pengetahuan. Jawaban benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang buruk tepat diberi nilai 0. Jawaban “Ya” tidak selalu benar, begitu pula sebaliknya pada jawaban “Tidak” pun tidak seluruhnya salah. Selain itu juga pemberian nilai pada jawaban “SS”, “S”, “TS” dan “STS” pada aspek sikap dan tindakan. Poin penilaian dan skoring ditampilkan dalam tabel III sampai tabel VII.

Tabel III. Skor untuk Aspek Pengetahuan

Tanggapan Pernyataan Aspek Pengetahuan Skor

Benar 1

Salah 0

Tabel IV. Skor untuk Aspek Sikap dan Tindakan

Tanggapan Pernyataan Aspek Sikap dan Tindakan

Skor Pernyataan Favorable Skor Pernyataan Unfavorable Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Tabel V. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk Penilaian Aspek Pengetahuan

Jawaban Nomor

Ya (favorable) 3,5,6,7,8,9,10,11,13,15,16,19 Tidak (unfavorable) 1,2,4,12,14,17,18,20

Tabel VI. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk Penilaian Aspek Sikap

Nomor

Favorable 3,5,6,8,9

Unfavorable 1,2,4,7,10

Tabel VII. Distribusi Jawaban Favorable dan Unfavorable untuk Penilaian Aspek Tindakan

Nomor

Favorable 4,5,7,8,9

Unfavorable 1,2,3,6,10

2) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data yang didapat saat penelitian terdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Saphiro-wilk dengan aplikasi statistik R. Dengan taraf kepercayaan 95%, jika p-value kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal, sebaliknya jika p-value tidak kurang dari 0,05 maka data terdistribusi normal (Istyastono, 2012).

Hasil uji normalitas pada aspek pengetahuan menunjukkan data tersebut masing-masing terdistribusi tidak normal. Hal tersebut dilihat dari p-value <0,05, rangkuman ditampilkan pada tabel VIII, dan secara lengkap disajikan pada lampiran XIV.

Tabel VIII. Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-value Distribusi Data

Pre intervensi 0,03 Tidak Normal

Post-1 intervensi 0,00 Tidak Normal

Post-2 intervensi 0,01 Tidak Normal

Hasil uji normalitas data pada aspek sikap dan aspek tindakan, keduanya menunjukkan hasil data yang terdistribusi normal. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai masing-masing p>0,05. Rangkuman hasil uji normalitas sikap dan tindakan pada tabel IX dan tabel X.

Tabel IX. Hasil Uji Normalitas Data Sikap Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-value Distribusi Data

Pre Intervensi 0,09 Normal

Post-1 intervensi 0,11 Normal

Post-2 intervensi 0,39 Normal

Post-3 intervensi 0,08 Normal

Tabel X. Hasil Uji Normalitas Data Tindakan Sebelum dan Sesudah Dilakukan CBIA

Perlakuan P-value Distribusi Data

Pre Intervensi 0,09 Normal

Post-1 intervensi 0,64 Normal

Post-2 intervensi 0,24 Normal

Post-3 intervensi 0,15 Normal

Jika pada hasil uji normalitas ini menunjukkan data terdistribusi tidak normal, seperti pada aspek pengetahuan, maka selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon dan dilakukan uji T berpasangan pada hasil data yang terdistribusi normal. Namun, sebelum dilakukan uji T berpasangan tersebut terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varian.

3) Uji Homogenitas Varian

Perlu dilakukan uji homogenitas varian untuk mengetahui data tersebut homogen atau tidak homogen sebelum dilakukan uji hipotesis. Uji homogenitas varian ini dilakukan pada hasil uji normalitas dengan data terdistribusi normal, dalam penelitian ini ada dua aspek yang memiliki

data yang terdistribusi normal, yaitu data aspek sikap dan aspek tindakan. Menurut Istyastono (2012), data dikatakan homogen bila p-value lebih dari 0,05 dan sebaliknya jika p-value tidak lebih dari 0,05 maka data tidak homogen. Setelah dilakukan uji homogenitas varian, diketahui bahwa data sikap dan tindakan yang teliti menunjukkan variansi yang seragam atau homogen karena p-value masing-masing lebih dari 0,05. Pada aspek pengetahuan tidak diuji homogenitasnya karena dari hasil uji normallitas sudah diketahui bahwa data tersebut tidak normal. Hasil uji homogenitas varian pada aspek sikap dapat dilihat pada tabel XI dan pada aspek tindakan disajikan dalam tabel XII, dan secara lengkap ditampilkan dalam lampiran XVI.

Tabel XI. Perbandingan Data Sikap Responden dengan Uji Homogenitas Varian

Tabel XII. Perbandingan Data Tindakan Responden dengan Uji Homogenitas Varian

4) Uji Hipotesis (1) Uji Wilcoxon

Uji Wilcoxon termasuk dalam pengujian non-parametrik yang dilakukan untuk membandingkan dua kelompok data yang saling berhubungan. Dalam uji normalitas yang telah dilakukan, hasil data pada aspek

Perbandingan P-value Varian

Pre Post-1 intervensi 0,68 Homogen

Pre Post-2 intervensi 0,12 Homogen

Pre – Post-3 intervensi 0,08 Homogen

Perbandingan P-value Varian

Pre Post-1 intervensi 0,43 Homogen

Pre Post-2 intervensi 0,65 Homogen

pengetahuan menunjukkan data yang tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, digunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui kesesuaian hasil dengan hipotesis penelitian. Hipotesis diterima bila p-value kurang dari 0,05 sebaliknya bila p-value tidak kurang dari 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan p-value yang diperoleh kurang dari 0,05 seperti yang ditunjukkan dalam tabel XIII.

Tabel XIII. Hasil Uji Hipotesis Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Setelah Dilakukan CBIA

Perbandingan P- Value Keterangan

Pre Post-1 intervensi 0,00 H1 Diterima Pre Post-2 intervensi 0,01 H1 Diterima Pre Post-3 intervensi 0,03 H1 Diterima

(2) Uji T Berpasangan

Uji T berpasangan digunakan untuk mengetahui nilai yang berasal dari dua kelompok data dari subyek yang sama. Dalam penelitian ini dibandingkan dari rata-rata nilai pre-intervensi dengan hasil dari post-intervensi. Syarat dilakukan uji T berpasangan diantaranya adalah data terdistribusi normal, dan sebaran data homogen, hal tersebut sesuai dengan hasil data aspek sikap dan aspek pengetahuan pada penelitian ini. Dalam uji t berpasangan ini, H0 adalah “data tidak berbeda” dan H1

adalah “data berbeda secara signifikan”. Dengan taraf kepercayaan 95% jika p-value kurang dari 0,05 maka H1 diterima dan sebaliknya bila p-value tidak kurang dari 0,05 maka H1 ditolak. Hasil uji hipotesis ini menunjukkan bahwa masing-masing data pada aspek sikap dan tindakan

memiliki p-value kurang dari 0,05, seperti yang ditunjukkan dalam tabel XV dan tabel XVI.

Tabel XIV. Hasil Uji Hipotesis Data Sikap Sebelum dan Sesudah CBIA

Perbandingan P-value Keterangan

Pre Post-1 intervensi 0,00 H1 diterima Pre – Post-2 intervensi 0,00 H1 diterima Pre Post-3 intervensi 0,00 H1 diterima

Tabel XV. Hasil Uji Hipotesis Data Tindakan Sebelum dan Sesudah CBIA

Perbandingan P-value Keterangan

Pre Post-1 intervensi 0,01 H1 diterima Pre Post-2 intervensi 0,00 H1 diterima Pre Post-3 intervensi 0,00 H1 diterima

Dokumen terkait