• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden Setelah CBIA

1. Pengetahuan

Responden dalam kegiatan ini, sudah memiliki dasar pengetahuan yang cukup baik bila dilihat dari hasil pre-intervensi sebelumnya. Hasil penelitian pada

14 17 11 16 15 21 2 0 0 0 5 10 15 20 25

Pengetahuan Sikap Tindakan

post-1 intervensi hingga post-3 intervensi yang dilakukan setelah kegiatan CBIA berlangsung menunjukkan adanya penurunan jumlah responden pada tingkat pengetahuan tetapi tetap menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik. Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada tingkat pengetahuan responden bila dibandingkan antara pre-intervensi dengan post-1, post-2, dan post-3 CBIA.

Post-1 intervensi dilakukan pada hari yang sama dengan pre-intervensi, namun dilakukan setelah kegiatan CBIA berlangsung atau dilakukan segera setelah intervensi. Post-2 intervensi dilakukan satu bulan setelah dilaksanakannya kegiatan CBIA dan post-3 intervensi dilakukan 2 bulan setelahnya.

Setelah dilaksanakan CBIA, terjadi peningkatan jumlah responden pada tingkat pengetahuan kategori baik yang sebelumnya sebanyak 14 orang pada saat pre-intervensi menjadi sebanyak 29 orang responden pada post-1 intervensi. Kemudian, setelah dilakukan post-2 intervensi didapatkan hasil yang menunjukkan penurunan tetapi tidak sigifikan menjadi 28 orang responden, dan jumlah yang sama yaitu 28 responden memiliki tingkat pengetahuan kategori baik pada post-3 intervensi.

Pada saat pre-intervensi, jumlah responden paling banyak berada pada tingkat pengetahuan kategori sedang yaitu sebanyak 16 orang. Setelah dilakukan intervensi dan diuji kembali, hasilnya menunjukkan terjadi penurunan jumlah responden dengan kategori ini. Hasil menunjukkan pada post-1 intervensi sebanyak 3 orang responden memiliki tingkat pengetahuan kategori sedang dan

sebanyak 4 orang responden pada post-2 dan post-3 intervensi CBIA yang berada pada tingkat pengetahuan sedang.

Sebelum dilakukan intervensi, terdapat 2 orang responden berada pada tingkat pengetahuan kategori buruk, namun jumlah tersebut menurun bahkan tidak ada lagi responden yang memiliki pengetahuan yang buruk setelah dilaksanakan kegiatan CBIA. Hal tersebut menunjukkan bahwa CBIA efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden terkait antibiotika. Selain CBIA, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden diantaranya menurut Mubarak (2007), usia responden yang semakin bertambah atau dewasa akan mempengaruhi aspek psikologis, mental dan taraf berpikir responden semakin matang dan dewasa, selain itu minat responden terkait antibiotika menjadikan responden mencoba untuk menekuni atau memperhatikan setiap penjelasan dari narasumber maupun membaca dari booklet, sehingga diperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), tingkat pendidikan responden yang sebagian besar lulusan SMA atau sederajat mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Selain itu, pengalaman diri sendiri dan melalui pengalaman yang diceritakan orang lain pada saat diskusi juga menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden.

2. Sikap

Ada perbedaan tingkat sikap responden sebelum dan sesudah dilaksanakannya CBIA. Pada saat pre-intervensi, ada sebanyak 17 orang responden memiliki tingkat sikap yang baik, kemudian secara berangsur

meningkat menjadi sebanyak 25 orang pada post-1 intervensi, lalu 26 orang pada post-2 intervensi dan sebanyak 27 orang memiliki sikap kategori baik pada post-3 intervensi CBIA. Setelah dilaksanakan CBIA, diketahui responden tidak hanya baik dalam pengetahuan, namun juga tercermin dari sikap responden baik yang lebih banyak jumlahnya dibandingan dengan pre-intervensi.

Sebanyak 15 orang memiliki tingkat sikap kategori sedang pada pre-intervensi. Jumlah tersebut kemudian menurun menjadi sebanyak 7 orang pada post-1, 6 orang pada post-2 dan 5 orang pada post-3 CBIA. Pada aspek ini, tidak ada responden yang memiliki tingkat sikap kategori buruk, bahkan pada saat sebelum intervensi. Hal ini menunjukkan sikap dari responden ini sebenarnya sudah cukup baik, responden cukup mengerti cara menyikapi penggunaan antibiotika dan bagaimana memperolehnya. Sikap responden tersebut bisa dikarenakan faktor jenis kelamin, dimana wanita usia dewasa pernah mengantar anggota keluarga yang sakit, dan merawatnya sehingga sudah tidak terlalu asing dengan antibiotika. Meskipun begitu, tetap terjadi peningkatan pada aspek sikap responden kategori baik, hal tersebut menunjukkan bahwa metode CBIA juga efektif meingkatkan sikap responden terkait antibiotika.

Selain hal tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan sikap, diantaranya menurut (Azwar, 2007) yaitu pengalaman pribadi yang telah atau sedang dialami responden meninggalkan kesan yang kuat sehingga membentuk dan mempengaruhi responden dalam bersikap, misalnya pernah ada anggota keluarga responden yang alergi terhadap antibiotika, atau banyak responden yang memperoleh resep yang terdapat antibiotika. Selain itu, pengaruh

dari orang lain yang dianggap penting, seperti narasumber dalam penelitian ini, dapat mempengaruhi sikap responden karena ada kecenderungan dari responden untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. 3. Tindakan

Pada saat pre-intervensi, tindakan responden dalam kategori baik sebanyak 11 responden, kemudian meningkat menjadi 21 orang responden pada post-1, lalu bertambah jumlahnya menjadi 25 orang pada post-2 dan terjadi penurunan jumlah pada post-3 CBIA menjadi sebanyak 23 orang responden yang memiliki tindakan kategori baik.

Jumlah responden pada aspek tindakan kategori sedang sebanyak 21 orang responden pada saat pre-intervensi, kemudian jumlah tersebut menurun menjadi 11 orang pada post-1, 7 orang pada post-2 dan 9 orang pada post-3 intervensi. Sama dengan yang terjadi pada aspek sikap, pada aspek tindakan ini tidak ada responden yang memiliki tindakan dengan kategori buruk. Meskipun begitu, hasil penelitian tetap menunjukkan terjadi peningkatan tindakan responden bila dibandingkan dengan sebelum intervensi, sehingga membuktikan juga bahwa CBIA merupakan metode edukasi yang mampu meningkatkan tindakan responden terkait antibiotika. Peningkatan dari aspek tindakan responden tersebut dapat dipengaruhi karena persepsi responden tentang antibiotika menjadi lebih baik, melakukan respon terpimpin sesuai dengan contoh yang diberikan oleh narasumber dan dari booklet serta diskusi yang terjadi, dan diharapkan akan menjadi suatu kebiasaan dalam menggunakan antibiotika secara tepat. Selain itu,

adanya motivasi untuk memenuhi kebutuhan sehingga mendorong seseorang untuk melakukan tindakan secara benar (Maulana, 2009).

Penelitian ini lebih fokus pada peningkatan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Maka penyajian data menunjukkan aspek-aspek tersebut pada tingkat kategori baik saja. Perbandingan jumlah responden pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan kategori baik ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kategori Baik antara Post-1, Post-2, dan Post-3 CBIA

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Responden

Dokumen terkait