• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagan 2.1 Alur Pembuatan Tahu

F. Metode Pengukuran Kelelahan

9. Tekanan Panas

Tekanan panas atau yang dikenal dengan iklim kerja adalah hasil

perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas

radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai

akibat pekerjaannya (Permenakertrans No. 13, 2011). Tekanan panas sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi (Budiono, dkk, 2003). Pekerja akan dapat dan mampu bekerja dengan sebaik-baiknya apabila kondisi lingkungan kerja yang nyaman dan terdapat

temperatur yang hampir sama antara metabolisme tubuh dan lingkungan

sekitarnya (Soewito, 1985).

Bagi orang Indonesia cuaca kerja ditempat kerja dirasakan nyaman

antara 21°-30°C (Suma’mur, 1996).Standar suhu lingkungan kerja yaitu 18°-28°C (Keputusan Menteri Kesehatan, 2002). Suhu dingin dapat mengurangi

efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan

suhu panas dapat mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan

waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak,

mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris (Suma’mur, 1996). Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan

mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24°-27 °C

(Wigjosoebroto, 2003).

Suhu lingkungan yang tinggi dapat mengakibatkan suhu tubuh akan

sehingga tubuh mengeluarkan keringat. Dalam keringat terkandung

bermacam-macam garam terutama, garam Natrium chlorida. Keluarnya

garam Natrium chloride bersama keringat akan mengurangi kadarnya dalam

tubuh, sehingga menghambat transportasi glukosa sebagai sumber energi. Hal

ini menyebabkan penurunan kontraksi otot sehingga tubuh mengalami

kelelahan (Guyton, 1991). Oleh karena itu agar terhindar dari kelelahan kerja

akibat terpapar panas yang tinggi, maka lamanya kerja ditempat yang panas

harus disesuaikan dengan tingkat pekerjaan dan tekanan panas yang dihadapi

tenaga kerja. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian di PT. Indokores

Sahabat Purbalingga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara iklim

kerja dengan kelelahan tenaga kerja (Risva, 2002).

Ada 2 (dua) jenis rumus perhitungan Indeks Suhu Basah dan Bola

(ISBB), yaitu:

a. Rumus untuk pengukuran dengan memperhitungkan radiasi sinar

matahari, yaitu tempat kerja yang terkena radiasi sinar matahari secara

langsung:

b. Rumus untuk pengukuran tempat kerja tanpa pengaruh radiasi sinar

matahari:

Berikut ini NAB iklim kerja ISBB yang diperkenankan

(Permenakertrans No. 13, 2011).

Tabel 2.6

NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan Pengaturan Waktu Kerja Setiap Jam ISBB (oC) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75%-100% 31.0 28.0 -

50%-75% 31.0 29.0 27.5

25%-50% 32.0 30.0 29.0

0%-25% 32.2 31.1 30.5

Sumber: Permenakertrans No. 13, 2011

Pengukuran tekanan panas dengan Quest Thermal Environmental

Monitor, perlu mempertimbangkan beban kerja sesuai dengan klasifikasi

beban kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 dan

mengukur waktu kerja tenaga kerja.

a. Beban Kerja

Beban kerja adalah suatu perbedaan antara kapasitas atau

kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi

(Tarwaka, 2013). Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari

interaksi antara tuntutan tugas-tugas lingkungan kerja dimana digunakan

sebagai tempat kerja, keterampilan perilaku dan persepsi dari pekerja

(Hart dan Staveland, 1988 dalam Tarwaka, 2013). Beban kerja yang

melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja (Depkes,

hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kelelahan kerja,

dimana dari 30 pekerja 20 (66,7%) pekerja mengalami kelelahan akibat

beban kerja tidak normal (Wati dan Haryono, 2011).

Beban kerja dapat ditentukan dengan menggunakan Estimasi

Pengukuran Panas Metabolik, yaitu dengan merujuk kepada jumlah kalori

yang dikeluarkan dalam melakukan pekerjaan per satuan waktu (NIOSH,

1986). Estimasi pengukuran panas metabolik dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.7

Estimasi Pengukuran Panas Metabolik A Body Position and Movement Kcal/min*

Sitting Standing Walking Walking uphill 0.3 0.6 2.0-3.0

Add 0,8 per meter rise

B Type of Work Average Kcal/min Range kcal/min Hand work

Light Heavy Work one arm

Light Heavy

Work Both two arms Light

Heavy

Work whole body Light Moderate Heavy Very Heavy 0.4 0.9 1.0 1.8 1.5 2.5 3.5 5.0 7.0 9.0 0.2-1.2 0.7-2.5 1.0-3.5 2.5-9.0 C Basal Metabolism 1.0

D Sample Calculation** Average Kcal/min Assembling work with heavy handtools

1. Standing 2. Two arms work 3. Basal metabolism Total 0.6 3.5 1.0 5.1 kcal/min *For standart worker of 70 kg body weight (154lbs) and 1.8m2 body surface (19.4 ft2) ** Example of measuring metabolic heat production of worker when performing initial screening

Sumber : Occupational Exposure to Hot Environments NIOSH, 1986

Catatan (Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011):

1) Beban kerja ringan: ≤ 200 Kilo kalori/jam.

2) Beban kerja sedang: >200-≤ 350 Kilo kalori/jam.

3) Beban kerja berat: > 350-< 500 Kilo kalori/jam.

Berat ringannya beban kerja baik fisik maupun mental dapat

mempengaruhi tingkat kelelahan. Beban kerja fisik yang terlalu berat

dapat berakibat cadangan energi tubuh sangat berkurang serta

penumpukan asam laktat yang berlebihan sehingga tingkat kelelahan

menjadi berat. Beban kerja yang terlalu ringan dan monoton dalam waktu

lama dapat menimbulkan kebosanan dan berakibat stimulasi elektris sistim

inhibisi menjadi lebih kuat, sehingga menurunkan kemampuan bereaksi

dan menimbulkan kecenderungan untuk tidur. Semuanya ini dapat

mengakibatkan kelelahan dalam tingkat yang berat meskipun beban kerja

b. Jam Kerja

Seorang pekerja bekerja maksimal 40 jam per minggu atau 8 jam

sehari. Setelah 4 jam kerja seorang pekerja akan merasa cepat lelah karena

pengaruh lingkungan kerja yang tidak nyaman (Budiono, dkk, 2003).

Waktu kerja bagi seorang pekerja menentukan efisiensi dan

produktivitasnya. Lamanya seorang pekerja bekerja sehari di Indonesia

telah ditetapkan yaitu 8 jam dan sisanya untuk istirahat, kehidupan dalam

berkeluarga dan masyarakat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu

kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang

tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta

kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit dan kecelakaan kerja

(Suma’mur, 1996 dan Tarwaka, dkk, 2004).

Metode pengukuran takanan panas dengan Quest Thermal

Environmental Monitor di tempat kerja dapat dilihat pada SNI 16-7061 tahun

2004.

a. Prinsip

Alat diletakkan pada titik pengukuran sesuai dengan waktu yang

ditentukan, suhu basah alami, suhu kering dan suhu bola dibaca pada alat

b. Prosedur kerja

1) Rendam kain kasa putih pada termometer suhu basah alami dengan air

suling, jarak antara dasar lambung termometer dan permukaan tempat

air 1 inci. Rangkaikan alat pada statif dan paparkan selama 30 sampai

60 menit.

2) Rangkaikan termometer suhu kering pada statif dan paparkan selama

30 sampai 60 menit.

3) Pasangkan termometer suhu bola pada bola tembaga warna hitam

(diameter 15 cm, kecuali alat yang sudah dirakit dalam satu unit),

lambung termometer tepat pada titik pusat bola tembaga. Rangkaikan

alat pada statif dan paparkan selama 20 menit sampai 30 menit.

4) Letakkan alat-alat tersebut di atas pada titik pengukuran dengan

lambung termometer setinggi 1 meter sampai 1,25 meter dari lantai.

5) Waktu pengukuran dilakukan 3 kali dalam 8 jam kerja yaitu pada awal

shift kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja.

Dokumen terkait