• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Kolmogrov Smirnov [Sumarsono, 2004 : 42].

Dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.

b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi normal [Sumarsono, 2004: 43].

3.5.2. Uji Asumsi Model Klasik

Persamaan umum linier berganda sebagai berikut : persamaan regresi ini harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji-F dan uji-t tidak bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier yaitu :

a. Tidak boleh ada Multikolinieritas b. Tidak boleh ada Autokorelasi c. Tidak boleh ada Heterokedastisitas

Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) sehingga pengambilan keputusan melalui uji-F dan uji-t menjadi bias.

a. Multikollinieritas

Multikollinieritas berarti terjadi korelasi (mendekati sempurna) antar variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama

dengan nol. Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikorelasi di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat. 2) Jika diantara dua variabel independen memiliki korelasi yang

spesifik maka di dalam model regresi tersebut terdapat multikolinieritas.

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dari lawannya (2) variance inflation faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi, nilai cuttof yang umum dipakai adalah nilai VIF>10 maka terjadilah multikolonieritas [Ghozali, 2006 : 91].

b. Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara dua observasi yang diurutkan berdasarkan waktu urut (time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectorial). Dalam konteks regresi, model regresi linier mengasumsikan bahwa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbansi atau nilai pengganggu. Jadi uji

autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) [Ghozali, 2006 : 95].

Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap uji Durbin Watson (Uji DW).

Tabel 3

Autokorelasi Durbin-Watson

Kriteria DW Tes berada di

Ada autokorelasi positif 0 < dW < dL Tidak ada keputusan dL < dW < dU Tidak ada autokorelasi dU < dW < 4 – dU Ada autokorelasi keputusan 4 – dU < dW < 4 – dL Ada autokorelasi negative 4 – dL < dW < 4 Sumber : Gujarati (1995 : 217 – 218)

c. Heterokedastisitas

Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain [Ghozali, 2006 : 105 ].

Maksud dari penyimpangan heterokedastisitas adalah varians variabel dalam model tidak sama. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastistas, digunakan korelasi Rank Sperman antara residual dengan variabel independen.

1) Apabila nilai signifikan hitung (sig) > dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti tidak terjadi heteroskedastistas.

2) Apabila nilai signifikan hitung (sig) < dari tingkat signifikan α = 0,05 berarti terjadi heteroskedastistas [Santoso, 2002 : 231]. 3.5.3. Uji Hipotesis

a. Uji Kecocokan Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji sesuai atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna memprediksi pengaruh X1 (jumlah anggota), X2 (jumlah simpanan), X3 (jumlah pinjaman), X4 (modal kerja) terhadap Y (Sisa Hasil Usaha) pada KPRI Bina Raharja Cerme [Suharyadi, 2004 : 523].

1) Hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan modal kerja secara simultan terhadap sisa hasil usaha)

H1 : β1= β2 = β3 = β4 ≠ 0 (menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan modal kerja secara simultan terhadap sisa hasil usaha).

2) Ketentuan Pengujian

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi ( α ) = 0,05 dengan derajat kebebasan (n-k). Dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.

3) Menentukan nilai F hitung

Nilai F hitung dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Fhitung =

[Anonim, 2008 : L-22] Keterangan :

Fhitung : F hasil perhitungan

R2 : Koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda

k : Jumlah variabel n : Jumlah pengamatan

4) Menentukan kriteria daerah penerimaan dan penolakan H0

a) Jika nilai signifikansi > 0,05 , maka H0 diterima dan H1 ditolak. b) Jika nilai signifikansi < 0,05 , maka H0 ditolak dan H1 diterima. b. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai berikut :

1) Hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0 (menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan modal kerja secara parsial terhadap sisa hasil usaha).

H1 : β1 = β2 = β3 = β4 ≠ 0 (menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan modal kerja secara parsial terhadap sisa hasil usaha).

2) Ketentuan Pengujian

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikasi ( α ) = 0,05 dengan derajat kebebasan (n-k). Dimana n = jumlah pengamatan, dan k = jumlah variabel.

3) Menggunakan nilai t hitung

Nilai t hitung dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

t hitung = [Anonim, 2008 : L-21] Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan bi : koefisien regresi

4) Menentukan kriteria daerah penerimaan dan penolakan H0

a) Jika tingkat signifikan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

b) Jika tingkat signifikan < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

3.5.4. Teknik Analisis

Penelitian ini menggunakan Metode Statistik Regresi Linier Berganda untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Rumus yang digunakan pada Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :

Yi = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ei... (i) (Anonim, 2013: L-19)

Keterangan :

Yi = Sisa Hasil Usaha

X1 = Jumlah Anggota

X2 = Jumlah Simpanan X3 = Jumlah Pinjaman

X4 = Modal Kerja

βo = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi Variabel X1, X2, X3, dan X4

ei = Variabel pengganggu atau random error

4.1 Deskripsi Data Penelitian

4.1.1. Deskripsi Variabel Jumlah Anggota (X1)

Jumlah anggota yaitu banyaknya orang yang menjadi anggota pada koperasi dan bersedia memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh koperasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah anggota koperasi sebagai berikut :

Tabel 4

Data Jumlah Anggota KPRI Bina Raharja Tahun 2003 - 2012

No. Tahun Jumlah Anggota

1. 2003 405 2. 2004 398 3. 2005 397 4. 2006 399 5. 2007 423 6. 2008 455 7. 2009 466 8. 2010 473 9. 2011 471 10. 2012 466

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa jumlah anggota yang paling banyak pada KPRI Bina Raharja adalah pada tahun 2010 yaitu sebanyak 437 anggota. Sedangkan jumlah anggota KPRI Bina Raharja yang paling sedikit adalah pada tahun 2005 yaitu sebanyak 397 anggota. Kenaikan jumlah anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah 423 anggota yang meningkat tajam menjadi 455 anggota di tahun 2008. Sedangkan penurunan jumlah anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2003 dengan jumlah 405 anggota yang menurun tajam menjadi 398 anggota di tahun 2004.

4.1.2. Deskripsi Variabel Jumlah Simpanan (X2)

Jumlah Simpanan yaitu jumlah dana yang menjadi modal koperasi yang diperoleh dari simpanan wajib, simpanan pokok, dan simpanan sukarela. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah anggota koperasi sebagai berikut :

Tabel 5

Data Jumlah Simpanan Anggota KPRI Bina Raharja Tahun 2003 - 2012

No. Tahun Jumlah Simpanan

1. 2003 Rp. 679.749.770 2. 2004 Rp. 842.874.853 3. 2005 Rp. 1.054.777.433 4. 2006 Rp. 1.214.231.998

5. 2007 Rp. 1.420.722.430 6. 2008 Rp. 1.716.358.285 7. 2009 Rp. 2.042.934.820 8. 2010 Rp. 2.386.528.700 9. 2011 Rp. 2.741.340.790 10. 2012 Rp. 3.112.143.040 Sumber : RAT KPRI Bina Raharja (Lampiran 1)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui kenaikan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 2.741.340.790 yang meningkat tajam menjadi Rp. 3.112.143.040 di tahun 2012. Sedangkan penurunan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 1.054.777.433 yang hanya mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp. 1.214.231.998 di tahun 2006.

4.1.3. Deskripsi Variabel Jumlah Pinjaman (X3)

Jumlah Pinjaman yaitu perhitungan banyaknya jumlah uang yang dipinjam anggota koperasi berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah anggota koperasi sebagai berikut :

Tabel 6

Data Jumlah Pinjaman Anggota KPRI Bina Raharja Tahun 2003 - 2012

No. Tahun Jumlah Pinjaman

1. 2003 Rp. 1.125.290.500 2. 2004 Rp. 1.237.572.500 3. 2005 Rp. 1.442.407.000 4. 2006 Rp. 2.246.210.000 5. 2007 Rp. 2.444.686.350 6. 2008 Rp. 2.880.838.000 7. 2009 Rp. 3.635.835.000 8. 2010 Rp. 4.131.430.000 9. 2011 Rp. 4.587.995.000 10. 2012 Rp. 5.745.580.000 Sumber : RAT KPRI Bina Raharja (Lampiran 1)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui kenaikan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 2.741.340.790 yang meningkat tajam menjadi Rp. 3.112.143.040 di tahun 2012. Sedangkan penurunan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 1.054.777.433 yang hanya mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp. 1.214.231.998 di tahun 2006.

4.1.4. Deskripsi Variabel Modal Kerja (X4)

Modal Kerja yaitu jumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar dan dikurangi kewajiban lancar yang diperoleh dari modal sendiri, modal pinjaman dan modal penyertaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah anggota koperasi sebagai berikut :

Tabel 7

Data Modal Kerja KPRI Bina Raharja Tahun 2003 - 2012

No. Tahun Modal Kerja

1. 2003 Rp. 1.072.112.700 2. 2004 Rp. 1.267.584.695 3. 2005 Rp. 1.496.028.903 4. 2006 Rp. 2.071.572.313 5. 2007 Rp. 2.702.909.585 6. 2008 Rp. 3.042.908.970 7. 2009 Rp. 3.699.540.725 8. 2010 Rp. 4.488.467.565 9. 2011 Rp. 5.094.464.805 10. 2012 Rp. 6.091.819.935 Sumber : RAT KPRI Bina Raharja (Lampiran 1) 4.1.5. Deskripsi Variabel Sisa Hasil Usaha (Y)

Sisa Hasil Usaha (SHU) yaitu pendapatan bersih yang diterima koperasi pada akhir tahun anggaran, setelah dikurangi dengan biaya-biaya

operasional termasuk pajak serta dialokasikan untuk dana cadangan, jasa anggota, pengurus, karyawan, pengelola, sosial, pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh data mengenai jumlah anggota koperasi sebagai berikut :

Tabel 8

Data Sisa Hasil Usaha KPRI Bina Raharja Tahun 2003 - 2012

No. Tahun Sisa Hasil Usaha

1. 2003 Rp. 110.350.265 2. 2004 Rp. 116.466.829 3. 2005 Rp. 137.373.345 4. 2006 Rp. 158.634.035 5. 2007 Rp. 217.629.985 6. 2008 Rp. 274.504.850 7. 2009 Rp. 315.524.870 8. 2010 Rp. 331.645.350 9. 2011 Rp. 455.632.110 10. 2012 Rp. 486.609.345 Sumber : RAT KPRI Bina Raharja (Lampiran 1)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui kenaikan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 2.741.340.790 yang meningkat tajam menjadi Rp. 3.112.143.040 di tahun 2012. Sedangkan penurunan jumlah simpanan anggota KPRI Bina Raharja yang paling signifikan yaitu

terjadi pada tahun 2005 dengan jumlah simpanan anggota Rp. 1.054.777.433 yang hanya mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp. 1.214.231.998 di tahun 2006.

Dokumen terkait