METODA PENELITIAN A.Jenis Penelitian
J. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian dapat dikelompokan menjadi
dua hal yaitu
1. Analisis Data kualitatif
Menurut Sugiyono (2002:13) Analisis data kualitatif adalah data yang
berbebtuk kata, skema, dan gambar.
2. Analisis Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2002:13) Analisis data kuantitatif adalah analisis
dengan teknik perhitungan yang menggunakan rumus-rumus, dimana
teknik perhitungan yang dipergunakan untuk mengatasi masalah yang
diteliti. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan
adalah regresi linier berganda, kemudian dilakukan uji asumsi klasik.
Pengujian hipotesis untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis
maka dilakukan analisa secara kuantitatif dengan mengunakan uji
a) Analisis Regresi Linier berganda
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitia ini adalah
analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengukur
variabel bebas (independen variabel) yang lebih dari bsatu variabel
terhadap variabel terikat (dependen variabel). Berikut ini adalah
persamaan regresinya.
Y = a b1.X1 b2.X2 b3.X3
di mana
Y = Motivasi kerja
a = Konstanta
b1, ..., bn = Koefisien dari variabel bebas
X1 = Gaya kepemimpinan
X2 = Program Formal Pengembangan Karir
X3 = Program Kesejahteraan
Koefiesien-koefisien regresi a dan b dapat dihitung dengan rumus:
2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 X X n Y X X Y a 2 1 2 1 1 1 1 1 1 X X n Y X X Y X n b
b) Uji Asumsi Klasik
1) Otokorelasi
Istilah autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara
anggo observasi lain yang berlainan waktu. Ada beberapa cara
yang bisa digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi.
Salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mendeteksi adanya
otokorelasi adalah metode yang dikemukakan oleh Durbin-
Watson . Adapun rumus uji statistik Durbin- Watson adalah
sebagai berikut: d = t n t n t t t e e e 1 2 1 2 2 1 ˆ ) ˆ ˆ (
Durbin- Watson telah berhasil mengembangkan uji statistik
yang disebut uji statistik d. Durbin- Watson berasil
menurunkan nilai kritis batas bawah (dL) dan batas atas (dU).
penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 3.1
Uji Statistik Durbin-Watson d
Nilai Statistik d Hasil
0< d < dL Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi positif dL ≤ d ≤ dU Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan dU < d ≤ 4 - dU Menerima hipotesis nol, tidak ada autokorelasi
positif/negatif
4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL Daerah keragu-raguan, tidak ada keputusan 4 – dL ≤ d ≤ 4 Menolak hipotesis nol, ada autokorelasi negatif Sumber data : Widarjono (2007). Ekonometri, Yogyakarta: Ekonisia
2) Multikolinearitas
(a) Sifat dan Konsekuensi Multikolinieritas
Hubungan linier antara variabel independen di dalam
regresi berganda disebut multikolinieritas. Hubungan linier
antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk
hubungan linier yang sempurna dan hubungan linier yang
kurang sempurna.
Dampak adanya multikolinieritas didalam model
regresi jika dugunakan teknik estimasi dengan metode
kuadrat terkecil (OLS) tetapi masih mempertahankan asumsi lain adalah sebagai berikut:
(1) Estimator masih bersifat BLUE dengan adanya multikolinieritas namun estimator mempunyai varian
dan kovarian yang besar sehingga sulit mendapatkan
estimasi yang tepat.
(2) Interval estimasi akan cenderung dan nilai hitung
statistik uji t akan kecil sehingga membuat variabel
independen secara statistik tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
(3) Walaupun secara individual variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen melalui uji
statistik t, namun nilai koefisien determinasi masih bisa
(b) Deteksi Masalah Multikolinieritas:
Model yang mempunyai standard error yang besar dan nilai statistik t yang rendah merupakan indikasi awal
adanya masalah multikolinieritas. Ada beberapa metode
untuk mendeteksi masalah multikolinieritas dalam suatu
regresi:
(1) Nilai R tinggi tetapi hanya sedikit variabel independen
yang signifikan
Salah satu ciri adanya gejala multikolinieritas adalah
model mempunyai koefisien determinasi yang tinggi
tetapi hanya variabel independen yang mempengaruhi
signifikan varibel dependen melalui uji t. Namun
berdasarkan uji F secara statistik signifikan yang
berarti semua variabel idependen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen.
(2) Variance Inflation Faktor dan Tolerance
VIF adalah Variance Inflation Faktor. Ketika R2 mendekati satu atau dengan kata lain ada kolinieritas
antar variabel independen maka VIF akan naik dan mendekati tak terhingga jika nilainya R2 = 1. Kita bisa
menggunakan VIF untuk mendeteksi masalah multikolinieritas. Jika nilai VIF semakin membesar maka diduga ada multikolinieritas. Jika nilai VIF
Melebihi angka 10 maka ada multikolinieritas karena
nilai R2 melebihi dari 0,90. Selain itu para ahli
ekonometrika juga menggunakan nilai tolerance untuk mendeteksi masalah multikolonieritas dalam model
regresi berganda. Nilai tolerance (TOL) dapat dicari dengan menggunakan formula sebagai berikut:
TOL = 1 R2j
=
j
VIF
1
Jika R2j = 0 berarti tidak ada kolineritas antara variabel independen maka nilai TOL sama dengan 1 dan sebaliknya jika R2j = 1 ada kolineritas antar variabel independen maka nilai TOL sama dengan 0. 3) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat diartikan sebagai varian dari variabel
gangguan yang tidak konstan. Konsekuensinya jika estimator
tidak lagi mempunyai varian yang minimum adalah:
(a) Perhitungan standard error metode OLS tidak lagi bisa lagi dipercaya
(b) Interval estimasi maupun uji hipotesis yang berdasarkan
pada distribusi t maupun F tidak lagi bisa dipercaya untuk
Untuk mendeteksi adanya Heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan metode informal dan formal:
(a) Metode Informal
Cara yang paling cepat dan dapat digunakan untuk menguji
masalah heteroskedastisitas adalah dengan mendeteksi pola
residual melalui sebuah grafik. Jjika residual mempunyai
varian yang sama (homoskedastisitas) maka tidak
mempunyai pola yang pasti dari residual. Sebaliknya jika
residual mempunyai sifat heteroskedastisitas residual ini
menunjukkan pola yang tertentu.
(b) Metode Formal
Menurut Park, varian variabel gangguan yang tidak konstan
atau masalah heterokedastisitas muncul karena residual ini
tergantung dari variabel independen yang ada di dalam
model. Menurut Park bentuk fungsi variabel gangguan
adalah sebagai berikut:
i
u i i2 2X e
Model di atas merupakan model sederhana dengan satu
variabel independen. Kita bisa menggunakan untuk model
yang mempunyai lebih dari satu variabel independen dalam
bentuk transformasi ligaritma:
i i
i In In X V
Di mana In= logaritma natural Vi= variabel gangguan
karena varian variabel gangguan 2 populasi tidak
diketahui maka Park menyarankan menggukan residual.
Dengan demikian langkah selanjutnya kita melakukan
regresi dengan menggunakan persamaan:
In ei2 In 2 In Xi Vi
Keputusan ada tidaknya masalah heteroskedastisitas
berdasarkan uji statistk estimator . Jika tidak
signifikan melalui uji t maka dapat disimpulkan tidak ada
heteroskedastisitas karena varian independen, sebaliknya
jika signifikan secara signifikan secara statistik maka
model mengandung unsur heteroskedastisitas.
4) Kenormalan
Istilah asumsi kenormalan digunakan sebagai sifat distribusi
normal yang menyatakan bahwa setiap fungsi linear dari
variabel-variabel yang didistribusikan secara normal dengan
sendirinya didistribusikan secara normal. Regresi linear normal
klasik mengasumsikan bahwa tiap ut didistribusikan dengan
ut ~ N (0,
Dimana ~ berarti “didistribusikan sebagai” dan dimana N berarti “didistribusikan normal”, unsur dalam tanda kurung
menyatakan dua parameter distribusi normal yaitu rata-rata dan
Dengan asumsi kenormalan, penaksiran OLS
dan mempunyai sifat-sifat statistik sebagi berikut :
(c) Penaksiran tadi tidak bias
(d) Penaksiran tadi mempunyai varians yang minimum, atau
penaksiran yang efisien.
(e)Konsisten yaitu dengan menigkatnya ukuran sampel secara
tak terbatas, penaksiran mengarah pada converge nilai populasi yang sebenarnya.
(f) didistribusikan
(g) didistribusikan
(h) didistribusikan secara distribusi X2
(chikuadrat) dengan derajat kebebasan (df) N-2.
(i) didistribusikan secara bebas dari .
(j) mempunyai varians minimum dalam seluruh
kelas penaksir bias, baik linear maupun bukan.
Asumsi kenormalan memungkinkan kita untuk
memperoleh distribusi propabilitas dari
(normal), dan (chikuadrat), hal ini
menyederhanakan tugas dalam menetapkan selang keyakinan
c) Uji F
F test digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
signifikan variabel bebas secara simultan variabel tergantung. Bila
Fhitung ≥ Ftabel, maka secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tergantung, sebaliknya bila Fhitung < Ftabel maka
secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
tergantung.
F = F =
dimana
n = Ukuran sampel
R2 = Koefisien determinasi
K = Banyaknya variabel bebas
Kriteria yang digunakan untuk mencari Ftabel df1 = n-1, df2 = n-k-1
dengan tingkat signifikansi 5%.
Hoditerima :
Apabila Fhitung < Ftabel pada = 0,05 atau Fhitung pada pvalue > 0,05,
secara simultan gaya kepemimpinan, program formal
pengembangan karir dan program kesejahteraan tidak berpengaruh
terhadap motivasi kerja.
Ho ditolak :
Apabila Fhitung daripada Ftabel pada = 0,05 atau Fhitung pada pvalue
0,05, secara simultan gaya kepemimpinan, program formal
pengembangan karir dan program kesejahteraan berpengaruh
d) Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
positif dan signifikan variabel X secara parsial terhadap variabel Y,
jika variabel X yang lain tetap. Bila thitung ≥ ttabel maka ada pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat,
sebaliknya apabila thitung < ttabel maka tidak ada pengaruh positif dan
signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat,
maka dilakukan uji t.
Rumus uji t
t0 = =1, 2, 3, ….
bi = nilai koefisien regresi
Bi = nilai koefisien regresi untuk populasi
Sbi = kesalahn baku koefisien regresi
Ho diterima :
Apabila thitung < ttabel pada α = 0,05 atau thitung pada pvalue > 0,05, secara parsial gaya kepemimpinan, program formal pengembangan
karir dan program kesejahteraan tidak berpengaruh terhadap
motivasi kerja.
Ho ditolak :
Apabila thitung ≥ ttabel pada α = 0,05 atau thitung pada pvalue < 0,05, secara parsial gaya kepemimpinan, program formal pengembangan
karir dan program kesejahteraan berpengaruh terhadap motivasi
A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Soeradji Tirtonegoro