• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

F. Teknik Analisis Data

Peneliti melakukan analisis data melalui dua teknik dari instrument pengumpulan data yang berbeda. Kedua teknik yang peneliti maksudkan adalah wawancara subyek, wawancara significant others, dan observasi. Teknik pertama adalah wawancara, hasil wawancara yang diperoleh peneliti kemudian dibuat verbatim.

Verbatim adalah percakapan wawancara yang dituliskan hitam diatas putih mengenai jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara. Verbatim ini didapat dengan mendengarkan kembali percakapan wawancara yang direkam dengan alat perekam seperti disebutkan diatas tadi. Kemudian setelah semua percakapan selama wawancara tersebut ditulis peneliti melakukan reduksi, tujuan reduksi adalah menghilangkan jawaban atau perkataan yang muncul selama wawancara namun tidak ada kaitannya sama sekali dengan penelitian.

Selanjutnya peneliti melakukan coding atau pengkodean kemudian melakukan pengelompokan terhadap setiap pernyataan yang muncul dari hasil wawancara mendalam terkait dengan penyesuaian diri baik penyesuaian diri pribadi, sosial, emosional, ekononi, dan lain sebagainya. Dengan kata lain peneliti mengkodekan setiap jawaban dari subyek menurut aspek dari pertanyaan yang berupa kode. Pemberian kode ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan maksud agar data mudah dipilah-pilah serta kode ini hanya dimengerti oleh peneliti saja.

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah observasi. Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung oleh peneliti terhadap subyek dan obyek penelitian. Subyek penelitian yang dimaksud adalah orangtua (ayah & ibu penyandang tunanetra) yang memiliki anak sedangkan obyek telitinya adalah pola asuh yang dilakukan. Semua informasi yang dianggap penting dan dapat digunakan untuk mendukung penelitian kemudian ditulis dan dilampirkan gambar atau foto-foto sebagai data hasil pengamatan secara langsung.

BABBIV

HASILBPENELITIAN

Pada bab ini peneliti membahas mengenai pelaksanaan penelitian.

Hasil penelitian berupa analisis data berbagai sumber. Proses trianggulasi data

berupa data dari satu respoden. Pada bab ini, peneliti juga mendiskripsikan

validitas data penelitian.

A. PelaksanaanBPenelitian

Bagian ini mendeskripsikan tentang subyek dan lokasi terutama yang

berkenaan atau yang terkait dengan topik penelitian. Deskripsi ini bermaksud

menginformasikan tentang subyek dan lokasi penelitian secara umum, dan

data atau peristiwa penting yang erat hubungannya dengan topik peneliti.

Penelitian dilakukan pada keluarga penyandang cacat tuna netra dengan

kualifikasi memiliki anak normal (tanpa cacat). Peneliti mengambil subyek

sebuah keluarga tunanetra yang berprofesi sebagai tukang pijat dengan tiga

orang anak yang normal penglihatannya (awas) di daerah Sleman,

Yogyakarta. Lokasi penelitian terletak ± 4 KM arah selatan dari pusat Kota

Sleman. Peneliti hendak meneliti mengenai bagaimana pola asuh orangtua

penyandang tunanetra terhadap anak-anaknya yang memiliki penglihatan

normal. Peneliti memulai penelitian dari tanggal 20 Desember 2015 sampai

dengan 31 Januari 2016. Pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik dan

lancar, dan tanpa kendala suatu apapun.

42

B. DeskripsiBData

1. SubyekBAyah

Dibawah ini adalah diskripsi subyek dari hasil pendataan peneliti :

Nama : NT (nama inisial)

Tempat tanggal lahir : Sleman, 28 Juli 1979

Asal : Sleman, Yogyakarta

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 36 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Formal Terakhir : SD

Pendidikan Informal : Panti Sosial Bina Netra

Pekerjaan : Tukang pijat

2. SubyekBIbu

Dibawah ini adalah diskripsi subyek dari hasil pendataan peneliti :

Nama : S (nama inisial)

Tempat tanggal lahir : KP, 26 Desember 1984

Asal : Kulon Progo, Yogyakarta

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 32 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Formal Terakhir :

-Pendidikan Informal : Panti Sosial Bina Netra

3. SubyekBAnak

Dibawah ini adalah diskripsi subyek dari hasil pendataan peneliti :

Nama : SNA (nama inisial)

Tempat tanggal lahir : Sleman, 27 Maret 2005

Asal : Sleman, Yogyakarta

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 11 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan Formal Terakhir : TK

Pekerjaan : Siswi kelas 5 SD

4. SubyekBPendukungB(SaudaraBSubyek)

Dibawah ini adalah diskripsi subyek dari hasil pendataan peneliti :

Nama : AG (nama inisial)

Tempat tanggal lahir : Sleman, 6 Agustus 1983

Asal : Sleman

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 33 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan formal Terakhir : SMP

44

B5.BLatarBBelakangBKeluarga

Keluarga NT adalah keluarga sederhana yang bertempat tinggal di

Desa Gabahan, Padukuhan Warak, Kelurahan Mlati, Kecamatan Sleman,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keluarga ini terdiri dari satu orang

kepala keluarga, satu ibu rumah tangga dan, tiga orang anak. Bapak NT

sebagai kepala keluarga adalah seorang penyandang tunanetra begitupula

dengan ibu S, dengan demikian bisa dikatakan keluarga tersebut adalah

keluarga tunanetra.

Anak mereka yang sulungpun bisa dikatakan sebagai penyandang

low vision sebab mata sebelah kirinya sudah tidak berfungsi sedangkan penglihatan mata sebelah kanannya kurang optimal (rabun). Dia masih

duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama kelas 2. Anak mereka yang

kedua masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 5, anak ini termasuk

memiliki penglihatan yang sehat dan normal, kemudian anak mereka

yang bungsu masih berada diusia balita namun juga memiliki

kekurangan dalam penglihatannya akan tetapi sedang dalam masa

pengobatan.

Menjalani profesi sebagai tukang pijit tunanetra adalah cara

keluarga ini menggerakkan roda perekonomiannya, meskipun terlihat

seperti pekerjaan yang sepele namun melalui hal ini keluarga bapak NT

dapat mensekolahkan anaknya dan melanjutkan pengobatan anaknya

6.BPerkembanganBJasmaniBdanBKesehatan

Awalnya bapak NT bukan penyandang tunanetra atau bisa dikatakan

bukan cacat lahir, kebutaan matanya adalaha akibat dari gen yang

diturunkan oleh ayahnya yang juga mengalami hal yang serupa. Ayahnya

yang seorang tunanetra akibat glukoma membawa bibit glukoma yang

bersarang didalam gen yang diturunkan langsung kepada bapak NT,

namun berbeda dengan bapak NT ibu S adalah penyandang tunanetra dari

lahir, menurut kepercayaan orang kuno ada mitos kebutaannya diakibatkan

karena ketika ibu dari ibu S ini mengandung dirinya ayah ibu S

menyembelih kambing tetapi secara tidak sengaja melukai mata kambing

tersebut sehingga pengaruh tersebut turun kepada anaknya. Kemudian

keturunan dari bapak NT dan ibu S ada 3 orang anak pertama membawa

bibit glukoma akibatnya matanyapun terserang penyakit tersebut, anak

yang kedua berpenglihatan normal, sedangkan anak ketika mereka juga

membawa bibit tersebut akan tetapi sudah sedini mungkin diobati secara

rutin bahkan sudah sempat operasi satu kali.

C.BHasilBPenelitian

1. Perasaan B Orangtua B Penyandang B Tunanetra B Menerima B Kehadiran

Anak.

Seseorang yang telah berkeluarga tentu saja ingin mendapatkan

keturunan, tidak terkecuali pada keluarga yang memiliki keterbatasan

dalam fisiknya, meskipun keluarga tersebut dikatakan tidak sempurna

46

menerima kehadiran anak di dalam rumah tangga mereka. Pada awalnya

keluarga ini memiliki keragu-raguan dalam menerima kehadiran anak

dalam keluarga, namun karena dari hubungan suami istri maka keluarga ini

harus menerima resiko memiliki seorang anak, sperti (mendidik,

membesarkan, merawat, serta mengasuhnya). Seiring berjalannya waktu

akhirnya keluarga ini merasakan kebahagiaan memiliki seorang anak yang

sehat secara fisik dan mental seperti anak-anak pada umumnya. Hal

tersebut dapat dibuktikan melalui hasil wawancara terhadap subyek Ayah

(A) sebagai kepala keluarga :

Suvyek A verpendapat vauwa tujuan dari adanya pernikauan adalau untuk melanjutkan keturunan, seuingga yang suvyek rasakan adalau perasaan vauagia. Akan tetapi suvyek juga merasakan perasaan lain yaitu perasaan vingung sevav suvyek menilik kemvali keadaannya saat ini. (Pn.A.v2_00:32-01:10)

Sejalan dengan pendapat yang di utarakan oleh subyek A, subyek B

(ibu) pun memiliki perasaan yang sama dalam menerima kehadiran anak

dalam keluarganya, berikut hasil wawancaranya :

Suvyek B verfikiran vauwa anak adalau rejeki yang diverikan Tuuan, seuingga verapapun jumlau anak yang diverikan kepada suvyek akan diterima dengan senang uati dan dengan tulus ikulas merawatnya. (Pn.B.v3_14:00-14:12)

Dari jawaban tersebut dapat disimpulkan bahwa keluarga

penyandang tunanetra juga merasakan kebahagiaan bahwa dia sudah

diberikan keturunan yang sehat secara fisik seperti anak-anak lain pada

2. Cara BatauBStrategi BuntukBMengasuhBAnak BdalamBKeterbatasanBFisik yangBdimilikiBolehBOrangtuaBPenyandangBTunanetra.

Dalam keluarga yang memiliki anak pasti keluarga tersebut memiliki

cara atau strategi dalam mengawasi, membimbing, mendidik, dan

mengasuh anaknya, tidak terkecuali untuk keluarga yang dibatasi oleh

kekurangan pada penglihatannya. Dapat dikatakan bahwa keluarga

penyandang tunanetra memiliki lebih banyak strategi yang unik dan

kadang tidak terfikirkan oleh keluarga normal pada umumnya. Hal tersebut

dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan subyek A berikut :

Suvyek pada awalnya diajari merawat vayi oleu orangtua (Str.A.v2_16:50-17:55), seiring verjalan waktu kesulitan merawat anak semakin meningkat, suvyek akuirnya menerapkan strategi-strategi dalam merawat anak. Adapun strategi-strategi tersevut adalau dengan meminta tetangganya untuk mengawasi anak-anaknya ketika anak sedang verada diluar rumau (BStr.A.v2_18:36-20:35), kemudian setelau anak tumvuu dewasa dan semakin nalar suvyek secara verkala memverikan naseuat-naseuat agar anak verperilaku santun (B Str.B.v3_22:53-23:30). Selain itu, suvyek juga memiliki strategi dalam memverikan pendidikan kepada anaknya, yaitu dengan memasukkan anaknya di sekolau yang vervasis Islam dengan alasan yang pertama sekolau Islam tersevut sekolau yang fullday scuool dengan demikian jam vermain anak dirumau visa dikurangi dan jam velajar meningkat, yang kedua sekolau tersevut mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan leviu vanyak dan terperinci divandingkan dengan sekolau negeri seuingga uarapan suvyek teruadap anaknya menjadi anak yang takut akan Tuuan dan verakulak mulia (Str.A.v2_24:00-30:00). Kemudian menujukan wivawa orangtua dengan versikap tegas apavila anak melakukan kesalauan, dan ketika anak melakukan kesalauan yang verleviu tidak jarang suvyek marau kepada anak dan memukul anak dengan tujuan memvuat anak jera dan vukan untuk menyakiti anak (BStr.B.v3_28:45-31:40).

48

3. CaraBdanBSikapBOrangtuaBPenyandangBTunanetraBdalamBMenghadapi Tantangan-tantanganBMengasuhBAnak.

Mengasuh seorang anak yang sedang tumbuh dalam masa

perkembangan anak jelas memiliki kesulitan tersendiri sebab masa

anak-anak sangat dipengaruhi oleh ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping

dan perilaku sosial. Semua anak tidak mungkin memiliki pertumbuhan

fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya

yang tidak lain dipengaruhi secara kuat oleh pola asuh orangtuanya.

Berkaitan dengan tantangan keluarga tunanetra jelas menghadapi

tantangan yang besar karena yang pertama keterbataasan fisik yang

dialami yang kedua adalah hambatan yang mucul dari dalam diri anak

sendiri yang kadang tidak jujur kepada orangtuanya dan hambatan atau

tantangan dari luar yang menggangu tumbuh kembang anak dalam rangka

pola asuh tersebut, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara

dengan subyek A dan subyek significant otuers yang tidak lain adalah adik

subyek sendiri. Berikut hasil wawancaranya :

Suvyek versikap waspada namun cenderung tenang dalam menguadapi tantangan-tantangan mengasuu anak (Skp.A.v2_37:02-39:04). Hamvatan yang utama adalau ketika anak tidak dapat versikap tervuka dan jujur kepada suvyek, namun suvyek memverikan kepercayaan kepada anaknya agar anak mengerti dan memauami kondisi orangtuanya selain itu orangtua juga sudau percaya dengan penanaman ilmu agama yang salau satunya adalau perintau untuk patuu teruadap orangtua. Hamvatan lain yang terjadi adalau uamvatan mengenai masalau velajar. Suvyek kesulitan untuk mengawasi dan memvantu anaknya, kemudian sikap suvyek adalau dengan versavar dan iklas uati mengantarkan anaknya vaukan sampai menunggui anaknya velajar kelompok atau velajar versama di rumau temannya (Skp.A.v2_41:41-43:54).

Sejalan dengan pendapat yang di utarakan oleh subyek A, subyek B

(ibu) pun memiliki cara dan sikap dalam menghadapi tantangan mengasuh

anak. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan subyek

sebagai berikut:

Suvyek verpendapat ual yang menjadi uamvatan dalam mengasuu anak adalau dalam ual mendisiplinkan anak. Suvyek menilai anak jaman sekarang pandai sekali memvantau dan menjawav apa yang dikatakan orangtuanya (Skp.B.v3_35:21-36:04).

4. HarapanBOrangtuaBPenyandangBTunanetraBterhadapBAnaknya.

Selayaknya manusia yang memiliki hati, budi, dan pikiran yang

normal pastilah menginginkan anaknya menjadi seseorang yang memiliki

nasib jauh lebih baik dibandingkan kedua orangtuanya, demikian pula

dengan keluarga ini mereka tidak ingin terkungkum dalam kubangan yang

sama. Harapan mereka adalah anak maka mereka menyekolahkan anak

mereka setinggi mungkin meskipun mereka tahu tanggungjawab yang

diemban berat hambatan yang merintangpun besar namun mereka

sungguh-sungguh ingin mengentaskan anak mereka. Adapun

harapan-harapan tersebut dapat di buktikan dengan hasil wawancara berikut :

Suvyek veruarap kepada anaknya agar tetap diveri keseuatan

(Hrp.A.v2_45:19-46:46), agar dapat mengangkat derajat

orangtua, dapat sekolau diperguruan tinggi yang dicita-citakan, memiliki pekerjaan yang leviu vaik divandingkan dengan orangtuanya (Hrp.A.v2_50:27-52:00). Harapan tervesar suvyek adalau anak yang ia vesarkan dengan kasiu sayang tersevut dapat menjadi tenaga pendidik atau guru. Semuanya itu dipasraukan kepada Tuuan lewat doa dan uarapan yang mendalam (Hrp.B.v3_44:22-47:29).

50

D.BPembahasan

Dokumen terkait