• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

H. Teknik Pengumpulan Data

I. Teknik Analisis Data

Indikator aktivitas yang di nilai dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending (CORE) adalah :

Tabel 3.18 Jenis-jenis Aktivitas Siswa beserta Indikator No Aktivitas yang

Diamati

Keterangan

1. Visual activities Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran.

Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

2. Oral activities Siswa menghubungkan suatu konsep, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, atau menghubungkan suatu kejadian.

Siswa mendiskusikan informasi yang diperoleh pada permasalahan di LKK.

Siswa bekerjasama untuk menyelesaikan masalah.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

Siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya jika jawaban berbeda.

Siswa bertanya jika ada yang belum paham. 3. Listening

activities

Siswa mendengarkan presentasi dari kelompok penyaji.

Memberikan tanggapan kepada kelompok yang lain dalam diskusi kelas.

4. Writing Activities

Siswa menuliskan hasil diskusi pada LKK di papan tulis.

Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.

Siswa menyiapkan hasil laporan diskusi kelompok berupa hasil jawaban perkelompok

57

secara rapi, rinci, dan sistematis.

Siswa menulis kesimpulan atau catatan.

5. Mental activities Mengingat kembali penjelasan yang diberikan

oleh guru dan memecahkan masalah. 6. Emotional

activities

Siswa bersemangat dalam berdiskusi, berani dalam menyampaikan pendapat, dan tenang dalam berdiskusi.

Adapun teknik pengamatan aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara mengamati dua kelompok yang telah dipilih secara acak. Kelompok ini terdiri dari 2 orang siswa yang berkemampuan tinggi, 2 orang siswa berkemampuan sedang, dan 2 orang siswa berkemampuan rendah. Data tentang aktivitas siswa yang diambil observer akan diolah dengan teknik persentase yang dikemukakan oleh Sudjana (dalam Afza, 2018 : 3) sebagai berikut :

Keterangan:

: Angka persentase

: Frekuensi aktivitas siswa : Banyak individu

Tabel 3.19 Kriteria Aktivitas Siswa

Tingkat Pencapaian (%) Kriteria Aktivitas

81-100 Sangat tinggi 61-80 Tinggi 41-60 Sedang 21-40 Rendah 1-20 Sangat rendah (Sumber : Afza, 2018 : 3)

2. Kemampuan komunikasi matematis tulisan

Sebelum melakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat yang dimaksud yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah kedua kelompok data berdistribusi normal atau tidak. Adapun pasangan hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H0 : Kedua kelas sampel berdistribusi normal H1 : Kedua kelas sampel tidak berdistribusi normal

Uji normalitas hasil kemampuan komunikasi matematis kelas sampel dilakukan dengan Uji Liliefors. Untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat digunakan kriteria berikut. Jika

P-value lebih besar dari taraf nyata (α = 0,05) maka diterima, dan jika sebaliknya ditolak.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan uji f. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat kedua kelas sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Jika

1 2

2 1 v , v f < f <

1 2

2 , v v

f , maka dapat dikemukakan bahwa data sampel memiliki variansi yang homogen.

c. Uji Hipotesis

Hipotesis statistik pada penelitian ini adalah : :

: Keterangan :

: Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending

(CORE) sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa

yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

: Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending

(CORE) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa

59

: Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending

(CORE)..

: Rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan perhitungan “uji-t” dengan syarat kedua kelompok normal dan homogen, uji statistik yang digunakan jika skor hasil tes kemampuan komunikasi matematis berdistribusi normal dan data berasal dari sampel yang bervariansi homogen, maka rumusnya:

̅ ̅

dengan

Dimana:

̅ = Nilai rata-rata kelompok eksperimen ̅ = Nilai rata-rata kelompok kontrol

= Jumlah peserta didik kelompok eksperimen = Jumlah peserta didik kelompok kontrol

=Variansi hasil tes kemampuan komunikasi matematis kelompok eksperimen

=Variansi hasil tes kemampuan komunikasi matematis kelompok kontrol

Kriteria: Terima H0 jika , dengan selain itu H0 ditolak (Sudjana, 2005:239).

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Bagian ini menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran dan instrumen yang digunakan. Instrumen yang peneliti gunakan adalah lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dan tes kemampuan komunikasi untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi koordinat kartesius, dengan rincian data sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 29 Juli sampai 10 Agustus 2019 pada siswa kelas VIII1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII2 sebagai kelas kontrol.

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti menentukan materi pelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian. Materi yang dipilih adalah koordinat kartesius, alasan peneliti memilih materi koordinat kartesius karena karakteristik materi tersebut sesuai untuk melihat aktivitas dan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII1 SMP N 3 Kecamatan Payakumbuh Tahun Pelajaran 2019/2020, sedangkan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran konvensional. Pada akhir penelitian diberikan tes kemampuan komunikasi matematis dengan tes yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes akhir diberikan kepada kedua kelas sampel untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa. Soal tes akhir berbentuk soal essay yang terdiri dari 6 butir soal, siswa diberi waktu mengerjakan soal selama 40 menit.

61

2. Data Aktivitas Belajar Matematika Siswa

Data aktivitas belajar matematika siswa merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas belajar matematika siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) pada kelas

eksperimen. Instrumen yang digunakan untuk melihat peningkatan aktivitas belajar matematika siswa yaitu lembar observasi aktivitas belajar matematika siswa. Lembar observasi diisi oleh observer, yaitu guru matematika kelas VIII SMP N 3 Kecamatan Payakumbuh. Pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan, yaitu sebanyak 3 kali. Adapun aktivitas belajar matematika siswa yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Belajar Matematika Siswa Jenis Aktivitas Indikator Pertemuan 1 2 3 Visual Activities

a. Siswa memperhatikan penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

50% 83% 100%

b. Siswa mendengarkan penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran.

33% 67% 100%

Oral Activities

c. Siswa menghubungkan suatu konsep, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, atau menghubungkan suatu kejadian.

33% 50% 83%

d. Siswa mendiskusikan informasi yang diperoleh pada permasalahan di LKK.

50% 83% 100%

e. Siswa bekerjasama untuk menyelesaikan masalah.

33% 50% 83%

f. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

50% 50% 100%

g. Siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya jika jawaban berbeda.

33% 50% 83%

h. Siswa bertanya jika ada yang belum paham.

Listening Activities

i. Siswa mendengarkan presentasi dari kelompok penyaji.

67% 67% 100%

j. Memberikan tanggapan kepada kelompok yang lain dalam diskusi kelas.

33% 50% 83%

Writing Activities

k. Siswa menuliskan hasil diskusi pada LKK di papan tulis.

33% 50% 83%

l. Siswa mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.

50% 83% 100%

m. Siswa menyiapkan hasil laporan diskusi kelompok berupa hasil jawaban perkelompok secara rapi, rinci, dan sistematis.

33% 50% 100%

n. Siswa menulis kesimpulan atau catatan.

67% 83% 100% Mental

Activities

o. Mengingat kembali penjelasan

yang diberikan oleh guru dan memecahkan masalah.

33% 50% 83%

Emotional Activities

p. Siswa bersemangat dalam berdiskusi, berani dalam menyampaikan pendapat, dan tenang dalam berdiskusi.

33% 50% 83%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap indikator aktivitas belajar matematika siswa mengalami peningkatan selama tiga kali pertemuan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.

3. Data Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Setelah dilaksanakan tes pada kedua kelas sampel, diperoleh data tentang hasil kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi koordinat kartesius. Tes diberikan pada kelas VIII1 yang melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) dan pada kelas VIII2 yang melaksanakan pembelajaran secara konvensional.

Tes akhir diikuti oleh 49 orang siswa, yang terdiri dari 24 orang siswa kelas eksperimen dan 25 orang siswa kelas kontrol. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Nilai tes akhir secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran XVI-XVII halaman

63

201-204. Dari hasil tes hasil belajar matematika siswa dilakukan

perhitungan sehingga diperoleh nilai rata-rata (x), nilai maksimal, nilai minimal dan simpangan baku untuk kedua kelas sampel yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata pada Kemampuan Komunikasi Matematis

Kelas x mak min

Eksperimen 75,781 24 100 47 204,925

Kontrol 55,750 25 87,5 18,75 382,563

Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata-rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol dan juga dengan skor tertinggi berada pada kelas eksperimen. Jadi, kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol untuk pokok pembahasan koordinat kartesius.

B. Analisis Data

Analisis tes akhir bertujuan untuk menarik kesimpulan tentang data yang telah diperoleh dari tes akhir. Untuk menarik kesimpulan maka dilaksanakan pengujian hipotesis secara statistik. Sebelum melakukan uji hipotesis maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua kelompok data.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji liliefors. Uji liliefors dilakukan bertujuan untuk melihat sampel berdistribusi normal atau tidak. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji liliefors pada kelas sampel adalah sama dengan melakukan uji liliefors pada kelas populasi.

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas sampel sesuai dengan langkah-langkah sebagaimana pada kelas populasi maka diperoleh data sebagai berikut :

a. Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh dan berdasarkan tabel Nilai Kritik L untuk uji lilliefors pada taraf nyata

 dengan jumlah siswa 24 orang diperoleh . Karena maka kelas eksperimen berdistribusi normal.

b. Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh dan berdasarkan tabel Nilai Kritik L untukuji lilliefors pada taraf nyata

 dengan jumlah siswa 25 orang diperoleh . Karena maka dapat dikemukakan bahwa kelas kontrol berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel 4.3 :

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel

Kelas N L0 Ltabel Distribusi

Eksperimen Normal

Kontrol Normal

Dari tabel di atas terlihat bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai dan kelas kontrol mempunyai nilai . Oleh karena pada kelas eksperimen dan kelas kontrol maka hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa dari kedua kelas sampel adalah berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya hasil uji normalitas kelas sampel ini dapat dilihat pada Lampiran XVIII halaman 205-209.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dianalisis dengan uji f. Uji homogenitas bertujuan untuk melihat kedua kelas sampel mempunyai variansi yang homogen atau

65

tidak. Setelah dilakukan uji homogenitas dengan uji f sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan maka diperoleh hasil sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel

Kelas

x

N s2 Keterangan

Eksperimen 75,781 24 204,925 0,536 Homogen

Kontrol 55,750 25 382,563

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa yang diperoleh adalah berdasarkan tabel diperoleh nilai

1 2

2 1 v , v

f

adalah 0,502 dan nilai

1 2

2 , v

v

f adalah 1,993. Oleh karena atau , maka dapat dikemukakan bahwa data sampel memiliki variansi yang homogen.Untuk lebih jelasnya hasil uji homogenitas kelas sampel ini dapat dilihat pada Lampiran XIX halaman 210.

3. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji normalitas dan homogenitas yang telah dilakukan, ternyata kedua kelas berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Oleh karena itu, untuk uji hipotesis ini maka dilakukan uji-t. Setelah dilakukan uji-t sesuai dengan rumus yang telah ditentukan maka hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.5 :

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Kelas Sampel

Kelas ̅ N s2 thitung ttabel

Eksperimen 24 5

Kontrol 25

Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji-t didapat harga

yaitu maka ditolak, terima . Sehingga dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending (CORE) lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa

yang menerapkan model pembelajaran konvensional.Untuk lebih jelasnya hasil uji hipotesis kelas sampel ini dapat dilihat pada Lampiran XX

halaman 210.

C. Pembahasan

1. Pembahasan tentang Aktivitas Belajar Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE)

Aktivitas siswa mengalami peningkatan setiap pertemuan dalam pembelajaran matematika selama menerapkan model pembelajaran

Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE). Sesuai dengan hasil

penelitian Nasution (2018: 83) menyatakan bahwa dengan model pembelajaran CORE dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan kategori sangat baik.

Kondisi awal siswa sebelum diterapkan model pembelajaran

Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) yaitu guru masih

menggunakan pembelajaran konvensional, hal ini membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh gurunya, sehingga aktivitas siswa rendah. Kemudian peneliti menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending (CORE) pada kelas tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3 Kecamatan Payakumbuh sebanyak 4 kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa dengan model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) lebih baik dari pada aktivitas siswa dengan

67

tahapan dalam menerapkan model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) yaitu:

a. Tahapan Connecting

Sebelum memulai pembelajaran, guru membuka pembelajaran dengan kegiatan yang menarik, misalkan mengajak siswa untuk bercerita mengenai sejarah penemuan koordinat kartesius, contoh koordinat kartesius dalam kehidupan nyata, serta manfaat koordinat kartesius dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya masuk pada tahap connecting siswa mengingat kembali materi yang pernah dipelajari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, misalkan pada pembelajaran koordinat kartesius siswa diingatkan kembali bagaimana cara menentukan posisi titik terhadap sumbu-x dan sumbu-y. Setelah itu guru mengaitkan ke materi selanjutnya yaitu cara menentukan posisi titik terhadap titik asal dan titik tertentu. Setelah mengingat, siswa menghubungkan kedua konsep tersebut. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merupakan stimulan supaya mempermudah siswa dalam menemukan konsep. Hal ini sesuai dengan teori ausubel yang dikemukakan oleh Otoni (2013:46) mengenai belajar bermakna. Sebuah pembelajaran dapat bermakna jika mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. Struktur kogintif dimaknai oleh Ausubel sebagai fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajarai dan diingat oleh siswa. Dengan belajar bermakna, ingatan siswa menjadi kuat dan transfer belajar mudah dicapai. Pada tahap ini terlihat jenis aktivitas visual activities dan oral activities. b. Tahapan Organizing

Pada tahap ini peneliti menyampaikan materi pembelajaran secara umum yang berkaitan dengan materi yang akan di pelajari mengenai posisi titik terhadap titik asal dan titik tertentu. Sebelum dilaksanakannya diskusi kelompok, peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang, anggota kelompok dibagi secara heterogen yang didiskusikan terlebih dahulu dengan guru mata pelajaran

matematika yaitu berdasarkan kemampuan siswa, dalam satu kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah untuk saling berbagi dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui LKK. Dengan cara berdiskusi kelompok siswa dapat bertukar pikiran dalam menemukan pengetahuan baru dan memperjelas pemikiran. Selain bertukar pikran dalam satu kelompok, siswa dapat saling bertukar argumen dengan kelompok lain saat mempresentasikan hasil diskusi. Dimana salah satu kelompok memaparkan hasil diskusi dan kelompok lain menanyakan hal yang belum dipahami. Sesuai dengan teori Piaget yang dikemukakan oleh (Setiawati, 2010:64) bahwasanya interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran itu menjadi lebih logis. Pada tahap ini terlihat jenis aktivitas

visual activities, oral actvities, dan writing actvities.

Dalam kegiatan ini guru memantau seluruh anggota kelompok dalam memahami serta menyelesaikan setiap permasalahan sebelum melangkah ke permasalahan selanjutnya.

69

Gambar 4.2 Membimbing Siswa Diskusi Kelompok

Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok untuk menampilkan hasil diskusi mereka di depan kelas mengenai posisi titik terhadap titik asal dan titik tertentu, sedangkan anggota kelompok lain ikut mengamati dan mengeluarkan pendapat, terjadi diskusi kelompok yang dibimbing oleh guru. Kegiatan siswa dalam memperhatikan dan mendengarkan penjelasan siswa yang lain saat diskusi atau presentasi dalam setiap pertemuan mengalami peningkatan dan penurunan karena mereka masih mengedepankan ego masing-masing. (listening activities dan emotional activities).

Gambar 4.3 Siswa Menampilkan Hasil Diskusi

c. Tahapan Reflecting

Pada tahap ini peneliti memberikan kesempatan pada siswa untuk memikirkan kembali mengenai materi posisi titik terhadap titik asal dan titik tertentu, apakah hasil diskusi/hasil kerja kelompoknya pada tahap organizing sudah benar atau masih terdapat kesalahan yang perlu diperbaiki. Pada tahapan reflecting ini, antusias siswa mulai terlihat ketika siswa mencoba memikirkan, mendalami dan menggali permasalahan yang terdapat pada diskusi kelompok dengan membuat peta pemikiran.

71

Dari peta pemikiran, siswa mencoba menjelaskan kepada siswa lain dengan bahasa sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Shoimin dalam (Syam, 2015:184) mengatakan peta pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaaan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah daripada metode pencatatan tradisonal karena ia mengaktifkan kedua belahan otak. Cara ini menyenangkan, menenangkan, dan kreatif. Pada tahap ini terlihat jenis aktivitas writing

actvities dan mental activities.

d. Tahapan Extending

Guru memberikan soal baru yang terkait dengan materi yang sama dan menyuruh siswa untuk menganalisis soal baru yang dimunculkan guru, serta menerapkan pengetahuan yang telah mereka miliki. Memberikan latihan soal yang berbeda dengan materi pelajaran yang sama bertujuan untuk mengembangkan memperluas pengetahuan siswa untuk dapat mengerjakan soal-soal yang berbeda tetapi dengan materi yang sama, jadi siswa tidak terpaku pada sebuah soal yang biasa diberikan guru dan siswa akan terbiasa menyelesaikan permasahan baru dan menemukan titik dari permasalahan yang diberikan. Pada tahap ini terlihat jenis aktivitas mental activities.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa aktivitas belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran Connecting,

Organizing, Reflecting, Extending (CORE) mengalami peningkatan pada

setiap pertemuan. Hal ini disebabkan karena pengaruh dari model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE). Adapun aktivitas belajar matematika siswa yang dilihat yaitu:

a. Visual Activities

Visual Activities adalah aktivitas siswa dalam memperhatikan dan

pembelajaran. Aktvitas ini termasuk aktvitas yang berkembang dengan baik, karena aktivitas ini ada pada setiap pertemuan dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Connecting,

Organizing, Reflecting, Extending (CORE), siswa diberikan kesempatan

untuk memahami sendiri materi pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis data peningkatan dapat dilihat pada analisis data pada tiga kali pertemuan, untuk aktivitas memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran memiliki persentase sebesar 78% dan 67%. Hal ini bisa dikatakan bahwa model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) dapat meningkatkan aktivitas memperhatikan dan mendengarkan saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Oral Activities

Oral Activities, yaitu 1) siswa menghubungkan suatu konsep,

mengemukakan suatu fakta atau prinsip, atau menghubungkan suatu kejadian, 2) siswa mendiskusikan informasi yang diperoleh pada permasalahan di LKK, 3) siswa bekerjasama untuk menyelesaikan masalah, 4) siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, 5) siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompoknya jika jawaban berbeda, 6) siswa bertanya jika ada yang belum paham.

Aktivitas ini termasuk aktivitas yang berkembang dengan baik dengan persentase aktivitas yang terus meningkat pada setiap pertemuan. Dengan menerapakan model pembelajaran Connecting, Organizing,

Reflecting, Extending (CORE) siswa diberikan kesempatan untuk

menghubungkan, mendiskusikan, bekerjasama, mempresentasikan, mengkomunikasikan, dan bertanya.

Tabel 4.6 Rata-rata persentase Oral Activities

Oral Activities Rata-rata persentase

Siswa menghubungkan suatu konsep, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, atau

73

menghubungkan suatu kejadian. Siswa mendiskusikan informasi yang diperoleh pada permasalahan di LKK.

78%

Siswa bekerjasama untuk menyelesaikan masalah.

55% Siswa mempresentasikan hasil

diskusi di depan kelas.

67% Siswa mengkomunikasikan hasil

diskusi kelompoknya jika jawaban berbeda.

55%

Siswa bertanya jika ada yang belum paham.

61%

Berdasarkan tabel 4.6 bisa dikatakan bahwa model pembelajaran

Connecting, Organizing, Reflecting, Extending (CORE) dapat meningkatkan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung. c. Listening Activities

Listening Activities yang diamati adalah mendengarkan presentasi

dari kelompok dan memberikan tanggapan. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data dapat dilihat bahwa aktivitas Listening mengalami peningkatan tiap pertemuan. Peningkatan aktivitas siswa dalam mendengarkan presentasi dari kelompok dan memberikan tanggapan memiliki persentase sebesar 78% dan 55%. Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Connecting, Organizing, Reflecting,

Extending (CORE) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam berdiskusi

kelompok saat proses pembelajaran berlangsung. d. Writing Activities

Writing activities yang diamati adalah 1) siswa menuliskan hasil

diskusi pada LKK di papan tulis, 2) mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru, 3) menyiapkan hasil laporan diskusi kelompok, 4) menuliskan kesimpulan atau catatan. Berdasarkan hasil observasi dan analisis data dapat dilihat bahwa aktivitas Writing mengalami peningkatan tiap pertemuan.

Tabel 4.7 Rata-rata persentase Writing activities

Writing activities Rata-rata persentase

Siswa menuliskan hasil diskusi

Dokumen terkait