• Tidak ada hasil yang ditemukan

JUMLAH SOAL

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif a. Analisis Kualitas Tes

1) Validitas

Dalam penelitian ini, instrumen tes diukur dengan menggunakan validitas butir soal atau validitas item. Berikut rumus untuk menghitung validitas item bentuk objektif tes:

85 γpbi =

Keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi skor total

p = proporsi siswa yang jawabannya benar pada soal q = proporsi siswa yang jawabannya salah (q=1-p)

(Suharsimi Arikunto, 2012: 93)

Validitas butir soal uraian dihitung menggunakan rumus korelasi Product Moment berikut:

=

√{ } { } Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y X = skor item

Y = skor total

(Suharsimi Arikunto, 2012: 87) Besarnya koefisien korelasi (r) yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b) Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c) Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d) Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah

e) Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

(Zainal Arifin, 2013: 257) 2) Reliabilitas

Dalam penelitian ini, reliabilitas instrumen tes bentuk objektif diukur dengan menggunakan rumus KR20 yaitu:

86

Keterangan:

= reliabilitas tes secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah = jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item = standar deviasi dari tes

(Suharsimi Arikunto, 2012: 115) Reliabilitas tes uraian diukur menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu:

Keterangan:

= reliabilitas yang dicari

∑ = jumlah varian skor tiap-tiap item = varian skor total

(Suharsimi Arikunto, 2012: 122) Besarnya koefisien korelasi (r) yang dihitung kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Antara 0,81 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi b) Antara 0,61 sampai dengan 0,80 : tinggi c) Antara 0,41 sampai dengan 0,60 : cukup d) Antara 0,21 sampai dengan 0,40 : rendah

e) Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah

(Zainal Arifin, 2013: 257) 3) Tingkat Kesukaran

Berikut ini rumus yang digunakan dalam mengukur tingkat kesukaran pada tes objektif (pilihan ganda).

87 Keterangan:

p = tingkat kesukaran

∑B = jumlah peserta didik yang menjawab dengan benar N = jumlah peserta didik

Hasil tingkat kesukaran soal yang diperoleh kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut:

p > 0,70 = mudah 0,30 ≤p ≤ 0,70 = sedang p < 0,30 = sukar

(Zainal Arifin, 2013: 272) Tingkat kesukaran soal bentuk uraian dapat dihitung menggunakan rumus:

Penafsiran tingkat kesukaran soalnya dapat digunkan kriteria sebagai berikut:

a) Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27% termasuk mudah.

b) Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72% termasuk sedang.

c) Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% ke atas termasuk sukar.

(Zainal Arifin, 2013: 273) 4) Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda merupakan pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum atau kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu

88

(Zainal Arifin, 2013: 273). Daya pembeda untuk bentuk tes objektif dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

D = daya pembeda J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Suharsimi Arikunto, 2012: 228-229) Hasil D yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi daya pembeda berikut ini:

a) D = 0,00-0,20 : jelek (poor)

b) D = 0,21-0,40 : cukup (satisfactory) c) D = 0,41-0,70 : baik (good)

d) D = 0,71-1,00 : baik sekali (excellent)

(Suharsimi Arikunto, 2012: 232)

Daya pembeda untuk bentuk tes uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

̅ ̅ √( )

89 Keterangan:

t = daya pembeda tes uraian

̅ = rata-rata dari kelompok atas

̅ = rata-rata dari kelompok bawah

= jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah n = 27% x N (baik untuk kelompok atas maupun kelompok

bawah)

(Zainal Arifin, 2013: 278-279) Soal uraian dikatakan memiliki daya pembeda apabila t hitung lebih besar dibandingkan t tabel yang berarti soal tersebut signifikan.

5) Pola Jawaban Soal

Pola jawaban soal dapat diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, d, e, atau yang tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik ataukah tidak. Suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% dari peserta tes (Suharsimi Arikunto, 2012: 233-234). b. Menghitung Skor Aktivitas Belajar Akuntansi

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kuantitatif dengan persentase. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data hasil observasi Aktivitas Belajar Akuntansi:

90

1) Menentukan kriteria pemberian skor terhadap masing-masing indikator pada setiap aspek Aktivitas Belajar Akuntansi yang diamati.

2) Menjumlahkan skor untuk masing-masing indikator Aktivitas Belajar Akuntansi yang diamati.

3) Menjumlahkan skor untuk masing-masing aspek Aktivitas Belajar Akuntansi yang diamati.

4) Menghitung persentase skor Aktivitas Belajar Akuntansi pada setiap indikator yang diamati dengan rumus:

5) Menghitung persentase skor Aktivitas Belajar Akuntansi pada setiap aspek yang diamati dengan rumus:

6) Menghitung persentase skor rata-rata Aktivitas Belajar Akuntansi yang diamati dengan rumus:

(Sugiyono, 2010:144) b. Menghitung Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi

Analisis data kuantitatif untuk menghitung peningkatan Hasil Belajar Akuntansi adalah dengan menghitung peningkatan nilai rata-rata pre test dan post test pada siklus I dan II, dengan rumus sebagai berikut: Me =

91 Keterangan:

Me = Rata-rata (Mean) ∑ xi = Jumlah semua nilai N = Jumlah individu

(Sugiyono, 2010:49)

Peningkatan Hasil Belajar Akuntansi dapat dilihat dengan menghitung ketuntasan belajar menggunakan rumus sebagai berikut:

KB = Keterangan:

KB = Ketuntasan belajar

T = Jumlah siswa yang memenuhi KKM (≥75) = Jumlah siswa yang mengikuti tes

(Trianto, 2010:241) 2. Penyajian Data

Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Selain itu, data tersebut juga dideskripsikan secara naratif agar dapat lebih mudah dimengerti.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahapan terakhir analisis data dalam PTK yang dilakukan setelah data disajikan. Penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari data yang telah disajikan menjadi bentuk pernyataan yang memiliki makna yang lebih tegas.

I. Indikator Keberhasilan

Menurut Mulyasa (2006: 131), dilihat dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

92

sosial dalam proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran apabila mencapai ≥75%. Artinya siswa dikatakan berhasil apabila menguasai atau mencapai ≥75% dari tujuan atau nilai yang seharusnya dicapai (Nana Sudjana, 2013:8). Dalam penelitian ini, indikator keberhasilan tindakan adalah sebagai berikut:

1. Aktivitas Belajar Akuntansi

Indikator keberhasilan aktivitas belajar dalam penelitian ini yaitu apabila terjadi peningkatan skor rata-rata Aktivitas Belajar Akuntansi dari siklus I ke siklus II. Selain itu, indikator keberhasilan dalam penelitian ini juga dapat dicapai apabila terdapat minimal 75% dari jumlah siswa dalam satu kelas yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. 2. Hasil Belajar Akuntansi

Indikator keberhasilan Hasil Belajar Akuntansi dalam penelitian ini yaitu apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar ranah kognitif siswa dari siklus I ke siklus II. Selain itu, indikator keberhasilan dalam penelitian ini juga dapat dicapai apabila terdapat minimal 75% dari jumlah siswa dalam satu kelas yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 75.

93 BAB IV