• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode (pengarang) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna. Metode semacam ini perlu karena dengannya pembaca dapat melihat berbagai fakta melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut sehingga pengalaman pun dapat dibagi (Stanton, 2007:46 47).

1) Judul

Judul berhubungan dengan cerita secara keseluruhan karena menunjukkan karakter, latar, dan tema. Judul merupakan kunci pada makna cerita. Sering kali judul dari karya sastra mempunyai tingkatan-tingkatan makna yang terkandung dalam cerita. Judul juga dapat berisi sindiran terhadap kondisi yang ingin dikritisi oleh pengarang atau merupakan kesimpulan terhadap kedaan yang sebenarnya dalam cerita (Stanton, 1965:25-26).

2) Sudut Pandang

Stanton dalam bukunya membagi sudut pandang menjadi empat tipe utama. Pertama pada orang pertama-utama sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. Kedua, pada orang pertama-sampingan cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama (sampingan). Ketiga, pada orang ketiga-terbatas pengarang mengacu pada semua karakter dan emosinya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu karakter saja. Keempat, pada orang ketiga-tidak terbatas pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikannya sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat, mendengar, atau perpikir atau saat tidak ada satu karakter pun hadir.

3) Gaya dan Tone

Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.

Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter dan latar yang sama, hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Perbedaan tersebut secara umum terletak pada bahasa dan penyebar dalam berbagai aspek seperti kerumitan, ritme,

panjang-pendek kalimat, detail, humor, kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora. Campuran dari berbagai aspek di atas (dengan kadar tertentu) akan menghasilkan gaya (Stanton, 2007:61).

8. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebuah penelitian tentulah membutuhkan pemahaman awal untuk memberikan gambaran tentang penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu, dibutuhkan beberapa data yang diperoleh dari hasil gambaran tentang penelitian sebelumnya yang tentunya relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Ada banyak penelitian yang membahas tentang karya sastra khususnya novel. Akan tetapi, penulis tidak menemukan penemuan yang secara langsung meneliti mengenai kritik sastra induktif dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

Penelitian yang berjudul ―Citra Perempuan dalam Novel Saman karya Ayu Utami: Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis‖ yang dilakukan oleh Etika Kristiani (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran para tokoh perempuan yang menginginkan kebebasan dari nilai-nilai tradisional dan budaya pathriarki yang mengungkungnya. Untuk menadapatkan kebebasan atas kontrol dirinya sendiri, para tokoh perempuan berusaha melepaskan diri dengan tindak tunduk dan terikat oleh kaum laki-laki. Sebagai perempuan, mereka memunyai kemandirian dan kebebasan atas seksualitas. Sebagai anggota masyarakat, tokoh-tokoh perempuan memunyai peran dalam wilayah publik.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Rosmiati (2011) yang berjudul Kritik Sosial dalam Novel Bulan Jingga Dalam Kepala karya M.Fajroel

Memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang diajukan penulis sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang dimaksud akan mengarahkan penulis untuk

menemukan data dan informasi dalam penelitian ini, guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan.

Dalam ilmu sastra dibedakan tiga bidang penyelidikan antara lain teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Kritik sastra merupakan sumbangan yang dapat diberikan oleh para peneliti sastra bagi perkembangan dan pembinaan sastra. Kritik sastra dibedakan menjadi beberapa jenis, namun dalam penelitian ini penulis menggunakan kritik sastra induktif untuk mengkaji karya sastra berupa prosa fiksi yaitu novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Ilmu Sastra

Sejarah Sastra Kritik Sastra Teori Sastra

Kritik Sastra Induktif Teori Struktural Robert

Stanton

Fakta Cerita : Alur,tokoh/karakter, latar,

tema

Sarana Cerita:

Judul, sudut pandang, gaya bahasa, tone.

Analisis novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere

Liye Temuan

B. Definisi Istilah

Definisi istilah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang digunakan agar terdapat kesamaan penafsiran dan terhindar dari kekaburan. Adapun defenisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Novel merupakan karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekitarnya serta menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

2. Kritik sastra didefenisikan sebagai ilmu yang menyelidiki karya sastra dengan mempertimbangkan baik dan buruk, kekuatan dan kelemahan karya sastra. Kritik sastra juga adalah hasil usaha pembaca dalam menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.

3. Kritik induktif adalah kritik yang menguraikan bagian-bagian karya sastra berdasarkan fenomena-fenomena yang ada secara objektif. Kritik induktif meneliti karya sastra sebagaimana halnya ahli bumi yang meneliti gejala alam secara objektif tanpa menggunakan standar-standar yang tetap yang berasal dari luar dirinya.

C. Data dan Sumber Data 1. Data

Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dari dunia yang dipelajarinya (Sutopo, 2002: 72). Data dalam penelitian ini berupa data lunak berwujud kata, kalimat, hingga kesatuan

paragraf yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye .

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer (soft data) dalam penelitian ini diambil dari novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT.Gramedia Pustaka Utama tahun 2013, sedangkan sumber data sekunder merupakan data pelengkap yang digunakan dalam penelitian ini, misalnya makalah, karya-karya tulis ilmiah, buku-buku, artikel-artikel di media massa, artikel-artikel di situs internet (on line) yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang diambil adalah data yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai pelengkap dan penunjang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik pustaka, teknik simak, dan catat. Teknik pustaka yaitu teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh studi tentang sumber-sumber-sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian antara lain: sejenis dokumen yang digunakan untuk mencari data-data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, dan hal-hal lain yang menunjang penelitian (Arikunto, 1993: 80). Teknik simak berarti penulis sebagai instrument kunci melakukan penyimakan secara cermat, terarah, dan teliti terhadap sumber data primer (Subroto, 1992: 42). Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menganalisis, menginterpretasi, dan menafsirkan sesuai dengan aktivitas kritik sastra itu sendiri.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah :

1. Membaca dan menelaah seluruh data yang telah diperoleh baik data primer maupun data sekunder.

2. Mengidentifikasi struktur atau unsur yang membangun novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye dengan menggunakan teori Robert Stanton.

3. Analisis kritik induktif yang difokuskan kepada bagian-bagian atau struktur yang membangun novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

4. Mendeskripsikan hasil analisis data dalam bentuk laporan penelitian (skripsi).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data a. Fakta Cerita

Fakta cerita meliputi alur, tokoh atau karakter, latar dan tema. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita.

Pembahasan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye sebagai berikut.

1. Alur

Alur dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye pada penelitian ini menggunakan alur maju, hanya pada tahap-tahap tertentu peristiwa ditarik ke belakang (flash back). Analisis alur novel berupa kutipan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam cerita.

1.1 Tahapan Alur

Tahapan alur dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye dapat diuraikan pada tahap-tahap kronologi sebagai berikut :

1.1.1 Tahap Awal

Tahap awal dalam cerita biasanya ditandai oleh pengenalan tokoh-tokoh dalam cerita melalui sebuah peristiwa. Dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye ini diawali dengan peristiwa pertarungan tinju. Hal itu terlihat dari beberapa kutipan berikut :

Data 1

―Luar biasa. Pertarungan yang luar biasa, ladies and gentleman. Well, simpan teriakan kalian. Pertarungan kedua akan segera tiba. Kami sudah menyiapkan sang penantang lokal yang telah menunggu giliran bertarung sejak enam bulan‖ (Tere Liye, 2013:11).

Data 2

―Kau pasti bosan dengan pertarungan yang itu-itu saja di klub kita, Thomas?‖ Kami bicara ringan menghabiskan waktu setelah jam kerja.

―Nah, aku punya ide hebat, kawan. Kau tidak akan mampu menolaknya.‖ Maka meluncurlah rencana itu (Tere Liye, 20113:14).

Pertarungan tinju diceritakan pengarang sebagai pengantar. Pembaca akan sedikit terperangah ketika melanjutkan membaca cerita karena peristiwa pada tahap awal tidak lagi menjadi masalah yang terus dibicarakan oleh pengarang secara mendalam. Pada cerita selanjutnya, Thomas yang merupakan tokoh utama dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye mulai jelas identitasnya sebagai konsultan politik. Thomas yang dulu membuka jasa konsultan di bidang ekonomi kini mulai melebarkan sayap dengan membuka jasa konsultan di bidang politik. Thomas sudah terbiasa menghadapi beberapa klien dengan latar belakang masalah yang berbeda dan akhirnya berhasil menyelesaikan masalah tersebut serta mendapatkan kursi/jabatan yang diinginkan oleh para klien. Thomas tercatat sebagai salah satu konsultan politik yang lihai dan cakap dalam memenangkan sebuah kompetisi politik. Bagi Thomas politik hanyalah bisnis omong kosong yang diperjualbelikan. Terlihat dari beberapa kutipan berikut :

Data 3

―Hadirin!‖ aku mengangkat tangan, memasang intonasi suara serius dan bertenaga, ―Maafkan saya, tapi saya akan tegaskan di depan kalian semua, bahwa bagi kami, politik tidak lebih adalah permainan terbesar dalam bisnis omong kosong, indsutri artifisial penuh kosmetik yang pernah ada di dunia‖ (Tere Liye, 2013:20).

Data 4

―Sebagaimana sebuah bisnis omong kosong dijalankan, kita harus berdiri di atas ribuan omong kosong agar omong kosong tersebut menjadi sesuatu yang bisa dijual dengan manis, dan dibeli dengan larisnya oleh para pemilih. Anda boleh saja tidak sependapat.

Silakan. Tetapi saya dibayar mahal untuk memoles omong kosong tersebut, menjualnya, dan simsalabim, menjadi king maker, mendudukkan orang-orang di kursi kekuasaan‖ (Tere Liye,2013:20-21).

Kutipan-kutipan di atas disampaikan oleh Thomas pada saat konferensi komunikasi politik yang diselenggarakan oleh riset politik independen terkemuka kawasan Asia Pasifik. Thomas merupakan salah satu pembicara dalam acara tersebut. Peristiwa ini merupakan penghubung tahap awal alur cerita ke tahap tengah alur cerita novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

1.1.2. Tahap Tengah

Tahap tengah dari alur sebuah cerita biasanya menceritakan tentang berbagai peristiwa yang mengubah kehidupan para tokoh khususnya tokoh utama.

Berbagai konflik mewarnai cerita dalam novel. Berikut bahasan konflik-konflik yang terjadi dalam tahap tengah alur novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye.

1.1.2.1 Konflik Awal

Konflik awal yang terjadi dalam novel adalah saat Thomas menerima hadiah kapal pesiar baru dari kakeknya yang langsung berkunjung ke Makau.

Suasana menyenangkan yang harusnya dihabiskan Thomas dengan mencoba kapal pesiar baru dari pelabuhan Makau menuju Hong Kong berubah menjadi suasana yang sangat tidak menyenangkan dengan kehadiran seorang wartawan yang dengan gesitnya menemui Thomas hingga ke Makau demi mendapatkan

berita. Tidak sampai disitu, setibanya di pelabuhan yacht Hong Kong tiba-tiba saja enam orang berpakaian taktis, bersenjata lengkap, berloncatan gesit dari dua mobil operasional militer yang mengeluarkan suara mendecit, merapat ke bibir dermaga. Pasukan tersebut adalah satuan khusus antiteror otoritas Hong Kong SAR yang dengan penuh kuasa melumpuhkan Thomas, Opa, Kadek, dan tentu saja Maryam si gadis wartawan. Seorang anggota pasukan menodongkan enam moncong senjata ke arah Thomas, sementara yang lainnya dengan gesit memeriksa isi kapal pesiar baru milik Thomas.

Data 5

―Jangan bergerak, Tuan. Tetap ditempat, please.‖ Kalimat patah-patah dalam bahasa Inggris itu disampaikan dengan sopan, tapi intonasi suaranya penu ancaman serius. Membuat gerakanku terhenti. Sebelum sempat melakukan apa pun, enam orang bertopeng dengan pakaian komando telah sempurna mengepung kabin, Kadek diseret masuk, didorong kasar ke pojok kabin, terduduk (Tere Liye, 2013:65).

Betapa terkejutnya Thomas saat pasukan tersebut menemukan seratus kilogram bubuk heroin, enam pucuk senjata otomatis, beberapa granat, dan juga kotak-kotak kecil bertuliskan C4, peledak mematikan. Thomas hanya bisa menghela napas tak bisa berkata-kat a dan tidak mengerti darimana barang haram itu berasal mengingat kapal pesiar miliknya merupakan hadiah dari Opa yang sama sekali tidak masuk akal jika Opa menyimpan barang-barang yang berbahaya itu. Alhasil Thomas, Opa, Kadek, Maryam terjebak dalam situasi yang membingungkan sebab mereka harus dibawa oleh pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR dengan kesalahan yang tidak mereka perbuat.

Data 6

―Tangkap mereka semua. Pastikan tidak ada yang melarikan diri. Sisir seluruh kabin kapal. Sita semua identitas dan dokumen apa pun yang ada.

Mereka diduga anggota sindikat pengedar narkoba internasional, dan boleh jadi memiliki hubungan dengan teroris lokal. Amat berbahaya dan tidak segan membunuh.‖ Orang berpakaian sipil berseru tegas, memberikan perintah (Tere Liye,2013:68).

Peritiwa tersebut menjadi titik awal berubahnya kehidupan tokoh Thomas dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Setelah sekian lama hidup tenang, kali ini hidupnya berubah 180 derajat. Thomas berada dalam situasi genting. Besok ia harus menghadiri konvensi partai terbesar di Denpasar untuk mendukung klien politiknya yang notabene adalah calon kandidat presiden terbaik tahun depan dan sekarang ia terperangkap dalam gedung tahanan pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR. Gedung yang tak tahu pasti berada di mana dan Thomas tak mempunyai akses ataupun telepon genggam untuk meminta bantuan.

Thomas berusaha memutar otak berfikir dan akhirnya ia, Kadek, Maryam, Opa berhasil keluar dari tempat tersebut dengan bantuan Lee; petarung yang dikalahkannya tadi malam di arena pertandingan. Lee merasa mempunyai janji dan harus menepatinya. Penyelamatan pun dilakukan dengan cara yang luar biasa lihainya selihai saat ia bertarung di atas arena pertandingan.

1.1.2.2 Konflik Lanjutan

Setelah berhasil bebas dari gedung tahanan pasukan antiteror Hong Kong SAR, Thomas kembali fokus memikirkan dengan cara apa ia kembali ke Jakarta kemudian ke Denpasar untuk menghadiri konvensi partai politik terbesar yang diselenggarakan selama 3 hari itu. Semua identitas, paspor, dan dokumen pribadi

disita oleh detektif Liu; detektif sekaligus kepala pasukan khusus antiteror Hong Kong SAR. Beruntung Thomas bertemu dan bertarung dengan seorang yang dijuluki ―monster‖ di arena tanding yang bernama Lee. Lee yang hari ini menyelamatkan Thomas keluar dari gedung tahanan juga telah menyiapkan segala sesuatunya. Jet pribadi dan paspor siap digunakan Thomas, Opa, Kadek, dan Maryam terbang menuju Jakarta.

Pada pertengahan cerita dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye, pengarang bercerita dengan melihat kembali peristiwa silam (flash back) yang terjadi. Ternyata Lee merupakan cucu dari Chai Ten, seseorang yang diselamatkan oleh kakek Thomas; Opa Chan sewaktu umur mereka enam belas tahun. Lee bahkan sudah mengetahui nama Opa Chan sejak kecil, sebab kakeknya; Chai Ten juga selalu menceritakan dan mengenang perjalanan masa silamnya kepada cucunya seperti halnya Opa Chan yang bercerita kepada Thomas. Cerita tentang perjalanan di atas kapal yang melintasi lautan mengikuti kemana arah angin membawa, bertaruh nyawa dan berusaha untuk tetap hidup.

Data 7

―Aku tidak mengetahui Chai Ten telah menjadi orang yang berkecukupan, memiliki keluarga, memiliki cucu seperti Lee, begitu diberkahi bumi. Kapal nelayan bocor itu ternyata memberikan nasihat hidup yang banyak sekali‖ (Tere Liye, 2013:127).

Thomas, Opa Chan, Kadek, dan Maryam setidaknya bisa bernapas lega dengan istirahat di atas jet pribadi milik Lee sebelum pihak Interpol memproses, mencetak dan menyebarluaskan foto mereka berempat sebagai buronan internasional. Sementara itu, Thomas tak bisa duduk tenang. Sebagai konsultan politik yang akan mengahadiri konvensi partai besar ia harus menyiapakan segala

sesuatunya. Ia segera meminta telepon genggam dan menghubungi klien politiknya; seorang mantan walikota yang menjadi gubernur ibu kota (JD) dan kini akan menjadi kandidat calon presiden. Dari hasil percakapan, JD melarang Thomas untuk menghadiri konvensi partai tersebut dan berniat melaporkan telepon teror yang selama ini menghantuinya. Tapi menyerah dan mundur bukanlah tabiat seorang konsultan politik seperti Thomas. Ia memutuskan untuk terus maju dan mengirim signal serangan balik terhadap siapapun yang berencana menjatuhkan JD dan menggagalkan rencananya.

Sebelum menghadiri menghadiri konvensi partai, Thomas sudah menyuruh Maggie; sekretarisnya untuk menyiapkan pertemuan dengan mengundang wartawan dan redaktur media massa besar. Seperti biasa Maggie selalu bisa diandalkan, ia bahkan memilih ruang tunggu yang biasa digunakan pejabat sebelum bepergian sebagai tempat pertemuan/ meeting point. Setidaknya Thomas tidak membuang waktu menuju lokasi pertemuan.

Wartawan, redaktur, dan tidak ketinggalan pula seorang pengamat politik hadir dalam pertemuan tersebut. Riuh-riuh candaan dan rasa penasaran mereka memenuhi ruangan segera mendesak Thomas menyampaikan berita terbesar apa yang hendak ia sampaikan. Baru saja Thomas menyampaikan prolog, Maryam berbisik agar segera membuka isi sms yang diterima Thomas. Isi sms untuk segera mencari remote dan menyalakan televisi. Tdiak perlu lama untuk menyalakan televisi dan mencari saluran yang dimaksud. Karena seluruh saluran menyiarkan berita yang sama. Berita tentang siaran langsung penangkapan JD,

klien politik yang sangat dibanggakan Thomas. Berikut kutipan yang menjelaskan kejadian tersebut :

Data 8

―Aku menggigit bibir. Astaga! Klien politikku ditangkap? Apa tuduhan mereka? Ini jebakan seperti yang terjadi di Hong Kong tadi pagi. Aku mengusap rambut. Ini sebuah pertempuran. Ini bukan lagi intrik politik biasa. Serangan mereka datang laksana roket, ditembakkan berkali-kali untuk meruntuhkan pertahanan lawan (Tere Liye, 2013:134)

Data 9

―Pemirsa, dari lokasi penangkapan, kami mengabarkan bahwa pihak kepolisian menyatakan efektif hari ini JD dijadikan tersangka korupsi megaproyek tunnel raksasa selama menjadi gubernur ibu kota. seperti yang kita ketahui, nilai proyek yang digagas beberaoa tahun lalu itu dilaporkan 16 triliun, dan saat selesai pembangunannya setahun lalu membengkak menjadi 24 triliun karena perubahan spesifikasi terowongan raksasa dan alasan teknik lainnya. Pihak kepolisian akan melakukan pressconference nanti malam pukul sembilan, memberikan keterangan lengkap atas penangkapan yang amat mengejutkan ini (Tere Liye, 2013:134-135).

Data 10

― Dengan penangkapan ini JD dipastikan batal menghadiri pembukaan konvensi partai besar besok pagi di Denpasar, dan kami belum bisa memastikan apakah JD tetap menjadi kandidat calon presiden atau beliau terpaksa didiskualifikasikan karena kasus ini. Beberapa pengurus partai berwarna lembayung itu belum bisa memberikan konfirmasi, masih menunggu pertemuan terbatas antar partai untuk membahas hal ini, dan boleh jadi baru bisa diputuskan saat pembukaan konvensi besok pagi (Tere Liye, 2013:135).

Lidah Thomas peluh tak bisa mengucapkan apa-apa melihat siaran live penangkapan klien politiknya atas tuduhan korupsi. Para wartawan dan redaktur yang menghadiri pertemuan pun mengira hal penting inilah yang akan disampaikan Thomas, padahal Thomas pun kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Tapi ia tak habis ide, ia menyampaikan berbagai kemungkinan yang

terjadi perihal penangkapan JD sehari sebelum pembukaan konvensi partai besar di Denpasar. Hal ini terlihat dari kutipan berikut :

Data 11

―Kita semua tahu, tidak ada satu pun penyidik yang penah mengonfirmasi sedang menyelidiki kasus tersebut. Tidak ada kabar beritanya. Apa mereka bilang ? Korupsi megaproyek tunnel raksasa ibu kota? Omong kosong. Ayolah, apa kalian pernah mendengar selentingan ada tindak korupsi di proyek itu selama ini ? Nihil. Proyek itu dibiayai dana swasta dan dianggap salh satu proyek paling efektif mengurangi banjir di ibu kota sejak pembangunan kanal VOC seabad silam‖ (Tere Liye, 2013:137).

Data 12

―Kami tidak tahu, Sambas. Bahkan bisa kupastikan beliau juga sama sekali tidak tahu. Dua jam lalu saat bicara lewat telepon denganku, klien politik kami mencemaskan ada eskalasi besar-besaran dalam konvensi partai besok. Entah siapa yang melakukannya, apa tujuannya. Beliau meyakini ada yang sedang menggelaroperasi kilat, melakukan manuver politik tingkat tinggi, penuh intrik dan rekayasa (Tere Liye, 2013:138).

Data 13

―Dari ketiga fakta itu, siapa yang melakukan serangan politik ini?

Membunuh karakter klien kami? Jawabannya adalah kejadian ini jelas melibatkan konspirasi besar dari banyak pihak, orang-orang yang terganggu jika klien kami menjadi presiden. Aku akan menyebutnya dengan istilah mafia hukum. Ya, mafia adalah padanan kata terbaik untuk menjelaskan banyak hal. Merekalah yang melakukannya. Mereka bergerak dalam jaringan rahasia. Anggotanya petinggi banyak institusi, mulai dari penegak hukum itu sendiri, birokrat, legislatif, pengusaha, siapa pun yang merasa berkepentingan dengan hukum di negeri ini.

Politik hanya salah satu alat mereka. Hukum adalah bisnis besar mereka.

Kita tidak pernah tahu siapa saja anggota mafia ini, anggota persekongkolan raksasa yang ada di negeri ini. Klien politik kami jelas bukan korban pertama, dan juga bukan korban terakhir jika tidak ada yang berani menghentikan jaringan ini (Tere Liye, 2013:138).

Sesudah menyampaikan beberapa kemungkinan yang terjadi, Thomas menutup pertemuan dan segera bergegas meninggalkan bandara. Ia masih punya banyak hal untuk dikerjakan. Menyusun rencana sedemikian rupa untuk tetap

menghadiri konvensi partai besok. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengantar Opa Chan dan Kadek ke sebuah bangunan tua yang sulit ditebak oleh interpol agar mereka tak mudah tertangkap mengingat mereka adalah buronan.

Bangunan tua itu adalah tempat Thomas dulu mengeyam pendidikan, belajar hidup di tengah kesulitan, penderitaan, dan kisah masa lalu yang begitu menyedihkan. Pasalnya, Thomas kecil dulu berusia 10 tahun hanya seorang yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal dalam musibah kebakaran yang menimpa keluarganya. Musibah yang juga seperti direncanakan. Musibah yang dibuat-buat oleh penguasa yang mempunyai kepentingan. Hanya Opa Chan, Om Liem dan istri Liem yang tersisa. Bahkan Thomas dulu diduga sudah meninggal dalam musibah tersebut setelah akhirnya istri Om Liem mencari dan menemukannya di bangunan tua itu.

Bangunan tua itu menjadi tempat bagi Thomas mengerti hidup yang sebenarnya. Melakukan semua sendiri, bersosialisasi, bekerja dan belajar banyak hal. Tempat itu bsia dipastikan menjadi tempat yang aman setidaknya untuk dua hari ke depan. Thomas meninggalkan Opa Chan dan Kadek di bangunan tua itu.

Sementara Maryam memilih untuk ikut bersama Thomas. Gadis wartawan yang tadi tak mengerti situasi itu kini mulai pulih dan sadar dengan tekad yang kuat akan membantu Thomas memecahkan berbagai kasus yang menjadi pertanyaan besar di benaknya, pun demikian dengan para wartawan dan redaktur yang menghadiri pertemuan beberapa jam yang lalu.

Thomas kembali melajukan mobil Jeep miliknya menuju perusahaan konsultan miliknya. Mengecek pekerjaan penting tentang ―pola‖ atau jaringan

Dokumen terkait