• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Biografi

1. Biografi Muhammad Quraish Shihab

M. Quraish Shihab merupakan mufassir kontemporer asal Indonesia.Lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16 Februari 1944.Ayahnya yang bernama Abdurrahman Shihab merupakan seorang ulama dan guru besar dibidang tafsir.40Beliau dipandang sebagai seorang ulama, pengusaha, dan juga politikus. Kontribusinya dibidang pendidikan terbukti dari usahanya dalam membina dua perguruan tinggi di Ujung Pandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia (UMI), sebuah perguruan tinggi swasta tersebar di kawasan Indonesia bagian timur, dan IAIN Alauddin Ujung Pandang.41

Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, lalu Quraish Shihab melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang. Beliau juga menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Darul Hadis Al-Faqihiyyah. Lalu beliau melanjutkan pendidikannya di Kairo, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar.Beliau meraih gelar Lc. (S-1), pada tahun 1967 di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-Azhar. Lalu beliau melanjutkan pendidikan di fakultas yang sama, dan pada tahun 1969

40Zulfa Mustaqimah, “Nilai-NilaiParenting Islami Dalam Q.S An-Nisa Ayat 9 Telaah Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad QuraishShihab”, (Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2021), 58.

41Achmad Syauqi Alfanzari, “Mendidik Diri dan Keluarga (Kajian Tafsir Surah At-Tahrim, Perspektif Quraish Shihab), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2016), 26.

meraih gelar MA untuk spesialisasi di bidang tafsir Al-Qur‟an. Pada 1982 beliau meraih gelar Doktor dibidang ilmu-ilmu Al-Qur‟an dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan Tingkat Pertama (mumtaz ma‟a martabat al-syaraf al-„ula).42

Pada tahun 1984 Quraish Shihab kemali ke Indonesia, dan ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana di IAIN Syarif Hidayatullah (saat ini UIN Syarif Hidayatullah).43 Pada tahun 1992-1998, ia menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia pusat (1985-1998); anggota MPR-RI (1982-1987 dan 1987-2002); dan pada tahun 1998, beliau dipercaya untuk menjadi Menteri Agama RI.44

2. Karya-Karya Muhammad Quraish Shihab

Selain aktif di bidang akademik dan non-akademik, Quraish Shihab juga aktif dalam menulis, baik menulis di media masa maupun menulis buku. Sebagai cendekiawan muslim beliau juga sangat produktif dalam melahirkan karya-karya baru. beberapa karya-karya beliau, diantaranya:

a. Tafisr Al-Manar: Keistimewaan dan Kelemahannya.

b. Mahkota Tuntunan Ilahi: Tafsir Surat Al-Fatihah.

42M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1993), 29

43 Achmad Syauqi Alfanzari, “Mendidik Diri dan Keluarga (Kajian Tafsir Surah At-Tahrim, Perspektif Quraish Shihab), (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2016), 29.

44 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupaan Masyarakat, Ed. Ke-2, Cet. Ke-1, (Jakarta: Mizan, 2013), 7.

c. Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog Bebas Konflik.

d. Tafsir Al-Qur‟an Al-Karim: Tafsir Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu.

e. Fatwa-Fatwa Muhammad Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdhah.

f. Mu‟jizat Al-Qur‟an: Ditinjau Dari Aspek Kebebasan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib.

g. Lentera Hati: Kisah Dan Hikmah Kehidupan.

h. Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan Umat.

i. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat.

j. Sejarah dan „Ulumul Al-Qur‟an.

k. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an.45 3. Tafsir Al-Misbah

Dari segi bahasa, Al-Misbah berarti “lampu, pelita atau lentera”.Hal itu mengindikasikan bahwa makna kehidupan dan berbagai persoalan yang dihadapi oleh manusia dapat diterangi oleh cahaya Qur‟an.Quraish Shihab bercita-cita supaya Al-Qur‟an semakin membumi dan kandungannya dapat dipahami oleh para pembaca.46

45 Zaenal Arifin. “Karakteristik Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Al-Ifkar, 8, no.1 (Maret 2020), 9.

http://ejournal.kopertais4.or.id/mataram/index.php/ifkar/article/view/4063/2998

46 Mafri Amin dan Lilik Umi Katsum, Literatus Tafsir Indonesia, (Ciputat: LP. UIN Jakarta, 2011). 251.

Ada beberapa alasan yang disampaikan oleh Quraish Shihab kenapa Tafsir Al-Misbah ditulis, yaitu: pertama, memberikan langkah mudah bagi umat Islam dalam memahami isi kandungan aya-ayat Al-Qur‟an. Kedua, adanya kekeliruan umat muslim dalam memaknai fungsi Al-Qur‟an. Ketiga, adanya kekeliruan akademisi yang kurang bias memahami hal-hal ilmiah seputar ilmu Al-Qur‟an. Dan keempat, adanya dorongan dari umat Islam Indonesia yang menggugah hati dan membulatkan hati Quraish Shihab untuk menuliskan tafsirannya.47

Tafsir Al-Mîsbâh terdiri dari 15 jilid, jilid 1 terdiri dari Q.S Al-Fâtihah sampai Q.S Al-Baqarah, jilid 2 terdirii dari Q.S Ali Imrân sampai dengan Q.S An-Nisâ‟, jilid 3 terdiri dari Q.S Al-Mâidah, jilid 4 terdari dari Q.S Al-An‟âm, jilid 55 terdiri dari Q.S Al-A‟râf sampai dengan At-Taubah, jilid 6 terdiri dari Q.S Yunus sampai dengan Ar-Ra‟ad, jilid 7 terdiri dari Q.S Ibrahim samapai dengan Q.S Al-Isrâ‟, jilid 8 terdiri dari Q.S Al-Kahfi sampai dengan Q.S Al-Anbiyâ‟, Jilid 9 terdiri dari Q.S Al-Hajj sampai dengan Q.S Al-Furqân, jilid 10 terdiri dari Q.S Asy-syu‟arâ sampai dengan Al-Ankabût, jilid 11 terdiri dari Q.S Ar-Rûm sampai dengan Yâsîn, jilid 12 terdiri dari Q.S Ash-Shâffât sampai dengan Az-Zukhruf, jilid 13 terdirii dari Q.S Ad-Dukhân sampai dengan

47 Lufaefi, “Tafsir Al-Misbah: Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 21, no.1 (April 2019), 31.

https://jurnal.ar.raniry.ac.id/index.php/substantia/article/download/4474/pdf

Wâqi‟ah, jilid 14 terdiri dari Q.S Hadid sampaii dengan Al-Mursalât, jilid 15 terdiri dari Q.S terdiri dari juz „amma.48

a. Sumber tafsir

Dalam penulisan tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab mengambil dari beberapa penafsiran terdahulu untuk dijadikan rujukan.Selain mengambil rujukan dari mufassir sebelumnya, Quraish Shihab juga banyak mengambil riwayat-riwayat sebagai sumber penafsiran, baik rujukannya kembali ke ayat Al-Qur‟an itu sendiri, maupun hadis-hadis Nabi Saw. Beliau mengakui sendiri jika dalam penulisan tafsir Al-Misbah beliau mengambil rujukan dari beberapa pendapat ulama dan juga mufassir-mufassir sebelumnya. Quraish Shihab menyebutkan beberapa kitab tafsir yang dijadikan rujukan dalam kitab tafsir Al-Misbah volume 1, pada bagian “sekapur sirih” dan “pengantar”, kitab-kitab tersebut yaitu Fi Zhilal Al-Qur‟an Karya Sayyid Quthb, Tafsir Al-Qur‟an Al-Azhim karya Ibnu Katsir, Al-Kasyaf karya Az-Zamakhsyari, dan beberapa kitab lainnya.49

b. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan tafsir Al-Misbah yang dimaksud adalah rangkaian yang dipakai dalam penyajian tafsir, dan tafsir Al-Misbah menggunakan tartib mushafi, yaitu menafsirkan seluruh

48 Nur Chanifah dan Abu Samsudin, Pendidikan Karakter Islami: Karakter Ulul Albab di dalam Al-Qur‟an (Purwokerto: CV Pena Persada, 2019), 116

49Taufikurrahman, “Pendekatan Qurais Shihab dalma Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Al-Makrifat, 4, no. 1, (April 2019), 83.

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/makrifat/article/view/3302/2463

ayat Al-Qur‟an sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam mushaf.

Sebelum menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, Quraish Shihab terlebih dulu memberikan pengantar terhadap surat yang akan ditafsirkan.

Pegantar tersebut memuat beberapa penjelasan antara lain:

1) Penyebutan jumlah ayat dan penjelasan yang berkaitan dengan penamaan surat.

2) Nama surat dan nama-nama lain dari surat tersebut, serta alasan penamaannya.

3) Disebutkan tempat turun surat (Makkiyah atau Madaniyyah) 4) Nomor surat berdasarkan urutan mushaf dan urutan turunnya,

kadang disebutkan juga nama-nama surat sebelum atau sesudahnya.

5) Tema pokok atau tujuan surat danpendapat-pendapat ulama.

6) Disebutkan munasabah sebelum dan sesudahnya.

Fungsi dari penjelasan yang diberikan oleh Quraish Shihab pada pengantar setiap surat ialah memberikan kemudahan bagi para pembaca untuk bisa memahami poin-poin yang terkandung dalam surat tersebut.

Tahap selanjutnya yaitu membagi atau mengkelompokkan ayat-ayat daam suatu surat kedalam kelompok kecil yang terdiri atas beberapa ayat yang dianggap memiliki keterkaitan erat.

Selanjutnya memberikan penjelasan tentang arti kosakata dari kata pokok atau kata kunci yang terdapat dalam ayat tersebut. Lalu pada

akhir surat Quraish Shihab memberikan kesimpulan dari penjelasan ayat tersebut. Beliau juga mencantumkan kata wa Allah A‟lam ssebagai penutup uraian pada setiat surat.50

c. Metode Penafsiran

Dalam tafsir Al-Misbah Quraish Shihab memakai metode penafsiran tahlili, dalam tafsir Aal-Misbah diterangkan secara rinci mengenai beberapa hal yang terdapat dalam ayat yang ditaafsirkann, seperti asbabun Nuzul, munasabah, arti mufrodat, dan hal lainnya yang bersangkutan dengan ayat. Meskipun metode tahlili dianggap memiliki penjelasan yang lebar, namun bukan berarti dapat menyelesaikan satu pembahasan, karena suatu tema biasanya dijelaskan atau dilanjutkan uraiannya pada ayat-ayat lainnya.51

d. Corak

Corak penafsiran merupakan kecenderungan berfikir dari mufassir yang dapat mendominasi isi penafsiran. Quraish Shihab membagi corak tafsir menjadi enam, yaitu coral sastra budaya, filsafat dan teologi, penafsiran ilmiah, fiqh dan hukum, tasawuf, dan budaya kemasyarakatan.

Corak tafsir Al-Misbah mengarah kepada corak al-adabi al-ijtimâ‟i, yaitu merupakan corak penafsiran yang berkaitan dengan budaya kemasyarakatan. Hal ini Nampak dari keseluruhan

50Taufikurrahman, “Pendekatan Qurais Shihab dalma Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Al-Makrifat, 4, no. 1, (April 2019), 81

51Zaenal Arifin. “Karakteristik Tafsir Al-Misbah”, Jurnal Al-Ifkar, 8, no.1 (Maret 2020), 16.

jilid pada tafsir Al-Misbah yang penafsirannya mencoba mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari. 52 Al-Misbah merupakan tafsir di era modern, karena lebih relevan dengan keadaan masyarakat saat ini.53 Tafsir ini juga lebih mudah dipahami karena pembahasan yang lugas.

Dokumen terkait