BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
Setyosari (2013: 218) mengatakan bahwa penggunaan teknik analisis
data dalam penelitian hendaknya disesuaikan dengan rancangan penelitian,
disamping dengan pemilihan berdasarkan data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan
dua jenis yaitu teknik analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
1. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini bersumber dari hasil
wawancara dengan guru kelas V Sekolah Dasar. Wawancara ini bertujuan
untuk analisis kebutuhan. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif
sesuai dengan hasil wawancara yang telah diperoleh.
2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa skor penilaian perangkat tes hasil belajar
dari hasil validitas isi melalui expert judgement, validitas, reliabilitas dan
analisis butir soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
pengecoh. Peneliti menggunakan bantuan dari aplikasi TAP (Test Analysis
Program) (version 14.7.4) untuk menghitung data analisis butir soal.
Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Kuesioner
Data kuantitatif dari penelitian ini didapatkan dari skor dalam
guru kelas V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Kuesioner berisi 17
butir pernyataan dengan rentang skor 1-4.
Data kuantitatif yang diperoleh dari validasi ahli tersebut akan
dianalisis sebagai hasil dari validitas isi, dengan mengacu pada kriteria
penilaian dengan skala likert. Penggunaan skala likert dalam
penelitian ini menggunakan model empat pilihan (skala empat).
Hasil validasi praktisi kemudian dianalisis dan dikategorikan ke
dalam tabel berikut ini (Widoyoko, 2015: 69).
Tabel 3.4 Kriteria Skor Hasil Produk Pengembangan
Interval Tingkat Pencapaian Kategori 3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 < M ≤ 3,25 Baik 1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik
0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik Keterangan: M = rerata skor pada aspek yang dinilai.
Konversi kategori skor tersebut menjadi acuan untuk
mengetahui kualitas produk yang telah peneliti buat dan sebagai
pengkategorian skor yang diperoleh dari penilaian para praktisi (guru)
untuk mengetahui kelayakan soal tes hasil belajar untuk diujicobakan
atau tidak.
b. Tes
Data kuantitatif yang berasal dari dari hasil ujicoba produk
akan peneliti olah ke dalam aplikasi TAP (Test Analysis Program)
reliabilitas soal serta menganalisis daya pembeda, tingkat kesukaran,
dan analisis pengecoh.
1) Validitas
Analisis validitas butir soal pada penelitin bertujuan untuk
mengetahui valid atau tidaknya setiap butir soal.
Menurut Surapranata (2009: 61) untuk menghitung
validitas item dengan teknik point biserial yaitu sebagai
berikut:
rpbi =
Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi biserial
Mp : rerata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya
Mt : rerata skor total
St : standar deviasi dari skor total proporsi P : proporsi siswa yang menjawab benar
P :
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p )
Menurut Masidjo (1995: 209) interpretasi validitas dibagi
menjadi 5, yaitu:
Tabel 3.5Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Peneliti menentukan validitas dengan membandingkan
hasil rhitung soal dengan rtabel menggunakan signifikansi 5%
untuk N (jumlah siswa) = sebanyak 30 siswa adalah 0,361.
Hasil perhitungan tersebut digunakan peneliti dalam
menghitung uji validitas soal.
2) Reliabilitas
Sudjana (2010: 16) mengemukakan bahwa reliabilitas
adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilai. Pada penelitian ini uji reliabilitas yang digunakan
peneliti yaitu metode belah dua atau Split-half Method dengan
cara membelah pada pembelahan ganjil genap.
Langkah pertama dengan menggunakan rumus product
moment dengan angka kasar:
rxy=
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua
variabel yang dikorelasikan
Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown
sebagai berikut:
Keterangan:
2r ½ ½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = Korelasi reliabilitas yang sudah disesuaikan
Menurut Masidjo (1995: 209) kriteria reliabilitas dibagi
menjadi 5 yaitu:
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang
mencapai minimum 0,41 atau termasuk dalam kategori cukup.
3) Daya Pembeda
Arikunto (2012: 226) mengemukakan bahwa angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi yang disingkat D. Indeks diskriminasi (daya
pembeda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Rumus mencari
indeks diskriminasi adalah:
D =
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi daya pembeda
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kriteria daya
pembeda kategori baik dan baik sekali dengan koefisien
korelasi (0,41 – 0,70) atau dengan kategori “baik” dan koefisien korelasi (0,71 – 1,00) atau dengan kategori “baik
sekali”.
4) Tingkat Kesukaran
Arikunto (2012: 223) bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (diffculty
index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan
1,0. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal terlalu
sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya
terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P. Rumus indeks
kesukaran adalah:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.8Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai Kategori
0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah
Tingkat kesukaran pada tes hasil belajar yang dibuat
peneliti ini diharapkan sesuai kurva normal, yaitu 25%
“mudah”, 50% “sedang”, dan 25% “sukar”. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kategori tingkat kesukaran sukar sampai
dengan mudah dengan rentang nilai (0,00 – 1,00). 5) Analisis Pengecoh
Tes pilihan ganda menyediakan sejumlah pilihan jawaban.
Pilihan jawaban yang disediakan terdiri dari jawaban benar dan
jawaban salah. Jawaban benar disebut sebagai kunci jawaban
dan jawaban salah disebut sebagai pengecoh.
Pengecoh dikatakan jelek apabila tidak dipilih sama sekali
oleh peserta tes, terlalu menyolok dan menyesatkan.
Sebaliknya, pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila
pengecoh tersebut memiliki daya tarik yang besar bagi
pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau
Arikunto (2012: 234) mengemukakan bahwa distraktor atau
pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila
pengecoh dipilih paling sedikit 5% dari peserta tes. Dalam
menggunakan analisis pengecoh digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
IP = Indeks Pengecoh
P = jumlah peserta tes yang memilih pengecoh N = jumlah seluruh peserta tes
B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada setiap soal n = jumlah alternatif jawaban (opsi)
1 = bilangan tetap
Arifin (2009: 279) mengemukakan bahwa butir soal dapat
dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata oleh
peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang baik
apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata oleh peserta
66