• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mendalami tentang teori penggunaan dan pemerolehan bahasa pada anak-anak.

2. Menyeleksi atau menyaring data-data yang sehubungan dengan penelitian.

3. Mengidentifikasi penggunaan dan pemerolehan bahasa pada anak-anak.

32 A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dibahas bagaimana tuturan anak usia 2-5 tahun yang berbahasa ibu bahasa Indonesia yang berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya serta bagaimana pemerolehan dan penguasaan bahasa anak tersebut. Uraian ini menggambarkan analisis tindak tutur anak dan merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya Leech (dalam Novianti, E 20 Mei 2014.

hhtp//epirints.undip.ac.id)

Dalam mengumpulkan data penulis melakukan dengan cara langsung mengumpulkan data dengan berbicara sekaligus mencatat tuturan yang dituturkan dengan anak tersebut.

1. Hasil penelitian anak pertama yang berumur dua tahun tiga bulan. Nama lengkap anak tersebut adalah Salsbila atau biasa juga dipanggil Nabila yang dilahirkan pada 12 juni 2012. Nama ayah anak tersebut adalah Sariadi dan nama ibunya adalah Sumarni. Anak tersebut tinggal bersama-sama Ayah dan Ibunya sendiri, tetapi kalau siang ia diasuh oleh ibunya, karena ditinggal kerja oleh ayahnya. Pada waktu penulis melakukan penelitian, penulis berinteraksi dengan Nabila dengan beberapa percakapan meskipun cara berbicaranya belum terlalu dipahami karena nabila masih berumur dua tahun. Berikut bagian-bagian ketika penulis berbicara dengan nabila.

a. Sewaktu Nabila sedang bangun tidur siang Penulis : Hai.... Nabila baru bangun yah...

Nabila : Nabila hanya diam sambil menunjuk air yang ada digelas karena ia kehausan sesudah tidur.

Penulis : oh....Nabila mau minum???

Nabila : Ia hanya mengangguk

(Setelah perasaan Nabila kembali dengan wajah yang sudah ceria, ia sudah bisa diajak berkomunikasi dengan berbicara meskipun cara berbicaranya kurang lancar)

Penulis : Nabila mau makan???

Nabila : ia...

Penulis : Nabila mau makan apa???

Nabila : Ila au kan kuit (Nabila maukan biskuit) Penulis : Oh... Nabila mau makan biskuit Nabila : (Nabila hanya mengangguk)

b. Ketika Nabila sedang ingin bermain dengan penulis, karena yang ditemani Nabila lebih tua darinya, maka Nabila memanggilnya dengan sebutan kakak dan diajarkan kepada orang tuanya untuk berbicara yang sopan santun kepada yang lebih tua darinya. Ia sedang ingin memperlihatkan maianannya terhadap penulis tersebut.

Nabila : (cara Nabila mengajak penulis untuk bermain adalah dengan menarik-narik tangan si penulis sambil memperlihatkan

mainannya kepada penulis tesebut sambil berkata) akak...ita ain oneka yuk...(kakak kita main boneka yuk...)

Kakak : (Sang kakakpun mengerti bahwa Nabila ingin mengajaknya bermain) Oh... Nabila mau main boneka..???

Nabila : (ia ketawa sambil mengannguk) Kakak : Ayo...Wah...boneka Nabila cantik...

Dari beberapa contoh percakapan di atas dapat dijelaskan bahwa pengambilan giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi. Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Nabila dengan peneliti. Hal ini disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Nabila dengan peneliti. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Nabila hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti tadi.

Cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Nabila dalam bertutur hanya menjawab pertanyan dengan menggunakan jari telunjuk. Tetapi Jumlah ujaran-ujaran yang diucapkan sangat pendek dan sangat sederhana.

Akan tetapi dia belum dapat memahami semua ujaran yang kita sebutkan terhadapnya. Dan untuk meminta sesuatu pun dia tidak berbicara melainkan dia hanya menunjuk apa atau benda apa yang ia inginkan tersebut. Hal ini

disebabkan karena bahasa pertama yang anak kuasai adalah bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembelajar.

2. Hasil penelitian anak kedua yang berumur tiga tahun lima bulan. Nama lengkap anak tersebut adalah A. Ikhsan Nganro atau biasa juga dipanggil Ikhsan yang dilahirkan pada 27 Mei 2011. Nama ayah anak tersebut adalah A. Baharuddin dan nama ibunya adalah Sukma Wati. Anak tersebut tinggal bersama-sama Ayah dan Ibunya sendiri, karena kedua orang tuanya sibuk maka orang tuanya memutuskan untuk memasukkannya kesekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berhubung tempat tinggalnya dekat dari sekolah. Ketika pulang dari sekolah anak tersebut dijemput oleh ayahnya dari sekolah karena kantor yang ditempati bekerja oleh ayahnya tidak terlalu jauh dari sekolah. Pada waktu penulis melakukan penelitian, penulis merekam sewaktu ia berinteraksi dengan kedua orang tuanya dengan beberapa percakapan. Karena berumur tiga tahun ia sudah bisa diajak berbicara dan agak mudah dipahami. Berikut bagian-bagian ketika penulis mengambil rekaman ketika Ikhsan berbicara dengan kedua orang tuanya.

a. Sewaktu ibu berbicara kepada anaknya, yaitu Ikhsan dengan memberitahukan bahwa bapaknya ingin pergi ke mesjid.

Ibu : Ikhsan bapakmu mau ke mesjid.

Ikhsan : (Ikhsan bertanya) bapak mau se mejjid??? (bapak mau ke mesjid)

(Ibu mengulang ucapannya lagi karena ingin mengajarkan kepada anaknya dengan cara berbicara yang baik)

Ibu : Ke mesjid

Ikhsan : (Ikhsan mengulang kata-kata tersebut dengan ucapan yang sama dan tidak mampu mengucapakan kata-kata seperti ibunya). Kemudian ibunya bertanya lagi.

Ibu : Bapaknya naik apa kemesjid??

Ikhsan : Naik botor (naik motor) Ibu : Oh...naik motor

(Tiba-tiba bapak Ikhsan datang dan mengajak Ikhsan berbicara dan menayakan apa yang dilakukan ketika Ikhsan di sekolah)

Bapak : Ikhsan di sekolah ngapain??

Ikhsan : (Ikhsan menjawab pertanyaan bapanya bukan jawaban yang sebenarnya, sehingga bapaknya bertanya ulang)

Bapak : Ikhsan belajar tidak di sekolah??

Ikhsan : Ikhsan belajar papa...

Ayah : Ikhsan belajar apa??

Ikhsan : Ikhsan toret-toret

Bapak : Oh...Ikhsan belajar coret-coret (yang dimaksud dengan coret-coret disini adalah membuat garis-garis)

(Sambil percakapan antara anak dan orang tua berlangsung bapak Ikhsan mengajak Ikhsan untuk bernyanyi dengan lagu potong bebek angsa sambil diikuti oeh ayah dan ibunya. Setiap akhir kalimat dari lagu tersebut Ihksan menyambung lagu tersebut. Hanya sepenggal-penggal

kalimat saja yang ia mampu ucapkann itupun tidak terlalu jelas kalimat yang diucapkannya).

Dari beberapa contoh percakapan di atasa bahwa pengambilan giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi.

Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Ikhsan dengan orang tua. Hal ini disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Ikhsan dengan orang tua. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Ikhsan hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh orang tuanya.

Dan respon yang diberikan Ikhsan dalam percakapan tersebut kurang begitu aktif. Dari cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Ikhsan dalam bertutur hanya menjawab pertanyan dari lawan tutur. Dari jawaban-jawaban yang dituturkan tersebut sangat jelas bahwa Ikhsan sudah mampu merespon pertanyaan dengan baik, meskipun jawaban yang diberikan hanya sepenggal kata saja. Dalam wacana di atas, jelas bahwa Ikhsan mengucapkan kata-kata yang terpenggal. Jadi, dapat disimpulkan anak usia tiga tahun sebenarnya sudah bisa berkomunikasi, meskispun secara terbatas.

3. Hasil penelitian anak ketiga yang berumur empat tahun enam bulan. Nama lengkap anak tersebut adalah Muhammad Akson atau biasa juga dipanggil Akson yang dilahirkan pada 8 Maret 2010. Nama ayah anak tersebut adalah Muhammad Basri dan nama ibunya adalah Mardiana. Anak tersebut tinggal bersama-sama Ayah dan Ibunya sendiri. Karena kedua orang tuanya sibuk,

maka orang tuanya memutuskan untuk memasukkannya kesekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berhubung tempat tinggalnya dekat

dari sekolah. Ketika pulang dari sekolah anak tersebut dijemput oleh neneknya. Pada waktu penulis melakukan penelitian, penulis merekam sewaktu ia berinteraksi dengan guru yang ada di sekolah Akson belajar.

Karena berumur empat tahun ia lebih mudah diajak untuk berbicara dan lebih mudah juga dipahami. Berikut bagian-bagian ketika penulis mengambil rekaman ketika Akson berbicara dengan guru yang ada di sekolahnya.

a. Percakapan ini berlangsung ketika akson berada dalam sekolah ketika ia ditanya tentang keluarganya.

Guru : Bapaknya kerja dimana??

Akson : Di Soppeng

Guru : Bapaknya kerja apa?

Akson : Kerja motor

Guru : Kalau mama kerja dimana??

Akson : Di sekolah

Guru : mamanya sekang dimana?

Akson : Di Makssar

Guru : Oh...mama di Makssar, berapa hari mama di Makssar??

Akson : Lima hari

Guru : Dengan siapa di rumah Akson : Sama bapakku

Guru : Sama siapa lagi??

Akson : Sama kakakku dan adekku

Dari beberapa contoh percakapan di atas bahwa pengambilan giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi.

Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Akson dengan gurunya. Hal ini disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Akson dengan gurunya. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Akson hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh gurunya tersebut. Dan respon yang diberikan Akson dalam percakapan tersebut kurang begitu aktif. Dari cuplikan wacana di atas membuktikan bahwa Akson dalam bertutur hanya menjawab pertanyan dari lawan tutur. Dari jawaban-jawaban yang dituturkan tersebut sangat jelas bahwa Akson sudah mampu merespon pertanyaan dengan baik. Dalam wacana di atas, jelas bahwa Akson mengucapkan kata-kata yang terpenggal. Jadi, dapat disimpulkan anak usia

empat tahun sebenarnya sudah bisa berkomunikasi, meskipun cara berkomunikasinya hanya menjawab pertanyaan dari lawan tuturnya.

4. Hasil penelitian anak keempat yang berumur lima tahun empat bulan. Nama lengkap anak tersebut adalah Aufa Hafizah atau biasa juga dipanggil Aufa yang dilahirkan pada 21 Mei 2009. Nama ayah anak tersebut adalah Jamaluddin dan nama ibunya adalah Muliani. Anak tersebut tinggal bersama-sama dengan Ayah dan Ibunya sendiri, tetapi kalau siang ia diasuh oleh ibunya saja, karena ditinggal kerja oleh ayahnya. Anak tersebut dilahirkan pada 21 Mei 2009 anak tersebut berumur lima tahun enam bulan.

Nama lengkap anak tersebut Aufa Hafizah dalam pergaulan dilingkungan sekitarnya ia sudah dimasukkan sekolah taman kanak-kanak (TK). Pada waktu penulis melakukan penelitian, penulis hanya mencatat sewaktu berinteraksi Aufa dengan ibunya. Karena berumur lima tahun ia lebih mudah diajak untuk berbicara dan lebih mudah juga dipahami. Berikut bagian-bagian ketika penulis mencatat hasil interaksi antara Aufa dengan ibunya yang berada di pasar tempat penjual baju.

a. Sewaktu Aufa berada di pasar bersama ibunya dan ia minta untuk dibelikan baju tidur. Aufa memanggil nama ibunya dengan sebutan mama

Aufa : (dengan wajah ceria Aufa memanggil mamanya untuk dibelikan baju tidur tersebut dengan suara yang lantang dan gaya berbicara yang khas) mama...mama... saya mau beli baju tidur ini...

Mama : (Mama Aufa langsung menjawab dan mengulang pertanyaan anaknya) kamu mau beli baju tidur itu???

Aufa : Ia saya mau beli baju tidur ini...!

Mama : (Mamanya Aufa menjawab lagi) tidak usahmi kamu beli baju tidur itu... bajumu kan sudah banyak, yang lainmi saja nanti mubeli.

(Karena Aufa sudah berumur lima tahun ia sudah bisa diajak kompromi dan mendengar omongan mamanya Aufa mengalah dan meniggalkan tempat penjual baju tersebut).

Aufa : (Sambil Aufa berjalan meninggalkan penjual baju tersebut, tiba-tiba Aufa mencium bau yang tidak enak dan langsung barkata) hmm...bau...(akhirnya semua orang tertawa mendengar celotehannya pada waktu ia berbicara)

Dari beberapa contoh percakapan di atasa bahwa pengambilan giliran (turn taking) merupakan satu strategi yang penting dalam suatu komunikasi khususnya dalam komunikasi dua hal. Dengan adanya strategi ini, suatu tuturan dapat berjalan dengan lancar dan teratur menurut prinsip-prinsip komunikasi.

Dalam kajian ini, didapat bahwa ujaran setiap giliran untuk subjek kajian, Aufa dengan peneliti. Hal ini disebabkan observasi yang dilakukan itu lebih merupakan tuturan yang berupa soal jawab antara Aufa dengan si peneliti. Oleh karena itu, dalam percakapan tersebut, Aufa hanya berperan untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh peneliti tersebut. Dan

respon yang diberikan Aufa dalam percakapan tersebut dapat dikatakan aktif dalam menjawab pertanyaan. Dari jawaban-jawaban yang dituturkan tersebut sangat jelas bahwa Aufa sudah mampu merespon pertanyaan dengan baik. Dalam wacana di atas, jelas bahwa Aufa sudah lancar berkomunikasi dengan lawan tuturnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak usia lima tahun dikatakan sudah lancar berkomunikasi dan dapat dipahami dengan baik ucapan-ucapan yang dikeluarkannya itu.

B. Pembahasan

Penelitian tentang tuturan anak usia 2-5 tahun yang berbaasa ibu bahasa Indonesia (jenis-jenis tindak tutur anak). Hal ini menujukkan bahwa ada berbagai macam faktor yang menyertai proses komunikasi. Diantaranya adalah situasi percakapan, objek yang dibicarakan, dan individu pemakai bahasa yang terlibat, kurang mampu melihat kesesuaian dan ketepatan pemakaian kosakata dalam percakapan.

Dalam bertutur pada umumnya mengucapkan kata-kata secara terpenggal. Serta penguasaan bahasa yang dikuasai anak diperoleh melalui tahapan-tahapan tertentu. Anak umur dua tahun dikatakan belum mampu berkomunikasi dan menyusun kalimat karena ketika menginginkan sesuatu ia hanya meggerakkan tangan.

Sedangkan anak umur tiga tahun dapat dikatakan ia sudah mampu menyusun kalimat, meskipun kalimat yang digunakan itu masih secara terpenggal. Begitupun dengan anak usia empat tahun dalam bertutur dikatakan sudah mampu karena ketika menjawab pertanyaan dari lawan tuturnya ia sudah

mampu menjawabnya. Lain halnya dengan anak usia lima tahun karena dengan usia lima tahun proses pemerolehan bahasanya itu sudah mendekati dengan kesempurnaan dalam mengucapkan kata-kata. Dengan kata lain anak usia lima tahun mampu berkomunikasi dengan lawan tuturnya bahkan hampir mencapai kesempurnaan dalam berbicara. Oleh karena itu, faktor lingkungan sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak.

44

Dari uraian tentang tuturan anak usia 2-5 tahun yang berbahasa ibu bahasa Indonesia dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut. Pemerolehan bahasa merupakan satu proses perkembangan bahasa manusia. Lazimnya pemerolehan bahasa pertama dikaitkan dengan perkembangan bahasa anak-anak manak-anakala pemerolehan bahasa kedua bertumpu kepada perkembangan bahasa orang dewasa.

Kata-kata yang pertama diperolehnya tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemberian. Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya. Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan proses perkembangan tindak tutur anak.

B. Saran

Penelitian ini bukan merupakan hasil yang sempurna. Hal ini disebabkan keterbatasan dan wawasan peneliti dalam mendeskripsikan dan membahas permasalahan dalam penelitian. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut. Adapun saran-saran perbaikan yang dapat kami berikan untuk melengkapi keilmuan kebahasaan anak khususnya pada penelitian pemerolehan tindak tutur pada anak usia 2-5 tahun, yaitu orang tua harus mampu memberikan input bahasa yang baik kepada anaknya, karena anak umur 2-5 sangat peka dalam menirukan kata-kata yang didengarnya.

46

Dokumen terkait