• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam

2.1.3.1. Pembibitan a. Persyaratan Bibit

Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit. Bibit yang biasa digunakan untuk budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif. Kelebihan bibit dari biji adalah mempunyai sistem perakaran yang baik. Akar tunggang yang dimilikinya memungkinkan tanaman berumur lebih panjang karena kemampuan menyerap hara juga lebih baik. Kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mulai berproduksi. Kelebihan bibit cangkokan adalah sifatnya tidak menyimpang dari induknya, lebih cepat berbuah, bentuk pohonnya lebih bagus, banyak pohon sehingga tampak lebih rimbun, dan tidak meninggi. Kelebihan bibit okulasi terletak pada perakaran yang kuat karena mempunyai akar tunggang. Kekurangan bibit okulasi lebih lambat menghasilkan buah dibanding bibit cangkokan. Kelebihan bibit stek diantaranya sifatnya sama dengan induk dan cepat berproduksi tergantung bahan seteknya. Kekurangan, mudah mati ketika disemaikan.

b. Teknik Penyemaian Bibit a. Cara generative

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

b. Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/ rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo Citrange.

2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam

Sistem penanaman ada bermacam-macam, di antaranya yaitu empat persegi panjang, bujur sangkar, segi tiga sama kaki, segi tiga sama sisi, belah ketupat atau heksagonal, dan diagonal seperti cara bujur sangkar, tetapi perpotongan diagonal

di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.

2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi kapur Dolomit.

b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.

c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.1.3.4 Penanaman

Penanaman sebaiknya dilakukan pada waktu permulaan musim hujan supaya tidak ada kesulitan dalam penyiraman. Pada waktu permulaan penanaman memerlukan banyak air, jangan sampai kekeringan. Bibit yang ditanam bisa sistem stump,

cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :

a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang.

b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

d. Untuk menghindari kekeringan dan tumbuhnya gulma, di sekitar tanaman diberi mulsa, yaitu penutup tanah dari jerami, daun bambu, daun kelapa, daun alang-alang atau lainnya. Selain untuk mencegah kekeringan juga mengurangi

kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti : a. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang (Pracaya, 2003).

Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994). b. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).

c. Penyiangan

Bila tumbuh gulma segera disiang, supaya tidak banyak unsur hara tanah yang terambil. Bila gulma berupa teki atau alang-alang ambillah umbi dan akar

rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).

d. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya, 2003).

e. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003). 2.1.3.6 Pemupukan

Tanaman jeruk pada umumnya menyukai tanah yang gembur, yakni tanah yang mengandung banyak humus, sirkulasi udara bagus, mudah memperoleh O2, kaya akan bahan organik dan permukaan tanahnya agak dalam. Humus sangat dibutuhkan tanaman, sebab di samping dapat mengatur kadar air dalam tanah dan menampungnya, humus juga menahan zat-zat organik lainnya yang tidak mudah ikut larut aliran air. Di samping itu, humus dibutuhkan untuk media pertumbuhan mycorrhiza. Mycorrhiza yang bagi tanaman jeruk merupakan simbiosis

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Untuk tanaman yang belum berbuah, pemupukan dilakukan dua kali setahun pada awal dan akhir musim hujan, masing-masing setengah dosis yang ditentukan. Sedang untuk tanaman yang sudah berbuah, pemupukan dilakukan tiga kali setahun. Pemupukan pertama dilakukan sebelum bunga muncul, sebanyak 2/5

bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.

2.1.3.7Hama dan Penyakit

Penyakit dapat menyerang pada seluruh bagian tanaman jeruk : akar, batang, cabang, ranting, daun, bunga, pucuk-pucuk daun dan buah. Pada setiap areal kebun, tingkat serangan penyakit tanaman jeruk berbeda-beda. Keadaan iklim, kesuburan tanaman, kebersihan dan sinar matahari mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangbiakan penyakit. Perkembangan penyakit harus dicegah sedini mungkin. Jenis-jenis penyakit yang sering menyerang kebun jeruk dapat dibedakan menjadi beberapa golongan, yakni Penyakit yang disebabkan oleh

jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala -gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit, petani harus mengetahui cara mengendalikan penyakit dan cara-cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994).

2.1.3.8Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk Siam

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :

 Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau agak kekuningan.

 Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

 Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah tidak berbunyi nyaring lagi.

 Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

 Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :

 jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

 Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.

 Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan kulitnya tidak rusak.

 Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga, agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.  Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini

dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor. b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

 Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.

 Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.  Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya

menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.  Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan

selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.

 Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

Dokumen terkait