• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo)"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM

(Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)

(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Karo)

Oleh :

MELKI PRANDOA

100304112

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Melki Prandoa Linggga (100304112) dengan judul skripsi Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk). Studi Kasus: Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah, untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling dengan jumlah sampel sebayak 60 petani. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi jeruk siam di Kecamatan Tigapanah mulai tahun 2010–2013 mengalami penurunan yang signifikan. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. (3) Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (4) Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (5) Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan. Kata Kunci : Analisis usahatani jeruk siam, jeruk siam baru menghasilkan, jeruk

(3)

RIWAYAT HIDUP

Melki Prandoa linggalahir di kota Kabanjahe pada tanggal 29 April 1993, sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara, seorang putra dari Ayahanda Dison Lingga dan Ibunda Riahati Br Ginting Munthe.

Jenjang Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Negeri 040532 Kubu Simbelang, masuk tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Santa Maria Kabanjahe, masuk tahun 2004 dan lulus tahun 2007.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabanjahe, masuk tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 masuk di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada Agustus 2014 di Desa Dogang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk

siam”. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada Penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda tercinta Dison Lingga dan Ibunda Riahati Br Ginting Munthe yang telah memberikan doa dan begitu penuh perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Kakanda Surianta Br Lingga dan Keluarga, Diana Br lingga dan Keluarga Rasaku Margaretta Br Lingga dan Keluarga, Evi Wihardi Br lingga dan Keluarga, Veronika Br Lingga dan Keluarga serta Justri Felesia Br Lingga yang selalu memotivasi dan memberi dukungan serta mendoakan penulis. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE selaku ketua komisi pembimbing

(5)

4. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Dosen Penguji yang telah memberikan pernyataan dan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah membimbing dan memberikan pengetahuan selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian. 8. Masyarakat Desa Kubu Simbelang yang telah memberikan informasi yang di

butuhkan penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan stambuk 2010 Program Studi Agribisnis yang selalu saling membantu dan sama-sama berjuang di Fakultas Pertanian . 10.Turang Senina anggota IMKA MBUAH PAGE FP USU yang telah banyak

membantu dan mendaoakan penulis dalam penyelesaian skipsi ini.

11.Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan penyusunan skripsi ini.

(6)

semoga dapat menambah pengetahuan pembaca. Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2015

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Keaslian Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

,

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 10

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk ... 10

2.1.2 Botani Jeruk Siam ... 13

2.1.3 Tekni Budidaya Jeruk Siam... 15

2.2 Landasan Teori ... 26

2.3 Penelitian Terdahulu ... 32

2.4 Kerangka Pemikiran ... 38

(8)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 42

3.2 Metode Penelitian Sampel ... 43

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.4 Metode Analisis Data ... 44

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 50

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi daerag penelitian ... 53

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 53

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 56

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 59

4.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perkembangan Usahatani Jeruk Siam di Desa Kubu Simbelang ... 62

5.2 Perbedaan Karakteristik Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 63

5.3 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Mengahsilkan dan Yang Sudah Lama Mengahsilkan ... 71

5.3.1 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan ... 71

5.3.2 Perbedaan Pengaruh Input Terhadap Output Usahatani Jeruk Siam Yang sudah Lama Menghasilkan... 74

5.4 Perbedaan Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 77

5.5 Perbedaan Kelayakan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 80

(9)

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah – Buahan

Menurut Jenis Tanaman di Sumatra Utara Tahun 2010 ... 3

1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012... 5

3.1 Data Pertanaman Komoditi Jeruk Siam Tahun 2010 Kabupaten Karo... 42

3.2 Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian... 44

4.1 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Jenis Kelamin... 56

4.2 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Agama ... 57

4.3 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Pekerjaan ... 57

4.4 Distribusi Penduduk Desa Kubu Simbelang Berdasarkan Pendidikan... 58

4.5 Sarana dan Prasarana di Desa Kubu Simbelang... 59

4.6 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam di Desa Kubu Simbelang ... 60

5.1 Jumlah Produksi Jeruk Siam Desa Kubusimbelang... 62

5.2 Komposisi Umur Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 63

5.3 Uji Mann Whitney Terhadap Umur Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 64

5.4 Komposisi Pengalaman Petani Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 65

5.5 Uji Mann Whitney Terhadap Pengalaman Bertani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 66

5.6 Komposisi Tingkat Pendidikan Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 67

(11)

5.8 Komposisi Luas Lahan Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 68 5.9 Uji Mann Whitney Terhadap Luas Lahan Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan ... 69 5.10 Komposisi Jumlah Tanggungan Petani Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 70 5.11 Uji Mann Whitney Terhadap Luas Lahan Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 71 5.12 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang

Baru Menghasilakan... 72 5.13 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang

Sudah Lama Menghasilkan... 75 5.14 Perbedaan Rataan Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru

Menghasilkan dan Sudah Lama Menghasilkan... 77 5.15 Uji Mann Whitney Perbedaan Nilai Pendapatan Usahatani Jeruk Siam

Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan... 78 5.16 NilaiB/C, NPV dan IRR Kelayakan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk

Siam ... 39

2.2 Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output ... 40

4.1 Peta Kecamatan Tigapanah ... 54

4.2 Peta Desa Kubu Simbelang ... 55

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 2 Karakteristik Sampel Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

3 Distribusi Biaya Bibit usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 4 Distribusi Biaya Bibit Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

5 Distribusi Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 6 Distribusi Biaya Pupuk Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

7 Distribusi Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan 8 Distribusi Biaya Pestisida Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama

Menghasilkan

9 Distribusi Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

10 Distribusi Upah Tenaga Kerja Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan

11 Nilai Penyusutan Investasi Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

12 Nilai Penyusutan Investasi Usahatani Jeruk Siam Yang sudah Lama Menghasilkan

13 Pajak Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

14 Pajak Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 15 Biaya Produksi Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

16 Biaya Produksi Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 17 Penerimaan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

18 Penerimaan Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilkan 19 Pendapatan Petani Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan

(14)

21 Hasil Uji Mann Whitney Terhadap Karakteristik Petani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan

22 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilakan

23 Pengaruh Input Terhadap Output Dalam Usahatani Jeruk Siam Yang Sudah Lama Menghasilakan

24 Hasil Uji Mann -Whitney Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Yang Baru Menghasilkan dan Yang Sudah Lama Menghasilkan

25 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Baru Menghasilkan

26 Analisis Kelayakan IRR (Internal Rate Of Return) Usahatani Jeruk Siam Sudah Lama Menghasilkan

(15)

ABSTRAK

Melki Prandoa Linggga (100304112) dengan judul skripsi Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk). Studi Kasus: Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr. Ir. Meneth Ginting, MADE sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. H. Hasman Hasyim M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah Kecamatan Tigapanah, untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian, untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

Metode penelitian pengambilan sampel yang digunakan adalah metode stratified random sampling dengan jumlah sampel sebayak 60 petani. Data yang digunakan data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif, metode analisis usahatani, analisis regresi linier berganda, metode analisis U Mann Whitney, dan metode analisis kelayakan IRR (Internal Rate of Return), B/C (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi jeruk siam di Kecamatan Tigapanah mulai tahun 2010–2013 mengalami penurunan yang signifikan. (2) Terdapat perbedaan karakteristik antara petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan yaitu pada umur petani dan pengalaman usahatani. (3) Terdapat perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (4) Terdapat perbedaan pendapatan antara petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. (5) Usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan layak untuk diusahakan. Kata Kunci : Analisis usahatani jeruk siam, jeruk siam baru menghasilkan, jeruk

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989).

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian (Husodo, 2004).

Keanekaragaman sumber genetik buah-buahan tropik yang tumbuh tersebar di berbagai wilayah di Indonesia merupakan harta karun yang tak ternilai harganya. Namun harta itu masih belum banyak dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Beberapa jenis buah-buahan yang telah dimanfaatkan sebagai tambahan sumber penghasilan belum dapat memenuhi harapan. Komoditi ini masih kalah menghadapi tantangan pasar sehingga belum mampu mencukupi kebutuhan pasar sesui dengan kebutuhan konsumen (Sunarjono, 2013).

(17)

panjang atau tahunan. Namun hal ini dapat diatasi dengan membekali para petani tata laksana pemeliharaan yang benar sehingga bisa meningkatkan produksi tanaman buah dan kualitas produk buah (Budianto, 2014).

Pada umumnya, isi kebun di Indonesia berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan tanaman penghasil rempah. Sementara itu di negara-negara maju budidaya tanaman hortikultura sudah merupakan suatu usahatani berpola komersial, yakni diusahakan secara monokultur di ladang produksi yang luas, misalnya perkebunan apel, anggur, tomat, dan pear di Amerika, perkebunan mangga dan kelengkeng di Queensland Australia, serta perkebunan tomat hidroponik di New Zealand (Zulkarnain, 2010).

Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), dan Medan (Sumatera Utara). Produktivitas tanaman jeruk pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas yang diusahakan oleh tanaman hortikultura lainnya seperti markisa, terung belanda, pisang, pepaya dan tanaman lainnya (Soerojo, 1991).

(18)

Berikut data luas panen, produksi dan Produktivitas tanaman buah-buahan (Tabel 1.1) menurut jenis tanaman tahun 2010 di Sumatera Utara.

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah - Buahan Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2010

No. Jenis Tanaman Tanaman Yang

Menghasilkan (pohon)

Sumber : BPS sumut, 2011

(19)

Tanaman ini memiliki rata-rata pertumbuhan produksi sebesar 5,96 persen per tahun selama tahun 2005 hingga tahun 2010.

Dari tahun ke tahun peningkatan areal tanaman jeruk diikuti dengan peningkatan areal panen dan produksi, namun kualitas buah yang dihasilkan masih beragam, terutama bila dibandingkan dengan jeruk impor, sehingga hal ini mempengaruhi besarnya penawaran (Indiyawati, 1991).

Jeruk memiliki prospek dan potensi pasar yang sangat baik di dalam maupun di luar negeri, maka pengusahaan komoditas tersebut memerlukan peningkatan pada tanaman baik kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas. Komoditi buah-buahan di Kabupaten Karo termasuk komoditi unggulan. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varietas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah washington, sunkist, padang, siam madu, dan sebagainya. Selain jeruk, Kabupaten Karo juga menghasilkan buah-buahan lain seperti mangga, alpokat, pisang dan markisa (BPS Kabupaten Karo, 2011).

Berikut data tanaman menghasilkan, luas panen, produktivitas, dan produksi jeruk siam (Tabel 1.2) menurut kabupaten/kota Tahun 2012 di Sumatera Utara :

Tabel 1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012

No. Kabupaten/Kota Tanaman Menghasilkan

(Pohon)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1. Nias 3.162 7,9 152,44 120,5

2. Madina 63.600 159 550,43 8.751,90

3. Tap. Selatan 25.401 63,5 1.021,25 6.485,20

4. Tap. Tengah 16.418 41 100,55 412,7

5. Tap. Utara 95.715 239,3 573,67 13.727,30

(20)

7. Lab.Batu 4.041 10,1 315,57 318,8

8. Asahan 910 2,3 429,01 97,6

9. Simalungun 158.718 396,8 1.288,43 51.124,30

10. Dairi 111.728 279,3 519,69 14.516,00

11. Karo 2.790.640 6.976,60 358,52 250.126,9

12. D.Serdang 11.497 28,7 196,78 565,3

13. Langkat 28 0,1 328,57 2,3

14. Nias Selatan 1.490 3,7 118,93 44,3

15. H. Hasundutan 22.695 56,7 262,26 1.488,00 16. Pakpak Bharat 37.380 93,5 171,79 1.605,40

17. Samosir 800 2 105 21

18. Serdang Bedagai 784 2 218,88 42,9

19. Batu Bara 23 0,1 243,48 1,4

20. Palutan 2.288 5,7 137,24 78,5

21. Padang Lawas 982 2,5 313,65 77

22. Nias Utara 100 0,3 240 6

23. Nias Barat 233 0,6 111,59 6,5

24. Tj. Balai 5 0 160 0,2

25. Tebing Tinggi 40 0,1 430 4,3

26. Medan 392 1 115,31 11,3

27. Binjai 206 0,5 165,05 8,5

28. P. Sidempuan 3.117 7,8 124,99 97,4

29. Gn. Sitoli 1.478 3,7 241,41 89,2

J u m l a h 3.165.047 7.912,60 442,78 350.353,5

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2013

Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa produksi jeruk siam di Kabupaten Karo pada tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan produksi jeruk siam di kabupaten lainnya. Produksi jeruk siam di Kabupaten Karo sebesar 250.126,9 ton dan produktivitas sebesar 358,52 kw/ha dengan tanaman menghasilkan 2.790.640 pohon. Daerah sentra produksi jeruk siam di Sumatra Utara berada di Kabupaten Karo.

(21)

Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka menjadi satu hal yang menarik untuk menganalisis usahatani jeruk siam di daerah Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan usahatani jeruk siam 5 tahun terakhir di daerah penelitian ?

2. Bagaimana Perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

3. Bagaimana perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

4. Bagaimana perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian ? 5. Bagaimana perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru

menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini yaitu :

(22)

2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik petani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui perbandingan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama lama menghasilkan di daerah penelitian .

5. Untuk menganalisis perbandingan tingkat kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

1.4 Kegunan Penelitian

Ada pun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam melakukan usahatani jeruk.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani jeruk.

3. Sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan jeruk

1.5 Keaslian Penelitian

1. Model peneliian : dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda

(23)

bantu spss 16 dan analis usahatani serta kelayakan yaitu Net B/C, NPV, IRR.

2. Variabel penelitian : penelitian ini menggunakan satu varibabel terikat yaitu pendapatan dan 5 variabel bebas yaitu biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan peralatan.

3. Jumlah observasi/sampel : penelitian ini menggunakan sampel sebesar 60 petani,

dan dibagi menjadi dua kriteria yaitu 30 orang untuk petani yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 14 tahun dan 30 orang untuk petani yang

sudah lama menghasilkan dengan umur tanaman ≥

14 tahun, dimana populasi adalah yang melakukan usahatani jeruk siam.

4. Waktu penelitian : penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2015

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mengenal Tanaman Jeruk

Jeruk (citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di pekarangan. Sebab tanaman jeruk memang berasal dari negara-negara tropis Asia, termasuk di wilayah Indonesia. Maka tidak mengherankan, kalau orang-orang dari Eropa tertarik terhadap jeruk Indonesia dan kawasan Asia umumnya. Di Indonesia jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting ketiga setelah pisang dan mangga bila dilihat dari luas pertanaman dan jumlah produksi per tahun (Soelarso, 1996).

Di Indonesia sejarah tanaman jeruk tidak begitu dikenal. Tanaman jeruk yang ada sekarang ini adalah merupakan peninggalan dari zaman penjajahan Belanda. Mereka mendatangkan jeruk-jeruk manis dan keprok dari Amerika, Italia. Namun sampai sekarang beberapa jenis jeruk Indonesia tidak begitu jelas dari negara mana asalnya. Terutama jenis jeruk siam, jeruk garut, dan jeruk batu. Kemungkinan lain bahwa Indonesia beberapa tahun yang lalu telah menerima bibit-bibit dari negara Cina maupun India, Birma dan Vietnam sedangkan untuk jenis jeruk grape fruit dan van ouick jeruk pacitan asli dari Pulau Jawa (AAK, 1994).

Buah jeruk dari kawasan Asia memiliki warna dan bentuk yang khas dan menarik.

(25)

Jeruk manis baru dikenal pada tahun 1.400 M sedangkan jeruk manis dan jeruk keprok Mandarin telah lama dikenal dan ditanam di Negara Cina. Jeruk manis yang sudah lama dikenal dan ditanam lebih dari 27 macam, di samping jenis-jenis jeruk lainnya (AAK, 1994).

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang sudah dikenal dan dibudiayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan dan di mana jeruk siam pertama kali didatangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat (Sarwono, 1994).

Jeruk siam adalah salah satu spesies buah jeruk yang telah banyak dikembangbiakkan di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun pasarannya turun naik dari waktu ke waktu, tetapi minat masyarakat terhadap jeruk tak pernah hilang. Budidaya jeruk siam pun tergolong cukup fleksibel artinya bibit jeruk siam bisa ditanam baik di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan cara perawatan yang baik dan benar, akan didapatkan buah-buah kualitas tinggi dengan rasa dan penampilan khas jeruk siam (Rismunandar, 1986).

(26)

sampai sekarang. Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah asalnya seperti jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang, siam Jati Barang, dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan siam madu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal (Rismunandar, 1986).

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya. Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman, dan rasa yang sedikit berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya (Joesoef, 1993).

(27)

2.1.2 Botani Jeruk Siam

Jeruk siam hanya merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies dan varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Bisa dibayangkan, famili Rutaceae saja memiliki anggota tidak kurang dari 1.300 spesies. Para ahli botani mengelompokkan semua anggota famili ini kedalam 7 subfamili dan 130 genus. Sedangkan yang menjadi induk tanaman jeruk adalah subfamili Aurantioidae yang beranggotakan sekitar 33 genus. Subfamili ini masih dibagi-bagi lagi dalam beberapa kelompok tribe dan subtribe. Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan subtribe Citrinae. Dari subtribe inilah berbagai jenis anggota tanaman jeruk berasal, termasuk di dalamnya jeruk siam. Menurut AAK (1994), secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Famili : Rutacceae Subfamili : Aurantioidae Tribe : Citriae Subtribe : Citrinae Genus : Citrus

Subgenus : Eucitrus, papeda Spesies : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk (Ade, 2003).

(28)

mempunyai tinggi antara 2,5–3 m tajuk pohon tidak beraturan, dahan kecil, cabangnya banyak, tajuknya rindang dan letak dahan berpencar. pohon tersebut biasanya berasal dari cangkokan atau okulasi. Untuk pohon dari okulasi, tingginya ditentukan oleh penggunaan batang bawahnya. Pohon jeruk siam yang menggunakan batang bawah JC (Japanese Citroen) biasanya memiliki tinggi sekitar 272,5 cm, lingkar batang 16,8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197,5–207,5 cm. Daun jeruk berwarna hijau-tua mengkilat pada permukaan atas dan hijau-muda pada permukaan bawah tangkai, daun bersayap dan pendek, kecil bentuk oval dengan panjang 6–8 cm, lebar lebih kurang 4 cm, dan tangkai daun 1–1,5 cm. Bunga jeruk berbentuk majemuk seperti anak payung, tandan atau malai kebanyakan berkelamin 2, kelopak bunga berjumlah 4–5 ada yang menyatu ada yang tidak. Mahkota bunga kebanyakan berjumlah 4–5 dan berdaun lepas. Tonjolan dasar bunga berlekuk di dalam benang sari. Pada umumnya bunga jeruk berwarna putih. Bunga yang paling lebat pada permulaan musim hujan antara bulan Oktober–November dan lama bunga menjadi buah masak 7–9 bulan (Soelarso, 1996).

(29)

pohon rata-rata dapat menghasilkan sekitar 7,3 kg buah. Biasanya buah sudah dapat dipanen pada bulan Mei–Agustus (AAK, 1994).

2.1.3 Teknik Budidaya Jeruk Siam

2.1.3.1. Pembibitan a. Persyaratan Bibit

(30)

b. Teknik Penyemaian Bibit a. Cara generative

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2–3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30–40 cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15–1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5–1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m². Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1–1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap, bibit dipindah tanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3–5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1).

b. Cara Vegetatif

Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah (onderstam/ rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya

adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese Citroen, Rough Lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo Citrange.

2.1.3.2 Sistem Penanaman dan Jarak Tanam

(31)

di tengah juga ditanami, sehingga ada 5 tanaman, kemudian tanaman tengah dibongkar setelah tanaman besar dan rimbun. Jeruk siam bisa ditanaman di lahan dengan kemiringan hingga 30 derajat atau tegalan sawah yang memenuhi syarat tumbuh tanaman. Aturan jarak tanam yang cocok untuk jenis jeruk siam adalah sebagai berikut 5 x 5 meter, 5 x 8 meter atau 6 x 6 meter.

2.1.3.3 Pengisian Lubang Tanam

Cara mengisi lubang tanam adalah sebagai berikut :

a. Tanah yang subur (biasanya tanah atas) dicampur dengan kompos atau pupuk kandang yang telah menjadi tanah dengan perbandingan 1 : 3 atau 1 : 4, tergantung dari kesuburan tanahnya. Juga diberi campuran TSP, KCl atau kalium sulfat, masing-masing lebih kurang 1 kg. Kalau PH tanah rendah diberi kapur Dolomit.

b. Campuran tanah ini dimasukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk lagi, jangan diinjak-injak. Setelah terisi tanah kira-kira 30–40 cm, kalau ada persediaan siramlah dengan air kompos atau air pupuk kandang atau air septic tank (WC). Setiap lapisan setebal 30 cm siram lagi dengan air WC.

c. Pada waktu hampir penuh, diberi ajir bambu atau kayu di tengah lubang tanam. Lubang dipenuhi sampai cembung, kemudian dibiarkan beberapa hari sampai tanah stabil tidak turun lagi, bila belum penuh ditambah lagi tanah sampai penuh, jangan diinjak-injak (Pracaya, 2003).

2.1.3.4 Penanaman

(32)

cabutan, bibit yang dikeranjang atau dalam polybag (kantong plastik). Adapun cara menanam pohon jeruk adalah sebagai berikut :

a. Di tempat ajir ditancapkan, dibuat lubang yang kira-kira lebar dan dalamnya lebih besar dari pada keranjang atau polybag. Pada sistem cabutan, lubang dibuat lebih lebar dari panjang akar serabut dan lebih dalam dari panjang akar tunggang.

b. Keranjang atau polybag diiris atau digunting pelan-pelan, tanah jangan sampai pecah, lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam leher akar. Kalau tanaman berasal dari cabutan, akar serabut diatur ke segala jurusan, lurus, demikian juga akar tunggang diluruskan ke bawah. Bila terlalu panjang bisa dipotong (lebih baik dipotong dari pada membengkok). Bekas potongan dicat atau diberi meni. Akar yang rusak lebih baik dipotong saja di tempat yang sehat. Daun dikupir (dipotong) tinggal sepertiga panjang, untuk mengurangi penguapan.

c. Setelah tanaman dimasukkan ke dalam lubang, kemudian ditaburi Furadan, Curaterr, Temik atau insektisida lainnya untuk mencegah serangan nematode atau rayap. Tutuplah pelan-pelan dengan tanah yang subur dan halus sehingga akar yang telah diatur tidak bengkok. Kemudian tanah sedikit ditekan pelan-pelan dengan tangan, tanaman diusahakan dibuat tegak lurus. Setelah selesai penanaman segera disiram sampai jenuh. Kalau tanah masih turun, ditambah lagi tanahnya. Untuk memudahkan penyiraman supaya air tidak tersebar kemana-mana, permukaan tanah di sekitar batang dibuat sedikit cekung.

(33)

kepadatan tanah akibat siraman air hujan yang deras. Mulsa kalau membusuk juga bisa menambah pupuk organik (Pracaya, 2003).

2.1.3.5 Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi beberapa tindakan seperti : a. Penyiraman

Tanaman jeruk memerlukan air yang cukup. Oleh karena itu, pada waktu tidak ada hujan perlu dilakukan penyiraman, apabila pada masa pembungaan dan pembuahan. Untuk memudahkan penyiraman pada musim kemarau, dibuat cekukan di sekitar batang. Akan tetapi sebaliknya, pada waktu musim hujan di sekitar batang dibuat cembung supaya air cepat keluar dan tidak tergenang (Pracaya, 2003).

Saluran air sebaiknya dibuat dengan arah yang lurus, jangan berbelok-belok. Saluran air yang berbelok-belok dikhawatirkan pada saat turun hujan, dimana arus air sangat deras, akan mengikis dasar saluran atau bagian tepi saluran dan membentuk cekungan sehingga air akan menggenang terus (AAK, 1994). b. Pemberian mulsa

Untuk mencegah supaya jangan cepat terjadi kekeringan dan juga mencegah tumbuhnya gulma, perlu diberi mulsa. Pemberian mulsa pada waktu musim hujan akan mengurangi kepadatan tanah dan erosi. Mulsa juga dapat mempertahankan kelembaban tanah pada waktu musim kemarau sehingga akar dapat mengisap unsur hara dan air dengan cukup (Pracaya, 2003).

c. Penyiangan

(34)

rimpangnya supaya tidak tumbuh lagi karena kedua tanaman itu walaupun sudah diberi mulsa masih bisa tumbuh dengan subur (Pracaya, 2003).

d. Penggemburan

Bila tanah telah kelihatan padat segera digemburkan supaya pertukaran udara berjalan dengan baik, gas-gas racun di dalam tanah bisa keluar diganti oksigen dari udara luar. Penggemburan jangan terlalu dalam, supaya tidak merusak sistem perakaran tanaman jeruk. Bila perakaran yang besar luka segera diobati dengan fungisida, supaya jangan menjadi tempat masuknya penyakit (Pracaya, 2003).

e. Pemangkasan

Pemangkasan hanya dilakukan bila ada cabang-cabang yang sakit misalnya terserang jamur upas atau penyakit blendok, terserang benalu, cabang yang hampir patah, terlalu rimbun sehingga sinar matahari tidak menembus ke dalam tajuk pohon, tumbuh tunas-tunas di bawah okulasi atau sambungan, pemangkasan bentuk supaya tanaman tidak begitu tinggi (Pracaya, 2003). 2.1.3.6 Pemupukan

(35)

mutualisme. Dengan bantuan mycorrhiza ini, tanaman jeruk akan lebih mudah menghisap zat-zat yang dibutuhkan.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman jeruk adalah unsur makro yaitu N (Nitrogen), P (Phospor), K (Kalium), S (Sulfat/Belerang), Mg (Magnesium), Ca (Calsium). Unsur-unsur ini mutlak diperlukan dalam jumlah yang cukup banyak, dan unsur mikro yaitu Cu (Cupro/Kuningan), Zn (Zenk) unsur Bo (Borium) dan Fe (Ferrium/Besi) diperlukan dalam jumlah yang amat kecil. Tetapi jika unsur-unsur tersebut tidak ada akan mengakibatkan penghisapan zat lain menjadi terbengkalai. Walaupun mikro elemen tersebut hanya dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang amat rendah, tetapi unsur itu penting sekali artinya bagi kehidupan tanaman jeruk. Yang harus diperhatikan yaitu pemberian unsur mikro. Sebab jika pemberian unsur ini tidak sesuai dengan dosis dan aturannya akan mengakibatkan tanaman menderita keracunan. Jika kekurangan unsur mikro, akibatnya adalah adanya beberapa bagian tanaman menjadi tidak sempurna (AAK, 1994).

Pemupukan merupakan keharusan karena tiap periode umur jeruk banyak menguras ketersediaan hara tanah. Jeruk siam membutuhkan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik (urea dan TSP). Pupuk organik dibutuhkan untuk meningkatkan kadar humus di dalam tanah sehingga tanah yang padat dapat diubah menjadi remah. Sedangkan pupuk anorganik diperlukan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

(36)

bagian dari dosis per tahunnya. Pemupukan kedua pada saat pemasakan buah sebanyak 1/5 bagian. Sisanya diberikan pada pemupukan ketiga, beberapa saat setelah panen.

Tanaman jeruk mempunyai kemampuan menyerap hara yang berkembang secara bertahap. Makin bertambah umurnya makin bertambah kemampuan penyerapannya. Hal ini disebabkan oleh perakaran jeruk yang makin berkembang. Agar pupuk dapat diserap oleh akar secara optimum, maka pemupukannya sebaiknya mengikuti petunjuk seperti berikut ini :

1. Buatlah alur melingkar kurang lebih 80 cm dari batang tanaman dengan lebar dan kedalamannya 30 cm.

2. Gemburkan dasar tanah dengan garpu.

3. Masukkan ½ dosis pupuk ke dalam alur, lalu tutup dengan tanah setebal 10 cm dan sisa pupuk dimasukkan lagi dan ditimbun dengan tanah.

4. Jarak melingkar pemupukan setiap tahun bergeser, jika pada tahun pertama jaraknya 80 cm dari batang tanaman, maka pada tahun kedua menjadi 120 cm, tahun ketiga 160 cm dan 200 cm untuk tahun keempat dan seterusnya.

2.1.3.7Hama dan Penyakit

(37)

jamur dan bakteri, Penyakit yang disebabkan oleh virus, Penyakit yang disebabkan oleh nematode, Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan zat-zat makanan (malnutrition).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para petani jeruk agar gejala -gejala penyakit dapat diketahui dan diatasi secara dini adalah petani harus mengenal gejala-gejala awal berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui dengan pasti saat mulai berjangkitnya penyakit, petani harus mengetahui jenis tiap-tiap penyakit, petani harus mengetahui cara mengendalikan penyakit dan cara-cara membasminya, petani harus mengetahui dampak negatif ataupun positif dari usaha pencegahan dan pengendalian terhadap tanaman jeruk itu sendiri (AAK, 1994).

2.1.3.8Panen

a. Pemetikan Buah Jeruk Siam

Pemetikan buah jeruk harus dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat. Setiap kelompok buah jeruk tidak semuanya dapat dipetik sekaligus, sebab di antaranya pasti ada buah yang belum siap untuk dipetik. Oleh karena itu harus dipetik pada gelombang berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemetikan buah jeruk adalah sebagai berikut :

 Kulit buah harus sudah berubah warna, yakni kulit buah sudah orange atau

agak kekuningan.

 Buah sudah tidak terasa terlalu keras lagi bila dipegang.

 Buah bagian bawah sudah agak empuk dan jika dijentik dengan jari sudah

(38)

 Buah yang masih muda jangan dipetik, sebab rasanya masih masam dan

akan lekas berkerut-kerut jika disimpan terlalu lama.

 Jangan terlalu lama membiarkan buah jeruk dipohon, sebab buah jeruk

mudah menjadi kering, terutama bagian bawah, sehingga kualitasnya akan menurun.

Untuk memperoleh kualitas jeruk yang baik, ada beberapa hal yang perlu dihindari, antara lain :

 jangan memetik buah sebelum embun pagi lenyap.

 Tangkai buah yang terlalu panjang harus dipotong dengan gunting yang

tajam dan disisakan sekitar 1-2 cm dari buah. Tangkai buah yang terlalu panjang akan melukai buah jeruk yang lain sehingga dapat menyebabkan pembusukan.

 Usahakan agar buah jeruk tersebut tidak jatuh supaya daging buah dan

kulitnya tidak rusak.

 Pemetikan buah jeruk di pohon yang tinggi harus dipergunakan tangga,

agar cabang dan ranting tidak rusak. Maka setiap pemetik buah harus membawa keranjang atau kantong yang dapat digantungkan pada leher.  Jangan memetik buah jeruk dengan cara memanjat pohon, karena cara ini

dapat merusak pohon, buah jeruk menjadi kotor, dan pohon yang dipanjat dapat terkena kuman penyakit yang terbawa oleh kaki-kaki yang kotor. b. Perlakuan Terhadap Buah Jeruk Setelah Dipetik

 Buah jeruk yang telah dipetik harus dibersihkan dengan air sabun untuk

menghilangkan sisa obat-obat yang masih menempel.

(39)

 Buah-buah yang sakit atau rusak harus dipisahkan dari buah yang sehat.

 Buah-buah yang besar harus dipisahkan dari buah-buah yang kecil supaya

menjadi seragam, sehingga dapat menentukan harganya dengan mudah.  Sebelum buah jeruk dikirim ke lain daerah atau dipasarkan, perlu disimpan

selama 1–2 malam di tempat yang teduh dengan cara dihamparkan di atas lantai yang kering dan jangan sampai tertumpuk.

 Seandainya jeruk terpaksa ditumpuk, maka tumpukan jeruk tersebut tidak

boleh terlalu tinggi, karena udara di dalam tumpukan akan menjadi panas dan lembab sehingga mudah menimbulkan pembiakan lapuk hijau atau biru.

2.2 Landasan Teori

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 1995).

(40)

tidaknya usahatani tidak terlepas dari karakteristik petani dalam menjalankan usahataninya. Untuk itulah maka dalam menganalisis usahatani jeruk siam, peneliti hendaknya memperhatikan berbagai karakteristik petani jeruk siam dalam menjalankan usahataninya dan selalu mengingat untuk apa analisis tersebut dilakukan. Karakteristik dari petani dalam usahatani yaitu sebagai berikut :

1.Umur

Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).

2. Pengalaman Bertani

Pengalaman seseorang dalam bertani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).

3. Jumlah Tanggungan

(41)

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar bagi setiap orang, selanjutnya akan menanamkan pengertian dan sikap yang menguntungkan menuju penggunaan peraktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan lebih tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan adopsi (Arifin, 2005).

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Usaha-usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 1994).

5. Luas Lahan

Lahan usahatani adalah lahan di darat maupun di air, yang di gunakan untuk usaha budidaya tanaman, budidaya perairan, peternakan. Lahan usahatani bisa dimiliki oleh individu, keluarga, komunitas, hingga perusahaan. Sebuah lahan usahatani bisa seluas kurang dari satu hektar hingga beberapa ribu hektar. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan (Mubyarto, 1994).

(42)

yang luasnya relatif sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar (Soekartawi, 1995).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efiisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun ekonomis (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal juga dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya di sebut dengan fungsi produksi (Soekartawi, 1989).

(43)

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani, nelayan, peternak) untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelola usahanya untuk mendapatkan hasil maksimal (Rahim dan Hastuti, 2007).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Besar biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga perlu di tambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang di inginkan (Soekartawi, 1995).

(44)

biaya produksi, menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efesien (Simajuntak, 2004). Untuk menganalisa layak atau tidak layaknya usahatani yang dijalankan oleh petani jeruk siam dapat dilihat melalui kriteria investasi. Beberapa kriteria yang sering digunakan dalam analisis kelayakan yaitu :

1. Net Present Value (NPV)

NPV sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang. NPV dari suatu proyek atau usaha merupakan nilai sekarang (present value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya. NPV adalah kriteria investasi yang banyak digunakan untuk mengukur apakah proyek fleksible atau tidak (Soekartawi, 1995).

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan sebuah tingkat pengembalian yang dinyatakan dalam persen yang identik dengan ongkos investasi. Dapat disebut pula sebagai nilai discount rate (i) yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol. IRR merupakan tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang postif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat i yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Jadi bila IRR > discount factor proyek dikatakan layak, dan sebaliknya IRR < discount factor proyek dikatakan tidak layak (Prawirokusumo, 1990).

3. Net Benefit Cost Ratio (Benefit B/C)

(45)

yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 1995).

2.2 Penelitian Terdahulu

No

Rata-rata besar R/C sebesar 5,82 dengan range R/C per Ha sebesar 1,2 sampai 16,3 dalam artian secara finansial usahatani jeruk manis layak diusahakan dari uji statistik

tidak ada hubungan luas tanaman dengan besar nya R/C per Ha atau t-hitung (1,33) < dari t-tabel (2,502)

(46)

Buah produksi sebesar Rp. 49.531.680 per petani, Rata-rata produktivitas tenaga kerja per petani adalah 0,18

Ton/hkp, Rata-rata produktivitas lahan adalah 5,73 Ton/ha, Rata-rata total bersih per petani sebesar Rp 38.668.320 Usahatani buah

duku ini layak untuk diusahakan. Hal ini karena umur ekonomis pohon duku bisa mencapai sampai ratusan tahun. Semakin tua umur pohon duku maka semakin meningkat produksi buah duku yang dihasilkan. Secara serempak

(47)

duku.

Teknologi budidaya yang diterapkan petani masih bersifat sederhana, dan ketersediaan input (bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja) di daerah penelitian sudah cukup tersedia. Manfaat yang

diperoleh petani berupa hasil

penjualan biji kakao mereka, diamana pendapatan bersih yang diperoleh petani adalah Rp. 27.684.866,49 per petani,

Rp.29,979,618.06 per Ha.

(48)

4. Claudy

Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi struktur biaya

usahatani didominasi oleh biaya saprodi yang terdiri dari biaya bibit, biaya pupuk dan biaya herbisida Harga jagung di

Kabupaten Dairi fluktuatif namun cenderung meningkat sistem pemasaran

jagung di daerah penelitian tergolong

(49)

karo kecamatan kopi sedikit lebih besar dari pada tingkat produktifitas di kecamatan

simpang empat dan 9 kali lebih kecil bila di bandingkan dengan kabupaten dairi yang

merupakan sentra produksi kopi di sumatera. secara serempak ada pada umur 2– 4 tahun namun secara parsial hanya

(50)

secara finansial layak untuk di usahakan dan dikembangkan hal ini dapat dilihat pada nilai NPV>0 yaitu sebesar 8.386.247,8, nilai IRR>i (15%) yaitu sebesar 16,95% sedangkan nilai Net B/C>1 yaitu sebesar 30,80.

2.4 Kerangka Pemikiran

Petani merupakan individu yang melakukan suatu kegiatan usahatani. Dalam hal ini kegiatan usahatani yang dilakukan adalah usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam adalah usahatani yang memperoduksi buah jeruk siam sebagai komoditas utama di dalam usahataninya.

Usahatani jeruk siam dibedakan menjadi dua yaitu usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Petani dalam menjalankan usahataninya pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik petani dalam usahatani jeruk siam yaitu meliputi umur petani, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan, serta modal.

(51)

Pendapatan suatu usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usahatani jeruk siam. Usahatani jeruk siam dikatakan layak apabila menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usahatani yang dijalankan mengalamai kerugiaan atau jumlah pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari jumlah total biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usahatani tersebut.

Secara singkat skema kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

rxy rxy

Keterangan :

= Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh

rxy

= Pengaruh variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (Y)

Gamabar 1. Skema Kerangka Pemikiran Kelayakan Dan Analisi Usahatani Jeruk Siam

Layak Tidak Layak

Pendapatan Pendapatan

Karakteristik

(52)

Untuk lebih memperjelas pengaruh input terhadap output dalam usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output Pestisida Bibit

Pestisida

Tenaga kerja Pupuk

Tenaga Kerja

Bibit

Pupuk

Input Tanaman Baru Menghasilkan

Input Tanaman Sudah Lama Menghasilkan

(53)

2.5 Hipotesi Penelitian

Berdasarkan skema kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan bahwa hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan karakteristik petani usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 2. Ada perbedaan pengaruh input terhadap output antara usahatani jeruk siam

yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian.

3. Ada perbedaan pendapatan antara usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama menghasilkan di daerah penelitian. 4. Ada perbedaan kelayakan usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Meode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah di Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini salah satu penghasil tanaman jeruk siam di Kabupaten Karo yang dapat membantu peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan.

Tabel 3.1 Data Pertanaman Komoditi Jeruk Siam Tahun 2010 Kabupaten Karo

No.

Kecamatan Luas panen

(Ha)

Sumber : Karo dalam angka, 2011

(55)

Kubusimbelang merupakan salah satu desa dengan penduduknya mayoritas melakukan usahatani tanaman jeruk siam serta salah satu penghasil jeruk siam terbesar di Kabupaten Karo dengan produksi jeruk tahun 2009 mencapai 3.840 ton (Badan Pusat Statistik, 2011).

Daerah penelitian ini ditentukan secara Purposive Sampling atau sengaja, berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah merupakan salah satu daerah sentra pengembangan usahatani jeruk siam dan Desa Kubusimbelang memiliki jumlah petani yang cukup banyak melakukan usahatani jeruk siam.

3.2 Metode Penelitian Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah dari anggota sampel secara keseluruhan yang melakukan usahatani jeruk di Desa Kubusimbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

Pengambilan sampel menggunakan metode stratified random sampling yaitu dengan menggolongkan populasi dalam golongan atau strata menurut kriteria tertentu. Pembagian strata ini ditetapkan dengan terlebih dahulu membagi petani atas 2 strata berdasarkan umur tanaman yang baru menghasilkan dan yang sudah lama menghasilkan. Adapun tanaman jeruk siam yang baru menghasilkan dengan umur tanaman < 14 tahun dan tanaman jeruk siam yang sudah lama menghasilkan

dengan umur ≥ 14 tahun. Dari jumlah populasi akan diambil sampel sebanyak 60

(56)

perbandingan antara tanaman jeruk siam yang baru menghasilkan dan tanaman jeruk siam yang sudah lama menghasilkan. Jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Penentuan Pengambilan Sampel Penelitian

No Umur Tanaman (Tahun) Pengambilan Sampel

1 Baru Menghasilkan < 14 30

2 Lama Menghasilkan ≥ 14 30

Total 60

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari petani jeruk melalui wawancara dan kuesioner. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, dapat melalui kantor kecamatan, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan dapat melalui literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengamati perkembangan usahatani jeruk siam selama 5 tahun terakhir di daerah penelitian.

(57)

Untuk hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda, yaitu dengan menganalisis pengaruh biaya input (bibit, pupuk, pestisida,tenaga kerja, dan peralatan) terhadap output (pendapatan) usahatani jeruk siam yang baru menghasilkan dengan usahatani jeruk siam yang sudah lama menghasilkan

Secara sistematis dapat ditulis :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana : Y = Pendapatan jeruk siam (Rp/ha) a = Nilai konstanta

b = Koefisien regresi e = Variabel kesalahan X1 = Biaya bibit (Rp/Batang) X2 = Biaya pupuk(Rp/Kg) X3 = Biaya pestisida(Rp/Kg) X4 = Upah tenaga kerja (Rp/HKP) X5 = Biaya peralatan (Rp)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi

(58)

b. Uji F

Uji F adalah uji secara menyeluruh (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independent terhadap variabel dependent. Artinya parameter X1, X2, X3, X4, X5 secara bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak. Kriteria pengujian

Jika F hitung < F tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika F hitung ≥ F tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika Ho diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

c. Uji t

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf

signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian :

Jika t hitung < t tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Jika t hitung ≥ t tabel pada signifikansi α = 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor X1, X2, X3, X4, X5 secara parsial terhadap Y (pendapatan petani jeruk siam).

(59)

Untuk Hipotesis 4 dianalisis dengan menggunakan perbandingan analisis pendapatan usahatani yang baru menghasilkan dengan yang sudah lama, secara matematis ditulis:

Pd = TR – TC

Dimana: Pd = Pendapatan usahatani jeruk siam TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya Produksi)

TR = Y.Py

Dimana : TR = Total penerimaan Y = Jumlah produksi

Py = Harga jual (Soekartawi, 1995)

Untuk hipotesis 5 dianalisis dengan menggunakan metode analisis kelayakan, B/C, NPV, IRR untuk melihat perbandingan tingkat kelayakan antara usahatani yang baru menghasilkan dengan usahatani yang sudah lama menghasilkan.

Secara sistematis dapat ditulis : Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(60)

Net

=

{∑��=� �+� �� }

{∑��=� �+� �� }

Dimana : B/C = Benefit – cost ratio

i = Tingkat suku bunga yang berlaku t = Jangka waktu usahatani

Kriteria yang dipakai adalah suatu usahatani dikatakan memberikan manfaat net B/C > 1. Demikian pula sebaliknya, apabila net B/C < 1, maka usahatani jeruk siam tidak layak dilaksanakan.

Net Present Value (NPV)

NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga tertentu. Bila NPV > 0, maka usahatani jeruk siam layak dilaksanakan, dan sebaliknya apabila NPV ≤ 0 maka usahatani jeruk siam tidak layak untuk dilaksanakan. NPV dapat di hitung melalui rumus :

Dimana : NPV = Net Present Value n = Banyak kegiatan t = Waktu

B = Benefit (Manfaat) C = Cost (Biaya)

i = Tingkat bunga bank yang berlaku ��� = ∑ � + �

(61)

Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Kriteria yang dipakai adalah apabila IRR ≥ suku bunga berlaku maka usahatani jeruk siam dikatakan layak, tetapi apabila IRR ≤ suku bunga yang berlaku maka usahatani jeruk siam dikatakan tidak layak. Cara menghitung IRR menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana : IRR = Tingkat Pengembalian Internal t = Waktu

i = Tingkat bunga bank yang berlaku PV (+) = Nilai sekarang positif

PV (-) = Nilai sekarang Negatif

Untuk menguji hipotesis komperatif digunakan Uji Mann Whitney, yang secara sistematis ditulis :

� = � � +� � + − �

� = � � +� � + − �

Dimana : � = uji sampel pertama

� = uji sampel kedua � = jumlah sampel pertama � = jumlah sampel kedua

� = jumlah rangking pada sampel � ��� = �� + � − �� . {�� ��+

(62)

� = jumlah rangking pada sampel �

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Usahatani jeruk siam adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara melakukan budidaya jeruk siam pada sebidang lahan untuk menghasilkan buah jeruk siam yang akan dijual ke konsumen.

2. Petani adalah orang yang melakukan usahatani jeruk siam sebagai pekerja utama maupun sampingan.

3. Input dalam usahatani adalah nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi usahatani antara lain bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja,luas lahan.

4. Output adalah nilai hasil produksi rata-rata dalam proses produksi usahatani jeruk siam yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp).

5. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani jeruk siam. 6. Pengalaman bertani adalah lamanya petani melakukan kegiatan usahatani

jeruk siam.

7. Tenaga kerja adalah orang yang mengelola usahatani jeruk siam pada sebidang tanah yaitu merupakan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga.

(63)

9. Harga jual adalah harga jual jeruk siam di tingkat petani yang berlaku di daerah penelitian (Rp/Kg).

10. Penerimaan adalah hasil perkalian antara jumlah produksi jeruk siam dengan harga jual jeruk siam dengan satuan rupiah (Rp).

11. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan jeruk siam dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses pemeliharaan usahatani jeruk siam dengan satuan rupiah (Rp).

12.Produktivitas adalah jumlah produksi jeruk siam per luas lahan (Kg/Ha) dalam setahun.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

(64)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Penelitian ini dilakukan di Desa Kubu Simbelang, Kec. Tigapanah, Kab. Karo. Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’ – 3º19’ Lintang Utara (LU) dan 97º55’–98º38’ Bujur Timur (BT) dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280 – 1.420 m di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah selatan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir

- Sebelah timur dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darusalam.

Gambar

Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi  dan Produktivitas Tanaman Buah - Buahan      Menurut Jenis Tanaman di Sumatera Utara Tahun 2010
Tabel 1.2 Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi  Jeruk Siam Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2012
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Input Terhadap Output
Tabel 3.1 Data Pertanaman Komoditi Jeruk Siam Tahun 2010 Kabupaten Karo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui kontribusi usahatani jeruk siam terhadap pendapatan rumah tangga petani jeruk siam di Poktan Gunung Mekar Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diterima petani pada usahatani jeruk siam, mengetahui efisiensi penggunaan biaya pada usahatani jeruk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diterima petani pada usahatani jeruk siam, mengetahui efisiensi penggunaan biaya pada usahatani jeruk

skripsi yang berjudul PEMANFAATAN PEKTIN KULIT BUAH JERUK SIAM ( Citrus nobilis var. microcarpa) SEBAGAI ADSORBEN LOGAM TEMBAGA (Cu) sebagai suatu syarat

(PP) untuk mengetahui layak atau tidak layak usahatani jeruk siam yang telab dikembangkan dan keuntungan yang diperoleh secara finansial, (2) analisis Break

Pengaruh komposisi udara ruang penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk siam .... Pengaruh lama penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jeruk

Rerata Derajat Esterifikasi Pektin Akibat Perbedaan Varietas Kulit Jeruk Jenis Jeruk Derajat Esterifikasi % Jeruk Keprok Batu 55 102,43d Jeruk Siam 64,39a Jeruk Manis Pacitan

Prediksi Tingkat Kematangan Buah Jeruk Siam Gunung Omeh dengan Pengolahan Citra Nilai area buah yang diperoleh dari pengolahan citra buah jeruk siam pada berbagai umur petik seperti