• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

C. Teknik Budidaya Tanaman Anggur Dalam Pot (Tabulampot)

Teknik penanaman dengan teknik tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan alternatif penanaman tanaman buah yang dapat memberikan solusi untuk yang memiliki lahan terbatas, tetapi ingin memiliki banyak tanaman. Prinsip penanaman dengan teknik ini yaitu dengan menanam anggur di dalam pot. Keuntungan memelihara tanaman buah dalam pot yaitu: (1) area tanaman yang dibutuhkan tidak terlalu luas, (2) dapat menghasilkan buah-buahan murni minim pestisida, (3) masa berbunga dan berbuah tanaman dapat diatur, sehingga produksi buah tidak tergantung musim, (4) pertumbuhan nutrisi tanaman dapat diperoleh secara maksimal, (5) aplikasi pupuk dan penyiraman dapat diperoleh secara terencana, (6) jika terserang hama atau penyakit, penanggulangannya lebih mudah dilakukan. Kelemahan tabulampot yaitu memerlukan keseriusan dan ketelitian

dalam merawat tanaman buah, misalnya dalam hal pemberian pupuk (Rahmat, 2011).

Menurut Rukmana (1999), spesifikasi bertanam anggur di dalam pot adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan lahan

Sarana yang dibutuhkan untuk penanaman anggur dalam pot adalah pot atau wadah tanam, medium tanam, bibit tanaman anggur tempat rambatan dan fasilitas penunjang kebun.

a) Wadah Tanam

Wadah tanam yang umum digunakan adalah pot atau drum bekas selain itu bahan pembuatan pot juga bermacam-macam, misalnya semen, plastik, tanah liat atau keramik. Bentuk pot yang digunakan bervariasi diantaranya berbentuk bulat dan persegi panjang. Kedalaman minimum pot adalah 75 cm, diameternya 60 cm dan dibagian dasar wadah tanaman memiliki lubang drainase.

b) Medium Tanam

Medium tanam yang digunakan adalah pasir dan pupuk kandang yang masak (jadi) dengan perbandingan 1:1:2.

2. Bibit Tanaman Anggur

Bibit yang digunakan dapat menggunakan bibit dari hasil stek yang dijual dari penangkaran bibit atau membuat sendiri. Bibit anggur yang baik berasal dari varietas unggul, tumbuh sehat dan normal, serta minimal mempunyai dua helai daun dewasa.

3. Tempat Rambatan

Tempat rambatan dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, atau besi. Ukuran dan bentuk tempat rambatan harus diserasikan dengan ukuran tanaman anggur, misalnya berbentuk tangga, huruf T atau huruf H.

4. Penanaman

Waktu tanam bibit anggur dalam pot dapat dilakukan setiap saat, asal ketersediaan air untuk pengairan (penyiraman) memadai. Mula-mula medium tanam dalam polybag disiram sampai basah, kemudian bibit bersama akar dan medium tanamnya dikeluarkan dari polybag untuk segera ditanam di tengah-tengah pot. Bersamaan dengan itu tempat rambatan ditancapkan dalam pot. Setelah selesai penanaman bibit anggur, medium tanam segera disiram dengan air bersih hingga cukup basah. Pot yang sudah ditanam anggur disimpan dulu selama 15-30 hari di tempat yang teduh hingga tanaman mudah bertunas dan berakar cukup (Rukmana, 1999).

5. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman anggur ini meliputi beberapa hal yaitu penempatan tanaman pot, penyiraman dan pemupukan, pemangkasan dan pembentukan pohon, perambatan cabang, pemangkasan pembuahan dan perawatan buah.

a. Penempatan Pot

Pot yang telah berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Di samping itu, lokasi penempatan pot harus dekat sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitar.

b. Penyiraman dan Pemupukan

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah memadai. Pengairan (penyiraman) dilakukan secara kontinu 2 kali sehari. Setelah tanaman berumur lebih dari dua bulan, frekuensi penyiraman dikurangi, yaitu dua hari sekali. Sepuluh hari setelah tanam, pohon anggur di pupuk dengan urea sebanyak 10 g/pot. Pemupukan diulang selang 10 hari sekali dengan takaran yang sama sampai tanaman berumur 3 bulan. Tanaman anggur yang berumur lebih dari tiga bulan sampai 6 bulan, dipupuk urea sebanyak 15 g/pot dengan selang 15 hari sekali. Pertumbuhan anggur yang kurang subur dapat diberi pupuk daun (Rukmana, 1999).

c. Pemangkasan dan Pembentukan Pohon

Tanaman anggur yang umurnya 6 bulan sudah saatnya dilakukan pemangkasan dan pembentukan pohon. Tujuan pemangkasan dan pembentukan pohon adalah memperoleh bentuk dasar (frame) pohon yang kokoh dan bagus, serta bertunas seimbang dalam jumlah banyak. Tata cara pemangkasan dan pembentukan pohon adalah sebagai berikut:

1) Pangkas (potong) ujung tanaman pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang disebut cabang primer.

2) Pangkas ujung cabang primer, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan tunas-tunas baru yang disebut cabang sekunder.

3) Pangkas (potong) ujung cabang sekunder, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan cabang-cabang tersier. Dari cabang inilah akan muncul bunga atau buah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah keadaan tanaman harus sehat. Tanda-tanda tanaman anggur yang baik dipangkas adalah bila cabangnya dipotong meneteskan air dan kulit cabangnya berwarna kecokelat-cokelatan (Rukmana, 1999).

d. Rambatan Cabang

Bersamaan dengan pemangkasan dan pembentukan pohon, tunas-tunas baru atau cabang yang ada dirambatkan pada tempat rambatan sambil ditarik kawat diatur agar jarak antar cabang seimbang. Tiap ujung cabang sebaiknya diikat dengan tali rafia atau plastik agar cabang yang satu tidak mudah bertumpuk dengan cabang yang lainnya (Rukmana, 1999).

e. Pemangkasan Pembuahan

Pemangkasan pembuahan sebaiknya dilakukan saat tanaman anggur berumur lebih dari 1 tahun. Waktu pemangkasan pembuahan yang paling tepat adalah pada bulan Maret-April dan diulang lagi pada bulan Juli-Agustus. Sekitar dua minggu setelah pemangkasan dan perompesan daun akan bermunculan tunas-tunas baru bersulur tempat keluarnya malai bunga atau buah (Rukmana, 1999).

f. Perawatan Buah

Untuk memperoleh buah anggur yang berkualitas baik, yaitu butiran buah berukuran besar dan seragam, perlu diperjarang hingga tersisa sekitar 40%- 50%. Penjarangan buah dilakukan pada saat buah berukuran sebesar biji asam

dengan menggunakan gunting yang tajam atau bersih. Dompolan buah sebaiknya dibungkus dengan kertas semen atau kantong plastik agar terhindar dari embun atau serangan hama dan penyakit (Rukmana, 1999).

Dokumen terkait