• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan anggur (vitis vinifera) varietas prabu bestari pada tiga jenis tanah yang berbeda dengan penambahan NOPKOR - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pertumbuhan anggur (vitis vinifera) varietas prabu bestari pada tiga jenis tanah yang berbeda dengan penambahan NOPKOR - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN ANGGUR (Vitis vinifera)VARIETAS PRABU BESTARI PADA TIGA JENIS TANAH YANG BERBEDA DENGAN PENAMBAHAN

NOPKOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Dionesia Desiwanti NIM: 101434034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PERTUMBUHAN ANGGUR (Vitis vinifera)VARIETAS PRABU BESTARI PADA TIGA JENIS TANAH YANG BERBEDA DENGAN PENAMBAHAN

NOPKOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Dionesia Desiwanti NIM: 101434034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan

ketekunan dan kegigihan

(Samuel Jhonson)

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menaungi

langkahku dengan rahmat-Nya

Papa, Mama dan Sela yang senantiasa mencurahkan kasih

sayang dan doa mereka untukku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang selalu aku

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Dionesia Desiwanti. 2014. Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Pada Tiga Jenis Tanah Yang Berbeda Dengan Penambahan NOPKOR. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Impor anggur di Indonesia tergolong masih sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah ekspornya. Diketahui daerah di Indonesia memiliki potensi untuk penanaman anggur salah satunya di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan mengetahui pertumbuhan anggur varietas Prabu Bestari pada tanah regosol, alluvial dan latosol, serta mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan anggur. Selama penelitian tanaman anggur diberi penambahan kultur mikrobia yaitu NOPKOR.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL). Dalam penelitian ini terdapat tiga perlakuan yaitu pertumbuhan tanaman anggur pada tanah regosol, alluvial dan latosol dengan tiga kali pengulangan untuk setiap tanah/media tanam. Variabel bebas pada penelitian ini jenis tanah, variabel terikat yaitu jenis anggur, tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Variabel kontrol yaitu umur bibit, pupuk dan penyiraman. Penelitian dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA uji F.

Hasil penelitian menunjukan pertumbuhan paling baik pada tanah alluvial untuk semua parameter, dengan rata-rata pertumbuhan tinggi batang pada tanah alluvial mencapai 12,73 cm, diameter batang pada tanah alluvial mencapai 0,068 cm dan jumlah daun pada tanah alluvial mencapai 2,49 helai. Namun demikian tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada berbagai jenis tanah.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis tanah regosol, alluvial dan latosol tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur.

(9)

ABSTRACT

Dionesia Desiwanti. 2014. Growth of Vine (Vitis vinifera) Prabu Bestari Varieties on Three Different Soil Types With Addition of NOPKOR. Thesis. Biology Education Study Program, Department of Mathematics and Science

Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The number of grape imports in Indonesia is very high compared to the amount of exports. Yogyakarta is one of the areas in Indonesia that potentially for cultivation of the vine. The aim of this study are to know the growth of Prabu Bestari vine varieties in regosol, alluvial and latosol soils, and to know which one is the best soil to growth the vine. During the study the vine were given a biological fertilizer, NOPKOR.

This study is an experimental with complete randomized design (CRD) method. This study used three kind treatments, growth of vine in regosol, alluvial, and latosol soil with three repetitions for each soil/planting media. Independent variable in this study is kind of soil, and dependent variables are kind of vine, height, diameter of trunk and number of leaves. Control variable in this study are age of seed, fertilizer, and watering. Data was analyzed statistically with ANOVA f test.

The result is alluvial soil showed the best growth for all parameters, average of height of trunk parameter reached 12.73 cm, diameter of trunk parameters reached 0.068 cm and number of leaves in alluvial soil reaches 2.49 strands. There was no significant difference between the kind of soil and the growth of the vine.

It is concluded that regosol, alluvial, and latosol soil do not affect growth the vine.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Pada

Tiga Jenis Tanah Yang Berbeda Dengan Penambahan NOPKOR”. Skripsi

ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak atas bantuan yang telah diberikan, baik waktu dan tenaga sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs A.Tri Priantoro, M. For.Sc selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah begitu sabar dalam mendampingi penulisan skripsi ini dan telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing penulis.

3. Segenap Dosen Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang banyak bermanfaat bagi penulis.

4. Segenap staf sekretariat JPMIPA (Mas Arif, Pak Sugeng, Mbak Tari dan Mas Agus) yang telah memberikan pelayanan akademik secara prima.

5. Sekundus Kasima dan Valeriana sebagai Ayah dan Ibu yang selalu mendukung baik berupa materi, semangat dan doa kepada penulis selama masa studi hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

6. Fransiska Marsela sebagai adik yang selalu mendukung baik berupa semangat dan doa kepada penulis.

(11)

8. Yakobus Reza Pahlevi Adisaputra yang selalu mendukung, memberi semangat, kasih sayang dan doa kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan penelitian anggur (Dwi, Sesil, Galuh, Yayan, Ester, Mela, Resi, Hugo, Daus, Sam dan Yesi) atas kerja sama dan kerja kerasnya selama persiapan dan pelaksanaan penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan (Anggi, Geby, Tiva, Endah, Yolanda, Citra, Ully, Retha) dan seluruh rekan-rekan Pendidikan Biologi USD angkatan 2010 atas kerjasama dan bantuannya.

11. Teman-teman kost Oddilia tercinta (Nover, Yuyun, Raras, Mitha, Stefani, Mega.Far, Nova, Momo, Neno, Fani, Vita, Kak Ecik, Mbak Lina, Mbak Menik, Mbak Echa, Paskal, Mega.P.Fis) atas dukungan dan doanya selama penulis menyusun skripsi.

12. Semua pihak yang telah membatu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dukungan kalian berharga untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca. Kritik dan saran yang membangun menjadi pembelajaran bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap budidaya tanaman anggur.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Batasan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Anggur ... 8

1. Asal-Usul Tanaman Anggur ... 8

2. Klasifikasi Anggur ... 9

3. Karakteristik Morfologi Anggur Prabu Bestari ... 9

4. Jenis dan Varietas ... 12

(13)

b. Keadaan Tanah ... 15

C. Teknik Budidaya Tanaman Anggur Dalam Pot (Tabulampot) ... 16

D. Tanah ... 21

1. Komponen Tanah ... 21

2. Fungsi Tanah Sebagai Media Tumbuh ... 22

3. Jenis Tanah dan Karakteristik Tanah ... 23

E. Hama dan Penyakit ... 26

G. Penelitian yang Relevan ... 34

H. Hipotesis ... 34

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Desain Penelitian ... 35

D. Alat dan Bahan ... 37

E. Prosedur Kerja ... 38

1. Persiapan Lahan ... 38

2. Penyiapan Media Tanah dan Pot ... 38

3. Penyampuran Tanah dengan Pupuk ... 39

4. Penyiapan Bibit ... 39

(14)

7. Pengamatan ... 41

F. Cara Menganalisis Data ... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data dan Analisis Hasil Penelitian ... 45

1. Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu... 45

2. Pola Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu... 48

3. Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 50

B. Pembahasan ... 52

1. Pola Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 52

2. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 55

BAB. V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ... 57

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Komposisi Media Tanam ... 39

Tabel II. Pengamatan Tinggi Batang ... 41

Tabel III. Pengamatan Diameter Batang ... 41

Tabel IV. Pengamatan Jumlah Daun ... 41

Tabel V. Perhitungan Rata-Rata Tinggi Batang ... 43

Tabel VI. Analisis Variansi ... 44

Tabel VII. Rata-Rata Pertumbuhan Tinggi Batang ... 47

Tabel VIII. Rata-Rata Pertumbuhan Diameter Batang ... 49

Tabel IX. Rata-Rata Pertumbuhan Jumlah Daun ... 51

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daun yang Terserang Penyakit Downy Mildew ... 28 Gambar 2. Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 45 Gambar 3. Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 48 Gambar 4. Grafik Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera)

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 65 Lampiran 2. Data Pertambahan Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis

vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 66 Lampiran 3. Data Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 67 Lampiran 4. Perhitungan Uji Homogenitas Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur

(Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 68 Lampiran 5. Uji Normalitas Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari ... 69 Lampiran 6. Hasil Perhitungan ANOVA Uji f Pada Tinggi Batang Anggur (Vitis

vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 70 Lampiran 7. Data Hasil Pengukuran Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 72 Lampiran 8. Data Pertambahan Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis

vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 73 Lampiran 9. Data Pola Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 74 Lampiran 10. Perhitungan Uji Homogenitas Pertumbuhan Diameter Batang

Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 75 Lampiran 11. Uji Normalitas Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari ... 76 Lampiran 12. Hasil Perhitungan ANOVA Uji f Pada Diameter Batang Anggur

(Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 77 Lampiran 13. Data Hasil Pengukuran Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 79 Lampiran 14. Data Pertambahan Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis

(18)

Lampiran 15. Data Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari Perminggu ... 81 Lampiran 16. Perhitungan Uji Homogenitas Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur

(Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari ... 82 Lampiran 17. Uji Normalitas Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Prabu Bestari ... 83 Lampiran 18. Hasil Perhitungan ANOVA Uji f Pada Jumlah Daun Anggur (Vitis

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan anggur di Indonesia belum tersebar merata, hal ini dikarenakan adanya tuntutan persyaratan ekologi yang dibutuhkan tanaman anggur serta masih banyak petani yang belum mengetahui secara tepat teknik budidaya anggur di daerah tropis. Di Indonesia, sentra produksi anggur terdapat di beberapa daerah yaitu Probolinggo, Situbondo, Pasuruan, Kediri (Jawa Timur), Buleleng (Bali) dan Kupang (NTT) (Nurfita, 2012) . Banyaknya sentra produksi anggur di Indonesia masih belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan anggur dari konsumen sehingga impor anggur dari luar negeri masih harus dilakukan. Apabila diurutkan berdasarkan negara pengimpor anggur dari tahun 2001-2005, impor anggur Indonesia pada urutan pertama berasal dari negara Australia diikuti Amerika Serikat, China, Chili, dan Afrika Selatan (Andrini, 2012).

(20)

rata-rata 800 mm pertahun (Nurfita, 2012). Hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur adalah media tanam. Petani anggur kurang memperhatikan tanah yang baik untuk tanaman anggur sehingga dalam pertumbuhannya anggur tidak dapat tumbuh dengan maksimal dan tidak dapat menghasilkan buah yang berkualitas (Andrini, 2012).

Buah anggur memiliki nilai gizi yang sagat dibutuhkan tubuh. Menurut Surahman dan Damaja (2004) buah anggur mengandung 1.94 mg Zn, 130.67 mg K, dan 0.09 mg Fe dalam 100 gram buah. Selain itu dalam anggur juga mengandung vitamin C 43.79 mg/100 gram, vitamin E 0.16 mg/100 gram, vitamin B dan vitamin A. Anggur juga memiliki banyak khasiat bagi kesehatan, antara lain dapat memperbaiki sistem kardiovaskuler, melindungi pembuluh darah arteri, menjaga kerja ginjal atau kandung kencing, dan menenangkan sistem syaraf sehingga tidak terjadi kejang. Buah anggur juga berkhasiat sebagai obat antikanker. Kulit buah anggur mengandung 50-100 mikrogram zat resveratrol

yang berperan dalam mencegah penggumpalan darah, obat kanker, dan pencegah sakit jantung. Khasiat tersebut membuat tingginya konsumen anggur, tetapi seperti yang telah diuraikan diatas produksi anggur belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen (Rukmana, 1999).

Di Indonesia sudah banyak varietas anggur yang dikembangkan beberapa diantaranya yaitu Alicante, Golden Champion, Muscat Van Alexandrie

(Probolinggo Putih), Frankethaler (Probolinggo Biru), Isabella Gross Colman

(21)

2002 berkembang menjadi buah anggur varietas Probolinggo Super dan Prabu Bestari (Nurfita, 2012).

Anggur Prabu Bestari merupakan anggur introduksi dari Australia yang aslinya bernama Red Prince. Tanaman anggur Prabu Bestari dicirikan dengan batang yang tegak berbentuk lingkaran berwarna coklat dan merambat memenuhi para-para atau rambatannya. Daun pada tanaman anggur Prabu Bestari berbentuk pentagonal. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan petani di daerah Probolinggo, anggur Prabu Bestari ini memiliki kualitas buah yang baik karena tidak mudah pecah dan saat berbuah memiliki jumlah buah yang lebat dibandingkan dengan anggur jenis Probolinggo Super. Berdasarkan uji organoleptik konsumen, buah anggur yang paling disukai adalah warna merah dibandingkan warna ungu dan hijau kekuningan. Anggur merah Prabu Bestari mempunyai kelebihan pada lebatnya buah saat musim panen dengan daya hasil yang tinggi yaitu 10-30 kg per pohon. Anggur Prabu Bestari juga mempunyai keunggulan pada dompolan buah yang sangat rapat dengan bentuk buah bundar agak lonjong berwarna merah dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Harga jual anggur Prabu Bestari di tingkat petani sekitar Rp 5.000-Rp 17.500 per kg tergantung dari pasokan buah anggur. Anggur Prabu Bestari di Probolinggo saat ini hanya bisa memenuhi pasaran di Probolinggo sehingga potensi pengembangan anggur untuk memenuhi pasaran di luar Probolinggo masih sangat tinggi (Andrini, 2012).

(22)

tanaman anggur dapat tumbuh pada semua jenis tanah, adapun kondisi tanah yang membuat pertumbuhan tanaman anggur menjadi optimal yaitu pada tekstur dan struktur tanah liat dan tanah pasir. Menurut Nurfita (2012), tanah yang baik untuk pertumbuhan anggur adalah tanah yang memiliki drainase dan aerasi baik, pH 7 (netral) dengan kandungan C-organik ≥2% ketersediaan unsur hara makro dan mikro yang cukup serta terdistribusi merata secara vertikal ke arah perakaran.

(23)

hayati dan rehabilitasi predator alami, meningkatkan penyerapan air permukaan tanah dan mencegah banjir serta kekeringan (Murwono, 2013).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat pertumbuhan tanaman anggur Prabu Bestari yang paling optimal pada jenis tanah yang telah ditentukan dengan menambahkan NOPKOR. Dengan demikian peneliti mengajukan penelitian yang berjudul Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari pada Tiga Jenis Tanah yang Berdeda dengan Penambahan NOPKOR. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal Pantai Samas yaitu jenis tanah regosol, tanah dari paingan yaitu jenis tanah alluvial dan tanah dari Gunung Kidul yaitu jenis tanah latosol. Tiga jenis tanah ini digunakan sebagai media tanam dalam penelitian dengan alasan anggur dapat tumbuh pada jenis tanah regosol, alluvial dan latosol. Alasan lainnya adalah lahan yang cukup luas untuk budidaya anggur pada lokasi asal ketiga tanah tersebut. Dari penelitian ini, peneliti berharap dapat membuktikan bahwa tanah-tanah yang digunakan dapat menumbuhkan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari secara optimal dan didukung dengan penambahan NOPKOR.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari pada tanah regosol, alluvial dan latosol ?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengetahui pertumbuhan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari pada

tanah regosol, alluvial dan latosol.

2. Mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari.

D. Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan batasan masalah agar dalam penjelasannya nanti akan lebih mudah, terarah dan sesuai dengan yang diharapkan serta terorganisir dengan baik. Pembuatan skripsi ini dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Parameter pertumbuhan tanaman anggur yang dilihat dari tinggi batang, diameter batang, dan jumlah daun.

2. Penelitian dilakukan hingga pengukuran pada tanaman menunjukan perbedaan pertumbuhan.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Masyarakat: Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jenis

(25)

2. Bagi Siswa/Penulis

a. Melatih kemampuan penulis untuk memecahkan masalah dan menuangkan ke dalam karya tulis ilmiah.

b. Melatih mengembangkan potensi dan keterampilan proses ilmiah serta membantu siswa mengenal dan mendekatkan diri pada objek atau persoalan biologi.

3. Bagi Pengembangan Pengetahuan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Anggur

1. Asal-Usul Tanaman Anggur

Banyak pakar biologi dan pertanian berusaha menguak asal-usul tanaman anggur. Awal mulanya, sumber genetik asli tanaman anggur terdapat di daerah Armenia (Rusia), di dekat Laut Kaspi. Anggur yang pertama dikenal oleh manusia adalah jenis anggur liar yang tumbuh di sekitar pegunungan Kaukasus bagian Tenggara, kemudian menyebar ke Asia Kecil, Yunani dan Mesir. Dari Yunani menyebar ke daratan Eropa, Afrika, Australia, Asia dan Amerika (Rukmana, 1999).

Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi. orang-orang mulai mengenal anggur sebagai minuman (wine), buah meja dan kismis. Pada waktu itu, tanaman anggur belum dibudidayakakan. Orang-orang Romawi mengenal tanaman anggur jenis (Vitis vinifera) sebagai bahan baku minuman (wine). Anggur jenis ini dengan cepat menyebar ke Mediterania sampai kawasan Afrika Utara dan dikenal sebagai anggur buah segar. Jenis anggur yang banyak dibudidayakan di dunia berasal dari spesies (Vitis vinifera) (Sunarjono, 2008)

Abad ke-17 introduksi tanaman anggur ke Indonesia dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Daerah sentrum produksi anggur di Indonesia

(27)

2. Klasifikasi Anggur

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Siper Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Rhamnales

Famili : Vitaceae

Genus : Vitis

Spesies : Vitis vinifera L Varietas : Prabu bestari

(Nurfita, 2012)

3. Karakteristik Morfologi Anggur Varietas Prabu Bestari

Tanaman anggur ini merupakan tanaman tahunan (perennial), berbentuk perdu dan memanjat atau menjalar. Tubuh tanaman anggur terdiri atas akar, batang, daun, sulur dan buah. Karakteristik morfologi tanaman anggur adalah sebagai berikut:

a) Akar (Radix)

(28)

mengalami kerusakan akibat lingkungan yang tidak cocok. Misalnya karena aerasi yang jelek, kurang kadar air dalam tanah, tingginya angka keasaman tanah dan kandungan senyawa alumunium (Al) serta mangan (Mn) dalam tanah yang tinggi. Akar tanaman anggur tidak tahan (peka) terhadap genangan air. Oleh karena itu, tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik.

b)Batang (Caulis)

Batang merupakan bagian dari tubuh tanaman yang amat penting sebagai alat pembentuk dan pembawa daun. Batang tanaman anggur beruas-ruas, berbuku-buku serta berkayu dengan spesifikasi batang tanaman anggur tumbuh memanjat atau menjalar. Struktur batang dan percabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder dan cabang tersier yang akan menghasilkan cabang bunga atau buah. Setiap buku batang mempunyai mata tunas. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau, tetapi setelah tua berubah menjadi hijau kecokelat-cokelatan atau cokelat. Cabang bermata tunas dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif (Rukmana, 1999).

c) Daun (Folium)

(29)

d) Sulur (Sirrus)

Sulur (Sirrus) pada tanaman anggur berfungsi sebagai alat pemanjat. Pada tanaman anggur letak sulur berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Rukmana, 1999).

e) Bunga (Flos)

Bunga pada tanaman anggur ada tersusun dalam tangkai, artinya pada tiap tangkai bunga terdapat banyak kuntum bunga atau disebut “bunga majemuk”

(inflorescentia). Ada dua tipe anggur, yaitu berbunga sempurna (putik dan benang sari terdapat dalam satu bunga) dan bersifat fertil artinya bunga jantan dan betina terdapat pada pohon yang berbeda (terpisah) (Sunarjono, 2008). Bunga anggur penyerbukannya bersifat penyerbukan silang. Penyerbukan bunga berlangsung dengan bantuan angin, serangga dan manusia. Varietas Vitis vinifera umumnya mempunyai bunga berumah satu (monoceus), artinya tiap tanaman memiliki bunga jantan dan betina.

f) Buah (Fructus)

(30)

panjang, kerucut berpundak, silinder, silinder bersayap, dan bermalai ganda. Buah terdiri atas kulit buah, daging buah, dan biji. Namun beberapa varietas anggur memiliki buah tetapi tidak berbiji (Rukmana, 1999).

4. Jenis dan Varietas

(31)

B. Lingkungan Tumbuh Tanaman Anggur a. Keadaan Iklim

Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi anggur meliputi ketinggian tempat (elevasi) yang berkaitan dengan suhu dan kelembaban udara, curah hujan, serta sinar matahari.

1. Ketinggian Tempat (elevasi)

Keadaan iklim yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Berdasarkan keadaan iklim dan tempat tumbuhnya, tanaman anggur dibedakan menjadi dua tipe yaitu, untuk jenis atau spesies anggur (Vitis vinifera) dapat tumbuh baik di dataran rendah pada ketinggian 0-300 mdpl dengan iklim kering (musim kering lebih dari 3 bulan). Sedangkan untuk jenis atau spesies anggur (Vitis labrusca), dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) pada ketinggian 1000 mdpl dengan tipe iklim agak basah (musim kering kurang dari 3 bulan) (Rukmana, 1999).

2. Suhu Udara

(32)

sementara itu proses respirasi meningkat lebih besar sehingga produksi pati hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk energi pernafasan dari pada untuk pertumbuhan tanaman. Akibatnya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan pembungaan serta pembuahan terhambat. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tanaman kehilangan banyak air akibat transpirasi. Sedangkan suhu udara yang terlalu rendah dapat menimbulkan kematian pada tanaman anggur yang diawali dengan gejala timbulnya kematian jaringan daun (nekrosis). Suhu udara yang cocok untuk tanaman anggur pada kisaran 25oC-31oC (Cahyono, 2010).

3. Kelembaban Udara

Tanaman anggur dalam pertumbuhannya membutuhkan kelembaban udara yang optimum. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan anggur yaitu pada kisaran 40%-80% (Rukmana, 1999). Kelembaban udara berpengaruh terhadap fotosintesis tanaman. Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2) untuk keperluan fotosintesis menjadi terganggu. Kelembaban udara yang terlalu rendah dapat menyebabkan tanaman sulit menyerap zat hara nitrogen (N) phosphate (P), selain itu udara yang sangat lembab (ekstrim basah) dapat merangsang pertumbuhan patogen yang mengganggu kesehatan tanaman (Cahyono, 2010).

4. Curah Hujan

(33)

dengan 4-7 bulan kering dalam satu tahun dan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 800-1800 mm/tahun dengan curah hujan pada bulan kering <60 mm sangat cocok untuk pembudidayaan tanaman anggur. Namun tanaman anggur masih dapat tumbuh cukup baik pada iklim yang agak basah dengan 3-4 bulan kering dalam 1 tahun walaupun produksinya kurang maksimal (Cahyono, 2010). 5. Penyinaran Matahari

Sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman anggur sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif tanaman. Misalnya, pertumbuhan batang, cabang-cabang ranting, daun, pembentukan bunga, buah, biji dan pembentukan zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lain-lain. Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tergantung pada intensitas sinar dan lamanya penyinaran pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Pada masa awal pertumbuhan, tanaman anggur memerlukan intensitas matahari lemah yaitu sekitar 50%. Penyinaran cahaya secara langsung dengan intensitas cahaya yang kuat berpengaruh buruk terhadap kehidupan tanaman. Sedangkan menjelang tanaman dewasa hingga berproduksi intensitas sinar matahari yang diperlukan oleh tanaman anggur yaitu sekitar 80% dari pagi sampai sore atau lama penyinaran 10-12 jam sehari (Cahyono, 2010).

b. Keadaan Tanah

(34)

mengandug pasir, lempung berpasir, subur, dan gembur, banyak mengandung humus dan unsur hara yang dibutuhkan, keadaan aerasi dan drainasenya baik, bebas dari kandungan garam (alkali) dan derajat keasaman (pH) yang cocok adalah 6-7. Jenis tanah yang paling ideal untuk pengembangan tanaman anggur adalah tanah aluvial dan grumosol (Rukmana, 1999).

Tanah yang banyak mengandung pasir dapat memberikan keleluasaan bagi perakaran tanaman anggur untuk mencari air dan makanannya. Namun pada tanah pasir tanaman anggur akan tumbuh relatif kurang subur dan mulai masak buahnya akan lebih cepat terjadi daripada di tanah yang berat/berlempung (Rismunandar, 1985).

C. Teknik Budidaya Tanaman Anggur Dalam Pot (Tabulampot)

(35)

dalam merawat tanaman buah, misalnya dalam hal pemberian pupuk (Rahmat, 2011).

Menurut Rukmana (1999), spesifikasi bertanam anggur di dalam pot adalah sebagai berikut:

1. Penyiapan lahan

Sarana yang dibutuhkan untuk penanaman anggur dalam pot adalah pot atau wadah tanam, medium tanam, bibit tanaman anggur tempat rambatan dan fasilitas penunjang kebun.

a) Wadah Tanam

Wadah tanam yang umum digunakan adalah pot atau drum bekas selain itu bahan pembuatan pot juga bermacam-macam, misalnya semen, plastik, tanah liat atau keramik. Bentuk pot yang digunakan bervariasi diantaranya berbentuk bulat dan persegi panjang. Kedalaman minimum pot adalah 75 cm, diameternya 60 cm dan dibagian dasar wadah tanaman memiliki lubang drainase.

b) Medium Tanam

Medium tanam yang digunakan adalah pasir dan pupuk kandang yang masak (jadi) dengan perbandingan 1:1:2.

2. Bibit Tanaman Anggur

(36)

3. Tempat Rambatan

Tempat rambatan dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, atau besi. Ukuran dan bentuk tempat rambatan harus diserasikan dengan ukuran tanaman anggur, misalnya berbentuk tangga, huruf T atau huruf H.

4. Penanaman

Waktu tanam bibit anggur dalam pot dapat dilakukan setiap saat, asal ketersediaan air untuk pengairan (penyiraman) memadai. Mula-mula medium tanam dalam polybag disiram sampai basah, kemudian bibit bersama akar dan medium tanamnya dikeluarkan dari polybag untuk segera ditanam di tengah-tengah pot. Bersamaan dengan itu tempat rambatan ditancapkan dalam pot. Setelah selesai penanaman bibit anggur, medium tanam segera disiram dengan air bersih hingga cukup basah. Pot yang sudah ditanam anggur disimpan dulu selama 15-30 hari di tempat yang teduh hingga tanaman mudah bertunas dan berakar cukup (Rukmana, 1999).

5. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman anggur ini meliputi beberapa hal yaitu penempatan tanaman pot, penyiraman dan pemupukan, pemangkasan dan pembentukan pohon, perambatan cabang, pemangkasan pembuahan dan perawatan buah.

a. Penempatan Pot

(37)

b. Penyiraman dan Pemupukan

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah memadai. Pengairan (penyiraman) dilakukan secara kontinu 2 kali sehari. Setelah tanaman berumur lebih dari dua bulan, frekuensi penyiraman dikurangi, yaitu dua hari sekali. Sepuluh hari setelah tanam, pohon anggur di pupuk dengan urea sebanyak 10 g/pot. Pemupukan diulang selang 10 hari sekali dengan takaran yang sama sampai tanaman berumur 3 bulan. Tanaman anggur yang berumur lebih dari tiga bulan sampai 6 bulan, dipupuk urea sebanyak 15 g/pot dengan selang 15 hari sekali. Pertumbuhan anggur yang kurang subur dapat diberi pupuk daun (Rukmana, 1999).

c. Pemangkasan dan Pembentukan Pohon

Tanaman anggur yang umurnya 6 bulan sudah saatnya dilakukan pemangkasan dan pembentukan pohon. Tujuan pemangkasan dan pembentukan pohon adalah memperoleh bentuk dasar (frame) pohon yang kokoh dan bagus, serta bertunas seimbang dalam jumlah banyak. Tata cara pemangkasan dan pembentukan pohon adalah sebagai berikut:

1) Pangkas (potong) ujung tanaman pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang disebut cabang primer.

(38)

3) Pangkas (potong) ujung cabang sekunder, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan cabang-cabang tersier. Dari cabang inilah akan muncul bunga atau buah.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah keadaan tanaman harus sehat. Tanda-tanda tanaman anggur yang baik dipangkas adalah bila cabangnya dipotong meneteskan air dan kulit cabangnya berwarna kecokelat-cokelatan (Rukmana, 1999).

d. Rambatan Cabang

Bersamaan dengan pemangkasan dan pembentukan pohon, tunas-tunas baru atau cabang yang ada dirambatkan pada tempat rambatan sambil ditarik kawat diatur agar jarak antar cabang seimbang. Tiap ujung cabang sebaiknya diikat dengan tali rafia atau plastik agar cabang yang satu tidak mudah bertumpuk dengan cabang yang lainnya (Rukmana, 1999).

e. Pemangkasan Pembuahan

Pemangkasan pembuahan sebaiknya dilakukan saat tanaman anggur berumur lebih dari 1 tahun. Waktu pemangkasan pembuahan yang paling tepat adalah pada bulan Maret-April dan diulang lagi pada bulan Juli-Agustus. Sekitar dua minggu setelah pemangkasan dan perompesan daun akan bermunculan tunas-tunas baru bersulur tempat keluarnya malai bunga atau buah (Rukmana, 1999).

f. Perawatan Buah

(39)

dengan menggunakan gunting yang tajam atau bersih. Dompolan buah sebaiknya dibungkus dengan kertas semen atau kantong plastik agar terhindar dari embun atau serangan hama dan penyakit (Rukmana, 1999).

D. Tanah

Tanah merupakan sumber unsur hara yang diperlukan tanaman untuk dapat tumbuh. Tanah yang ideal untuk pertumbuhan memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Komponen Tanah

Tanah sebagai media tumbuh yang ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, air tanah dan udara tanah. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri-dari: (1) 50% padatan, berupa 45% bahan mineral (bahan hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral primer, mineral sekunder dan bahan amorf) dan 5% bahan organik (flora dan fauna tanah, perakaran tanaman serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan hasil kegiatan mikroorganisme) dan (2) 50% ruang pori berisi 20%-30% air dan 20%-30% udara (Sutanto, 2005).

Menurut Hanafiah (2004), secara alamiah proporsi komponen tanah tergantung pada:

(40)

b. Sumber bahan organik tanah, tanah bervegetasi akan mempunyai bahan organik tanah (BOT) tinggi, sebaliknya pada tanah gundul (tanpa vegetasi), c. Iklim terutama curah hujan dan tempertaur, saat hujan dan evaporasi

(penguapan) rendah proporsi air meningkat dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan evaporasi tinggi, dan

d. Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan mengandung lebih banyak air ketimbang yang jauh dari sungai.

2. Fungsi Tanah Sebagai Media Tumbuh

Masing-masing komponen memiliki peran dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuhm sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap fungsi tanah sebagi media tumbuh.

Menurut Hanafiah (2004), fungsi masing-masing komponen tanah yaitu: a. Udara tanah berfungsi sebagai gudang dan sumber gas seperti O2 yang dibutuhkan oleh sel-sel perakaran untuk melaksanakan respirasi, CO2 bagi mikroba fotosintetik dan N2 bagi mikrobia pengikat N.

b. Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanaman dan biota tanah, sebagian besar penyerapan hara seperti N, K, dan Ca oleh tanaman dimediasi oleh air melalui mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun.

(41)

berfungsi sebagai gudang udara dan air tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Sedangkan bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik) sehingga keberadaan BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitsnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung oleh BOT tersebut.

3. Jenis Tanah dan Karakteristik Tanah

a. Tanah Regosol

Tanah regosol bukit pasir (sand dune) banyak terdapat di sepanjang pantai di banyak pulau di Indonesia. Di Yogyakarta tanah regosol tersebar di daerah Bantul dan Kulonprogo (Sumanto, dkk., 2000). Bukit-bukit pasir (sand dunes) terbentuk dari pasir pantai yang berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan angin laut yang bersifat deflasi dan akumulasi. Pasir yang ringan terbawa oleh gaya ombak laut dan terlempar lebih jauh dari bibir pantai, sedangkan yang berat (partikel lebih besar) biasanya lebih hitam (berat jenis lebih tinggi teronggok dekat bibir pantai yang landai. Pasir yang kering dan ringan tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuk daerah bukit pasir (Supriyo, dkk., 2009).

Kendala jika pasir akan ditanami adalah:

(42)

3)Kandungan garam sangat tinggi

4)Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi, maka evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan.

b. Tanah Alluvial

Tanah alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, jumlah bahan organiknya berubah-ubah tidak teratur dengan kedalamannya. Lapisan disini bukan horizon karena bukan terbentuk secara pedogenesis (perkembangan tanah secara alami pelapukan mulai dari atas, proses eluviasi dan iluviasi). Tetapi bahan atau material yang diendapkan berbeda dari waktu ke waktu dan lama pengendapan juga berbeda, sehingga terbentuk lapisan yang berbeda. Tanah alluvial ini selalu diperbaharui, maka tanah ini dianggap masih muda, karena tanah ini terbentuk akibat banjir di musim penghujan, maka sifat bahan-bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asal serta macam bahan yang diangkut, sehingga menampakkan ciri morfologi berlapis-lapis. Sifat tanah alluvial dipengaruhi langsung oleh bahan asalnya, sehingga kesuburannya ditentukan oleh bahan asalnya, sebagai contoh endapan yang berasal dari Gunung Merapi merupakan endapan yang masih muda sehingga akan menjadi tanah yang subur. Kebanyakan tanah alluvial merupakan campuran material yang banyak mengandung unsur-unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Jika melihat bentuk fisiknya tanah ini mudah untuk digarap dan dapat menghisap air dan permeabel (Supriyo, dkk., 2009).

(43)

mempunyai horizon A okrik, horizon H histik atau sulfurik dengan kadar fraksi pasir kurang dari 60% pada jeluk antara 25-100 cm di permukaan tanah mineral (Rosmarkan dan Wongsoatmojo, 2001).

c. Tanah Latosol

Tanah latosol ini merupakan golongan tanah yang meliputi semua tanah zona di daerah tropika dan khatulistiwa yang mempunyai sifat-sifat dominal seperti berikut:

1. Nilai SiO2 / Sesquioxida fraksi lempung rendah 2. Kapasitas penukaran kation rendah

3. Lempungnya kurang aktif 4. Kadar mineral primer rendah 5. Kadar bahan larut rendah

6. Stabilitas agregat tinggi dan berwarna merah

Tanah latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pencucian unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesquiozid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi yang umum ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur lemah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur dengan kadar liat lebih dari 60%. Warna tanah sekitar merah tergantung susunan minerologi bahan induk, drainase, umur tanah dan keadaan iklim (Mega, dkk., 2010).

(44)

dengan bahan induk hampir semua batuan. Tanah latosol meluas di daerah tropika sampai subtropika.

Di Indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 mdpl dengam topografi miring, bergelombang, vulkanik dan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm (Rosmarkan dan Wongsoatmojo, 2001).

E. Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit sering menjadi permasalahan pada tanaman anggur. hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman anggur:

1. Kumbang Daun (Apogonia sp)

(45)

2. Tepung Palsu (Valse Meeldauw, Downy Mildew)

(46)

Gambar 1. Daun Yang Terserang Penyakit Downy Mildew

3. Busuk Hitam (Black Rot)

Penyakit busuk hitam disebabkan oleh cendawan Guignardia bidwellii

(Ell.) Viala et Ravas. Infeksi awal (primer) cendawan ini biasanya terjadi pada daun muda dan tangkai buah. Gejala serangannya adalah mula-mula terjadi bercak-bercak cokelat dikelilingi oleh tepi hitam pada daun, kemudian disekeliling bercak terbentuk daerah yang berwarna cokelat gelap sampai hitam. Pada sisi bercak terdapat bintik-bintik hitam kecil secara teratur dalam satu lingkaran.

Penyakit busuk hitam ini juga menyerang tunas muda. Tunas muda yang terinfeksi mengalami perubahan warna dari hijau menjadi ungu sampai hitam dan agak melekuk. Gejala serangan yang spesifik terjadi pada buah yang hampir matang, yaitu ditandai dengan bercak-bercak kecil berwarna putih dengan warna tepi cokelat, kemudian busuk basah mengendap dan mengeriput berwarna hitam seperti “mummi”. Pengendalian penyakit busuk hitam dapat dilakukan dengan

(47)

pembungkusan (pemberongsongan) buah, dan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga, misalnya Kocide 77 WP atau Kasumin 5/75 WP (Semangun, 1996).

4. Karat Daun

Penyakit ini merupakan penyakit umum yang terdapat di Jawa khususnya di Jawa Timur, yang sering menyerang tanaman anggur. Gejala penyakit ini ditandai dengan sisi bawah daun terdapat tepung berwarna jingga yang terdiri dari spora jamur. Jika dilihat dari sisi atas tampak bahwa daun berbercak-bercak hijau kekuningan. Pada serangan yang berat seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh lapisan spora dan daun segera rontok. Penyakit ini disebabkan oleh Physopella ampelopsidis (Diet.et P.Syd) Cumm.et Ramachar. Pengendaliannya dengan cara memetik dan membakar daun-daun yang sakit (Semangun, 1996).

F. Pupuk

Pupuk adalah komoditas vital yang berkaitan erat dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan. Menurut Suwahyono (2011), pupuk meyumbang 20% dari keberhasilan peningkatan produksi pertanian. Ada banyak pupuk yang digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian diantaranya sebagai berikut:

1. Pupuk Kompos

(48)

dari bahan organik terhadap tanah yaitu merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan menahan air serta meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P dan S. Proses penguraian bahan organik ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembapan. Waktu pengomposan rata-rata 4-6 minggu. Kompos dapat terbuat dari limbah pertanian seperti jerami, sekam, tongkol jagung, batang pisang dan sabut kelapa. Kompos dapat pula terbuat dari limbah industri seperti serbuk gergaji kayu, kertas, limbah kelapa sawit dan dari limbah rumah tangga seperti tinja, urin, sampah rumah tangga. Kompos memiliki beberapa manfaat bagi tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen, menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah (Alex, 2012).

2. Pupuk Kompos Cacing

(49)

dan mikroba tanah. Kompos cacing yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecokelatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N 20). Keunggulan kompos cacing yaitu memiliki kemampuan menahan air sebesar 40-60% ehingga mampu mempertahankan kelembapan, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah, mengandung unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo yang dibutuhkan oleh tanaman (Alex, 2012).

3. Lypotril

Lypotril atau pupuk mikro sistemik daun merupakan campuran berbagai unsur bahan pupuk unsur anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat sistem penyerapan permukaan stomata atau seluruh pro daun, batang dan buah. Komposisinya yaitu:

a. Unsur Nitrogen 17,40% b. Unsur P 24,85% c. Unsur Kalium 18,25% d. MgO dan CaO 1,78%

e. Vitamin (E, Caroteen) dan mineral (Baron, Cu, Zn, Cr, Mn, I) 3,68% Manfaat penggunaan Lypotril bagi tanaman yaitu:

a. Percepatan pertumbuhan pucuk daun dan penguatan ketahanan daun, berhadapan dengan tingginya paparan sinar UV matahari.

(50)

c. Dapat berfungsi pada berbagai jenis tanaman, dan akan meningkatkan produktifitasnya, akan berfungsi sebagai faktor pengatur tumbuh bagi tanaman, proses aklimatisasinya.

d. Memperbesar kemungkinan keberhasilan budidaya, dengan pencegahan terjadinya kerontonkan bunga, buah dan daunnya serta percepatan pertumbuhan dan perkembangannya.

e. Pemupukan akan langsung diserap oleh pori permukaan daun (stomata), batang dan buahnya, dan langsung doproses dalam metabolisme asimilasi, sehingga dapat mengurangi derajat kehilangan mikro hara, maka proses serapan pada daun, batang dan buah akan sangat efisien. Penekanan karena kehilangan, dapat dihindari sekecil mungkin.

f. Menaikkan kualitas dan kuantitas panen mempersingkat waktu panen.

g. Bagi tanaman semusim dengan masa petik lebih dari sekali, maka akan memperpanjang periode dan sewaktu usia petik (Murwono,2013).

4. NOPKOR (Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery)

NOPKOR (Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery) merupakan kultur campuran berbagai mikroba tanah yang digunakan dengan cara penyiraman disekitar batang pada tanaman. Komposisi NOPKOR terbagi dalam kelompok: a. Mikroba fiksasi Nitrogen dari udara.

(51)

Manfaat NOPKOR bagi tanaman menurut Murwono (2013) yaitu: a. Penggemburan dan penyuburan tanah.

b. Mempercepat pertumbuhan biota, jasad renik tanah, dan keberadaan hara tanahnya.

c. Mempercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman. d. Dapat berfungsi sebagai pupuk dasar sistemik tanah.

e. Membantu proses pembusukan sisa akar tanaman setelah panenan, kotoran hewan, sampah organik, dan bahan organik lainnya.

f. Menaikkan derajat keasaman tanah menjadi netral secara biologis tanpa penggunaan kapur tanah, karena adanya mikroba fiksasi Kalsium dan Kalium. g. Menguraikan residu dari pestisida kontak/insektisida siklis agar tidak

meracuni tanah.

h. Mencegah timbulnya penyakit busuk akar karena rendahnya pH tanah. i. Mencegah timbulnya serangan jamur dan fungi.

j. Dapat digunakan sebagai mikroba pembusukan dalam pembuatan dan fermentasi kompos.

k. Menciptakan keseimbangan ekosistem tanah yang baru, sehingga memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi predator alami.

(52)

G. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yulianingsih (2007) dengan judul Uji Pertumbuhan Vegetatif Berbagai Varietas Tanaman Anggur (Vitis) di Desa Tegal Gondo Kecamatan Karangploso Penelitian ini menggunakan berbagai jenis anggur dengan parameter yang diamati adalah pertumbuhan tinggi tanaman anggur dan pertumbuhan diameter batang baru tanaman anggur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Moscato memiliki tinggi tanaman dan diameter batang baru lebih tingi dibandingkan varietas lain. Sedangkan varietas Probolinggo Biru pertumbuhan tinggi tanaman sangat kecil, sehingga di asumsikan bahwa varietas Probolinggo Biru tidak cocok untuk dibudidayakan di Desa Tegal Gondo dan dapat dibudidayakan di daerah Malang.

H. Hipotesis

1. Anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari dapat tumbuh dengan baik pada tanah regosol, alluvial, dan latosol.

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan tiga variabel yaitu variabel terikat yang meliputi tinggi batang, diameter batang dan banyak daun pada anggur Vitis vinifera varietas Prabu Bestari. Variabel bebas yang meliputi jenis tanah regosol, alluvial dan latosol. Variabel kontrol kelembaban udara, umur bibit, pemeliharaan tanaman, penyiraman serta intensitas cahaya matahari. Masing-masing anggur ditanam dengan tiga kali pengulangan pada tiga jenis tanah sebagai perlakuan, tanah yang digunakan meliputi tanah regosol, alluvial dan latosol. Sedangkan kontrol ditanam pada media dengan komposisi pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun milik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Letak kebun di sekitar kampus Universitas Sanata Dharma Desa Paingan, Maguwoharjo Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dengan rentang pelaksanaan dari bulan Oktober 2013 hingga Februari 2014.

C. Desain Penelitian

(54)

Tanujaya (2013), RAL atau CRD merupakan rancangan dasar dengan beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan. Ciri khas percobaan ini yaitu bahan percobaan yang digunakan harus bersifat homogen.

Dalam perlakuan ini terdapat tiga jenis tanah yang digunakan yaitu tanah regosol, tanah alluvial dan tanah latosol, masing-masing perlakuan diulang tiga kali.

Tata letak pot tanaman adalah seperti skema berikut:

Keterangan:

: Tanah regosol : Tanah alluvial : Tanah latosol : Kontrol

R : Replikasi (Pengulangan)

R1 R2 R3

R1 R3

R1

R2

R3 R2

R3 R2

(55)

D. Alat dan Bahan

Alat- alat yang digunakan meliputi:  Pot

 Ember

 Gunting pemangkas  Meteran

 Penggaris  Jangka sorong

Bahan-bahan yang digunakan meliputi:

 Anggur Vitis vinifera varietas Prabu Bestari  NOPKOR

 Lipotryl  Pestisida

 Tanah regosol (daerah Pantai Samas)  Tanah alluvial (daerah Paingan)  Tanah latosol (daerah Gunung Kidul)  Pasir

 Pupuk kompos

 Pupuk kompos cacing (Kascing)

(56)

E. Prosedur Kerja 1. Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan dalam penelitian ini berada di daerah kampus Universitas Sanata Dharma, lahan ini dimanfaatkan untuk tempat peletakan pot yang berisi tanaman anggur. Lahan ini dahulu merupakan lahan yang pernah dijadikan sebagai sawah, sehingga lahan ini perlu penyiangan dan pemberian pagar agar terlindungi dari hama seperti ayam, kambing dan hewan-hewan peliharaan warga di sekitarnya.

2. Penyiapan Media Tanah dan Pot

a) Pot

Pot yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari tanah liat dengan ukuran diameter 40 cm dan tinggi pot 35 cm. Bagian bawah pot memiliki lubang drainase yang berfungsi untuk keluarnya air saat tanaman disiram.

b) Medium Tanam

(57)

3. Penyampuran Tanah dengan Pupuk

Tanah yang akan digunakan sebagai medium tanam terlebih dahulu dicampurkan dengan pupuk. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kompos daun dan pupuk kascing. Pencampuran medium tanam ini meliputi pasir, campuran pupuk kompos dan pupuk kascing dan tanah. Dengan perbandingan 25% pasir, campuran pupuk kompos dan pupuk kascing 25% dan tanah 50%.

Pencampuran tanah ini diawali dengan pencampuran pupuk kompos dan kascing dengan perbandingan 1:1. Setelah itu pupuk dicampur dengan tanah yang akan digunakan untuk media tanam. Setiap media tanam ditambahkan pasir 25 % dan campuran pupuk 25 %. Berikut ini adalah komposisi setiap media tanam:

Tabel I. Komposisi Media Tanam

Media tanam Komposisi

Tanah regosol pasir : campuran pupuk : tanah regosol (1:1:2) Tanah alluvial pasir : campuran pupuk : tanah alluvial ( 1:1:2)

Tanah latosol pasir : campuran pupuk : tanah latosol (1:1:2) Kontrol pasir : campuran pupuk (1:1)

4. Penyiapan Bibit

(58)

5. Penanaman Anggur

Penanaman anggur mula-mula siram bibit anggur yang masih didalam polybag hingga basah (lembab) menggunakan air bersih. Keluarkan bibit anggur tersebut berserta akar dan tanahnya di letakkan di tengah-tengah pot bersamaan dengan itu rambatan ditancapkan dalam pot. Selesai ditanam, medium tanam segera disiram dengan air bersih hingga cukup basah (lembab).

6. Perawatan Tanaman

a) Penempatan tanaman pot

Pot yang berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Di samping itu, lokasi penempatan harus dekat dengan sumber air.

b) Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah yang memadai. Penyiraman (pengairan) dilakukan dengan melihat keadaan tanah, jika medium tanam sudah mulai mengering penyiraman dapat dilakukan.

c) Pemupukan

(59)

7. Pengamatan

Dalam percobaan ini pengamatan dilakukan selama empat bulan dengan pengambilan data satu minggu sekali. Data hasil pengamatan dicatat pada tabel pengamatan yang terdiri dari tabel tinggi batang, tabel diameter batang dan tabel jumlah daun. Tabel pengumpulan data memiliki format sebagai berikut:

Tabel II. Pengamatan Tinggi Batang

Tabel III. Pengamatan Diameter Batang

Tabel IV. Pengamatan Jumlah Daun Hari/

Tanggal Indikator

Tanah Regosol Tanah Alluvial Tanah Latosol Kontrol

P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P

Tinggi Batang

Hari/

Tanggal Indikator

Tanah Regosol Tanah Alluvial Tanah Latosol Kontrol

P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P

Diameter Batang

Hari/

Tanggal Indikator

Tanah Regosol Tanah Alluvial Tanah Latosol Kontrol

P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P P1 P2 P3 ∑P

(60)

F. Cara Menganalisis Data

Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan yang terdiri dari tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. Analisa data menggunakan ANOVA (analysis of variances) dengan uji F. Uji ANOVA adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor pada masing-masing kelompok (khususnya untuk kelompok yang banyak), dengan suatu resiko kesalahan yang sekecil mungkin. Di samping mempunyai kemampuan membedakan antar banyak kelompok dengan resiko kesalahan yang kecil, ANOVA juga dapat memberi informasi tentang ada tidaknya interaksi antar variabel bebas sehubungan dengan pengukuran terhadap variabel terikat. Oleh karena perbedaan yang merupakan sasaran utama dalam analisis ANOVA maka data kategorikal untuk variabel bebas merupakan kondisi yang sesuai. Hipotesis dalam ANOVA akan membandingkan rata-rata dari beberapa populasi yang diwakili oleh beberapa kelompok sampel secara bersama, sehingga hipotesis matematikanya (untuk 3 kelompok) adalah:

- Ho; µ1 = µ2= µ3,

- Ha ; salah satu µ tidak sama.

Bunyi hipotesis alternatif seperti itu, merupakan hipotesis yang fleksibel, karena tidak menyebutkan secara pasti µ mana yang berbeda dengan lainnya. Hal ini mempunyai arti bahwa µ mana yang tidak sama bukan merupakan masalah dalam penolakan hipotesis nol (Irianto, 2003).

(61)

1. Tinggi Batang

a) Menghitung selisih pertumbuhan setiap minggu kemudian dirata-rata. Hasil rata-rata data sampel di kelompokan menurut perlakuan seperti tabel berikut:

Tabel V. Tabel Perhitungan Rata-rata Tinggi Batang

b) Kemudian dilakukan perhitungan sebagai berikut:

CF (Faktor Koreksi) = (Jumlah total) 2 : Jumlah Pengamatan

= (ΣX2) / rt  SS Total = ΣX2 - CF

SS Perlakuan = Σ(total perlakuan)2 : r - CF  SS galat = SS total - SS perlakuan

MS Perlakuan = SS Perlakuan / df Perlakuan  MS Galat = SS galat / df galat

F hitung = MS Perlakuan : MS Galat

c) Setelah itu masukan hasil perhitungan pada tabel analisis variasi untuk menghitung df, hitung SS, hitung MS, tentukan F hitung. Bandingkan F hitung dan F tabel. Berikut tabel analisis variasi:

Perlakuan Hasil pengamatan Total Perlakuan

Rerata Perlakuan

RI R2 R3

Tanah regosol Tanah alluvial Tanah latosol

Kontrol

(62)

Tabel VI. Tabel Analisis Variasi

d) Dari hasil analisis dapat dilihat penelitian yang dilakukan signifikan atau tidak dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka analisis data sampel tersebut signifikan dan jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka analisis data sampel tersebut tidak signifikan. Cara perhitungan ini juga digunakan untuk menganalisis pertumbuhan dengan variabel diameter batang dan banyak daun.

Sumber variasi df SS MS F hitung F tabel

5% 1 %

Perlakuan Galat percobaan

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data dan Analisis Hasil Penelitian

Data hasil pengukuran pertumbuhan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestasi pada tiga jenis tanah berbeda dengan penambahan NOPKOR adalah sebagai berikut:

1. Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Berdasarkan data hasil penelitian, maka dapat dibuat grafik pertumbuhan batang anggur varietas (Vitis vinifera) Prabu Bestari perminggu sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Grafik di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi batang anggur perminggu memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan tinggi batang

Regosol,

Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Anggur

(64)

225 cm, tertinggi kedua pada tanah latosol mencapai 219.67 cm selanjutnya pada tanah regosol dengan tinggi 125.33 cm dan yang paling rendah yaitu pada media kontrol dengan tinggi 110 cm.

(65)

pengulangan ketiga. Untuk lebih lengkapnya data pertumbuhan tinggi batang dapat dilihat pada lampiran 1-3.

Data hasil penelitian berdasarkan gambar 2 didapat rata-rata pertumbuhan tinggi batang anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari seperti pada tabel berikut:

Tabel VII. Rata-rata Pertumbuhan Tinggi Batang

Perlakuan Pertumbuhan Tinggi Batang

R1 R2 R3 Rerata

Regosol 9.41 3.18 17.06 9.88

Alluvial 8.97 16.32 12.88 12.73 Latosol 6.50 15.24 15.44 12.39

Kontrol 8.06 5.47 8.71 7.41

Keterangan :

Regosol : Tumbuhan dengan media tanah Pasir Alluvial : Tumbuhan dengan media tanah Paingan Latosol : Tumbuhan dengan media tanah Gunung Kidul Kontrol : Tumbuhan dengan media kontrol

R1 = Pengulangan 1 R2 = Pengulangan 2 R3 = Pengulangan 3

(66)

2. Pola Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Grafik pola pertumbuhan diameter batang anggur (Vitis vinifera) varietas prabu bestari perminggu ditampilkan pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Grafik di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter batang anggur memiliki rata-rata pertumbuhan yang berbeda. Rata-rata pertumbuhan diameter batang anggur paling tinggi pada tanah alluvial mencapai 0.8 cm, diikuti oleh tanah latosol 0.78 cm, kemudian pada tanah regosol 0.75 cm dan pada media kontrol dengan besar diameter 0.74 cm.

Rata-rata pertumbuhan diameter batang anggur pada minggu ke-7 sampai ke-10 memiliki rata-rata pertumbuhan yang hampir sama pada semua jenis tanah. Pada minggu ke-11 rata-rata pertumbuhan paling tinggi pada media kontrol dan paling rendah pada tanah alluvial. Pada minggu ke-12 sampai minggu ke-14

Regosol

Ke-7 Ke-8 Ke-9 Ke-10 Ke-11 Ke-12 Ke-13 Ke-14 Ke-15 Ke-16 Ke-17

(67)

alluvial dan yang paling rendah pada media kontrol. Minggu ke-15 rata-rata pertumbuhan diameter batang anggur yang paling tinggi pada tanah regosol dan paling rendah pada media kontrol. Pada minggu ke-16 sampai ke-17 rata-rata pertumbuhan diameter batang anggur berturut-turut dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah yaitu tanah alluvial, latosol, regosol dan media kontrol. Data pertumbuhan diameter batang dapat dilihat pada lampiran 7-9.

Data hasil penelitian berdasarkan gambar 3 didapat rata-rata pertumbuhan diameter batang anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari seperti pada tabel berikut:

Tabel VIII. Rata-rata Pertumbuhan Diameter Batang

Perlakuan Pertumbuhan Diameter Batang

R1 R2 R3 Rerata

Regosol 0.048 0.032 0.048 0.043 Alluvial 0.085 0.052 0.067 0.068 Latosol 0.038 0.058 0.042 0.046 Kontrol 0.060 0.025 0.043 0.043 Keterangan :

Regosol : Tumbuhan dengan media tanah Pasir Alluvial : Tumbuhan dengan media tanah Paingan Latosol : Tumbuhan dengan media tanah Gunung Kidul Kontrol : Tumbuhan dengan media kontrol

R1 = Pengulangan 1 R2 = Pengulangan 2 R3 = Pengulangan 3

(68)

adanya perbedaan yang berarti untuk pertumbuhan diameter batang anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari pada ketiga jenis tanah. Hasil pengujian ANOVA dengan uji F dapat dilihat pada lampiran 10-12.

3. Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Berdasarkan data hasil penelitian pola pertumbuhan jumlah daun anggur (Vitis vinifera) varietasPrabu Bestari perminggu ditampilkan pada gambar 4.

Gambar 4. Grafik Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Grafik di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah daun anggur pada tiap minggu memiliki pola pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan daun yang paling banyak terdapat pada anggur yang ditanamam pada tanah latosol dengan rata-rata pertumbuhan jumlah daun mencapai 38 helai. Terbanyak kedua pada tanah alluvial dan regosol dengan jumlah daun 37 helai dan yang paling sedikit jumlah daun pada media kontrol yaitu sebanyak 18 helai.

(69)

Rata-rata pertumbuhan jumlah daun pada minggu ke-1 sampai minggu ke-8 memiliki pertumbuhan yang stabil dan hampir sama. Pada minggu ke-9 sampai minggu ke-13 rata-rata pertumbuhan jumlah daun yang paling banyak pada tanah alluvial, diikuti pada tanah latosol kemudian pada tanah regosol dan pertambahan jumlah daun yang paling rendah pada media kontrol. Minggu ke-14 sampai minggu ke-17 pertumbuhan jumlah daun yang paling banyak pada tanah latosol diikuti pada tanah regosol dan alluvial dan pertumbuhan paling rendah pada media kontrol. Data pertumbuhan jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 13-15.

Data hasil penelitian berdasarkan grafik 4 didapat rata-rata pertumbuhan jumlah daun anggur (Vitis vinifera) varietasPrabu Bestari dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IX. Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Daun

Perlakuan Pertumbuhan Jumlah Daun

R1 R2 R3 Rerata

Regosol 3.35 0.77 2.92 2.35 Alluvial 2.46 1.85 3.15 2.49 Latosol 1.23 2.31 2.31 1.95 Kontrol 2.15 1.31 2.18 1.88 Keterangan :

Regosol : Tumbuhan dengan media tanah Pasir Alluvial : Tumbuhan dengan media tanah Paingan Latosol : Tumbuhan dengan media tanah Gunung Kidul Kontrol : Tumbuhan dengan media kontrol

(70)

Data pada tabel IX menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun anggur secara berturut-turut pada tanah alluvial, regosol, latosol dan media kontrol yaitu ̅=2.49; ̅=2.35; ̅=1.95 dan ̅=1.88. Setelah dianalisis hasil uji F menunjukkan tidak ada perbedaan yang berarti pertambahan jumlah daun Prabu Bestari pada tiap jenis tanah. Hasil pengujian ANOVA dengan uji F dapat dilihat pada lampiran 16-18.

B. PEMBAHASAN

1. Pola Pertumbuhan Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Perminggu

Pertumbuhan anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari pada tanah regosol, alluvial, latosol memperlihatkan terjadinya pertumbuhan secara terus-menerus. Pertumbuhan anggur perminggu dapat dilihat pada gambar 2 untuk pertambahan tinggi batang, gambar 3 untuk pertambahan diameter batang dan gambar 4 untuk pertambahan jumlah daun. Ketiga grafik di atas menunjukkan perbedaan pertumbuhan tanaman pada tiga parameter yang diukur.

Gambar

Tabel I. Komposisi Media Tanam .............................................................................
Gambar 4. Grafik Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Anggur (Vitis vinifera)
Gambar 1. Daun Yang Terserang Penyakit Downy Mildew
Tabel I. Komposisi Media Tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga jenis kalus yang terbentuk pada eksplan tunas aksilar anggur varietas Jestro Ag 86 yaitu kalus kompak yang berwarna putih kekuningan, kalus remah yang

Pola pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru mengalami fluktuasi tiap minggunya.Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa medium MS dengan pemberian air kelapa 10% dan 2,4-D mampu menginduksi kalus pada tanaman anggur hijau dan media yang paling

Organogenesis tanaman Anggur Hijau Pada Medium MS dengan IAA (Tajuddin, et.al .) 68 Paramater lain yang diamati dalam penelitian ini yaitu melihat ada tidaknya akar