• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera)

VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Esther Juliana Rehulina NIM : 101434014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera)

VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT

Oleh :

Esther Juliana Rehulina NIM : 101434014

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(3)

iii

SKRIPSI

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera)

VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Esther Juliana Rehulina

NIM : 101434014

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal : 7 Agustus 2014

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd ... Sekretaris : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc ... Anggota : Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc ... Anggota : Luisa Diana Handoyo, S.Si M.Si ... Anggota : Ika Yuli Listyarini, M.Pd ...

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

In all your ways acknowledge Him,

and He will make your paths straight.

(Proverb 3:6)

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 7 Agustus 2014 Penulis

(6)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Esther Juliana Rehulina NIM : 101434014

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT.

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 7 Agustus 2014

Yang menyatakan,

(7)

vii

ABSTRAK

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera)VARIETAS JESTRO AG 86 DI DALAM POT

Esther Juliana Rehulina Universitas Sanata Dharma

2014

Tanaman anggur merupakan tanaman subtropis yang sudah beradaptasi di Indonesia. Anggur varietas Jestro AG 86 merupakan varietas yang unggul dalam hal daya adaptasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Penelitian Universitas Sanata Dharma pada bulan Oktober 2013-Februari 2014. Bibit anggur varietas Jestro AG 86 didapatkan dari penangkar bibit di Probolinggo. Penelitian ini menggunakan desain penelitian rancangan acak lengkap dengan faktor tunggal. Analisis data menggunakan analisis varians. Perlakuan berupa jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam yaitu tanah regosol (dari pesisir pantai Samas Bantul Yogyakarta), tanah aluvial (dari desa Paingan Maguwoharjo Sleman Yogyakarta) dan tanah latosol (dari kecamatan Patuk Gunung Kidul Yogyakarta). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varian pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian menunjukkan rerata pertumbuhan tinggi batang pada masing-masing perlakuan tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol dan kontrol adalah 114,90; 155.03; 120,77; 107.70. Rerata pertumbuhan jumlah daun pada masing-masing perlakuan tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol dan kontrol adalah 26.00; 32.67; 29.67; 27.00. Rerata pertumbuhan diameter batang pada masing-masing perlakuan tanah regosol, tanah aluvial dan tanah latosol dan kontrol adalah 0.3467; 0.4167; 0.3767; 0.3900. Berdasarkan analisis statistik disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang ditanam dengan jenis tanah yang berbeda. Oleh karena itu, jenis tanah tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

(8)

viii ABSTRACT

THE IMPACT OF SOIL TYPE ON THE GROWTH OF JESTRO AG 86 GRAPE VARIETY

Esther Juliana Rehulina Sanata Dharma University

2014

Grape is a subtropical plant which is adapted to Indonesian climate. Jestro AG 86 grape variety is the excellent variety in term of its broader adaptation ability. This research aims to find the influence of soil type on the growth of Jestro AG 86 grape variety.

This research was conducted at the Sanata Dharma University research garden on October 2013 until February 2014. The seed of Jestro AG 86 grape variety was obtained from the seed breeder in Probolinggo. This research implemented One-Factor ANOVA (Analysis of Variance) research design. The treatments deal with the types of the soil which are used as the planting media. The first soil type is regosol soil which was taken from the Samas Beach in Bantul, Yogyakarta. The second soil type is alluvial soil which was taken from Paingan village in Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. The last type is latosol soil which was taken from Patuk sub-district in Gunung Kidul, Yogyakarta. Each treatment was repeated three times. The research data was analyzed with Analysis of Variance with 5% level of significance.

The result of the research shows that the average of the grapevine stem heights from regosol soil is 114,90, from alluvial soil is 155.03, from latosol soil is 120,77, from control is 107.70. The average of the grapevine leave quantities from regosol soil is 26.00, from alluvial soil is 32.67, from latosol soil is 29.67, and from control is 27.00. The average of grapevine stem diameters from regosol soil is 0.3467, from alluvial soil is 0.4167, from latosol soil is 0.3767, from control is 0.3900. Based on the statistical analysis, it is concluded that there is no significance difference between the growth of Jestro AG 86 grape variety and the type of the soil used as the planting media. The type of the soil does not influence the growth of Jestro AG 86 grape variety.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur (Vitis vinifera) Varietas Jestro AG 86 di dalam Pot” ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Khususnya kepada:

1. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc selaku dosen pembimbing 2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi.

3. Segenap staff sekretariat JPMIPA (Mas Arif, Pak Sugeng dan Mbak Tari) 4. Kedua orang tua tercinta Bapak Suwarno dan Ibu Senyum Sitepu yang selalu

mendoakan, mencurahkan kasih sayang serta memberi dukungan penuh. 5. sahabatku di kos kinasih (Anggi, Tiva, Gebi, Teteh Ocha).

Sahabat-sahabat tercinta VRYNCHES (Vera, Reisty, Yudea, Nella, Cadel, Hillary, Safitri) yang selalu memberi semangat serta menemani.

6. Teman-teman tim penelitian anggur (Sem, Yesi, Dwi, Nesya, Hugo, Daus, Yayan, Galuh, Sesil, Mela, Resi) yang selalu mendukung dan memberikan motivasi.

7. Teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi angkatan 2010 Universitas Sanata Dharma.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Yogyakarta, 7 Agustus 2014

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

(11)

xi

F. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 33

C. Desain Penelitian ... 34

D. Alat dan Bahan ... 34

1. Alat ... 34

2. Bahan ... 35

E. Prosedur Kerja ... 35

1. Penyiapan lahan ... 35

2. Penyiapan sarana tanam ... 35

3. Penanaman tanaman anggur ... 37

4. Pemeliharaan tanaman anggur ... 38

5. Pengamatan ... 40

F. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil ... 45

B. Pembahasan ... 47

1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86 ... 47

2. Pola Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86 ... 52

3. Hambatan dalam Penelitian ... 54

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN ... 56

BAB VI PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Denah Percobaan... 34

Tabel 3.2 Data Pengamatan Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 41

Tabel 3.3 Rerata Tinggi Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 41

Tabel 3.4 Rerata Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 41

Tabel 3.5 Rerata Diamater Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 42

Tabel 3.6 Hasil Tinggi Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda ... 42

Tabel 3.7 Hasil Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda ... 42

Tabel 3.8 Hasil Diamater Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda ... 42

Tabel 3.9 Analisa Variansi Tinggi Tanaman ... 43

Tabel 3.10 Analisa Variansi Jumlah Daun ... 43

Tabel 3.11 Analisa Variansi Diameter Batang ... 43

Tabel 4.1 Rerata Tinggi Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 45

Tabel 4.2 Rerata Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86 ... 46

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86 ... 11 Gambar 4.1 Grafik Pola Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Anggur

Jestro AG 86 ... 52 Gambar 4.2 Grafik Pola Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Anggur

Jestro AG 86 ... 53 Gambar 4.3 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Pertumbuhan Tanaman Anggur Jestro AG 86 .. 61

Lampiran 2. Hasil Pengukuran pH dan Kelembaban ... 63

Lampiran 3. Uji Normalitas ... 65

Lampiran 4. Uji Homogenitas dan Uji Anova ... 67

Lampiran 5. Silabus ... 74

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 79

Lampiran 7. Lembar Diskusi Siswa ... 91

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa ... 92

Lampiran 9. Lembar Pengamatan Penilaian ... 94

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Anggur (Vitis vinifera) merupakan tanaman yang mula-mula tumbuh liar di sekitar pegunungan Kaukasus bagian Tenggara yang kemudian menyebar ke Asia Kecil, Yunani, dan Mesir. Tanaman anggur dari Yunani menyebar ke daratan Eropa, Afrika, Australia, Asia dan Amerika. Di Indonesia, tanaman anggur diperkenalkan sekitar abad 19. Anggur (Vitis vinifera) adalah jenis tanaman yang warna buahnya beraneka, bentuk buahnya

bulat atau setengah bulat telur, sebesar telur puyuh atau lebih dan kalau sudah masak rasanya manis, setengah manis, setengah masam, lezat dan segar (Setiadi, 1986).

Manfaat anggur bagi kesehatan telah didukung banyak peneliti, yaitu mampu menyehatkan jantung, terutama karena kandungan flavonoid, resveratrol, serta polifenolat. Pada simposium internasional mengenai efek kesehatan dari buah-buahan dan sayuran, para ahli menunjukkan konsumsi anggur bisa meningkatkan fungsi jantung, mencegah pembesaran hati dan ginjal, serta mengurangi kerusakan oksidatif pada jantung dan ginjal (Budiyati, 2013).

(16)

buah, kios buah dengan harga yang tinggi. Impor buah anggur di Indonesia pada tahun 2012 senilai US $ 119.334.667 (Anonim, 2012). Kesenjangan produksi anggur dalam negeri dan anggur impor merupakan peluang yang sangat baik untuk pengembangan komoditas ini dalam skala agribisnis atau agroindustri. Produk anggur mempunyai sasaran pasar yang luas, yaitu mensubstitusi anggur impor (buah segar) dan bahan baku industri minuman anggur (wine), sari buah (juice), buah dalam kaleng dan kismis (Rukmana, 1998).

Anggur yang memiliki nilai tambah dapat dibudidayakan di daerah dingin (subtropis), maupun panas (tropis), meskipun asal-usul tanaman ini dari daerah dingin. Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor anggur melalui Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 505/1982. Pengembangan perkebunan anggur rakyat di Indonesia cukup prospektif karena kondisi tanah dan iklim dapat mendukung tanaman tumbuh dan berproduksi optimal. Pengembangan anggur perlu memperhatikan kesesuaian tanah dan iklim (Dewi, 2012).

(17)

Bestari, Jestro AG 60 dan Jestro AG 86 telah dilepas sebagai anggur varietas unggul yang mempunyai kualitas buah seperti anggur impor (Budiyati, 2013).

Budidaya anggur di Indonesia telah diterapkan dibeberapa daerah antara lain daerah Pasuruan, Probolinggo, Kediri, Situbondo, Buleleng, Kupang, dan Palu. Daerah tersebut memiliki zona agroekologi yang memiliki iklim kering sehingga cocok untuk pengembangan agribisnis anggur karena menyebabkan kadar gula dalam buah meningkat sedangkan rasa asamnya cenderung berkurang (Rukmana, 1998).

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu propinsi di Indonesia dan juga beriklim tropis. Dalam hal ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki peluang untuk budidaya anggur. DIY secara administratif dibagi dalam lima kabupaten/kota yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta. DIY memiliki beberapa jenis tanah yang berbeda yakni 35,93 % merupakan jenis tanah Lithosol, 27,41 % Regosol, 11,94 % Lathosol, 10,45 % Grumusol, 10,30 % Mediteran, 2,23 % Alluvial, dan 1,74 % adalah tanah jenis Rensina (Anonim, 2008).

(18)

tersebut untuk budidaya tanaman anggur Jestro AG 86. Untuk itu diperlukan penelitian mengenai pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur.

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok dengan tujuan mengetahui pengaruh jenis tanah dan pengaruh penambahan NOPKOR terhadap pertumbuhan tanaman anggur. Terdapat 6 varietas unggul tanaman anggur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanaman anggur varietas Alphonso Lavalle, Prabu Bestari, Probolinggo Super, Probolinggo Biru, Jestro AG 86 dan Kediri Kuning. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86. Penanaman tanaman anggur varietas Jestro AG 86 menggunakan pot agar tidak terjadi interaksi antar jenis tanah yang berbeda. Dalam penelitian berkelompok ini terdapat penelitian yang serupa dilakukan oleh Cicilia Maria Eta mengenai pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86 namun dengan penambahan NOPKOR untuk mengetahui pengaruh jenis NOPKOR terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86?

(19)

C. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka permasalahan dibatasi sebagai berikut :

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang berumur 56 hari yang dibeli dari penangkar bibit di Probolinggo.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah jenis tanah yaitu tanah regosol, tanah aluvial, dan tanah latosol.

3. Parameter

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman anggur Jestro AG 86 meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

2. Mengetahui jenis tanah yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

(20)

memberi pengalaman baru bagi peneliti dan mengetahui permasalahan yang terjadi dalam perawatan tanaman anggur varietas Jestro AG 86. 2. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan materi sumbangan dalam pembelajaran biologi di SMA.

3. Bagi Siswa

Siswa dapat mempraktekkan penelitian secara sederhana melalui kegiatan praktikum yang dirancang oleh siswa dan dapat dengan mudah memahami materi karena telah mengalami secara langsung.

4. Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang dapat dijadikan pedoman dalam budidaya tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

5. Bagi Perkembangan Ilmu

(21)

7

BAB II

DASAR TEORI

A. Tanaman Anggur

1. Klasifikasi Tanaman Anggur

Anggur termasuk tanaman spesies Vitis sp. Adapun klasifikasi anggur adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rhamnales Famili : Vitaceae Genus : Vitis

Species : Vitis vinifera (Dewi, 2012)

2. Komoditas Anggur

Buah anggur merupakan komoditi yang bisa memberikan nilai tambah, anggur bisa dikonsumsi sebagai buah segar maupun diolah lebih lanjut sebagai jus anggur dan bila buah masuk waktu kadaluarsa buah bisa diolah menjadi minuman (Setiadi, 2007).

(22)

teknologi pengolahan anggur masuk ke Yunani, dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Sejalan dengan perjalanan Columbus anggur dari asalnya mulai menyebar ke Mexico, Amerika Selatan, Afrika selatan, Asia termasuk Indonesia dan Australia. Penyebaran juga menjadikan anggur punya beberapa sebutan seperti grape di Eropa dan Amerika, China menyebut Putao, dan di Indonesia disebut anggur (Rukmana, 1998).

3. Karakteristik Morfologi

Tanaman anggur termasuk suku (famili) Vitaceae yang mempunyai dua submarga (subgenus), yaitu Muscadina dan Euvitis. Kerabat dekat tanaman anggur mencapai sekitar 60 jenis dan ribuan varietas. Tanaman anggur tumbuh tahunan (perennial), berbentuk perdu dan memanjat atau menjalar. Tubuh tanaman anggur terdiri dari akar, batang, daun, sulur, bunga dan buah (Rukmana, 1998).

Karakteristik morfologi tanaman anggur adalah sebagai berikut : a. Akar (Radix)

Sebagai tanaman berkeping dua (dikotil), tanaman anggur mempunyai akar tunggang (radix primaria) dan akar cabang (radix lateralis). Sistem perakaran menyebar ke seluruh arah pada bagian

(23)

baik untuk pertumbuhan tanaman anggur karena penyerapan air dan zat-zat hara dapat berjalan denagn baik (Cahyono, 2010). Akar tanaman anggur mudah mengalami kerusakan akibat lingkungan yang tidak cocok. Misalnya karena aerasi yang jelek, kurang kadar air dalam tanah, tingginya angka keasaman tanah, dan kandungan senyawa Al serta Mn dalam tanah yang tinggi. Akar tanaman anggur tidak tahan (peka) terhadap genangan air. Oleh karena itu, tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik (Rukmana, 1998).

b. Batang (Caulis)

Batang tanaman anggur beruas-ruas, berbuku-buku, berkayu dan keras. Setiap buku batang mempunyai mata tunas. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau, tetapi setelah tua berubah manjadi hijau kecokelat-cokelatan atau cokelat. Cabang bermata tunas dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif. (Rukmana, 1998).

Spesifikasi batang tanaman anggur tumbuh memanjat atau menjalar. Batang tanaman anggur bercabang banyak, struktur batang dan percabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder, dan cabang tersier yang akan menghasilkan cabang bunga atau buah (Cahyono, 2010).

(24)

dengan anggur. Sulur pada ujung ranting akan membelit penopang tersebut dan tumbuh merambat ke atas (Suwito, 2007).

c. Daun (Folium)

Tanaman anggur mempunyai daun tunggal. Struktur daun tanaman anggur mempunyai helaian daun, tangkai daun, dan sepasang daun penumpu. Daun berbentuk bulat sampai jorong dengan bagian tepinya berlekuk, dan biasanya mempunyai lima lekukan (Rukmana, 1998).

Daun memiliki urat daun menjari, berwarna hijau muda, pangkal daun berlekuk dan berwarna kemerahan dan sedikit berbulu. Daun anggur tumbuh secara bertebaran pada ranting-ranting dan kedudukannya saling menyilang. Daun merupakan bagian dari organ tubuh yang yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses asimilasi yang menghasilkan zat-zat yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif (Cahyono, 2010).

d. Sulur (Sirrus)

Fungsi sulur (sirrus) adalah sebagai alat pemanjat. Sulur pada tanaman anggur letaknya berhadap-hadapan atau berseling dengan daun dan bersifat terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Rukmana, 1998).

4. Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86

(25)

Anggur ini merupakan anggur introduksi dari Roma, Italia pada tanggal 15 Maret 1991 dengan nama asalnya Muscato D’Adda. Varietas ini kemudian ditanam dengan sistem para-para di Kebun Banjarsari pada tanggal 22 Juni 1991 dan diberi kode asesi Bs 86. Tim Peneliti Anggur Balitjestro mengajukan pelepasan varietas ini melalui sidang pelepasan di Bogor bulan Maret 2008 bersamaan dengan sidang pelepasan anggur Jestro AG 60 (Balitjestro, 2009).

Anggur varietas Jestro AG 86 mirip dengan anggur Kediri Kuning. Anggur Jestro AG 86 merupakan jenis anggur hijau. Tanaman anggur ini memiliki keunggulan diantaranya adalah daya adaptasi lebih luas, kemasakan buah dalam tandan lebih merata, ukuran buah lebih besar, dan aroma buah lebih tajam. Anggur ini dapat berproduksi antara 9-16 kg/pohon baik pada musim hujan dan kemarau. Anggur varietas Jestro AG 86 ini cocok dikembangkan oleh pelaku industri pertanian karena buah anggur ini cukup diminati publik. Varietas ini juga potensial dikembangkan pada tanah dengan porositas tinggi dan juga di daerah dataran rendah dengan curah hujan dan kelembaban rendah (Andriani dan Mudiarti, 2009). Berikut adalah gambar tanaman anggur varietas Jestro AG 86 :

(26)

5. Syarat Tumbuh Tanaman Anggur

a. Keadaan Iklim

Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi anggur meliputi ketinggian tempat (elevasi) yang berkaitan dengan suhu dan kelembapan udara, curah hujan serta sinar matahari. Di Indonesia pada umumnya tanaman anggur dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim kering. Keadaan iklim yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu udara antara 25o – 31oC, kelembaban udara (rH) 40% - 80%, intensitas sinar matahari (penyinaran) 50% - 80%, mempunyai 3–4 bulan kering, dan curah hujan 800 mm/tahun (Rukmana, 1998).

Untuk kebutuhan sinar matahari, tanaman anggur membutuhkan sinar matahari penuh. Sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman anggur sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman (Cahyono, 2010).

b. Keadaan Tanah

(27)

Di sentrum produksi anggur, jenis tanah yang ideal untuk pengembangan tanaman anggur adalah tanah aluvial dan grumosol. Tanah aluvial ditandai dengan karakteristik tanah warna kelabu atau cokelat, teksturnya liat atau berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%, dan produktivitas tanahnya tergolong rendah sampai tinggi. Tanah grumosol ditandai dengan solum tanah agak tebal (1–2 m), warna kelabu sampai hitam, tekstur lempung berliat sampai liat, reaksi tanah agak masam sampai agak alkalis (pH 6,0 – 8,0) dan produktivitas tanah tergolong rendah sampai sedang (Rukmana, 1998).

(28)

6. Teknik Budidaya Anggur dalam Pot

a. Penyiapan Sarana

Sarana yang dibutuhkan terdiri atas pot atau wadah tanam, medium tanam, bibit tanaman anggur, tempat rambatan, dan fasilitas penunjang berkebun

1) Pot

Pot yang biasa digunakan yaitu pot dari drum bekas. Pot memiliki banyak bentuk antara lain berbentuk bulat atau persegi panjang. Bahan pembuatan pot juga bermacam-macam, misalnya semen, plastik, tanah liat atau keramik. Pot yang akan digunakan harus dipilih yang mempunyai kedalaman minimum 75 cm, diameternya 60 cm dan dibagian dasar wadah tanam memiliki lubang drainase guna melancarkan aliran air yang turun kebawah. Dengan demikian media tanam pot tidak becek dan tidak ada genangan air (Setiadi, 2007).

2) Medium tanam

Medium tanam yang umum digunakan adalah campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang yang masak (jadi) dengan perbandingan 1 : 1 : 2 (Rukmana, 1998).

Tata cara pengisian medium tanam ke dalam pot atau drum adalah sebagai berikut:

(29)

b) Isikan medium tanam sampai cukup penuh atau sekitar 5 cm dibawah tepi (permukaan) mulut pot atau drum.

c) Sebarkan pupuk NPK sebanyak 10 g dan Furadan 3G lebih kurang 5 g ke dalam pot atau drum, kemudian campurkan merata dengan medium tanam.

d) Siram medium tanam dalam pot atau drum dengan air bersih hingga basah (lembab).

e) Simpan pot atau drum yang telah diisi medium tanam ditempat yang teduh (Rukmana, 1998).

3) Bibit tanaman anggur

Bibit anggur yang baik berasal dari varietas unggul, tumbuhnya sehat dan normal, serta minimal memiliki dua lembar daun yang lebar dan normal sehingga tidak mengalami gangguan dalam berfotosintesa. Bibit hendaklah dipilih dengan posisi batang tegak dengan diameter 1-1,5 cm dan memiliki perakaran yang bagus (Suwito, 2007).

4) Rambatan

Bahan rambatan dapat dibuat dari kayu, bambu, pipa atau besi. Tempat rambatan dapat dibentuk seperti tangga, huruf T atau huruf H atau hanya berupa tiang saja yang dapat diletakkan di luar atau di dalam pot (Setiadi, 2007).

5) Fasilitas penunjang

(30)

b. Penanaman

Media tanam dalam pot digali sebesar ukuran polibag tempat bibit tumbuh. Tempat penggalian persis ditengah-tengah pot. Kemudian medium tanam dalam polybag disiram sampai basah, bibit bersama akar dan medium tanamnya dikeluarkan dari polybag dan ditanam di lubang tersebut. Bersamaan dengan itu, tempat rambatan ditancapkan dalam pot. Selesai ditanam, tanaman langsung disiram air secukupnya. Media tanam hendaknya disiram terlebih dahulu 2-3 hari sebelum penanaman agar media tanam stabil dahulu sehingga dapat membantu pertumbuhan akar tanaman (Setiadi, 2007).

c. Pemeliharaan Tanaman

1) Penempatan pot atau drum

Pot atau drum berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Disamping itu, lokasi penempatan pot harus dekat dengan sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitarnya (Rukmana, 1998).

2) Penyiraman dan pemupukkan

Setiap hari bibit anggur yang telah ditanam dalam pot disiram dengan air. Penyiraman dilakukan sore hari. Pada musim penghujan, penyiraman tidak perlu dilakukan. Penyiraman dilakukan secukupnya. Jaga agar media tanam disekitar tanaman tetap basah dan gembur tetapi air tidak menggenang. Adanya genangan meneyebabkan akar tanaman membusuk (Suwito, 2007).

(31)

diberikan setiap dua minggu sekali hingga tanaman berumur tiga bulan. Setelah umur tanaman lebih dari tiga bulan pupuk yang diberikan diperbanyak menjadi dua sendok makan dan diberikan setiap satu bulan sekali (Nurcahyo, 2010).

3) Pemangkasan dan pembentukkan pohon

Dilakukan pemangkasan dan pembentukan pohon pada tanaman anggur yang sudah berumur 6 bulan.Tujuan pemangkasan dan pembentukan pohon adalah memperoleh bentuk dasar pohon yang kokoh dan bagus, serta bertunas seimbang dalam jumlah banyak. Tata cara pemangkasan dan pembentukan pohon adalah sebagai berikut:

a) Pangkas (potong) ujung tanaman pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang disebut cabang primer.

b) Pangkas kembali ujung cabang primer, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan tunas-tunas baru yang disebut cabang sekunder.

c) Pangkas (potong) ujung cabang sekunder, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan cabang-cabang tersier. Dari cabang tersier inilah akan muncul bunga atau buah.

(32)

4) Perambatan cabang

Bersamaan dengan pemangkasan dan pembentukkan pohon, tunas-tunas baru atau cabang yang ada dirambatkan pada tempat rambatan sambil ditarik atau diatur agar jarak antar cabang seimbang. Tiap ujung cabang sebaiknya diikat dengan tali rapia atau plastik agar cabang yang satu tidak mudah bertumpuk dengan cabang yang lainnya (Rukmana, 1998).

7. Hama dan Penyakit Tanaman Anggur

a. Hama

Hama yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai berikut : 1) Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae)

Kutu Phylloxera mengisap cairan akar dan daun tanaman anggur. Pada daun tanaman anggur terbentuk benjolan-benjolan kecil dan akar membengkak seperti kutil, akibatnya tumbuh kerdil, layu dan buah sedikit. Pengendalian kutu dapat dilakukan dengan pemangkasan tanaman yang terserang dan dibakar dan penyemprotan insektisida pada bibit tanaman anggur sebelum tanam (Dewi, 2012).

2) Tungau Merah (Tetranychus sp.)

(33)

menyebabkan daun berubah menjadi merah, mengering dan gugur (Setiadi, 2007).

Pengendalian tungau merah dapat dilakukan dengan cara sanitasi kebun, pemangkasan daun-daun yang terserang kemudian dikumpulkan dan dibakar, berat dan penyemprotan insektisida yang mangkus seperti Mitac 200 EC atau Agrimec 18 EC dengan konsentrasi yang dianjurkan (Rukmana, 1998).

3) Kumbang Daun (Apogonia sp.)

Kumbang ini berwarna hitam atau cokelat yang aktif pada senja dan malam hari sampai menjelang fajar. Pada siang hari kumbang bersembunyi dalam tanah. Kumbang menyerang dengan cara memakan atau merusak daun, kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun. Serangan berat menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kerdil. Pengendalian kumbang daun dapat dilakukan dengan cara memasang perangkap lampu penerang pada malam hari. Kumbang yang tertangkap kemudian dibakar (dimusnahkan) (Rukmana, 1998).

4) Ulat grayak (Spodotera sp.)

(34)

kebun, memungut ulat grayak secara langsung, penyemprotan insektisida berbahan aktif klopirifos (Cahyono, 2010).

5) Rayap

Rayap yang sering menimbulkan masalah pada pembibitan tanaman anggur. Hama ini menyerang stek yang belum atau baru tumbuh. Pangkal batang atau akar pada stek dirusak dengan cara membuat lorong-lorong kecil ditutupi sarang dari tanah. Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan tidak menggunakan pupuk kandang yang belum matang (Rukmana, 1998).

b. Penyakit

Penyakit penting yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai berikut :

1) Tepung Palsu (Valse Meeldauw, Downy Mildew)

Penyebab penyakit tepung palsu adalah cendawan Plasmopara viticola. Penyakit ini menyerang secara berat pada musim hujan.

Gejala serangan penyakit tepung palsu (embun tepung) tampak bercak-bercak berwarna kuning kehijau-hijauan pada sisi daun, kemudian bercak meluas dan bersatu serta berubah warna menjadi cokelat berlapis tepung. Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok (Rukmana, 1998).

(35)

(atap) plastik, dan aplikasi fungisida yang mangkus serta aplikasi fungisida berbahan aktif propineb (Dewi, 2012).

Selain itu sebaiknya tidak memberikan kompos/bahan organik terlalu banyak pada media tanam di sekitarnya, daun yang gugur dan sampah pruning sebaiknya tidak ditimbun di sekitar tanaman anggur, terutama sampah yang telah terinfeksi downy mildew. Jamur downy mildew sangat mudah menjadi kebal terhadap fungisida yang diaplikasikan terus menerus, sebaiknya gunakan beberapa fungisida secara bergantian (Rukmana, 1998).

2) Cendawan Tepung (Powdery Mildew)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uncinula necator yang menyerang berat pada cuaca kering. Bagian tanaman (daun dan batang) yang terinfeksi menampakkan gejala bercak-bercak bertepung putih kelabu. Pengendalian penyakit tepung dapat dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang sakit berat untuk dibakar, menjaga kebersihan kebun dan aplikasi fungisida yang mangkus seperti pada pengendalian penyakit tepung palsu (Rukmana, 1998).

(36)

3) Karat Daun

Penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan Physopella ampelopsidis. Gejala serangan terdapatnya tepung berwarna jingga

(spora jamur) pada sisi bawah daun.Gejala yang spesifik yakni adanya bercak-bercak berwarna hijau kekuningan dan seluruh permukaan daun tertutup lapisan tepung (spora). Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok. Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan cara menurangi kelembaban kebun, memotong bagian yang terserang lalu dibakar, dan aplikasi fungisida berbahan aktif mankozeb, oksiklorida, dan benomyl serta penyemburan belerang (Cahyono, 2010).

4) Busuk hitam (Black Rot)

Penyakit busuk hitam disebabkan oleh cendawan Guignardia bidwellii. Infeksi awal terjadi pada daun muda dan tangkai buah.

Gejala serangan terjadi bercak-bercak cokelat dikelilingi oleh tepi hitam pada daun, kemudian disekeliling bercak terbentuk daerah yang berwarna cokelat gelap sampai hitam. Pada sisi bercak terdapat bintik-bintik hitam kecil secara teratur dalam satu lingkaran. Tunas hijau yang terinfeksi mengalami perubahan warna dari hijau menjadi ungu sampai hitam dan agak melekuk (Rukmana, 1998).

(37)

B. Jenis Tanah

Tanah sebagai media tumbuh yang ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, air tanah dan udara tanah. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri dari :

1. 50% padatan, berupa 45% bahan mineral (bahan hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral prmer, mineral sekunder dan bahan amorf) dan 5% bahan organik (flora dan fauna tanah, perakaran tanaman serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan hasil kegiatan mikroorganisme)

2. 50% ruang pori berisi 20% - 30% air dan 20% - 30% udara.

Masing-masing komponen memiliki peran dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuh sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap fungsi tanah sebagi media tumbuh (Sutanto,2005).

Fungsi masing-masing komponen tanah yaitu :

1. Udara tanah berfungsi sebagai gudang dan sumber gas seperti O2 yang

dibutuhkan oleh sel-sel perakaran untuk melaksanakan respirasi, CO2 bagi

mikroba fotosintetik dan N2 bagi mikrobia pengikat N.

2. Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanaman dan biota tanah, sebagian besar penyerapan hara seperti N, K, dan Ca oleh tanaman dimediasi oleh air melalui mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun.

(38)

bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, semakin sedikit ruang pori maka sistem perakaran tanaman makin tidak berkembang. Bahan organik sebagai sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik) sehingga keberadaan BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitasnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung oleh BOT tersebut (Sutanto,2005).

1. Tanah Regosol

Tanah regosol berwarna kelabu, tekstur tanah biasanya kasar, struktur kersai atau remah, konsistensi lepas sampai gembur dan pH 6-7. Makin tua umur tanah struktur dan konsistensinya makin padat, bahkan seringkali membentuk padas dengan drainase dan porositas yang terhambat. Umumnya cukup mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman tetapi kekurangan unsur N (Rosmarkan dan Wongsoatmodjo, 2001)

a. Tanah Regosol Bukit-pasir

(39)

terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh dari garis pantai (Supriyo, dkk., 2009).

Pasir yang kering dan ringan tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuk daerah bukit pasir. Jika daratan pantai meluas, bukit pasir yang semula dipengaruhi angin laut menjadi tidak dipengaruhi dan menjadi tidak asin. Kendala jika pasir akan ditanami adalah:

a) kemampuan menyimpan air sangat rendah (very low water holding capacity)

b) unsur hara yang tersedia sangat rendah c) kandungan garam sangat tinggi

d) kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi, maka evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan (Supriyo, dkk., 2009). Menurut Forth (1998), tekstur tanah mempengaruhi penyediaan nutrisi tanaman. Tanah pasir miskin hara bagi tanaman, hal ini disebabkan tanah pasir memiliki kemampuan aerasi dan drainase air secara bebas sehingga membantu proses pencucian garam-garam mineral dan bahan induk tanah pasir tidak mengabsorbsi kation-kation. Tanah pasir mempunyai sedikit bahan organik, karena kondisi aerasi yang baik pada tanah pasir membantu dekomposisi bahan organik secara cepat.

2. Tanah Aluvial

(40)

tanah ini terbentuk akibat banjir di musim penghujan, maka sifat bahan-bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asal serta macam bahan yang diangkut, sehingga secara morfologis terlihat berlapis-lapis (Supriyono, dkk., 2009).

Sifat tanah aluvial dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asalnya, sehingga kesuburannya ditentukan oleh bahan asalnya. Kebanyakan tanah aluvial sepanajang aliran besar merupakan campuran material dan mengandung banyak hara bagi tanaman sehingga dianggap subur. Tekstur tanahnya sangat variabel, baik vertikal maupun horizontal, jika banyak mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase (Rosmarkan dan Wongsoatmodjo, 2001).

Secara pedogenensis, tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, tetapi yang paling nampak pengaruhnya pada ciri dan sifat tanahnya adalah bahan induk topografi sebagai akibat waktu terbentuknya tanah yang masih muda. Tanah aluvial di Indonesia merupakan daerah pertanian penghasil padi, tebu, palawija, dan sebagainya (Supriyono, dkk., 2009).

3. Tanah Latosol

(41)

drainase, umur tanah dan keadaan iklim (Rosmarkan dan Wongsoatmodjo, 2001).

Jenis tanah latosol meliputi semua zona di daerah tropika dan khatulistiwa mempunyai sifat – sifat dominan yaitu, nilai SiO2 sesquioxida

fraksi lempung rendah, kapasitas penukaran kation rendah, lempungnya kurang aktif, kadar mineral primer rendah, kadar bahan larut rendah, stabilitas agregat tinggi, berwarna merah. Di Indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku. Terdapat mulai dari tepi pantai sampai ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan topografi miring, bergelombang, vulkanik fan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500–7000 mm. Kandungan bahan organik berkisar 5%. Reaksi tanah berkisar antara 4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi . Pada umumnya kandungan unsur hara dan organiknya cukup rendah sedangkan produktivitas tanah sedang sampai tinggi. Tanah jenis latosol memerlukan input yang memadai (Rosmarkan dan Wongsoatmodjo, 2001).

C. Pupuk

1. Pupuk Kompos

(42)

nutrisi tertentu, dikategorikan ke dalam pupuk organik karena terbuat dari bahan alami yakni berasal dari bahan makhluk hidup (Alex, 2013).

Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba seperti, bakteri, fungi dan jasad renik, agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Bahan organik merupakan bahan baku pengomposan yaitu semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti jerami, kotoran hewan/ternak, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian (Cahyono, 2012).

Manfaat kompos bagi tanah dan lingkungan diantaranya: a. Meningkatkan kesuburan tanah

b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah c. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

e. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

g. Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit

h. Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara dalam tanah.

Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikoorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (Alex, 2013).

2. Pupuk Kompos Cacing

(43)

menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos cacing memiliki kandungan yang hampir sama dengan bahan organik yang diurainya (Alex, 2013).

Kompos cacing mengandung humus, hormon pertumbuhan tanaman, serta mikroba tanah. Kualitas kompos cacing tergantung pada jenis bahan media atau pakan yang digunakan, jenis cacing tanah serta umur vermikompos. Vermikompos yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20). Sama seperti pupuk organik lainnya, kompos cacing juga memiliki keunggulan diantaranya adalah:

a. Mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40–60% sehingga mampu mempertahankan kelembapan.

b. Memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.

c. Mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo, dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan.

d. Membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman. e. Meningkatkan kesuburan tanah.

f. Membantu proses penghancuran limbah organik. 3. Pupuk Sistemik Daun (Lyphotril)

(44)

digunakan lewat sistem penyerapan permukaan stomata atau seluruh bagian daun, batang dan buah.Lyphotril mengandung 17,40% unsur nitrogen, 24,85% unsur P, 18,25% unsur K, 1,78% Mg dan CaO, serta 3,68 % vitamin (E, caroteen) dan mineral (Boron, Cu, Zn, Cr, Mn, I) (Murwono, 2013).

Fungsi Lyphotril bagi tanaman, yaitu:

a. Mercepatan pertumbuhan pucuk daun dan penguatan ketahanan daun, berhadapan dengan tingginya paparan sinar UV matahari.

b. Memperbesar kemungkinan keberhasilan budidaya, dengan pencegahan terjadinya kerontokan bunga, buah dan daunnya, serta percepatan pertumbuhan dan perkembangannya.

c. Dapat berfungsi pada berbagai jenis tanaman dan akan meningkatkan produktifitasnya, sebagai faktor pengatur tumbuh bagi tanaman.

d. Pemupukan akan langsung diserap oleh pori permukaan daun (stomata), batang dan buahnya, dan langsung diproses dalam metabolisme asimilasi, sehingga dapat mengurangi derajat kehilangan mikrohara, maka proses serapan pada daun, batang, dan buah, akan sangat efisien. Penekanan karena kehilangan, dapat dihindari sekecil mungkin.

e. Menaikkan kualitas dan kuantitas panen.

f. Tidak membunuh mikroorganisme tanah, yang akan menciptakan keseimbangan ekosistem kawasan yang baru, sehingga memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi predator alami. g. Meningkatkan kualitas rasa, warna daun, bunga, dan buahnya, serta

(45)

h. Dapat digunakan untuk mencegah timbulnya keriting daun.

i. Produk pertanian yang dihasilkan akan sangat ramah lingkungan, dan tidak meninggalkan residu pestisida siklis pada hasil pangannya (Murwono, 2013).

D. Penelitian yang Relevan

(46)

E. Kerangka Berfikir

F. Hipotesis

1. Jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86.

2. Jenis tanah yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86 adalah jenis tanah aluvial.

Budidaya tanaman anggur varietas Jestro AG 86

Jenis tanah di DIY

Keadaan Tanah Tanah Regosol, Tanah

Aluvial, Tanah Latosol

Uji pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas

Jenis tanah yang cocok untuk budidaya anggur

(47)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan model rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang sangat kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja dan Mustafidah, 2011).

Penelitian ini menggunakan tiga variabel terdiri atas variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis tanah yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tanaman. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah umur bibit, pemeliharaan, penyiraman, pupuk, air, dan intensitas cahaya.

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

(48)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Completely Randomized Design (CRD). Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen (Sastrosupadi, 2000).

Penerapan perlakuan terhadap unit percobaan dilakukan secara acak terhadap seluruh unit percobaan. Ada tiga perlakuan tanah, yaitu tanah regosol, tanah aluvial dan tanah latosol (A, B, dan C) dan kontrol (D) yang akan diuji dengan masing-masing pengulangan sebanyak tiga kali. Unit percobaan ada 12 pot, maka denah percobaan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Denah Percobaan

D

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pot, cangkul, skop, sendok semen, gembor, semprotan kecil, gunting pemangkas, alat ukur kelembaban tanah, alat ukur pH tanah, meteran, penggaris, tali, ember, takaran air, sarung tangan, karung, kawat, timbangan, dan buku.

Unit Percobaan

(49)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit anggur Jestro AG 86, tanah regosol, tanah aluvial dan tanah latosol, pupuk, pestisida, fungisida dan air.

E. Prosedur Kerja

1. Penyiapan lahan

Dalam penelitian ini, tanaman anggur ditanam di dalam pot dan diletakkan dalam sebuah lahan, oleh karena itu lahan perlu disiapkan secara intensif. Penyiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari pohon-pohon atau gulma serta rumput yang tidak berguna. Sekeliling lahan dibuat pagar pembatas untuk mencegah adanya ganguan dari luar lahan, selanjutnya lahan dipola untuk penempatan pot dan pengaturan pengairan.

2. Penyiapan sarana tanam

Penyiapan sarana penanaman yang diperlukan meliputi penyiapan wadah tanam, media tanam, bibit dan tempat rambatan.

a. Penyiapan wadah tanam

Wadah tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah pot yang terbuat dari tanah liat dan berbentuk bulat. Wadah tanam yang digunakan memiliki kedalaman 35 cm, diameter 40 cm dan pada bagian dasar wadah memiliki lubang drainase.

b. Penyiapan media tanam

(50)

dari tiga jenis yaitu tanah regosol, tanah aluvial, dan tanah latosol. Pupuk yang digunakan adalah campuran satu ember pupuk kompos cacing dan satu ember pupuk kompos dengan perbandingan 1:1 menggunakan ember.

1) Media tanam perlakuan 1

a) Siapkan tanah regosol, pasir dan pupuk dengan perbandingan 2:1:1 menggunakan ember.

b) Tanah dan pupuk dicampur hingga merata.

c) Media tanam yang telah tercampur dimasukkan ke dalam pot. 2) Media tanam perlakuan 2

a) Siapkan tanah aluvial, pupuk dan pasir dengan perbandingan 2:1:1 menggunakan ember.

b) Tanah, pupuk dan pasir dicampur hingga merata.

c) Media tanam yang telah tercampur dimasukkan ke dalam pot. 3) Media tanam perlakuan 3

a) Siapkan tanah latosol, pupuk dan pasir dengan perbandingan 2:1:1 menggunakan ember.

b) Tanah, pupuk dan pasir dicampur hingga merata.

c) Media tanam yang telah tercampur dimasukkan ke dalam pot. 4) Media tanam kontrol

a) Siapkan pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1 menggunakan ember.

b) Pupuk dan pasir dicampur hingga merata.

(51)

c. Penyiapan bibit

Bibit anggur yang digunakan berasal dari salah satu varietas unggul yaitu Jestro AG86 yang didatangkan dari penangkar bibit dari Probolinggo. Bibit yang digunakan dalam penelitian ini telah berumur 56 hari, tumbuh sehat dan mempunyai tunas.

d. Penyiapan tempat rambatan

Tempat rambatan yang digunakan model pagar. Tempat perambatan tanaman anggur dibuat berbentuk pagar.Tiang pagar yang digunakan terbuat dari kayu. Jarak antar tiang adalah 2 m dan ketinggian 2,3 m. Kemudian dihubungkan dengan kawat mendatar sebanyak 4 jajar. Kawat pertama di bagian bawah letaknya 90 cm dari permukaan tanah, kawat kedua berjarak 130 cm, kawat ketiga memiliki jarak 170 cm dan kawat keempat memiliki jarak 210 cm dari permukaan tanah.

3. Penanaman tanaman anggur

a. Media tanam di dalam polybag disiram sampai basah.

b. Bibit bersama akar dan media tanamnya dikeluarkan dari polybag dan segera ditanam pada lubang yang telah disediakan ditengah-tengah pot. c. Ajir/tempat rambatan ditancapkan dalam pot. Ajir yang digunakan berupa bilah bambu dengan panjang 1 m, sebagai penyangga tanaman sampai tiba waktu pemangkasan pertama.

d. Setelah bibit ditanam, media tanam disiram dengan air bersih hingga cukup basah.

(52)

4. Pemeliharaan tanaman anggur

a. Penyiraman

Penyiraman tanaman anggur dalam pot menjadi sangat penting karena pada awal pertumbuhan tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah yang cukup. Berdasarkan teori, pada fase awal pertumbuhan, penyiraman tanaman anggur dilakukan sebanyak 2 kali sehari, jika tidak turun hujan. Setelah tanaman anggur berumur lebih dari 2 bulan, penyiraman dilakukan sebanyak sekali dalam dua hari jika tidak turun hujan. Media tanam dalam pot harus tetap dijaga agar tidak mengalami kekurangan ataupun kelebihan air. Oleh karena pada saat penanaman merupakan awal musim hujan, penyiraman tidak dapat dilakukan berdasarkan teori. Penyiraman dilakukan menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam di dalam pot. Kelembaban media tanam diukur dengan menggunakan alat ukur kelembaban tanah yaitu moisture meter.Apabila kondisi kelembaban media tanam kurang dari 40% untuk jenis media tanah alluvial dan tanah latosol sedangkan 20% untuk jenis media tanah regosol, maka dilakukan penyiraman.

b. Pemupukan

Pemupukan tanaman anggur dilakukan setiap satu bulan sebanyak satu kali dengan takaran ±700 g setiap pot. Pupuk yang digunakan adalah campuran pupuk kompos dan pupuk kompos cacing dengan perbandingan 1:1.

(53)

sekali. Pemberian pupuk dilakukan dengan menyemprot Lyphotril pada daun dan batang.

c. Pemangkasan dan pembentukan pohon

Tanaman anggur yang sudah memiliki tinggi ± 50 cm dipangkas dengan tujuan memperoleh bentuk dasar pohon yang kokoh serta bertunas seimbang dalam jumlah banyak. Pemangkasan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Sebelum batang tanaman anggur mencapai pagar (± 50 cm) dilakukan pemangkasan tunas anggur yang tumbuh di ketiak daun dengan menggunakan jari atau gunting agar batang tumbuh maksimal.

2) Ujung tanaman pada ketinggian ±50 cm dari permukaan tanah dipotong untuk merangsang pertumbuhan tunas – tunas baru atau cabang primer. Kemudian dipilih 2 tunas yang paling sehat untuk membentuk cabang primer. Pada masa ini tidak dilakukan lagi pemangkasan tunas diketiak daun agar tanaman anggur dapat memenuhi pagar.

3) Ujung cabang primer dipangkas kembali dan disisakan sepanjang ±20 cm untuk menumbuhkan tunas-tunas atau cabang sekunder. Kemudian dipilih 2 tunas yang paling sehat untuk membentuk cabang/batang sekunder.

(54)

d. Perambatan cabang

Tunas-tunas baru atau cabang dirambatkan pada tempat rambatan dengan ditarik atau diatur agar jarak antar cabang seimbang. Tiap ujung cabang diikat dengan plastik agar cabang tidak mudah bertumpuk dengan cabang lainnya.

e. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman anggur Jestro AG 86 berupa penyemprotan pestisida dan fungisida dengan tujuan pencegahan terhadap hama dan penyakit yang mengganggu tanaman anggur.

5. Pengamatan

(55)

Tabel 3.2 Data Pengamatan Tanaman Anggur Jestro AG 86 No Tanggal Indikator

pertumbuhan

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) one way. ANOVA adalah teknik analisis statistik yang dapat memberi jawaban atas ada tidaknya perbedaan skor pada masing-masing kelompok (Irianto, 2003). Setelah diperoleh hasil pegukuran, kemudian dicari rerata pertumbuhan dari setiap indikator dengan tabel berikut :

Tabel 3.3 Rerata Tinggi Tanaman Anggur Jestro AG 86

No Tanah

Tabel 3.4 Rerata Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86

(56)

Tabel 3.5 Rerata Diameter Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86

Hasil rerata pertumbuhan kemudian dikelompokkan menurut perlakuan dan dimasukkan ke dalam tabel berikut untuk kemudian dihitung total perlakuan, rerata perlakuan dan jumlah total.

Tabel 3.6 Hasil Tinggi Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda

No Perlakuan Tinggi Tanaman

R1 R2 R3 Total Rerata

1 Tanah Regosol 2 Tanah Aluvial 3 Tanah Latosol 4 Tanah Kontrol

Tabel 3.7 Hasil Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda

No Perlakuan Jumlah Daun

R1 R2 R3 Total Rerata

1 Tanah Regosol 2 Tanah Aluvial 3 Tanah Latosol 4 Tanah Kontrol

Tabel 3.8 Hasil Diameter Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan Jenis Tanah yang Berbeda

No Perlakuan Diameter Batang

R1 R2 R3 Total Rerata

1 Tanah Regosol 2 Tanah Aluvial 3 Tanah Latosol 4 Tanah Kontrol

(57)

Tabel 3.9 Analisa Variansi Tinggi Tanaman Sumber

Variansi

Dk SS MS F hitung F tabel 5% 1%

Antar kelompok Dalam kelompok

Total

Tabel 3.10 Analisa Variansi Jumlah Daun Sumber

Variansi

Dk SS MS F hitung F tabel 5% 1%

Antar kelompok Dalam kelompok

Total

Tabel 3.11 Analisa Variansi Diamater Batang Sumber

Variansi

Dk SS MS F hitung F tabel 5% 1%

Antar kelompok Dalam kelompok

Total

Menurut Suparno (2010), perhitungan analisa variansi dilakukan sebagai berikut :

1. Menghitung derajat kebebasan (dk = degree of freedom) sebanyak variabilitas. Ada tiga macam variabilitas, maka ada tiga macam dk :

dk Antar kelompok = (K-1) dk Dalam kelompok = (N-K) dk Total = (N-1)

Keterangan :

(58)

2. Menghitung jumlah kuadrat (SS = sum square)

∑ ( )

∑(∑ ) (∑ ) (∑ ) (∑ ) (∑ )

3. Menghitung Mean square (MS) dengan persamaan berikut :

4. Menghitung F distribusi dengan persamaan berikut :

5. Hasil F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel. Untuk melihat F tabel diperlukan alpha dan dk. Dk yang dibutuhkan untuk melihat tabel F yaitu dk antar kelompok dan dk dalam kelompok. Ketentuan pengujian hipotesis sebagai berikut :

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1% maka perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan sangat signifikan.

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5% perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan.

(59)

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut merupakan hasil rerata pertumbuhan (tinggi batang, jumlah daun dan diameter batang) tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang ditanam dengan jenis tanah yang berbeda.

Tabel 4.1. Rerata Pertumbuhan Tinggi Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86

No Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

R1 R2 R3 Rerata

1 Tanah Regosol 96.20 50.80 197.70 114.90 2 Tanah Aluvial 130.60 149.90 184.60 155.03 3 Tanah Latosol 168.20 105.10 89.00 120.77 4 Tanah Kontrol 102.30 113.10 107.70

Keterangan :

R1 : Pengulangan 1 R2 : Pengulangan 2 R3 : Pengulangan 3

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang ditanam dengan jenis tanah yang berbeda memiliki hasil yang berbeda. Data yang diperoleh dari setiap perlakuan memiliki rerata tinggi batang yang berbeda. Tanaman anggur pada tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol dan tanah kontrol memiliki rerata tinggi 114,90 ; 155.03 ; 120,77 ; 107.70. Dari data tersebut tidak ada perlakuan yang mempunyai nilai rerata tinggi batang yang lebih rendah dari nilai rerata tinggi batang pada tanaman kontrol.

(60)

114,90. Hasil analisis uji F diperoleh (F hitung = 0,52) < (F tabel = 4,35), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara rerata tinggi batang tanaman anggur Jestro AG 86. (Lampiran 4)

Tabel 4.2 Rerata Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Anggur Jestro AG 86

No Perlakuan Jumlah Daun

R1 R2 R3 Rerata

1 Tanah Regosol 30.00 14.00 34.00 26.00 2 Tanah Aluvial 29.00 35.00 34.00 32.67 3 Tanah Latosol 36.00 25.00 28.00 29.67 4 Tanah Kontrol 26.00 28.00 27.00

Keterangan :

R1 : Pengulangan 1 R2 : Pengulangan 2 R3 : Pengulangan 3

(61)

Tabel 4.3 Rerata Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur Jestro AG 86

No Perlakuan Diameter Batang (cm)

R1 R2 R3 Rerata

1 Tanah Regosol 0.3700 0.2700 0.4000 0.3467 2 Tanah Aluvial 0.4200 0.3300 0.5000 0.4167 3 Tanah Latosol 0.4600 0.4200 0.2500 0.3767 4 Tanah Kontrol 0.4400 0.3400 0.3900

Keterangan :

R1 : Pengulangan 1 R2 : Pengulangan 2 R3 : Pengulangan 3

Pertumbuhan diameter batang memiliki pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh, tanaman anggur pada tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol dan tanah kontrol memiliki rerata diameter 0.3467 ; 0.4167 ; 0.3767 ; 0.3900. Tanaman anggur pada tanah regosol dan pada tanah aluvial memiliki rerata diameter batang yang lebih rendah dari kontrol, sedangkan tanaman anggur pada tanah aluvial memiliki rerata diameter batang melebihi kontrol. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tanaman pada jenis tanah aluvial memiliki rerata diameter batang yang lebih besar dari pada perlakuan lain yaitu 0.4167. Tanaman pada jenis tanah regosol memiliki rerata perlakuan diameter batang terendah yaitu 0.3467. Hasil analisis uji F diperoleh (F hitung = 0,30) < (F tabel = 4,35), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara rerata diameter batang tanaman anggur Jestro AG 86. (Lampiran 4)

B. Pembahasan

1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas

Jestro AG 86

(62)

hitung = 0,29 (F hitung < F tabel), serta analisa variansi diameter batang diperoleh F hitung = 0,49 (F hitung < F tabel). Dari ketiga analisa variansi indikator pertumbuhan diperoleh F hitung < F tabel yang menunjukkan bahwa jenis tanah tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur Jestro AG 86 secara signifikan atau tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86 yang ditanam dengan jenis tanah yang berbeda. Oleh karena itu tidak terdapat perlakuan yang terlihat memiliki pengaruh yang menonjol diantara perlakuan lainnya dan kontrol. Hasil uji anova terlampir pada lampiran 4.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Jestro AG 86. Kemungkinan faktor yang mempengaruhi tidak adanya perbedaan pertumbuhan tanaman anggur Jestro AG 86 yang ditanam dengan jenis tanah yang berbeda diantaranya serangan hama dan penyakit, perubahan keaslian media tanam yaitu penambahan pasir dan penambahan pupuk.

(63)

Hama yang menyerang tanaman anggur diantaranya kumbang Apogonia sp. dan ulat grayak. Kumbang Apogonia sp. menyerang tanaman

anggur pada malam hari hingga menjelang fajar. Kumbang Apogonia sp. menyerang dengan memakan atau merusak daun tanaman anggur sehingga daun terlihat berlubang-lubang kecil. Hal ini menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan tanaman anggur melambat. Hama ini mulai menyerang tanaman anggur Jestro AG 86 pada minggu pertama setelah tanaman anggur ditanam. Pengendalian hama Kumbang Apogonia sp. dilakukan dengan menyemprot insektisida pada tanaman

anggur Jestro AG 86 setiap minggu sebanyak satu kali penyemprotan. Hama kumbang Apogonia sp. sulit diberantas, hama ini masih menyerang daun tanaman yang masih muda hingga penelitian berakhir.

Hama lain yang menyerang tanaman anggur Jestro AG 86 adalah ulat grayak (Spodoptera sp.). Ulat berwarna kehijauan atau kecoklatan dengan bintik hitam ini menyerang daun tanaman. Tanaman anggur yang terserang ulat grayak tampak daun-daunnya berlubang atau terpotong. Pengendalian dilakukan dengan memungut ulat grayak keluar dari kebun.

(64)

dengan menggunakan fungisida dan memangkas daun-daun yang terserang.

Penyakit rentan menyerang tanaman anggur Jestro AG 86. Penyakit yang menyerang disebabkan oleh cendawan. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian terjadi curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan terjadi kelembaban yang tinggi pada lingkungan sekitar dan media tanam. Keadaan unsur iklim dengan kelembaban yang tinggi menjadi keadaan dimana berkembangnya hama dan penyakit tumbuhan (Wisnubroto, 1999). Saat kondisi tanaman dan lingkungan yang lembab, cendawan mudah untuk berkembangbiak pada tanaman yang masih hidup sehingga bersifat patogen.

Menurut Tjahjadi (1989), cendawan yang menjadi patogen mengganggu proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Cendawan merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses fotosintesa serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses fotosintesa. Gangguan hama dan penyakit pada tanaman anggur sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Serangan hama dan penyakit yang berat menyebabkan pertumbuhan tanaman menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan dengan baik agar tanaman anggur tumbuh dengan baik.

(65)

25% pupuk. Pada semua media tanam dilakukan penambahan pasir sehingga menyebabkan perubahan pada media tanam. Penambahan pasir dilakukan dengan tujuan meningkatkan aerasi dan drainase pada media tanam. Penambahan pasir dengan komposisi yang sama dimungkinkan menyebabkan tingkat aerasi dan drainase pada semua media tanam menjadi sama. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman anggur menjadi relatif sama.

Selama penelitian, dilakukan penambahan pupuk. Pupuk yang diberikan yaitu campuran pupuk kompos dan pupuk kascing dengan perbandingan 1:1. Penambahan pupuk diduga sebagai faktor yang menyebabkan pertumbuhan tanaman anggur tidak berbeda. Dalam hal ini dimungkinkan tanaman menyerap unsur hara yang berasal dari pupuk bukan dari tanah sehingga unsur hara tanah tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Setelah penambahan pupuk, pertumbuhan tanaman anggur meningkat lebih tinggi daripada sebelum dilakukan pemupukan. Selain itu penambahan pupuk juga menyebabkan perubahan struktur pada semua media tanam sehingga mampu mempertahankan kelembaban media tanam. Menurut Alex (2013), pupuk kompos dan pupuk kompos cacing memiliki peranan dalam memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah dan memperbaiki kemampuan menahan air.

Gambar

Gambar 4.3 Grafik Pola Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman Anggur
Gambar 2.1 Tanaman Anggur Varietas Jestro AG 86
Tabel 3.1 Denah Percobaan
Tabel 3.2 Data Pengamatan Tanaman Anggur Jestro AG 86
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi antara ekstrak bagian tanaman rumput teki dan lama perendaman berpengaruh terhadap rerata persentase stek bertunas umur pengamatan 46 dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan vegetatif berbagai varietas tanaman anggur di Desa Tegal Gondo, dan untuk mengetahui varietas apakah yang dapat tumbuh

Umumnya tanah dan udara sekitar yang kurang lembab (airnya cukup) akan sangat baik atau cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena pada kondisi seperti

Sedangkan rerata pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah helai daun yang paling rendah yaitu pada perlakuan jenis tanah regosol dengan rerata masing-

Permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ialah mengenai pengaruh dari berbagai jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur, pertumbuhan tanaman anggur pada

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat pertumbuhan tanaman anggur Prabu Bestari yang paling optimal pada jenis tanah yang

MATERI POKOK Merencanakan percobaan pertumbuhan - Pertumbuhan dan perkembangan - Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan - Merancang percobaan Melaksanakan percobaan - Pertumbuhan primer

4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor eksternal yang memengaruhi faktor internal dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan melaporkan secara