ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG,
BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)
Thomas Danang Priambono 111434034
Universitas Sanata Dharma
Salah satu kendala yang dihadapi petani tanaman terung ungu adalah masalah
tingginya harga pupuk anorganik. Solusi penanggulangan menggunakan pupuk
organik cair yang cukup efektif dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya
bagi lingkungan dan organisme yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh secara nyata yang dihasilkan dari pupuk organik cair hasil
fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 terhadap
pertumbuhan tanaman terung ungu yakni tinggi batang tanaman, jumlah daun dan
diameter batang tanaman. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental.
Percobaan dilakukan pada 50 sampel tanaman terung ungu yang terdiri dari 4
perlakuan dan 1 kontrol. Aplikasi pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal,
sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 dilakukan seminggu dua kali
selama dua bulan dengan menghitung tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter
batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan
tanaman. Aplikasi pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa,
batang pisang, bekatul dan EM 4 memberikan pengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG, BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena) Thomas Danang Priambono
111434034
Universitas Sanata Dharma
One of the difficulties faced by the farmers eggplant purple is a problem the high price of
inorganic fertilizer. Reduction solution use fertilizer liquid organic effective and impacts
generated harmless for the environment and organisms another. The research was conducted to
obtain influence significantly resulting from fertilizer liquid organic of fermentation leaves
gamal, palm oil, a banana stem, bran and EM 4 on the growth of plants eggplant purple the tall
stalks plants, number of leaves and diameter of plant stalks. The research is experimental
research .Experiments performed on 50 sample eggplant purple plant consist of 4 treatment and
control 1. Fertilizer liquid organic application of fermentation gamal leaves, palm oil, a banana
stem, bran and EM 4 was conducted twice a week for two months by counting tall plant, number
of leaves and trunk diameter. The result showed that increased plant growth. Application
fertilizer liquid organic result of fermentation gamal leaves, palm oil, a banana stem, bran and
EM 4 impact significantly to growth tall plant, number of leaves and diameter of the stem.
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG,
BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
THOMAS DANANG PRIAMBONO 111434034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG,
BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
THOMAS DANANG PRIAMBONO 111434034
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
DUC IN ALTUM
“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk
menangkap” (Luk. 5:4)
Karyaku yang sederhana ini kupersembahkan kepada:
Orang Tuaku Tercinta
Kakakku Tersayang
Keluarga dan Saudara
Sahabat
Program Studi Pendidikan Biologi
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG,
BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)
Thomas Danang Priambono 111434034
Universitas Sanata Dharma
Salah satu kendala yang dihadapi petani tanaman terung ungu adalah masalah
tingginya harga pupuk anorganik. Solusi penanggulangan menggunakan pupuk
organik cair yang cukup efektif dan dampak yang ditimbulkan tidak berbahaya
bagi lingkungan dan organisme yang lain. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh secara nyata yang dihasilkan dari pupuk organik cair hasil
fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 terhadap
pertumbuhan tanaman terung ungu yakni tinggi batang tanaman, jumlah daun dan
diameter batang tanaman. Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimental.
Percobaan dilakukan pada 50 sampel tanaman terung ungu yang terdiri dari 4
perlakuan dan 1 kontrol. Aplikasi pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal,
sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 dilakukan seminggu dua kali
selama dua bulan dengan menghitung tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter
batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pertumbuhan
tanaman. Aplikasi pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa,
batang pisang, bekatul dan EM 4 memberikan pengaruh secara nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.
ABSTRACT
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR HASIL FERMENTASI DAUN GAMAL, SABUT KELAPA, BATANG PISANG,
BEKATUL DAN EM 4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)
Thomas Danang Priambono 111434034
Universitas Sanata Dharma
One of the difficulties faced by the farmers eggplant purple is a problem the high
price of inorganic fertilizer. Reduction solution use fertilizer liquid organic
effective and impacts generated harmless for the environment and organisms
another. The research was conducted to obtain influence significantly resulting
from fertilizer liquid organic of fermentation leaves gamal, palm oil, a banana
stem, bran and EM 4 on the growth of plants eggplant purple the tall stalks plants,
number of leaves and diameter of plant stalks. The research is experimental
research .Experiments performed on 50 sample eggplant purple plant consist of 4
treatment and control 1. Fertilizer liquid organic application of fermentation
gamal leaves, palm oil, a banana stem, bran and EM 4 was conducted twice a
week for two months by counting tall plant, number of leaves and trunk diameter.
The result showed that increased plant growth. Application fertilizer liquid
organic result of fermentation gamal leaves, palm oil, a banana stem, bran and EM
4 impact significantly to growth tall plant, number of leaves and diameter of the
stem.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Hasil Fermentasi daun
gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Terung (Solanum melongena).
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dorongan,
semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melindungi dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.
2. Bapak Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.
4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku Dosen Pembimbing yang
dengan sabar dan tulus membimbing penulis selama proses penyusunan
skripsi.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan
mengajari penulis selama perkuliahan di Pendidikan Biologi.
6. Segenap Staf Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
7. Bapak dan Ibu, saudara-saudaraku, dan segenap keluarga yang selalu
memberikan dorongan semangat kepada penulis untuk mendukung penulis
dalam menjalankan tugas studi.
8. Teman-teman “Virion” Pendidikan Biologi angkatan 2011 yang selalu
bersama-sama berjuang, memberikan semangat, dukungan, waktu, perhatian
selama melaksanakan studi di Pendidikan Biologi dari awal masuk
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan yang telah memberikan doa
bantuan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi pembaca
umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian ... 3
E. Manfaat penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Dasar Teori ... 5
1. Pengertian pupuk ... 5
2. Macam-Macam Pupuk ... 8
3. Kandungan Pupuk dan Manfaatnya ... 12
4. Pengertian Pupuk Kompos Cair ... 17
5. Klasifikasi Pupuk Kompos Cair ... 18
6. Effective Mikroorganisme (EM) ... 20
8. Manfaat Pupuk Kompos Cair ... 23
9. Unsur-unsur yang terdapat dalam daun gamal, sabut kelapa, batang . 27 pisang, bekatul dan EM 4: ... 27
10. Deskripsi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.) ... 30
11. Unsur yang terdapat dalam tanah ... 32
Hubungan tanah dan tanaman ... 33
B. Kerangka Berpikir ... 35
C. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Alat dan Bahan ... 39
C. Cara Kerja ... 40
D. Metode Analisis data ... 42
E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Data dan Analisis Data ... 45
1. Pertumbuhan tinggi tanaman terung (Solanum melongena) ... 45
2. Pertumbuhan Rata-rata Jumlah Daun Terung (Solanum melongena) 47 3. Pertumbuhan diameter batang terung (Solanum melongena) ... 49
B. PEMBAHASAN ... 51
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Bahan Organik ... 10
Tabel 2.2. Kandungan hara pupuk kimia ... 10
Tabel 2.3. Kandungan hara makro kotoran padat dan cair ... 19
Tabel 2.4. Komponen Biogas ... 22
Tabel 2.5. Keunggulan Jenis Pupuk ... 26
Tabel 3.1. Tinggi tanaman terung ... 42
Tabel 3.2. Jumlah daun ... 42
Tabel 3.3. Diameter batang ... 43
Tabel 4.1. Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Batang Dalam Perlakuan Beda ... 45
Tabel 4.2. Analisis Uji Anova untuk Tinggi tanaman ... 46
Tabel 4.3. Analisis Uji Duncan ... 47
Tabel 4.4. Pertumbuhan Jumlah Daun Dalam Perlakuan Beda Pemberian Volume Pupuk Organik Cair ... 47
Tabel 4.5. Analisis Uji Anova untuk Jumlah Daun ... 48
Tabel 4.6. Uji Duncan ... 49
Tabel 4.7. Pertumbuhan Diameter Batang Dalam Perlakuan Beda Pemberian Volume pupuk Organik Cair ... 49
Tabel 4.7. Analisis Uji Anova untuk diameter batang ... 50
Tabel 4.8. Uji Duncan ... 51
Tabel 5.1. Proses penelitian Sebagai Materi Pembelajaran Biologi SMA kelas XII Kurikulum 2013. ... 63
Tabel 5.2. Hasil penelitian Sebagai Materi Pembelajaran Biologi SMA kelas XII kurikulum 2013 ... 64
A. Tabel Pertumbuhan Rata-rata Tinggi Batang Dalam Perlakuan Beda ... 79
B. Pertumbuhan Jumlah Daun Dalam Perlakuan Beda Pemberian Volume Pupuk Organik Cair ... 79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. (a) Tanaman gamal dan (b) Daun gamal ... 28
Gambar 4.1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Terung Ungu pada hari ke 10 setelah pemindahan bibit ... 54
Gambar 4.2. Pertumbuhan Jumlah Daun pada hari ke 20 setelah pemindahan bibit ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Data Hasil Pengukuran Tanaman Terung ... 70
Lampiran II. Hasil Pertumbuhan Rata-rata Tanaman Terung (Solanummelongena)
... 79
Lampiran IV. Uji Anova ... 81
Lampiran V. Rancangan Hasil Penelitian untuk Pendidikan ... 84
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tanaman terung (Solanum melongena) termasuk suku Solanaceae, dan
merupakan tanaman setahun yang berbentuk perdu. Buahnya beraneka ragam,
buahnya tunggal, walaupun bunganya terdapat dalam satu tandan, tetapi yang
dapat menjadi buah hanya satu saja. Hampir setiap orang menyukai terung, namun
ada sementara orang yang tidak suka. Pernyataan bahwa makan buah terung
menyebabkan badan lemas tidaklah beralasan ilmiah, yang benar bila dimasak
menjadi lemas. Buah terung banyak mengandung vitamin A, B, dan C. Terung
dapat ditanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi (Husin Kaderi, 2006).
Beberapa jenis terung yang dikenal antara lain terung kopek, buahnya
bulat panjang dengan ujungnya tumpul warna buahnya ada yang ungu dan ada
pula yang hijau keputih-putihan; terung craigi, buahnya bulat panjang dengan
ujungnya runcing ada yang lurus dan ada pula yang bengkok warnanya ungu;
terung bogor atau terong kelapa, buahnya bulat besar berwarna putih atau hijau
keputih-putihan dan rasanya renyah agak getir hanya untuk lalab mentah; dan
terung glatik atau terung lalab buahnya seperti terung bogor tetapi kecil-kecil
warnanya ungu atau putih keungu-unguan rasanya langau tetapi tidak getir banyak
dimakan mentah sebagai lalab terutama di Jawa Barat. Setelah tua buah keempat
terung itu warna kulitnya menjadi kuning.
Manfaat pupuk dalam budidaya tanaman pertanian sangat penting untuk
Beberapa petani mengeluhkan tingginya harga pupuk untuk mencukupi
kebutuhan akan pertanian mereka dan hal ini akan berakibat pada menurunya hasil
panen dan kualitas produk yang dihasilkan oleh tanaman. Kondisi seperti ini perlu
segera dicarikan jalan keluar dengan cara menemukan teknik pemupukan yang
efisien atau menyediakan pupuk alternatif yang efektif dan murah. Bertolak dari
itu maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh penggunaan bahan
organik dalam pengguna pupuk organik cair yang berbeda pemberian volume
pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman terung
ungu (Solanum melongena) dan diharapkan pemberian pupuk organik cair ini
mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terung ungu
(Solanum melongena).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa,
batang pisang, bekatul dan EM 4 berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
terung (Solanum melongena)?
2. Apakah pemberian volume pupuk organik cair yakni 100 ml, 200 ml, 300 ml, dan
400 ml mempengaruhi pertumbuhan tinggi batang, jumlah daun dan diameter
C. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan untuk menghindari meluasnya permasalahan, maka
perlu adanya pembatasan masalah, sebagai berikut:
1. Subjek penelitian
Pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang
pisang, bekatul dan EM 4.
2. Objek penelitian
Tanaman terung ungu (Solanum melongena)
3. Parameter
Pertumbuhan pada tanaman terung yaitu: tinggi tanaman (cm) diukur dari batang
yang muncul diatas permukaan tanah sampai titik tumbuh, diameter batang (cm)
diukur 5 cm diatas permukaan tanah.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal,
sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 terhadap pertumbuhan dan
E. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan pengetahuan di bidang pertanian terutama tentang
pengaruh pupuk organik cair yang diberikan pada suatu tanaman.
2. Bagi pertanian
Sebagai masukan informasi bagi petani dalam membuat pupuk organik cair dan
dapat diaplikasikan pada bidang pertanian terutama pada budidaya tanaman.
3. Bagi Sistem Pembelajaran
Sebagai masukan informasi mengenai khasiat tanaman-tanaman yang tumbuh di
wilayah Indonesia dan juga sebagai metode dalam mengenalkan alam sekitar pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Pengertian pupuk
Pupuk, mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para petani.
Pupuk merupakan material yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan hara
yang diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan baik, dengan cara
ditambahkan pada media tanam atau tanaman. Pupuk mengandung satu atau lebih
unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan
oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang
diperlukan oleh tanaman adalah: C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah),
N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Zn,
CI, Mo, B (hara mikro, kadar dalam tanaman < 100 ppm).
Tujuan pemberian pupuk diantaranya adalah untuk memperbaiki sifat fisis,
sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Selain itu, pupuk juga banyak diberikan agar
tanaman (tumbuhan yang diusahakan manusia) dapat tumbuh, berkembang dan
menghasilkan sesuai yang diharapkan. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan
kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu zat makanan.
Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan.
Manusia selalu menutut lebuh terhadap kemampuan tanaman. Rekayasa genetika
yang lebih baik. Dengan bantuan hasil tanaman tersebut, unsur yang semula
berada dalam tanah masuk ke dalam tubuh manusia.
Tumbuhan pada dasarnya tidak memerlukan pupuk. Karena tumbuhan
mampu mengambil unsur hara yang tersedia di ingkungan hidupnya. Pada lahan
yang tidak terusik manusia, kesuburan tanah selalu meningkat, karena terdapat
berbagai materi dan energi di tempat tersebut. Mineral dari jeluk (kedalaman)
tanah yang lebih dalam diangkut ke daun dan digugurkan ke permukaan tanah.
Gas-gas di udara terutama CO2 dijerat dan digunakan sebagai penyusun tubuh
tumbuhan. Tumbuhan selalu hidup bersama dengan lelembut (mikrobia). Serasa
tumbuhan menjadi makanan dan sumber energi bagi lelembut tersebut untuk terus
bekerja. Hasil perombakan digunakan kembali oleh tumbuhan. Interaksi mineral
dan bahan organik yang terus menerus itu, akan diikuti ketersediaan hara dan
lengas yang semakin besar, sehingga memberikan lingkungan yang terbaik bagi
tumbuhan.
Semakin berkurangnya campur tangan manusia terhadap suatu lahan, maka
lahan tersebut akan bertambah subur. Sebaliknya, semakin banyak campur tangan
manusia, maka akan dibutuhkan semakin banyak pula masukan yang harus
diberikan agar lahan tetap dalam kondisi subur. Semakin intensif lahan dikelola,
semakin banyak pula pupuk yang diperlukan (Sutedjo, 2010).
Selain mengandung hara tanaman, bahan pupuk pada umumnya
mengandung bahan-bahan lain, diantaranya yaitu:
a. Zat pembawa atau karier (carrier). Daubel superfosfat (DS): zat pembawanya
b. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran bahan lain
dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure amoniak) sering
mengandung kotoran sekitar 3 % berupa khlor, asam bebas (H2SO4) dan
sebagainya.
c. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud agar
mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang, nilai
higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih menarik. Bahan
yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax, dan sebaginya.
Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan tanpa mantel.
d. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi
sering diberi filler agar ratio fertilizer dapat sesuai dengan yang diinginkan,
juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata.
Dalam praktik perlu diketahui istilah-istilah khusus yang sering digunakan
dalam pupuk antara lain ialah:
a) Mutu pupuk atau grade fertilizer artinya angka yang menunjukkan adar hara
tanaman utama (N, P, dan K) yang dikandung oleh pupuk yang dinyatakan
dalam prosen N total, P2O5 dan K2O. Misalnya pupuk Rustika yellow
15-10-12 berarti kadar N 15 %, P2O5 10 % dan K2O 12 %.
b) Perbandingan pupuk atau ratio fertilizer ialah perbandingan unsur N, P dan K
yang dinyatakan dalam total, P2O5 dan K2O merupakan penyederhanaan dari
grade fertilizer. Misalnya grade fertilizer 16-12-20 berarti ratio fertilizernya
c) Mixed fertilizer atau pupuk campur ialah pupuk yang berasal dari berbagai
pupuk yang kemudian dicampur oleh pemakaiannya. Misalnya pupuk Urea,
TSP, dan KCI dicampur menjadi satu dengan perbandingan tertentu sesuai
dengan mutu yang diinginkan. Hal ini berbeda dengan pupuk majemuk yaitu
pupuk yang mempunyai dua atau lebih hara tanaman dibuat langsung dari
pabriknya (Sutedjo, 2010).
2. Macam-Macam Pupuk
Dalam praktik sehari-hari, pupuk biasa dikelompok-kelompokkan untuk
kemudahan pembahasan. Pembagian itu berdasarkan sumber bahan
pembuatannya, bentuk fisiknya, atau berdasarkan kandungannya.
a. Pupuk berdasarkan sumber bahan
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar pupuk:
1) Pupuk organik atau pupuk alami
Pupuk organik mencakup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme
atau organ hewan dan tumbuhan. Pupuk organik sukar ditentukan isinya,
tergantung dari sumbernya. Keunggulannya adalah dapat memperbaiki kondisi
fisik tanah karena membantu pengikatan air secara efektif.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pupuk kandang, sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik
dari pada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk
tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan
bahan pertanian dan limbah kota (sampah).
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada sejarah
pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan
manusia bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif
dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari
kebudayaan tua manusia di daerah sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan
Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran
sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara
melalui banjir yang terjadi setiap tahun (Sutedjo, 2010).
Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi
hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka
menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya lebih
sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah, dan mudah diperoleh.
Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga
dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan berdampak negatif penggunaan pupuk
buatan dan sarana pertanian modern lainya terhadap lingkungan telah
Tabel 2.1 Sumber Bahan Organik Pertanian Limbah dan
residu
Jerami dan sekam padi, gulma,daun, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa
Limbah dan Residu ternak
Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, tepung tulang, cairan proses biogas
Pupuk Hijau Gliriside, terrano, mukuna, turi, lamtoro, centrosema, albisia Tanaman Air Azola, ganggang biru, rumput
laut, enceng gondok, gulma air lainya
Penambat nitrogen
Mikroorganisme, mikoriza, rhizobium, biogas
Industri Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, kelapa sawit, pengalengan makanan, pemotongan hewan
Limbah cair Alkohol, kertas, bumbu masak (MSG), kelapa sawit (POME) Limbah
rumah tangga
Sampah Tinja, kencing, dapur, kota dan pemukiman
2) Pupuk kimia atau pupuk buatan
Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut
dengan pupuk buatan. Pupuk kimia dapat dibedakan menjadi pupuk kimia
tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu
macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara
lengkap. Berikut ini adalah kandungan hara dari pupuk kimia unsur tunggal:
Tabel 2.2. Kandungan hara pupuk kimia Jenis pupuk Unsur hara
ZA N
TSP P
DSP P
SP-26 P
Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk
tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan
komoditasnya.
Pupuk kimia dibuat melalui proses pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan
mineral. Pupuk kimia biasanya lebih “murni” daripada pupuk organik, dengan
kandungan bahan yang dapat dikalkulasi (Sutedjo, 2010).
b. Pupuk berdasarkan bentuk fisik
Secara fisik, pupuk dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Pupuk padat
Pupuk padat diperdagangkan dalam bentuk onggokan, remahan, butiran, atau
kristal. Pupuk padatan biasanya diaplikasikan ke tanah/media tanam.
2) Pupuk cair
Pupuk cair diperdagangkan dalam bentuk konsentrat atau cairan. Pupuk cair
diberikan secara disemprot ke tubuh tumbuhan.
c. Pupuk berdasarkan kandungannya
Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan kandungan: pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal mengandung hanya satu unsur, sedangkan pupuk
majemuk paling tidak mengandung dua unsur yang diperlukan seperti pada
pengelompokan jenis dari pupuk kimia. Terdapat pula pengelompokan yang
disebut pupuk mikro, karena mengandung hara mikro (micronutrients). Beberapa
merek pupuk majemuk modern sekarang juga diberi campuran zat pengatur
tumbuh atau zat lainnya untuk meningkatkan efektifitas penyerapan hara yang
3. Kandungan Pupuk dan Manfaatnya
Seperti yang sudah diketahui bersama, bahwa pupuk baik pupuk organik maupun
pupuk kimia memiliki banyak sekali manfaat bagi tumbuhan dan tanaman. Untuk
lebih jelasnya, lihat pada manfaat-manfaat pupuk berikut ini :
1) Pupuk Urea [(CO (NH2)2 ]
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyaawaan NH4 (ammonia) dengan
CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan ikatan hasil
tambang minyak bumi,. Kandungan N total berkisar antara 45-46 %. Dalam
proses pembuatan urea sering terbentuk senyawa biuret yang merupakan
racun bagi tanaman kalau terdapat jumlah yang banyak. Agar tidak
menggangu kadar biuret dalam urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N
yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
2) Pupuk SP 36 (Superphospat 36)
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang di
tambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36 adalah 46 %
yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika ditambahkan dengan
ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat oleh tanaman. Namun
kekurangannya dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil,
lamban pemasakan dan produksi tanaman rendah.
3) Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium)
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama
lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur nitrogen 15 % dalam bentuk
Sifat nitrogen (pembawa nitrogen) terutama dalam bentuk amoniak akan
menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman.
4) Pupuk KCI (Kalium Klorida)
Pembuatan pupuk KCI melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit K) yang
kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui penyulingan untuk
menghasilkan pupuk KCI. Kalium klorida (KCI) merupakan salah satu jenis
pupuk kalium yang juga termasuk pupuk tunggal. Kalium satu-satunya kation
monovalent yang esensial bagi tanaman (Sutedjo, 2010).
Peran utama kalium ialah sebagi activator berbagai enzim. Kandungan utama
dari endapan tambang kalsium adalah KCI dan sedikit K2SO4. Hal ini
disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran,
pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya
mengandung K2O sampai 60 %. Manfaat dari pupuk Kalium (KCI) ini
adalah:
a. Berfungsi mengurangi efek negatif dari pupuk N,
b. Memperkuat batang tanaman,
c. Serta meningkatkan pembentukan hijau dan karbohidrat pada buah dan
d. Ketahanan tenaman terhadap penyakit.
Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah, tidak tegak,
proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu yang pada
akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan dapat menyebabkan daun cepat
menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun.
5) Pupuk kompos
Kandungan pupuk kompos adalah bahan organik yang mencapai 18 %
bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh kompos
adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium. Manfaat bokhasi
pada lahan pertanian yaitu: mampu menggantikan dan mengefektifkan
penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga biaya pembelian pupuk dapat
ditekan,
a. Bebas dari biji tanaman liar (gulma),
b. Tidak berbau dan mudah digunakan
c. Memperbaiki derajat keasaman tanah,
d. Sangat berguna untuk menyuburkan tanaman (Sutedjo, 2010).
Jenis pupuk diatas mengandung unsur makro yang sangat dibutuhkan
tanaman. Unsur makro tersebut antara lain:
a. Nitrogen
Unsur nitrogen atau N merupakan unsur hara yang sangat berperan dalam
pertumbuhan tanaman. Transformasi nitrogen sangatlah kompleks. Lebih
dari 98 % unsur N di dalam tanah tidak tersedia untuk tanaman akibat
terakumulasi di dalam bahan organik atau terjerat dalam mineral.
Pemenuhan kebutuhan unsur N melalui pupuk kandang sangat diperlukan
karena unsur ini merupakan unsur yang paling banyak hilang setelah
Secara umum fungsi unsur nitrogen sebagai berikut:
a) Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
b) Membuat daun lebih tampak hijau karena nitrogen
meningkatkan butir-butir hijau daun.
c) Memperbanyak anakan.
d) Meningkatkan mutu dan jumlah hasil.
Akibat yang bias terjadi jika kekurangan unsur nitrogen antara lain:
a) Tanaman merana, pertumbuhannya kerdil.
b) Daun kecil dan berwarna pucat
c) Daun bagian bawah mudah kering/mati
d) Hasilnya rendah
b. Pospat
Fungsi unsur Pospat adalah sebagai berikut :
a) Memperpanjang akar sehingga batang kuat.
b) Mempercepat pemasakan buah.
c) Memperbaiki mutu dan jumlah hasil.
Akibat yang bias terjadi jika kekurangan unsur pospat antara lain:
a) Tanaman kerdil.
b) Daun bagian tepi dan ujung berwarna keunguan.
c) Buah lambat masak dan biji kurang berisi.
c. Kalium
Fungsi kalium:
a) Memperbaiki pertumbuhan tanaman.
b) Meningkatkan ketahanan serangan hama.
c) Memperbaiki mutu hasil.
Kekurangan kalium berakibat:
a) Pinggir daun bintik-bintik putih kemerahan
b) Daun mengkerut/melengkung dan berwarna kekuningan, merah.
c) Pertumbuhan tanaman kerdil, mudah patah.
d) Buah kecil sering ada bercak luka dan kualitas menurun.
d. Calsium (Ca)
Fungsi kalsium adalah berguna bagi komponen dinding sel, sedangkan jika
kekurangan kalsium akan berakibat tanaman bagian bawah berwarna
pucat, daun muda kekuningan, tampak layu dan akar salah bentuk.
e. Magnesium (Mg)
Magnesium berfungsi sebagai penyusun klorofil. Kekurangan magnesium
akan mengakibatkan daun hijau pucat tulang daun berwarna kinung, daun
jenis rerumputan bergaris-garis.
f. Sulfur/belerang
Sulfur/belerang bermanfaat untuk penyusunan protein. Kekurangan sulfur
akan mengakibatkan tanaman tinggi semampai sama seperti kekurangan
nitrogen, akan tetapi buah matang lambat. Selain unsur hara makro, pupuk
unsur-unsur kimia alam yang berperan dalam proses pertumbuhan
tanaman. Unsur ini memang hanya diperlukan tanaman dalam jumlah yang
sedikit.
4. Pengertian Pupuk Kompos Cair
Pupuk kompos cair adalah ekstrak dari hasil pembusukan bahan-bahan organik.
Bahan-bahan organik ini bisa berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan
manusia yang mengandung unsur haranya lebih dari satu unsur. Dengan
mengekstrak sampah organik tersebut kita bisa mengambil seluruh nutriens yang
terkandung pada sampah organik tersebut. Selain nutriens kita juga sekaligus
menyerap mikroorganisme, bakteri, fungi, protozoa, dan nematode.
Pupuk kompos cair mengandung unsur kalium yang berperan penting dalam
setiap metabolisme tanaman, yaitu dalam sintesis asam amino dan protein dari
ion-ion ammonium serta berperan dalam memelihara tekanan turgor dengan baik
sehingga memungkinkan lancarnya proses-proses metabolisme dan menjamin
kesinambungan pemanjangan sel.
Pupuk kompos cair selain mengandung nitrogen yang menyusun dari semua
protein, asam nukleat dan klorofil juga mengandung unsur hara mikro antara lain
unsur Mz, Zn, Fe, S, B, Cad an Mg. Unsur hara mikro tersebut berperan sebagai
katalisator dalam proses sintesis protein dan pembentukan klorofil. Kompos cair
ini kaya akan nutriens organik dan anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman dan
dapat diaplikasikan dengan cara penyemprotan dan juga dapat digunakan sebagai
pengendali hama pada daun (Bio-kontrol), mudah sekali diserap oleh tanaman
Pupuk cair limbah organik pada dasarnya limbah dari bahan organik dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk, limbah cair banyak mengandung unsur hara
(N.P.K). Penggunaan pupuk cair dapat membantu memperbaiki struktur dan
kualitas tanah. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat
mengatasi defisiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu
menyediakan hara secara cepat dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk
organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan
sesering mungkin. Selain itu pupuk ini juga memiliki bahan pengikat sehingga
larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah dapat langsung digunakan oleh
tanaman. Pupuk organik cair apabila dicampur dengan pupuk organik padat, dapat
mengaktifkan unsur hara dalam pupuk organik padat.
5. Klasifikasi Pupuk Kompos Cair
a. Pupuk kandang cair
Pupuk kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair berasal dari
kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran
hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urin
hewan cukup banyak dan yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urin sapi,
kerbau, kuda, babi, dan kambing. Pupuk kandang cair dibuat dari kotoran ternak
yang masih segar, bisa dari kotoran kambing, domba, sapi, dan ayam. Petani
organik di Kenya membuat pupuk kandang cair dari 30-50 kg kotoran hewan yang
masih segar dimasukkan dalam karung goni yang terbuat dari serat kasar jerami
diikat kuat, ujung karung diikatkan pada sebuah tongkat sepanjang 1 m untuk
kerukuran 200 L yang berisi air. Secara berkala 3 hari sekali kotoran dalam
karung diaduk dengan mengangkat dan menurunkan tongkat beserta karung.
Untuk melarutkan pupuk kandang dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Pupuk
kandang yang melarut siap digunakan bila air sudah berwarna coklat gelap dan
tidak berbau. Cara penggunaan pupuk kandang cair dengan disiramkann ke tanah
bagian perakaran tanaman dengan takaran satu bagian pupuk kandang cair
dicampur dengan satu atau dua bagian air. Ampas dari pupuk kandang cair
dimanfaatkan sebagai mulsa (Sutedjo, 2010).
Tabel 2.3. Kandungan hara makro kotoran padat dan cair Jenis
ternak
Jenis kotoran
Kandungan Hara Makro ( % )
Nitrogen Fosfor Kalium Kalsium Kuda Padat 0.56 0.13 0.23 0.12
Cair 1.24 0.004 1.26 0.32 Kerbau Padat 0.26 0.08 0.14 0.33
Cair 0.62 - 1.34 - Domba Padat 0.65 0.22 0.14 0.33
Cair 1.43 0.01 0.55 0.11 Sapi Padat 0.33 0.11 0.13 0.26 Cair 0.52 0.01 0.56 0.007 Babi Padat 0.57 0.17 0.38 0.06
b. Pupuk cair limbah organik
Sama seperti dengan limbah padat organik, limbah cair juga mengandung unsur
hara, khususnya NPK dan bahan organik lainnya., sehingga limbah cair dari bahan
organik dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Penggunaan dari pupuk ini pun juga
dapat membantu memperbaiki struktur tanah.
Dari sebuah penelitian di Cina menunjukkan menggunakan limbah organik cair
dalam pertanian dapat meningkatkan produksi pertanian tersebut melebihi dari
penggunaan bahan organik lainnya, sehingga penggunaan pupuk buatan yang
mengandung bahan-bahan kimia muali tergeser.
Sebelum melakukan penanaman, petani di Cina mencampurkan limbah organik
cair dengan tanah di area persawahan dengan dosis 23 ton/hektar setiap 3 hari.,
sedangkan pupuk kimia digunakan sebagai pupuk lanjutan dengan pengaplikasian
dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 : 1. Perbandingan ini
mampu memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan hasil.
6. Effective Mikroorganisme (EM)
Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi
menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM
dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah. EM
sendiri adalah kultur camuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi
pertumbuhan tanaman. Sebagian besar mengandung mikroorganisme
Lactobacillus sp. bakteri penghasil asam laktat, serta dalam jumlah sedikit bakteri
fotosintetik Streptomyces sp. dalam ragi. EM mampu meningkatkan dekomposisi
pengomposan sampah organik atau kotoran hewan, meningkatkan ketersediaan
nitrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme
patogen.
EM diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan populasi
mikroorganisme di dalam tanah dan tanaman, yang selanjutnya dapat
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, kuantitas dan kualitas produksi tanaman
secara berkelanjutan. EM tidak mengandung mikroorganisme yang secara genetik
telah dimodifikasi tetapi terbuat dari kultur campuran berbagai spesies yang
terdapat dalam lingkungan alami.
7. Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi
dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan,
limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradabel atau setiap limbah
organik yang biodegradabel dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam
biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas dapat juga digunakan sebagi
bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik. Biogas yang
dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat popular digunakan untuk mengolah
limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil menghancurkan
bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah buangan. Metana dalam
biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih dari pada batu bara, dan
menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbondioksida yang lebih
sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen limbah
pemanasan global bila dibandingkan dengan karbondioksida. Karbon dalam
biogas merupakan karon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesis tanaman,
sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon di
[image:40.595.99.513.214.604.2]atmosfer bila dibandingkan dengan pembakaran fosil.
Tabel 2.4. Komponen Biogas
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbondioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfide (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5
Biogas memiliki kandungan energi yang cukup besar. Nilai kalori dari 1 m3
biogas sekitar 6.000 waat jam yang setara dengan setengah liter minyak diesel.
Oleh karena itu biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah., LPG, butane, batu bara, maupun
bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang gasnya (slurry) merupakan
pupuk organik yang sangat kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tanamann. Bahkan, unsur-unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin, dan
lain-lain tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas telah
8. Manfaat Pupuk Kompos Cair
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pupuk kompos cair, antara lain:
a. Menyehatkan lingkungan
Sebagai materi akhir atau sisa suatu proses, sampah biasanya diatasi dengan
mengangkutnya dari tempat sampah pemukiman dan membuangnya ke tempat
pembuangan sampah akhir atau membakarnya. Padahal jika dilihat dari jumlah
penduduk yang terus meningkat, perubahan tingkat pola konsumsi, pola
penyediaan kebutuhan hidup, serta iklim dan musim, cara seperti ini kurang
mampu untuk mengatasi masalah sampah, dikarenakan sampah yang dihasilkan
setiap harinya terus mengalami peningkatan. Hal tersebut beresiko menimbulkan
berbagai masalah. Salah satu cara penanganan sampah yang efektif dan efisien
adalah dengan mendaur ulang. Sampah organik dengan sampah non organik
dipisahkan. Sampah non organik dapat didaur ulang menjadi biji plastik,
sedangkan sampah organik dapat diolah menjadi kompos. Daur ulang sampah
organik menjadi produk pupuk tidak hanya dapat menyuburkan tanaman, tetapi
juga turut menyehatkan lingkungan. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga
tidak meninggalkan residu pada tanaman, sehingga tanaman menjadi aman untuk
dikonsumsi.
b. Revitalisasi Produktivitas tanah
Pada dasarnya, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus hingga tahap
tertentu ternyata dapat berakibat buruk bagi kondisi hara tanah. Pupuk anorganik
akan terakumulasi di dalam tanah dan menyebabkan kekurangan hara. Tanah yang
menyebabkan tanah tersebut sulit untuk diolah dan menggangu pertumbuhan
tanaman. Untuk mengatasinya dapat digunakan pupuk organik yang bertujuan
untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, dan
mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk anorganik. Selain itu, pupuk
organik juga berperan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme tanah. Efek
positif yang ditimbulkan yaitu dapat meningkatkan jumlah dan aktivitas
mikroorganisme tanah sehingga tanah menjadi gembur dan mudah menyerap air
(Sutedjo, 2010).
Berikut ini beberapa fungsi dari pupuk organik bagi tanah:
a) Secara fisik
Menggemburkan tanah
Memperbaiki aerasi dan drainase
Meningkatkan pengikatan antar partikel
Meningkatkan kapasitas mengikat
Mencegah erosi dan longsor
Merevitalisasi daya olah tanah
b) Secara kimia
Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
Meningkatkan ketersediaan unsur hara
c) Secara biologi
Menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi,
bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga
perkembangan tanaman lebih cepat (Sutedjo, 2010).
c. Menekan biaya
Penggunaan pupuk anorganik pada umumnya lebih disukai oleh petani
dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik. Hal ini disebabkan penggunaan
pupuk anorganik lebih praktis dan mudah untuk diterapkan serta hasilnya lebih
cepat terlihat. Hal ini menyebabkan banyak petani yang mengalami
ketergantungan pada pupuk anorganik. Kondisi ini akan sangat terasa ketika
terjadi kelangkaan pupuk anorganik. Harga dari pupuk anorganik tersebut akan
melambung tinggi, sehingga akan memberatkan petani. Dikarenakan belum
membudayanya penggunaan pupuk organik pada lahan tanaman para petani,
sosialisasi sangat diperlukan sekali. Sosialisasi yang berkesinambungan anak
memberikan dampak secara langsung kepada petani untuk melakukan perubahan
penggunaan pupuk. Ketika para petani sudah menggunakan pupuk organik, yang
mana harga dari pupuk organik lebih murah daripada pupuk anorganik tentu saja
akan mengurangi biaya operasional lahan dan dapat meningkatkan hasil panen,
dan tentu saja dapat meningkatkan kesejahteraan para petani (Sutedjo, 2010).
d. Meningkatkan Kualitas Produk
Tanaman yang dipupuk dengan menggunakan pupuk organik biasanya akan lebih
berkual;itas. Tanaman sayuran yang dipupuk dengan pupuk organik akan lebih
dapat disimpan sekitar 3-4 minggu, kubis organik dapat disimpan sampai 1
minggu, sedangkan jika kubis anorganik hanya dapat bertahan kurang dari 1
minggu, kubis organik juga memiliki bobot lebih berat dibandingkan dengan
kubis anorganik, yakni sekitar 2 kg/buah. Sementara itu, selada organik dapat
tahan disimpan selama 7 hari, sedangkan anorganik hanya tahan disimpan 2 hari.
Tanaman buah pun kualitasnya menjadi lebih baik dengan pupuk organik.
Tanaman salak yang dipupuk menggunakan pupuk organik dapat menghasilkan
buah yang rasanya lebih manis. Selain itu, daya fruitset atau persentase bunga
yang menjadi buah jauh lebih banyak. Begitu pula makanan yang diolah dari
bahan organik, akan memiliki daya tahan penyimpanan yang lebih baik dari pada
non organik. Nasi yang diolah dari beras organik dapat tahan selama 24 jam tanpa
dimasukkan ke dalam alat pemanas, sedangkan nasi anorganik hanya akan
bertahan selama 12 jam (Sutedjo, 2010).
Secara umum keunggulan pupuk organik dengan anorganik adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.5. Keunggulan Jenis Pupuk
Jenis pupuk Keunggulannya
Organik Mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap, tetapi jumlahnya sedikit.
Dapat memperbaiki struktur tanah, sehingga menjadi gembur.
Memiliki daya simpan air tinggi.
Beberapa tanaman yang dipupuk dengan pupuk organik lebih tahan penyakit.
Meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan
Anorganik Hanya mengandung satu atau beberapa unsur, tetapi dalam jumlah banyak
Tidak dapat memperbaiki struktur tanah, bahkan dapat membuat tanah menjadi keras jika digunakan dalam jangka waktu lama
Dapat membuat tanaman menjadi rentan terhadap serangan penyakit
Pupuk anorganik mudah menguap dan tercuci, sehingga pengaplikasian yang tidak tepat akan sia-sia karena adanya unsur yang hilang akibat menguap.
9. Unsur-unsur yang terdapat dalam daun gamal, sabut kelapa, batang
pisang, bekatul dan EM 4:
a. Daun Gamal
Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah naman jenis perdu dari kerabat
polong-polongan (suku Fabaceae atau Leguminosae). Penyebaran alami tidak
jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi bukti kuat menunjukkan
bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran
rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman di Amerika Tengah dan
Meksiko. Tanaman ini sekarang sudah menyebar diseluruh daerah tropika
(a) (b)
Gambar 1. (a) Tanaman gamal dan (b) Daun gamal
Dalam taksonomi, tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Faboideae
Genus : Gliricidia
Species : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium
Kandungan hara yang terdapat pada daun gamal yaitu nitogen yang akan
membantu dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan
dalam waktu yang nisbi panjang (Rahman Sutanto, 2002).
b. Sabut kelapa
Di dalam sabut kelapa terdapat beberapa komponen dasar yakni:
1) Selulosa
Selulosa ialah senyawa organik yang berfungsi sebagai komponen struktur
[image:46.595.101.496.108.540.2]2) Hemiselulosa
Hemiselulosa tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang dan lebih mudah
larut dalam air.
3) Lignin
Pada batang tanaman lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen
penyusun lainnya, sehingga suatu tanaman dapat berdiri tegak (Abdullah Saleh,
2009).
c. Batang pisang
Batang pisang mengandung zat-zat mineral, kadar airnya cukup tinggi sedangkan
kadar karbohidratnya sedikit.
Susunan kimiawi dari batang pisang sebagai berikut:
Air : 92,5 %
Protein : 0,35 %
Karbohidrat : 4,4 %
Zat Fosfor : 135 mgr per 100 gr batang
Zat Kalium : 213 mgr per 100 gr batang
Zat Kalsium : 122 mgr per 100 gr batang (Suprihatin, 2011).
d. Bekatul
Bekatul banyak mengandung karbohidrat yang mencapai 51-55 gr/100 gr bekatul.
Bekatul juga mengandung protein, lemak, asam lemak esensial, serat, vitamin E
kompleks, serta vitamin b kompleks. Selain itu bekatul juga mengandung
mineral-mineral yang bermanfaat seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Mangan (Mn),
sumber makanan yang baik bagi bakteri. Dengan kandungan karbohidrat yang
tinggi serta protein nabati, bekatul adalah sumber makanan yang lengkap bagi
bakteri pengurai dan sebagai bahan tambahan untuk menghasilkan pupuk organik
cair yang berkualitas (Suprihatin, 2011).
10. Deskripsi Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena L.)
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai
kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Buah terung
dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau lalapan, juga
mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap.
Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia,
terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian
hingga 1.200 meter di atas permukaan laut. Dari kawasan tersebut, terung
kemudian disebarkan ke Cina pada abad ke-5, selanjutnya disebarluaskan ke
Karibia, Afrika Tengah, Afrika Timur, Afrika Barat, Amerika Selatan, dan daerah
tropis lainnya. Terung disebarkan pula ke Negara-negara subtropis, seperti
Spanyol, dan Negara lain di kawasan Eropa, karena daerah penyebarannya sangat
luas, sebutan untuk terung sangat beraneka ragam yaitu eegplant, gardenegg,
aubergine, melongene, eierplant, atau eirefruch (Astawan, 2009).
Tinggi pohon terung 40-150 cm, memiliki daun dengan ukuran panjang 10-20 cm
dan lebar 5-10 cm, bunga berwarna putih hingga ungu dengan lima mahkota
bunga. Berbagai varietas terung tersebar luas di dunia, perbedaannya terletak pada
terung memiliki sedikit perbedaan konsistensi dan rasa. Secara umum terung
memiliki rasa pahit dan konsistensi yang menyerupai spons. Varietas awal terung
memiliki rasa pahit, tetapi terung yang telah mengalami proses penyilangan
memiliki perbaikan rasa. Terung merupakan jenis tanaman yang memiliki
kedekatan dengan tanaman kentang, tomat, dan paprika (Foodreference, 2010).
Klasifikasi ilmiah tanaman terung ungu:
Gambar 2.1. Tanaman Terung Ungu (Solanum melongena)
Kerajaan : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : S. Melongena
11. Unsur yang terdapat dalam tanah
Kesuburan tanah adalah: kemampuan tanah untuk dapat menyediakan unsur hara
dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk pertumbuhan. Kesuburan tanah
dapat ditentukan oleh:
Ketersediaan unsur hara yang cukup dan berimbang.
Kondisi tata air tanah yang optimal.
Kondisi tata udara tanah yang optimal.
Kondisi mikrobia tanah yang baik.
Hubungan kesuburan tanah dengan sifat kimia, fisika dan biologi tanah adalah
sebagai berikut :
Kesuburan tanah
Sifat kimia tanah
Sifat fisika tanah Sifat biologi tanah
Kesuburan tanah terus mengalami kemerosotan atau degradasi, hal ini dapat
disebabkan oleh panen setiap musim dan jerami dibawa keluar, adanya peristiwa
erosi top soil, adanya bencana alam (banjir, tanah longsor), pencemaran
lingkungan oleh limbah industri, sistem perladangan berpindah dan iklim kering
yang berkepanjangan. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dilakukan
pengelolaan kesuburan tanah secara tepat dan benar, termasuk didalamnya
Penemuan Justus von Leibig (1803-1873): (Dalam
www.fp.unud.ac.id/ind/wp-content/upload/2012/04/Bahan_kuliah_kesuburan_tanah_dan_pemupukan-1.pdf).
Hampir seluruh C dalam tanaman bersumber dari CO2 udara.
Hydrogen dan oksigen berasal dari air.
Logam-logam alkali diperlukan oleh tanaman.
Fosfat dibutukan tanaman untuk pembentukan biji.
Tanaman menyerap semua yang diperlukannya tanpa membedakannya dari
dalam tanah.
Hukum Minimum J.v.Leibig “The Law of The Minumum” berbunyi pertumbuhan
tanaman dibatasi oleh unsur hara tanaman yang jumlahnya sangat rendah,
sedangkan faktor-faktor lainnya berada dalam keadaan cukup (Dalam
www.fp.unud.ac.id/ind/wp-content/upload/2012/04/Bahan_kuliah_kesuburan_tanah_dan_pemupukan-1.pdf)..
Hubungan tanah dan tanaman
Dasar-dasar pengharaan tanamann: Pertumbuhan dan Perkembangan tanaman
dipengaruhi 3 faktor utama: Faktor tanah, faktor iklim, faktor tanaman.
Faktor-faktor tersebut ada yang dapat di kontrol dan sedikit dapat di kontrol. Kemampuan
tanah menyediakan unsur hara essensial bagi tanaman terbatas tergantung sifat
dan ciri tanah. Ada kriteria unsur hara essensial bagi tanaman:
a. Defisiensi unsur hara tersebut menyebabkan tanaman tubuh tidak normal,
mati lebih awal.
b. Fungsi unsur hara tersebut spesifik, tidak dapat diganti unsur lain.
Ditemukan 16 unsur hara essensial (9 unsur hara makro dan 7 unsur hara mikro).
Unsur hara makro terdiri dari C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan untuk unsur
hara mikro terdiri atas Cu, Fe, Zn, Mn, Mo, B, Cl. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi larutan tanah : pH tanah dan potensial redoks (Eh).
Unsur hara dalam larutan tanah bersumber dari mineral primer, pupuk, bahan
organik, atmosfer, dll. Ada 2 faktor penting yang mempengaruhi konsentrasi
unsur hara dalam tanah yaitu pH tanah mempengaruhi kelarutan unsur-unsur
yang mempunyai keseimbangan dengan fase padat, contohnya: kelarutan Al, Ca,
P, Fe, dll dan potensial redoks (Eh) berhubungan dengan faktor aerasi tanah dan
jumlah respirasi mikrobia tanah serta jumlah oksigen yang berdifusi ke dalam
tanah, contohya: denitrifikasi ion Nitrat (NO3), reduksi Cu2+, reduksi Fe+3 menjadi
Fe+2, dll (Angga, 2011). Siklus hara dalam sistem pertanian yakni unsur-unsur
hara yang terdapat dalam udara akan diserap oleh tanaman dan tanah selanjutnya
tanaman akan melakukan penyerapan unsur hara yang berada dalam tanah untuk
melakukan metabolism. Tanaman yang sudah mati atau gugur akan menjadi
endapan dan diserap oleh tanah, karena terjadinya penguapan, pencucian, erosi
dan fiksasi tanah kehilangan unsur haranya, sehingga dibutuhakn pemupukan
untuk membantu memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi dalam tanah.
Pemupukan ini dapat berupa pupuk buatan dan pupuk organik yaitu pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau. Setelah tanah tercukupi oleh unsur yang
dibutuhkan maka tanaman dapat melakukan metabolisme dan dapat menghasilkan
SIKLUS HARA DALAM SISTEM PERTANIAN
Atmosfer
Tanaman Panen
Residu
Tanah Pupuk Pupuk buatan
Pupuk organik
Kehilangan Penguapan
Pencucian
Erosi
Fiksasi
B. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya banyak petani telah mengerti dalam budidaya terung, tetapi kendala
yang dihadapi oleh petani saat ini adalah harga pupuk yang semakin melambung
dan hampir tidak terjangkau oleh petani, hal ini menyebabkan sebagian besar
tidak mampu memberikan pupuk sesuai takaran yang dianjurkan. Kondisi yang
seperti ini perlu segera dicarikan jalan keluar dengan cara menemukan teknik
pemupukan yang efisien atau menyediakan pupuk alternatif yang efektif dan
murah serta ramah lingkungan. Banyaknya bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan
dalam pemupukan misalnya sisa sayuran yang sudah tidak terpakai, daun yang
sudah mulai kering, limbah sabut kelapa, batang pisang, dan masih banyak lagi
daun gamal, batang pisang, bekatul dan EM4 ini diharapkan akan mampu
mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman terung ungu, sehingga
pupuk hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM
4 dapat diterapkan petani dalam memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh
tanaman terung ungu, karena banyak unsur yang terdapat dalam bahan-bahan
yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik cair tersebut yang sangat
dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman terung ungu. Unsur-unsur tersebut yaitu
daun gamal memiliki kandungan nitrogen didalamnya yang membuat daun
tanaman terung ungu tidak cepat menguning, sabut kelapa memiliki kandungan
Kalium (K), fosfor (P), Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg), serta Natrium dan
beberapa mineral lainnya. Unsur yang paling dominan pada sabut kelapa yaitu
kalium (K) yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh pada tanaman serta dapat
meningkatkan fotosintesis pada tanaman, batang pisang memiliki unsur nitrogen
yang dapat menggantikan pupuk urea dalam pemanfaatannya sebagai pupuk,
bekatul memiliki unsur protein, lemak, asam lemak esensial, serat, vitamin E
kompleks serta vitamin B kompleks. Selain itu bekatul juga mengandung
mineral-mineral yang bermanfaat seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Mangan (Mn),
Zat Besi (Fe), kalium (K), Seng (Zn) dan lain sebagainya, bekatul dalam proses
pembuatan pupuk organik cair memiliki fungsi sebagai sumber makanan yang
baik bagi bakteri. Dengan kandungan karbohidrat yang tinggi serta protein nabati,
bekatul adalah sumber makanan yang lengkap bagi bakteri pengurai. EM 4 yang
pengurai dan juga dapat mempercepat pembuatan pupuk organik cair, menambah
mikroorganisme tanah dan menambah kesuburan tanah.
C. Hipotesis
1. Diduga pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa,
batang pisang, bekatul dan EM 4 berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
terung ungu (Solanum melongena) yakni pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah
daun dan diameter batang tanaman terung ungu (Solanum melongena).
2. Pemberian pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang
pisang, bekatul dan EM 4 dalam volume yakni 100 ml, 200 ml, 300 ml dan 400
ml dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi batang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang dilakukan dengan
menguji jenis pupuk organik cair hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa,
batang pisang, bekatul dan EM 4 dengan tanaman terung. Penelitian ini sendiri
bersifat kuantitatif diskriptif. Pengaruh pemberian pupuk organik cair ini akan
dilihat berdasarkan tinggi batang tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
tanaman.
Penelitian ini didesain menjadi satu faktor yakni pemberian volume pupuk
organik cair pada tanaman. Macam volume terdiri dari tiga taraf yakni volume
pertama (A) 100 ml, volume kedua (B) 200 ml, volume ketiga (C) dan volume
keempat (D). Selain itu penelitian ini juga didesain menggunakan kontrol negatif
tanpa diberi perlakuan (E).
Variabel penelitian terdiri dari variabel terikat, variabel bebas, dan variabel
kontrol. Variabel terikat terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter
batang tanaman. Variabel bebas terdiri atas pemberian pupuk organik cair hasil
fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang pisang, bekatul dan EM 4 dengan
beda volume. Sedangkan variabel kontrol terdiri atas pH tanah, air, suhu, cahaya,
B. Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Poli bag sebanyak 50 buah ukuran 40 cm x 50 cm
b. Penggaris/meteran
c. Gelas ukur
d. Ember
2. Bahan :
a. Biji terung ungu (Solanum melongena)
b. Pupuk organik cair (hasil fermentasi daun gamal, sabut kelapa, batang pisang,
bekatul dan EM 4).
c. Proses pembuatan pupuk organik cair:
Daun gamal sebanyak 5 kg diremas-remas sampai hancur.
Sabut kelapa sebanyak 5 kg dipoton kecil-kecil/dicacah.
Batang pisang sebanyak 5 kg di potong kecil-kecil.
Bekatul 5 kg dan EM 4 sebanyak 1 liter.
Bahan-bahan yang sudah dihancurkan, kemudian dicampur dengan air sebanyak
10 liter.
Kemudian bahan-bahan tersebut diaduk dan ditutup rapat.
Setiap satu minggu sekali diaduk kembali agar bahan-bahan tersebut dapat terurai
dengan baik.
Setelah tiga minggu pupuk organik cair siap untuk digunakan dalam pemupukan
C. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Setelah alat dan bahan siap, semaikan biji terung ± 7 – 12 hari
c. Sebelum dipindakan terlebih dahulu disiapkan polibag yang sudah terisi dengan
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1
d. Setelah polibag terisi diamkan terlebih dalulu kira-kira 2-3 hari agar tanah dan
pupuk dapat tercampur dengan baik.
e. Setelah itu baru hasil semaian sudah dapat di pindah ke polibag yang sudah terisi
dengan tanah.
2. Tahap pelaksanaan
a. Bibit terung yang sudah di pindahkan ke dalam polibag siap diberi perlakuan.
b. Perlakuan pertama : sebagai kontrol
c. Perlakuan kedua : pemberian pupuk organik cair dengan volume 100
ml
d. Perlakuan ketiga : pemberian pupuk organik cair dengan volume 200
ml
e. Perlakuan keempat : pemberian pupuk organik cair dengan volume 300
ml
f. Perlakuan kelima : pemberian pupuk organik cair dengan volume 400
3. Tahap perawatan
a. Tanaman terung disiram setiap sore hari
b. Dilakukan juga penyemprotan hama menggunakan pestisida organik untuk
mengurangi hama yang menyerang tanaman.
c. Menyiangi rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman agar penyerapan makanan
oleh tanaman dapat maksimal.
d. Pemupukan dilakukan seminggu 2 kali dengan konsentrasi 10 ml dan diencerkan
pada 1 liter air, dan untuk pemberian pupuk sesuai perlakuan yang sudah
ditentukan.
4. Tahap pengambilan data
a. Data diambil setiap tiga (3) hari sekali yaitu mengukur tinggi batang tanaman,
menghitung jumlah daun setiap polibag, dan mengukur diameter batang setiap
tanaman yaitu sebelum pemupukan diberikan pada tanaman.
b. Pengambilan data dilakukan setiap sore hari.
D. Metode Analisis data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian
menggunakan uji Anova pola faktorial terdiri dari 1 faktor dengan 5 kombinasi
perlakuan dan masing-masing perlakuan menggunakan 10 kali ulangan. Adapun
faktor perlakuan sebagai berikut pada tabel 3.1:
Tabel 3.1. Tinggi tanaman terung
Perl aku an
Ulangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A0
A1
A2
A3
A4
Keterangan:
Perlakuan : Pemberian volume pupuk organik cair A0 : Kontrol ( tanpa pemberian pupuk organik cair )
A1 : Volume pupuk organik cair 100 ml
A2 : Volume pupuk organik cair 200 ml
A3 : Volume pupuk organik cair 300 ml
[image:60.595.105.494.217.708.2]A4 : Volume pupuk organik cair 400 ml
Tabel 3.2. Jumlah daun
Perl aku an
<