• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI MEDIA TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR VARIETAS KEDIRI KUNING (BELGI) DALAM POT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH VARIASI MEDIA TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR VARIETAS KEDIRI KUNING (BELGI) DALAM POT SKRIPSI"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH VARIASI MEDIA TANAH TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR VARIETAS KEDIRI

KUNING (BELGI) DALAM POT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh:

Paula Indimela Ferdiatik

101434026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kembangkan semangat untuk belajar. Jika Anda

melakukannya, Anda tidak akan pernah berhenti

tumbuh. (Anthony J. D'Angelo)

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta

Keluarga, Sahabat dan orang

orang tersayang

(5)

v

MOTTO

“BERBANGGALAH DENGAN

HASIL KERJA KERASMU SENDIRI,

BUKAN KARENA HASIL DARI

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dari daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Oktober 2014

Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Paula Indimela Ferdiatik NIM : 101434026

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENGARUH VARIASI MEDIA TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR VARIETAS KEDIRI KUNING (BELGI) DALAM

POT”.

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusi secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 1 Oktober 2014

Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

PENGARUH VARIASI MEDIA TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR VARIETAS KEDIRI KUNING (BELGI) DALAM

POT

Paula Indimela Ferdiatik Universitas Sanata Dharma

2014

Perkembangan tanaman anggur cukup pesat di daerah Kediri dengan varietas Kediri Kuning (Belgi). Permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian ialah mengenai pengaruh dari berbagai jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur, pertumbuhan tanaman anggur pada tanah yang berbeda, dan jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman anggur varietas Kediri Kuning. Tujuan penelitian tanaman anggur ini untuk : (1) Mengetahui pengaruh dari berbagai jenis media tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Kediri Kuning, (2) Mengetahui pertumbuhan tanaman anggur pada media tanah yang berbeda, (3) Mengetahui jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Kediri Kuning.

Jenis penelitian yang dilakukan ialah penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang merupakan variabel bebas adalah tiga jenis tanah berbeda (Regosol, Alluvial dan Latosol) dan tanah kontrol sebagai pembanding, tiap tanah memiliki tiga ulangan sehingga total tanaman ada 12 pot. Variabel terikatnya ialah tinggi batang, jumlah daun, diameter batang dan ketahan terhadap hama dan penyakit. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis menggunakan Analisis of Variansi (ANOVA). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rerata pertumbuhan tinggi batang anggur adalah 228.2 cm pada tanah kontrol, jumlah daun 52.61 helai pada tanah kontrol, dan diameter batang 1.62 cm pada tanah Latosol. Jenis hama yang menyerang adalah Kumbang Daun (Apogonia sp.)

Data dari penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan hasil yang diperoleh dari analisis tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata – rata pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, dan pertambahan diameter batang tiap media tanam (Regosol, Alluvial, dan Latosol).

(9)

ix

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF VARIATION MEDIUM SOIL ON THE GROWTH OF GRAPEVINES KEDIRI KUNING (BELGI) VARIETY IN POT

Paula Indimela Ferdiatik type soil to the growth of the grapevine Kediri Kuning variety, (2) to determie the growth on different soil, (3) to find out the types of soil for growth of grapevines Kediri Kuning variety.

This research is an experimental research and applies Completely Randomized Design (CRD). The treatment as independent variable three different types of soil (Regosol, Alluvial and Latosol) and control soil as the comparison. Each soil has three replications thus there are twelve pots. Dependent variables are the height of the stem, the amount of the leaves, the stem’s diameter and the resistance to pest and diseases. Furthermore, the data gathered in this research are analyzed by using Analysis of Variance (ANOVA). The result showed that the average stem height growth grapevines is 228.2 cm in the control soil , the amount of the leaves on the ground control soil 52.61 , and 1.62 cm the stem’s diameter at ground Latosol . The resistance type of pests and diseases is Kumbang Daun or Kumbang Leaves ( Apogonia sp . )

As has been said before, the data are analyzed by using ANOVA. The result of the analysis presents that there is no difference of the result’s average between the plant’s growth, the accretion of the leaves, and the increase of stem’s diameter and the soil medium (Regosol, Alluvial and Latosol).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Variasi Media Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur

Varietas Kediri Kuning (Belgi) Dalam Pot”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Biologi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam melaksanakan penelitian dan yang telah dengan sabar membimbing serta memberi saran dalam penulisan skripsi ini. 2. Dr.Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. dan Ibu Ch. Herrani Retno M.

Biotech selaku tim penelitian budidaya tanaman anggur yang telah memberikan pengarahan dan membimbing dalam penelitian ini dan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Salam selaku narasumber bagi penulis dalam melaksanakan budidaya tanaman anggur dan yang telah memberikan masukan kepada penulis mengenai budidaya tanaman anggur.

4. Segenap Dosen Pendidikan Biologi, Pengurus Laboratorium Pendidikan Biologi dan staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penulis secara tidak langsung.

5. Bapak Yohanes Sukarjianto dan Ibu Elisabeth Tumilah selaku orang tua penulis yang telah memberi dukungan penuh demi terselesainya skripsi ini. 6. Segenap keluarga yang selalu memberi dukungan dan doa kepada penulis

(11)

xi

7. Teman – teman penelitian anggur (Cecil, Yesi, Resi, Nesya, Hugo, Daus, Dwi, Ester, Sam, Yayan dan Galuh) yang mau membantu penulis jika ada kesulitan dalam penulisan skripsi.

8. Teman – teman seperjuangan Pendidikan Biologi 2010 (khususnya Fifi, Cecil, Wiwik dan Ana Petri) dan teman – teman lainnya yang tidak tersebutkan satu persatu yang telah memberikan pengalaman luar biasa kepada penulis sehingga dapat menjadi kenangan indah bersama kalian serta memperoleh pengalaman yang luar biasa bersama kalian.

9. Teman – teman terdekat yang selalu memberi motivasi dan mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi terlebih untuk Yuni dan Lina.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangannya, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat menjadi inspirasi dan dapat membantu bagi dunia pendidikan serta dunia pertanian yang membacanya dan menerapkannya.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

2. Klasifikasi, Deskripsi dan Morfologi Tanaman Anggur ... 8

(13)

xiii

1. Penyiapan Lahan dan Pengambilan Media ... 36

2. Penyiapan Media Tanam dalam Pot ... 37

3. Perbandingan Penyampuran Media ... 38

4. Penanaman Anggur dan Pemeliharaan ... 38

5. Pengamatan ... 40

E. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Tinggi Tanaman ... 47

2. Jumlah Daun ... 49

3. Diameter Batang ... 51

4. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit ... 53

B. Pembahasan ... 56

1. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit ... 59

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Alat, Bahan dan Media Tanam ... 34

Tabel 3.2. Perbandingan Penyampuran Media ... 38

Tabel 3.3. Hasil Pengukuran ... 40

Tabel 3.4. Hasil Pengulangan ... 41

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 68

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 74

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 94

Lampiran 4. Instrumen dan Pedoman Penilaian ... 96

Lampiran 5. Denah Penanaman Anggur ... 99

Lampiran 6. Data Tinggi Tanaman Anggur dan Selisih Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur ... 100

Lampiran 7. Perhitungan Anova Tinggi Tanaman Anggur ... 102

Lampiran 8. Data Jumlah Daun dan Selisih Pertambahan Jumlah Daun ... 103

Lampiran 9. Perhitungan Anova Jumlah Daun ... 105

Lampiran 10. Data Diameter Batang dan Selisih Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur ... 106

Lampiran 11. Perhitungan Anova Diameter Batang Tanaman Anggur ... 108

Lampiran 12. Data Ketahanan dan Selisih Pertambahan Ketahanan terhadap Hama / Penyakit ... 109

Lampiran 13. Pengukuran pH Tanah dan Kelembaban Tanah ... 111

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman anggur sudah ditanam sejak zaman pra sejarah, bahkan tanaman anggur ini diduga sudah seusia dengan peradaban manusia (Cahyono, 2010). Dugaan ini berdasarkan pada temuan fosil daun, potongan cabang, serta biji buahnya di daerah Eropa dan Amerika Utara. Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenai anggur sebagai minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang – orang Romawi kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis vinifera. Varietas ini kemudian menyebar ke bagian timur Mediteranea sampai Afrika Utara (Setiadi, 2007).

Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880. Tanaman anggur sudah cukup lama diusahakan oleh petani Indonesia terutama di daerah Jawa Timur sejak tahun 1882 (Winarno, 1991), Bali dan Sulawesi Tengah. Walaupun tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis namun tanaman ini dapat tumbuh di Indonesia khususnya spesifik lokasi seperti di daerah Jawa Timur.

(18)

menyebabkan Kota dan Kabupaten sekitarnya juga ingin mencoba berusahatani anggur di pekarangan. Perkembangan selanjutnya mengarah ke wilayah Madiun, Ngawi dan Magetan dengan trend sebagai tanaman pekarangan dan tanaman penaung di gang atau perkampungan.

Perawatan dalam budidaya tanaman anggur membutuhkan modal awal yang cukup tinggi serta padat karya, yang dimulai dari pemangkasan, pemupukan, penjarangan buah, dan pemanenan. Apabila kegitan-kegiatan diatas dilakukan dengan intensif dan menggunakan teknologi budidaya yang tepat maka usahatani atau agribisnis anggur cukup menguntungkan karena produktivitas per pohon berkisar 10-20 kg , dengan 2-3 kali panen per tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa buah anggur merupakan salah satu komoditas buah - buahan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan menguntungkan (Sumarsono dkk, 2009). Memelihara tanaman anggur pada musim hujan sangat sulit untuk menjaga agar tanaman tetap sehat dan dapat menghasilkan buah yang berkualitas baik seperti pada butir buah anggur varietas Kediri Kuning (Belgia) yang mudah rontok bila musim hujan.

(19)

aliran air saat penyiraman tanaman. Pada tanah Paingan tidak berstruktur, basah pekat namun memiliki tingkat kesuburan yang tinggi bagi tanaman, sedangkan pada tanah Gunung Kidul memiliki tekstur lempung dan unsur hara yang tersedia rendah. Selain kesesuaian jenis tanah, kondisi lingkungan (kelembaban dan suhu) juga menjadi faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman anggur. Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit juga sering menjadi permasalahan dalam budidaya tanaman anggur, sehingga harus dapat meminimalisir adanya hama dan penyakit yang menyerang dalam budidaya tanaman anggur.

Berdasarkan permasalahan yang ada dalam budidaya tanaman anggur, maka peneliti ingin melakukan eksperimen sebagai upaya dalam menemukan solusi agar budidaya anggur di Indonesia menjadi semakin berkembang. Berkaitan dengan penelitian tersebut maka peneliti menggunakan tiga jenis tanah yang berbeda yaitu menggunakan tanah Paingan, tanah pasir pantai dan tanah gamping dari Gunung Kidul. Penelitian ini berfokus pada ketiga jenis media tanam yang digunakan yaitu tanah Regosol (pasir pantai), tanah Alluvial (Paingan), dan tanah Latosol (Gunung Kidul) untuk melihat pertumbuhan tanaman anggur dari segi pertambahan tinggi batang, jumlah daun, diameter batang, dan ketahanan daun terhadap serangan hama maupun penyakit. Tanaman anggur ini ditanaman dengan menggunakan pot, oleh sebab itu dibuat judul penelitian “Pengaruh Variasi Media Tanah terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas Kediri Kuning (Belgi)

(20)

penelitian payung (kelompok) yang sama varietasnya dengan anggur Kediri Kuning yang menggunakan aplikasi pupuk tambahan yaitu Nopkor.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh dari berbagai jenis media tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Kediri Kuning ?

2. Bagaimana pertumbuhan tanaman anggur pada media yang berbeda ?

3. Media tanah manakah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Kediri Kuning ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Varietas anggur yang digunakan dalam penelitian ialah Kediri Kuning (Belgi).

2. Media tanah yang digunakan antara lain : tanah Pasir (Regosol), tanah Paingan (Aluvial), dan tanah Gunung Kidul (Latosol).

3. Penelitian yang akan dilakukan mencakup pertumbuhan tanaman anggur : pertambahan tinggi, jumlah daun dan diameter batang.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(21)

2. Mengetahui pertumbuhan tanaman anggur pada media tanah yang berbeda. 3. Mengetahui jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggur

varietas Kediri Kuning.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembaca

Penelitian mengenai budidaya tanaman anggur dengan menggunakan jenis tanah yang berbeda (Regosol, Alluvial dan Latosol) ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua yang membaca mengenai penelitian ini. Penelitian budidaya anggur ini juga dapat menjadi referensi bagi pembacanya / petani yang akan melakukan budidaya tanaman anggur dalam pot (tabulampot).

2. Bagi Penulis

Penulis dapat belajar mengenai budidaya tanaman anggur secara langsung (tidak hanya teori). Setelah melakukan budidaya tanaman anggur, penulis dapat berbagi informasi kepada semua masyarakat tanpa terkecuali mengenai budidaya tanaman anggur varietas Kediri Kuning menggunakan pot dengan tiga jenis media tanah yang berbeda (Regosol, Alluvial, dan Latosol) dalam penelitian ini.

3. Bagi Pendidikan

(22)
(23)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Tanaman Anggur

1. Asal – usul Tanaman Anggur

Tanaman anggur sudah ditanam sejak zaman pra sejarah, bahkan tanaman anggur ini diduga sudah seusia dengan peradaban manusia (Cahyono, 2010). Dugaan ini berdasarkan pada temuan fosil daun, potongan cabang, serta biji buahnya di daerah Eropa dan Amerika Utara. Sekitar abad ke-2 sesudah Masehi, orang mulai mengenai anggur sebagai minuman, buah meja, dan kismis. Pengenalan ini berkat jasa orang – orang Romawi kuno yang membawa varietas anggur ini yang dikenal sebagai Vitis vinifera. Varietas ini kemudian menyebar ke bagian timur Mediteranea sampai Afrika Utara (Setiadi, 2007).

Menurut Dewi (2012) “Anggur masuk ke Indonesia sejak awal abad ke-18. Selanjutnya sejak awal abad ke – 19 anggur menyebar ke Indonesia antara lain di Pulau Pisang (Sumatera Barat), Ternate, Halmahera, Kupang, Makassar, Besuki dan Banyuwangi (Jawa Timur), Buleleng (Bali) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat). Banyak pakar Biologi dan pertanian menguak asal – usul tanaman anggur

yang konon sumber genetik asli tanaman anggur di daerah Armenia (Rusia)”.

(24)

2. Klasifikasi, Deskripsi dan Morfologi Tanaman Anggur

Berdasarkan ilmu tumbuhan, tanaman anggur diklasifikasikan sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh – tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Vitales

Famili : Vitaceae Genus : Vitis

Species : Vitis vinifera L

Varietas : Kediri Kuning (Belgi)

(25)

Menurut Cahyono (2010), dari famili Vitacea anggur yang dikenal jumlahnya lebih dari 60 jenis, jenis Vitis vinifera atau yang lebih dikenal dengan anggur Eropa (old world) merupakan jenis yang paling banyak ditanam oleh masyarakat di berbagai Negara. Hal ini dikarenakan, anggur jenis ini memiliki rasa yang enak, manis, lezat, dan menyegarkan sehingga lebih disukai oleh masyarakat di seluruh dunia.

Secara morfologi, organ–organ tanaman anggur sebagai berikut :

a. Akar

Tanaman anggur berakar tunggang, namun karena kebanyakan ditanam dari stek, akar tunggang tidak bisa ditemukan lagi. Akar tunggang baru bisa ditemukan jika anggur ditanam dari biji, ketika biji berkecambah dan belum tumbuh membesar (Nurcahyo, 2010). Akar tunggang tumbuh tidak begitu dalam dan cukup kuat, sedangkan akar serabutnya tumbuh agak dangkal dan tumbuh menyebar ke segala arah secara horizontal dan perakarannya relatif sempit. Akar tanaman berfungsi sebagai penopang berdirinya tanaman dan penyerapan air serta zat – zat makanan (hara) dari tanah. Kondisi fisik tanah yang gembur sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karena penyerapan air dan zat – zat hara dapat berjalan dengan baik (Cahyono, 2010).

b. Batang (pohon)

(26)

anggur berkayu dan keras, batang bercabang banyak dan pada setiap cabang tumbuh sulur yang berjumlah banyak. Batang beruas – ruas berwarna cokelat hingga cokelat tua. Batang tanaman dan cabang – cabang berfungsi sebagai tempat jalannya pengangkutan air dan zat – zat makanan (hara) ke daun serta tempat jalannya pengangkutan zat – zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tubuh tanaman.

Batang utama tanaman anggur dapat tumbuh sampai puluhan meter panjangnya. Oleh karena itu, tanaman anggur perlu dipangkas agar batangnya tidak memanjang dan banyak cabang yang tumbuh (Setiadi, 2007).

c. Sulur

Tanaman anggur selalu mencari penopang berupa tanaman hidup atau yang telah mati agar dapat berdiri tegak. Tanaman anggur menggunakan bantuan cabang pembelit yang dikenal dengan nama sulur dahan atau sulur cabang, sulurnya merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi membentuk malai bunga (Cahyono, 2010).

d. Daun

(27)

dalam sehingga tepi daunnya berlekuk atau bercangap dan memiliki tulang menjari (Nurcahyo, 2010).

3. Varietas – varietas Anggur (Kediri Kuning)

Anggur yang banyak dibudidayakan di Indonesia umumnya dari jenis Vitis vinifera dan Vitis labrusca (Nurcahyo, 2010). Contoh jenis Vitis vinifera ialah anggur Kediri kuning, ciri yang paling mudah diamati ialah permukaan bawah daun tidak berbulu dan daun yang masih muda berkesan tipis dan bening selain itu ciri dari anggur jenis Kediri kuning ialah jenis tanamannya yang kecil dibandingkan dengan jenis anggur lainnya. Karakteristik varietas Kediri kuning antara lain : buah berbentuk jorong, berukuran sedang dengan panjang 1,9 cm dan diameter 1,7 cm. Buah berwarna kuning kehijauan dengan kulit dilapisi tepung tipis, buah rasanya manis segar, daging buah berwarna kekuningan, buah berbiji dengan jumlah biji per buah 2-3, jumlah buah per tandan mencapai 65 buah, produksi 15 – 25 kg/pohon/tahun, umur panen buah 105 - 110 hari setelah pemangkasan produksi. Masa berbunga sekitar 35 hari setelah pemangkasan produksi (Cahyono, 2010).

(28)

tidak produktif dihilangkan saja. Akan tetapi, setelah di pangkas mata tunas pada cabang primer dan sekunder tanaman anggur mengalami dormansi yang apabila tidak kita perlakukan maka mata tunas – mata tunas tersebut akan dapat mengalami dormansi selamanya, sehingga pertumbuhan tanaman lambat, batang kecil atau hanya memanjang saja tanpa ada percabangan yang berkualitas untuk menghasilkan cabang buah yang baik dan sehat dan bahkan mati (Damarwulan, 2012).

Anggur dari spesies Kediri Kuning ini cocok untuk minuman beralkohol (wine). Karena wine yang dibuat dari spesies Vitis vinifera mengandung alkohol lebih dari 10 % (Cahyono, 2010). Wine yang kadar alkoholnya kurang dari 10 % akan cepat berubah cita rasanya (Untung, 1992).

4. Manfaat Tanaman Anggur

Buah anggur selain dikonsumsi sebagai buah segar, juga dapat dikonsumsi dalam bentuk olahan (jelly, juice anggur, salad, jam , kismis, minuman keras dan obat kuat). Buah anggur juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan (terapi) bermacam - macam penyakit. Adapun manfaat tanaman anggur antara lain :

a. Anggur sebagai buah meja

Setiadi (2007), “ Anggur untuk buah meja merupakan anggur untuk pencuci

mulut. Anggur golongan ini memiliki keunggulan dalam fisik dan rasanya. Keunggulan fisik, misalnya : penampakannya menarik, tidak gampang rusak / tahan lama (baik ketika dalam penyimpanan atau pengangkutan), dan berukuran

(29)

b. Minuman (alkohol / wine)

Buah anggur juga dapat diolah menjadi anggur beralkohol (minuman keras). Minuman anggur biasanya berkadar gula 20% - 30% dan berkadar alkohol 9% - 21%, tergantung pemakaiannya (Cahyono, 2010). Anggur ini biasanya berasal dari spesies / varietas yang kulit buahnya tipis dan tidak melekat pada daging buah serta dagingnya lunak. Dua macam minuman anggur antara lain anggur merah dan putih. Minuman anggur putih dipilih yang pigmen kulit buahnya tidak berwarna, berwarna muda atau merah muda, serta daging buahnya tidak berwarna. Sedangkan untuk membuat minuman anggur merah, digunakan anggur yang pigmen kulit buahnya berwarna merah (merah tua).

c. Anggur kering (kismis)

Menurut Setiadi (2007) “ Anggur yang dibuat kismis biasanya dari varietas /

spesies yang kematangannya lambat dan tidak serentak. Buah anggur ini tidak banyak mengandung air, tahan berbuah di segala macam cuaca, tekstur dagingnya

lunak, tidak berbiji, aromanya tajam, dan ukuran buahnya sedang”. Buah anggur

Probolinggo putih lebih cocok untuk dibuat kismis karena biji – bijinya kecil. Selain itu, kismis anggur juga bisa digunakan untuk penghias kue (kue tart) atau kue kismis. Kismis buah anggur masih mengandung vitamin A, vitamin B1

(thianin), vitamin B2 (riboflavin), dan gula (karbohidrat) sekitar 70% (Cahyono,

(30)

d. Jus anggur

Hampir semua anggur Vitis vinifera bisa dijadikan jus, akan tetapi di Amerika Serikat anggur khusus untuk jus yaitu anggur concord (Vitis labrusca) yang di Indonesia disebut Isabella.

e. Buah anggur untuk pengobatan (terapi)

Buah anggur dikenal sebagai salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi kesehatan tubuh, dalam kapasitasnya untuk pengobatan manfaat buah anggur untuk terapi antara lain mencegah konstipasi, membersihkan hati, membantu fungsi ginjal, pembentukan darah, menonaktifkan virus, mencegah kerusakan gigi, menurunkan kolesterol, anti kanker, mencegah penyakit jantung, dan mencegah penggumpalan darah. Zat – zat yang berkhasiat obat yang terkandung dalam buah anggur antara lain magnesium, polifenol (cafeic acid), pektin, tanin, flavonoid, besi (Cahyono, 2010).

Menurut penelitian Mutia (2010) “didapatkan bahwa ekstrak buah anggur

(31)

f. Kandungan gizi buah anggur

Buah anggur mengandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, antara lain : kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air. Zat – zat gizi (Nutrients) tersebut merupakan unsur kimia yang diperlukan tubuh untuk metabolisme tubuh. Fungsi zat – zat gizi antara lain :

1) Pengadaan tenaga (energi) untuk menjalankan aktivitas fisik

2) Pertumbuhan badan jasmani dan pemeliharaan jarigan tubuh (otot, tulang, gigi, otak, sistem syaraf, sel darah merah, dan lain – lain), serta mengganti jaringan – jaringan tubuh yang rusak

3) Mengatur proses tubuh (protein, mineral, vitamin, dan air) (Cahyono, 2010).

5. Budidaya Tanaman Anggur dalam Pot

a. Syarat tumbuh bibit

Setiap tanaman buah – buahan menghendaki keadaan iklim dan keadaan tanah yang berbeda – beda. Ini disebabkan karena persyaratan hidup masing – masing tanaman berbeda pula. Namun, umumnya tanaman membutuhkan tanah yang subur, tidak bercadas, dan pH antara 6,5 – 7,0 (Setiadi, 2007).

1) Tanah

(32)

tanaman anggur adalah ketinggian tempat, sifat fisika – kimia tanah, sifat biologis

tanah, kedalaman air tanah, dan derajat kemiringan tanah”.

2) Iklim

Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah ialah suhu udara, curah hujan, kelembaban udara dan cahaya matahari (Cahyono,2010).

a) Suhu udara

Suhu udara berpegaruh terhadap proses metabolisme tanaman, misalnya terhadap respirasi (pernapasan tanaman), fotosintesis (proses perkecambahan, pertunasan, pembungaan, pembuahan, pematangan buah, dan lain – lain), pembelahan sel, transpirasi (penguapan air tanaman), aktivitas enzim, absorbsi air, absorbsi unsur hara, dan koagulasi protein. Tanaman anggur dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi jika lokasi pembudidayaan memiliki suhu rata – rata 20 - 25 .

b) Kelembaban udara

(33)

c) Curah hujan

Keadaan iklim yang cocok untuk tanaman anggur adalah iklim yang hangat dan kering dengan curah hujan sedang. Daerah yang memiliki iklim dengan 4 – 7 bulan kering dalam 1 tahun dan curah hujan rata- rata tahunan antara 800 – 1.800 mm/tahun dengan curah hujan pada bulan terkering <60 mm sangat cocok untuk pembudidayaan anggur. Jika tanaman anggur ditanam di daerah yang beriklim basah dan banyak turun hujan, tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik, dan pembungaan berkurang sehingga produksi buahnya rendah.

d) Penyinaran matahari

Sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman anggur sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun untuk generatif tanaman. Pada awal masa pertumbuhan, tanaman anggur sebaiknya diberi naungan. Sedangkan intensitas sinar matahari yang diperlukan oleh tanaman anggur menjelang tanaman dewasa hingga berproduksi adalah sekitar 80% dari pagi sampai sore atau lama penyinaran 10 -12 jam sehari.

b. Pembibitan dan penanaman tanaman anggur

Tanaman anggur dapat dikembangbiakkan secara generatif (dengan biji) dan secara vegetatif (cangkok, stek cabang, stek tunas, sambung pucuk, penyusunan, dan kultur jaringan). Bibit anggur yang akan ditanam dalam pot bisa berasal dari stek atau cangkok, berikut merupakan teknis budidaya tanaman anggur dalam

(34)

1) Memilih bibit untuk ditanam di dalam pot

Bibit anggur yang akan ditanam di dalam pot sebaiknya dipilih yang tegak, bentuk batang yang melengkung kurang menarik akan menyulitkan pengaturannya dalam pot. Bibit sari stek yang akan ditanam harus sudah memiliki akar yang cukup panjang, tidak kurang dari 10 cm dan dua lembar daun yang telah berkembang penuh. Bibit seperti ini tidak akan mengalami gangguan pertumbuhan jika dipindah ke dalam pot (Nurcahyo, 2010).

2) Pemeliharaan bibit

Bibit pembiakan vegetatif harus dipelihara secara intensif agar tumbuh dengan sempurna. Kegiatan pemeliharaan bibit tanaman anggur antara lain : penyiraman, pengaturan naungan, penyiangan, dan pencegahan / pengendalian hama dan penyakit (Cahyono, 2010).

3) Persiapan sebelum tanam

Sebelum memindahkan bibit anggur ke dalam pot perlu dilakukan persiapan sarana pertanaman yang diperlukan. Adapun persiapan sebelum menanam diantara :

a) Memilih pot

Anggur di dalam pot ditanam untuk tujuan hiasan, Karena berfungsi sebagai hiasan makan pot yang digunakan juga harus sedap dipandang. Menurut Dewi, (2012) “Pot yang digunakan bisa terbuat dari semen, tanah liat, potongan drum,

(35)

dibanding pot lainnya. Dinding dan dasarnya bisa menyerap air dari media tanam. Sifat seperti ini dapat menjaga akar tidak kekeringan saat penyiraman terlambat dan tidak terlalu lembab saat air siraman berlebihan.

b) Menyiapkan media tanam

Media tanam untuk anggur memiliki syarat : berstruktur gembur agar perakaran tanaman mudah berkembang (Setiadi, 2007), karena perakaran anggur menghendaki media tumbuh yang gembur maka media tanam di dalam pot juga harus disesuaikan. Pasir dan pupuk kandang atau humus dengan perbandingan 1 : 1 dapat digunakan sebagai media tanam, dengan media seperti ini mudah sekali ditembus oleh akar anggur. Pasir dan pupuk kandang atau kompos harus dicampur secara merata sebelum digunakan untuk menanam anggur (Nurcahyo, 2010).

c) Menyiapkan bibit

Bibit anggur yang dibeli harus dipilih bibit yang daunnya hijau segar, tumbuhnya lebat, dan perakarannya banyak. Setelah dipelihara kira – kira 1 – 3 bulan barulah bibit tersebut siap ditanamkan ke dalam pot.

d) Menyiapkan rambatan

(36)

4) Pemindahan bibit anggur ke dalam pot

Sebelum diisi dengan media tanam, dasar pot dialasi pecahan batu bata atau genting. Selain itu, media tanam dimasukkan hingga penuh. Tepat di tengah – tengah pot disediakan lubang tanam kira – kira lebih besar sedikit dari ukuran polybag bibit. Bibit anggur yang akan ditanam diangkat beserta polibagnya dan ditaruh di dekat lubang yang telah disediakan. Selanjutnya polybag disobek dengan pisau dan dilepas. Setelah bibit tertanam, media tanam di dalam pot disiram dengan air. Akibat penyiraman permukaan media tanam akan turun sekitar 5 cm dari bibir pot. Pot yang ditanami anggur ini harus ditempatkan di tempat yang selalu mendapat sinar matahari secara penuh (Nurcahyo, 2010).

c. Pemeliharaan tanaman anggur

Bibit anggur yang telah ditanam di dalam pot harus dirawat dengan benar supaya pertumbuhannya normal. Perawatan yang kurang baik akan menyebabkan pertumbuhan terhambat. Akibatnya, tanaman anggur dalam pot tidak bisa segera dilihat keindahannya. Kegiatan pemeliharaan tanaman anggur dalam pot

meliputi :

1) Penyiraman

(37)

Adanya genangan dapat menyebabkan akar mudah diserang penyakit dan mengganggur sirkulasi udara (oksigen) dalam tanah (oksigen sangat dibutuhkan oleh akar). Penyiraman juga perlu dilakukan dengan hati – hati, diusahakan kucuran air tidak terlalu keras karena dapat merusak kedudukan butiran – butiran media tanam dan akhrinya mengganggu kedudukan akar (Setiadi, 2007).

2) Pemupukan

Pemupukan bertujuan memberikan unsur – unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh subur, sehat dan berproduksi tinggi. Unsur – unsur makanan yang diperlukan tanaman tersebut terdiri atas unsur makro dan unsur mikro (Cahyono, 2010).

3) Penyiangan

(38)

4) Pemberian ajir

Supaya tumbuh lurus, bibit perlu diberi ajir. Ajir bisa berupa kayu atau bilah bambu setebal 1,5 cm dengan panjang 1 m. Ajir ini hanya berfungsi menyangga bibit sampai tiba waktu pemangkasan yang pertama. Pada awal penanaman bibit diikat longgar dengan ajir. Dalam pertumbuhannya nanti tanaman anggur dengan sendirinya akan tumbuh memanjat dengan abntuan sulur. Sulur akan membelit ajir sehingga tanaman anggur bisa tumbuh tegak (Nurcahyo, 2010).

5) Pemangkasan

Teknis pemangkasan tidak berbeda dengan teknik pemangkasan anggur pada umumnya, yang perlu diperhatikan yaitu ketinggian batang utamanya. Pemangkasan batangnya kira – kira 50 cm dari permukaan media tanam. Dari pemangkasan ini akan keluar cabang baru, cabang baru dipilih yang sehat untuk tetap dipelihara. Selanjutnya, pemangkasan dilakukan sesuai dengan bentuk rambatannya (Setiadi, 2007).

d. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman anggur

(39)

Serangan hama dan penyakit dapat diatasi dengan cara sebagai berikut (Cahyono, 2010) :

1) Pengendalian secara kultur teknis, yakni melakukan pengolahan tanah secara intensif, menanam dengan jarak tanam yang cocok, pengairan atau penyiraman dengan air yang sehat, penyiangan, dan pemangkasan.

2) Pengendalian secara biologis, yakni menyebarkan dan memelihara hewan yang menjadi musuh alami (predator).

3) Pengendalian secara manual, yakni menangkap dan membunuh hama secara langsung dan memangkas bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit dan membakarnya.

4) Pengendalian dengan obat kimiawi (racun), yakni meracun organisme pengganggu (hama dan pathogen) dengan obat – obat kimiawi (pestisida).

(40)

B. Jenis Tanah Pasir, Paingan, dan Gunung Kidul

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang terkomposisi atas bahan organik (sisa-sisa makhluk hidup) dan mineral. Tanpa tanah, makhluk tidak bisa hidup. Tanah disebut juga pendukung kehidupan. Kandungannya bervariasi, dari unsur - unsur esensial seperti N, P, K, Ca, S, Mg, Fe, B, Cl, dan lain-lain. Tanah terjadi akibat dari proses pelapukan batuan.

Pakar pertanahan asal Swiss, Hans Jenny (1899-1992) mengatakan pembentukan tanah berasal dari pelapukan batuan akibat dari faktor organisme (termasuk manusia), perubahan permukaan bumi, dan faktor iklim serta cuaca. Dinamika faktor-faktor tersebut membentuk berbagai jenis tanah yang ada di bumi. Adapun jenis – jenis tanah yang digunakan sebagai media tanam tanaman anggur diantaranya :

1. Tanah Pasir (Regosol)

(41)

Tanah ini banyak terdapat di sepanjang pantai di banyak pulau di Indonesia. Di Pantai Selatan Pulau Jawa (di Parang Tritis dan Samas Bantul), Kulon Progo, Purworejo, Kebumen dan Cilacap pasirnya berasal dari vulkanik Gunung Merapi. Bukit – bukit pasir (sand dunes) terbentuk dari pasir di pantai yang berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan angin laut yang bersifat deflasi dan akumulasi. Kendala pasir pantai jika akan ditanami adalah :

a. Kemampuan menyimpan air sangat rendah b. Unsur hara yang tersedia sangat rendah c. Kandungan garam sangat tinggi

d. Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi, maka evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan.

Untuk mengatasi kendala – kendala tersebut antara lain dapat dilakukan dengan :

a. Pemupukan dengan bahan organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau) atau material – material yang mampu menyimpan air banyak misalnya : lempung (clay), hydro gel dll, pemberian mulsa pada sekitar tanaman untuk mengurangi penguapan.

(42)

2. Tanah Paingan (Aluvial)

Tanah berasal dari endapan baru, berlapis – lapis, bahan organiknya jumlahnya berubah – ubah tidak teratur dengan kedalamannya. Lapisan di sini bukan horizon karena bukan terbentuk secara pedogenesis (perkembangan tanah secara alami, pelapukan mulai dari atas, proses eluvasi dan iluvasi), tetapi bahan atau material yang diendapkan berbeda dari waktu ke waktu dan lama pengendapan juga berbeda sehingga terbentuk lapisan yang berbeda (Supriyo, 2009).

Tanah ini tergolong masih muda, belum berkembang, berasal dari lauvium, bentuk beraneka ragam, tidak berstruktur, basah pekat, pH bervariasi, tingkat kesuburan sedang sampai tinggi. Biasanya banyak terdapat di tepi sungai, cekungan dan pantai (Sri, 2014).

Ciri pembentukan aluvial adalah bahan yang kasar (besar) akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya, sedangkan semakin halus bahan akan diendapkan lebih jauh dan tiap lapisan cenderung seragam (tekstur, bahan, dll). Sifat tanah aluvial dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal, sehingga kesuburannyapun ditentukan oleh bahan asalnya.

(43)

pada ciri dan sifat tanahnya adalah bahan induk dan topografi sebagai akibat waktu terbentuknya tanah yang masih muda (Supriyo, 2009).

3. Tanah Gunung Kidul ( Latosol / Oxisols)

Tanah Latosol sudah mengalami perkembangan dengan terjadi diferensiasi horizontal, memiliki tekstur lempung, berada pada kedalaman dalam, berbentuk remah - remah hingga menggumpal, gembur, berwarna cokelat merah hingga kuning. Banyak terdapat di daerah yang beriklim basah dengan 300-100 meter curah hujan, dan berasal dari pecahan tuf, breksi batuan beku yang terintrusi dan material vulkanik (Sri, 2014).

Latosol merupakan tanah tropika yang sesungguhnya (asli, tulen) karena terletak di daerah tropika dengan suhu dan kelembaban yang selalu tinggi sepanjang tahun sehingga telah mengalami pelapukan yang sangat lanjut. Ciri – ciri tanah latosol adalah :

a. Mempunnyai horison B oksik dengan ketebalan ≥ 30 cm b. Mempunnyai kadar lempung > 15 %

c. Bertekstur lempung, struktur gumpal dengan stabilitas agregat tinggi, permiabilitas baik (cukup cepat), aerasi dan drainase baik, tahan terhadap erosi

(44)

e. Lempungnya kurang aktif karena dirajai oleh kaolinit (Al2Si2O5(OH)4) oleh

sebab itu KPK lempungnya rendah (< 16 me/100 g lempung) dan kalau lapuk sudah tidak dapat menghasilkan usur hara esensial lagi

f. Dalam fraksi debu dan pasirnya sudah tidak mengandung mineral yang dapat lapuk lagi karena hanya tersisa kuarsa (SiO2)

g. Nisbah SiO2 / sesquioksida (Al2O3 + Fe2O3) dalam fraksi lempung rendah

h. Tanah berwarna merah (teroksidasi baik) i. Mempunnyai solum sangat dalam (bisa > 6 m)

Sifat fisik dari tanah latosol antara lain :

a. Mempunyai solum yang sangat dalam bisa > 6 m

b. Agregetnya telah mantab (stabil), sehingga tidak mudah terdispersi menjadi butir – butir tunggal

c. Berstruktur gumpal, permiabilitasnya cukup baik sehingga aerasi drainasenya baik, aliran permukaan rendah, tidak peka erosi

d. Berwarna merah, sesuai dengan namanya Oxi (oksidasi, Fe3+ = ferri merah) sebagai indikator aerasi dan drainase baik, warna merah – kuning menunjukkan tanah tua (lanjut)

Tanah latosol telah mengalami pelapukan lanjut maka tanah ini mempunnyai sifat kimiawi yang jelek antara lain :

a. Banyak logam – logam alkali (Na, Mg, Ca dan K) yang telah terlindi sehingga mempunnyai pH yang rendah (pH 3 - < 5)

(45)

unsur hara mikro (Zn, Mn, Fe, Cu) yang dapat menyebabkan potensi keracunan

c. Kahat unsur hara mikro Mo, unsur ini dalam keadaan asa sukar terlarut d. Kelarutan Al dan Mn yang tinggi dapat menyebabkan keracunan

e. Kandungan bahan organik umumnya rendah, untuk hutan alam bahan organik terakumulasi pada horizon permukaan setebal 5 – 10 cm.

Fisiologinya dapat berupa dataran, perbukitan sampai pegunungan. Bahan induk dapat berupa : batuan plutonik ultra basik, bahan vulkanik, breksi, andesit, basaltik, dan batuan beku baik masam, intermedier sampai basik (alklin). Iklim berupa curah hujan tinggi hampir merata sepanjang tahun dan suhu juga tinggi sepanjang tahun sehingga taah sudah berkembang lanjut atau tua.

Berdasarkan warnanya, tanah latosol dapat dibedakan menjadi :

a. Latosol merah (2,5 YR 5/8 – 5 YR ¾ = merah coklat – kemerahan kelam) b. Latosol merah kekuningan (5YR 4/6 = merah – kekuningan)

c. Latosol coklat – kemerahan (7,5 YR 4/3 = coklat kelam) d. Latosol coklat (10 R – 7,5 YR 4/4 = coklat – coklat kelam)

e. Latosol merah – ungu (dari Pleihari, Kalimantan Selatan 10 YR 3/3 = coklat ungu)

Latosol juga dapat dikelompokkan bersadarkan kandungan humusnya yaitu :

(46)

b. Humic Latosol (berwarna coklat – coklat kekuningan, curah hujan agak rendah 1.000 – 2.500 mm/th, pH <5)

c. Ferruginous Humic Latosol (horizon Ai dan A2 berwarna ungu (purple))

d. Hydrol Humic Latosol (berkembang di daerah hujan lebat dan curah hujan sangat tinggi berkisar antara 4.000 – 9.000 mm/th, dengan ciri banyak humus, di bawahnya terdapat horison A1 berwarna kekelabuan dan horison A2

berwarna kuning) (Supriyo, 2009).

C. Hipotesis

1. Terdapat pengaruh dari berbagai jenis media tanah yang digunakan untuk budidaya tanaman anggur terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Kediri Kuning.

2. Pertumbuhan tanaman anggur mengalami kenaikan pada tiap minggunya. 3. Media tanah Gunung Kidul (Latosol) merupakan media tanah yang paling

(47)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak Lengkap atau completely randomized design merupakan salah satu model rancangan paling

sederhana dalam rancangan percobaan. Rancangan ini disebut rancangan acak lengkap, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit percobaan. Rancangan acak lengkap digunakan bila faktor yang akan diteliti satu faktor atau lebih dari satu faktor (sesuai untuk percobaan dengan jumlah perlakuan yang tidak terlalu banyak). Rancangan acak lengkap ini digunakan apabila unit percobaan homogen (misalnya untuk percobaan di laboratorium, di lapangan dan rumah kaca), selain itu jika tidak ada pengetahuan / informasi sebelumnya tentang kehomogenan satuan percobaan dan apabila jumlah perlakuan hanya sedikit.

Penelitian mengenai budidaya tanaman anggur dalam pot ini menggunakan tiga perlakuan dengan media tanah yang berbeda, yaitu : Tanah Pasir (Regosol), Tanah Paingan (Aluvial) dan Tanah Gunung Kidul (Latosol) serta ditambah dengan media Kontrol sebagai pembanding. Pada tiap – tiap media tanah memiliki tiga (3) pengulangan, sehingga total tanaman yang diteliti ada 12 tanaman anggur dalam pot.

(48)

sebagai variabel. Menurut kedudukannya, variabel dibagi menjadi dua yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Pada pertumbuhan tanaman anggur ini menggunakan 3 jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam suatu penelitian pendidikan. Adapun variabel yang digunakan untuk penelitian tanaman anggur ini meliputi :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel terikat. Adapun variabel bebas yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tanah Regosol (tanah pasir) yang diambil dari pasir Pantai Samas. 2. Tanah Aluvial yang digunakan adalah tanah dari daerah Paingan.

3. Tanah Latosol (tanah kapur) yang diambil dari tanah Gunung Kidul (Pathuk dan Nglanggeran).

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang digunakan dalam variabel terikat adalah tinggi batang, jumlah daun, diameter batang. Ketahanan terhadap hama dan penyakit juga diamati secara kualitatif. Adapun ketentuan – ketentuannya sebagai berikut:

(49)

b. Jumlah daun (helai) : menghitung jumlah daun yang tumbuh pada batang primer yang dipelihara sampai batang sekunder dan tersier pada tiap minggunya untuk tiap media tanah dan pada setiap pengulangan (pot)

c. Diameter batang : perhitungan dan pengukuran yang digunakan untuk diameter batang adalah diambil dari batang sekunder yang berada dekat dan menempel pada batang primer.

d. Ketahanan terhadap hama dan penyakit: perhitungan dan pengukuran yang digunakan untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit ialah dengan menghitung prosentase daun yang terkena penyakit dengan cara 100 % dibagi dengan jumlah daun lalu untuk setiap daun diberi nilai sesuai dengan hasil pembagian dan sesuai dengan ketahanan daun dari penyakit.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang menjadi variabel bebas dan dimasukkan ke dalam penelitian tetapi dibuat konstan dengan mengontrolnya. Penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah air, cahaya, suhu dan kelembaban.

Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pengulangan untuk penelitian pada setiap varietas, dan menggunakan sistem acak atau random atau sering dikenal dengan sebutan kesempatan yang sama untuk mendapatkan peluang pemunculannya. Penempatan tanah harus diacak agar kondisi bisa sama, dan harus memperhatikan pemanfaatan dari pot itu sendiri, dengan tujuan agar masing

(50)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun anggur Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma tepatnya di Paingan, Maguwoharjo, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama enam bulan, yaitu pada bulan November 2013 sampai dengan Februari 2014.

C. Alat dan Bahan

Tabel 3.1. Alat, Bahan dan Media tanam

Alat Bahan Media

Pot Lyphotril (pupuk daun) Tanah Gunung Kidul Gunting Lanette (pengendali hama) Tanah Paingan Semprotan Bibit anggur (Kediri

kuning)

Tanah Pasir Pantai Samas (Bantul)

Sabit Abu gosok Pupuk kompos

(51)

Alat Bahan Media

1. Penyiapan Lahan dan Pengambilan Media

Menyiapkan lahan untuk penelitian dan mengambil media tanam (tanah Paingan, tanah Gunung Kidul dan Pasir pantai Samas), dilakukan pada hari Senin 7 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 pada pagi hari mulai pukul 05.00 WIB dan pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB.

Menyiapkan 2 jenis pupuk, yaitu pupuk kompos dan pupuk kascing. Dilakukan pada hari Senin 7 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 pada pagi hari mulai pukul 05.00 WIB dan pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB.

Mencampur pupuk kompos dan pupuk kascing (sesuai perbandingan) yang dilakukan pada Senin 7 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 pada pagi hari mulai pukul 05.00 WIB

Mencampur ketiga media tanah ditambah dengan kedua jenis pupuk (sesuai perbandingan) yang dilakukan pada Senin 7 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 pada pagi hari mulai pukul 05.00 WIB dan sore hari mulai pukul 16.00 WIB

(52)

2. Penyiapan Media Tanam dalam Pot

Mengisi pot dengan media yang telah tercampur (sesuai pengulangan), dilakukan pada hari Rabu 23 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 mulai pukul 05. 00 WIB dan dilanjutkan pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB

Setelah semua pot disirami, maka melakukan pendinginan media sebelum ditanami. Dilakukan pada hari Jumat 1 November – Senin 4 November 2013 pada pagi hari mulai pukul 05.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB

Setelah menyiapkan lahan dan media tanam dilanjutkan dengan menata pot dan mengisinya dengan media, dilakukan pada hari Rabu 23 Oktober – Kamis 31 Oktober 2013 mulai pukul 05. 00 WIB dan dilanjutkan pada sore hari mulai pukul 16.00 WIB

(53)

3. Perbandingan Penyampuran Media

Tabel 3.2. Perbandingan Penyampuran Media

Perlakuan Pupuk Pasir Tanah Keterangan

Media Tanah Regosol

1 1 2 Pupuk kompos dan Tanah Regosol

Media Tanah

Alluvial 1 1 2

Pupuk kompos, Pasir dan Tanah Paingan

Media Tanah

Latosol 1 1 2

Pupuk Kompos, Pasir dan Tanah Gunung Kidul

Media Kontrol 1 1 - Pupuk kompos, Pasir

4. Penanaman Anggur dan Pemeliharaan

Penanaman anggur dilakukan pada hari Selasa 5 November 2013 pukul 14.30

(54)

Cara kerja Penanaman dan Pemeliharaan :

Setelah media didinginkan selama 4 hari, maka media siap ditanami dengan bibit anggur

Membuat lubang sedalam ± 10 cm untuk memasukkan bibit tanaman

Mengambil bibit anggur yang akan ditanam dan dikeluarkan dari polybag dengan cara menggunting bagian atas polybag hingga bagian dasar (bibit dipegang menggunakan tangan kiri dan gunting disebalah tangan kanan)

Setelah menggunting polybag, bibit anggur dikeluarkan dengan hati – hati agar tidak merusak akar bibit.

Kemudian menanam bibit anggur yang sudah terlepas dari polybag ke dalam media di dalam pot

Menguruk tanaman dengan media yang berada di dalam pot

Memberi ajir / penyangga tanaman agar tidak terguncang / patah jika terguncang angin dan diikat dengan batang anggur

(55)

5. Pengamatan

Pengambilan data (pengukuran) dilakukan setiap hari Rabu dengan bantuan alat ukur (penggaris, meteran dan jangka sorong) dan hasil dari pengukuran dicatat untuk kemudian dijadikan data penelitian, dalam tabel – tabel berikut ini :

Tabel 3.3. Hasil Pengukuran (data diambil setiap hari Rabu)

Tanggal Variabel Pasir Paingan

Gunung

Kidul Kontrol 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Tinggi batang

(cm)

Jumlah daun (helai)

Diameter batang (mm) Ketahanan terhadap hama / penyakit (%)

Cara penghitungan tinggi batang, jumlah daun, diameter batang dan ketahanan terhadap hama / penyakit :

(56)

b. Jumlah daun : menghitung total jumlah daun yang ditumbuhkan saat budidaya tanaman anggur

c. Diameter batang : menghitung diameter dengan menggunakan jangka sorong dari batang sekunder yang berada dekat dan menempel pada batang primer. d. Ketahanan hama / penyakit : menghitung prosentase ketahanan daun sehat

(tidak terserang hama) dengan cara :

1) Prosentase daun sehat per helai (x) = 2) Kriteria daun yang sehat tiap helainya antara lain :

a) Satu helai daun yang utuh nilainya (x)

b) Terdapat lubang / jamur di setengah helai daun =

c) Terdapat lubang / jamur merata dalam satu helai daun = 0

3) Prosentase sisa daun sehat tiap helai dijumlahkan untuk mendapatkan prosentase sisa daun sehat dalam satu tanaman.

Tabel 3.4. Hasil Pengulangan Perlakuan R1 R2 R3 Total

perlakuan

Rerata perlakuan Tanah Pasir

(Regosol) Tanah Paingan (Alluvial) Tanah Gunung Kidul (Latosol) Kontrol

(57)

E. Analisis Data

Hasil pengukuran tinggi tanaman angur yang diperoleh selama penelitian dapat dihitung dengan menggunakan uji Anova untuk mendapatkan data yang signifikan (ada pengaruh antara pertambahan tinggi dengan media tanam yang digunakan). Sebelum perhitungan dengan uji Anova untuk mengetahui pengaruh media tanah dengan pertumbuhan tanaman anggur, maka dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa data yang digunakan berasal dari distribusi data normal karena tiap populasi memiliki sifat normal. Setelah menguji normalitas data, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians untuk memastikan bahwa kelompok yang dibandingkan merupakan kelompok yang mempunnyai varians homogen. Pengujian normalitas, homogenitas dan Anova dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai pertumbuhan tanaman anggur ini menggunakan Analisis Anova. Analysis of Variance (ANOVA) adalah suatu cara utuk menguraikan ragam total menjadi komponen ragam. Tes Anova (uji F, Analysis of Variance) digunakan untuk mengetes kelompok yang lebih dari dua. Secara umum uji F dibedakan menjadi dua : Anova untuk One Factor Between Subject Design dan Anova untuk One Factor Within Subject Design. Between design digunakan bila kelompok yang di tes itu dependent, sedangkan yang within design bila kelompoknya adalah dependent.

(58)

dari uji tersebut. Uji Anova mempunnyai asumsi seperti dibawah ini (Sutrisno, 1988 dalam Sirait, 2001) :

1. Individu – individu dalam sampel harus diambil secara random secara terpisah satu sama lain dari masing – masing populasinya (sampel bersifat independen)

2. Distribusi gejala yang diselidiki dalam masing – masing populasi itu adalah normal. Jika belum diketahui apakah sampel telah mengikuti distribusi normal atau tidak, dapat dilakukan pengetesan normalitas (test of normality) 3. Varians dari masing – masing populasi tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan satu sama lain. Apabila belum diketahui harus dihitung terlebih dahulu dengan mengadakan pengetesan terhadap varians – varians (test of variance).

Adapun penghitungan Analisis Variansinya sebagai berikut :

Tabel 3.5. Analisis Variansi

Sumber variasi df SS MS F hitung F tabel 5 % 10 % Perlakuan

Galat Percobaan Total

Keterangan :

a) Df total = jumlah semua pengamatan – 1 = 12 – 1 = 11 b) Df perlakuan = jumlah perlakuan – 1 = 4 -1 = 3

c) Df galat = df total – df perlakuan = 11 – 3 = 8 d) CF = (jumlah total)2 : jumlah pengamatan = (ΣX2)/rt e) SS total = ΣX2– CF

(59)

h) MS = SS : df

i) MS perlakuan = SS perlakuan : df perlakuan j) MS galat = SS galat : df galat

k) F hitung = MS perlakuan : MS galat

Kriteria pengujian normalitas, kesamaan varians dan Anova adalah :

1. Normalitas (Test of Normality)

H0 = variansi populasi adalah normal

Hi = variansi populasi adalah tidak normal

a. Jika Nilai Sig. < 0,05, maka Ho bahwa data berdistribusi normal ditolak. Hal

ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. b. Jika Nilai Sig. > 0,05, maka Ho diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal.

2. Kesamaan Varians (Test of Homogeneity of Variances) H0 = variansi populasi adalah sama

Hi = variansi populasi adalah tidak sama

a. Jika Nilai Sig. < 0,05, maka H0 bahwa varians kedua kelompok sama ditolak.

Hal ini berarti kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama.

b. Jika Nilai Sig. > 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok

mempunyai varians yang sama.

3 Anova

(60)

signifikan 0.05. Output Anova adalah akhir dari perhitungan yang digunakan sebagai penentuan analisis terhadap hipotesis yang akan diterima atau ditolak. Dalam hal ini hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 = Tidak ada perbedaan rata-rata hasil pertumbuhan tanaman anggur dengan

jenis tanah. (Sama)

Hi = Ada perbedaan rata-rata pertumbuhan tanaman anggur dengan jenis tanah.

(Tidak Sama)

Untuk menentukan Ho atau Hi yang diterima maka ketentuan yang harus

diikuti adalah sebagai berikut :

a) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak

Hal ini berarti bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata pada taraf 5% sehingga dinyatakan signifikan.

b) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima

Hal ini berarti bahwa perlakuan yang diberikan tidak ada pengaruh nyata pada taraf 5% sehingga dinyatakan tidak signifikan.

Analisis setelah anova atau pasca Anova (post hoc) dilakukan apabila hipotesis nol (Ho) ditolak. Fungsi analisis setelah anova adalah untuk mencari kelompok mana yang berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh F hitung yang menunjukkan adanya perbedaan. Apabila F hitung menunjukkan tidak ada perbedaan, tentu analisis sesudah anova tidak perlu dilakukan. Ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan untuk melakukan analisis sesudah anova,

(61)

popular dan yang sering digunakan adalah Tukey’s HSD (honestly significant difference).

Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :

a. Menghitung Tukey’s HSD dengan rumus :

HDS = q Keterangan :

N = banyaknya sampel perkelompok q = the studentizet range statistic k = banyaknya kelompok

df = N – k

b. Mencari perbedaan rata-rata antar kelompok.

Menghitung rata-rata masing-masing kelompok : Xm =

(62)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman dapat dilihat dari pertambahan tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman tersebut, maka pertumbuhan tanaman menjadi semakin bagus. Berdasarkan data selama penelitian, tinggi tanaman anggur dari minggu ke minggu mengalami kenaikan, adapun grafik rata – rata tinggi tanaman anggur pada tiap minggu dan pada tiap perlakuan disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar 4.2. Grafik Rata – Rata Tinggi Tanaman Tiap Minggu (cm)

0

Rata - rata Tinggi Batang Tiap Minggu

(63)

Gambar 4.3. Rata – Rata Tinggi Tanaman pada Tiap Perlakuan (cm)

Dilihat dari grafik yang tertera pada gambar 4.2 yaitu grafik rata – rata tinggi tanaman anggur pada tiap minggu memiliki nilai yang berbeda – beda. Perolehan dari minggu pertama penelitian hingga minggu terakhir penelitian menunjukkan grafik yang terus meningkat. Tanaman dikatakan tumbuh dengan baik jika tinggi tanaman dari minggu ke minggu selalu bertambah, meskipun terkadang tinggi tanaman ada yang jumlahnya tetap (tidak bertambah).

Berdasarkan dari gambar 4.3, menunjukkan rata – rata tinggi tanaman pada tiap perlakuan memliki grafik yang berbeda. Tanaman pada media tanah pasir (Regosol) memiliki rata – rata tinggi tanaman paling rendah (136,13 cm) dibandingkan dengan tanaman pada media tanah Paingan (Alluvial), tanah Gunung Kidul (Latosol) dan juga tanah kontrol. Sedangkan tanaman pada media tanah Kontrol memiliki nilai rata – rata paling tinggi yaitu 228,2 cm dari semua perlakuan (Regosol, Alluvial dan Latosol).

Regosol Alluvial Latosol Kontrol

(64)

Berdasarkan pada uji Anova diperoleh nilai Fhitung 0.567 yang lebih kecil dari

Ftabel 4.07 pada taraf 5% (0.05), dengan demikian maka Ho diterima yang berarti

media tanah yang digunakan (Regosol, Alluvial, Latosol dan Kontrol) tidak ada pengaruhnya terhadap tinggi tanaman anggur (tidak signifikan).

2. Jumlah Daun

(65)

Gambar 4.4. Grafik Rata – rata Jumlah Daun Tiap Minggu (helai)

Gambar 4.5. Grafik Rata – rata Jumlah Daun tiap Perlakuan (helai)

Rata – rata jumlah daun pada media tanah Regosol (pasir), Alluvial

Rata - rata jumlah daun tiap minggu

Regosol

(66)

minggu ada yang bertambah, ada yang berkurang dan bahkan jumlahnya tetap. Hal ini dapat dilihat dari gambar 4.4 pada grafik rata – rata jumlah daun tiap minggunya. Sedangkan untuk grafik rata – rata jumlah daun tiap perlakuan juga memiliki nilai yang berbeda antara media tanah Regosol, Alluvial, Latosol dan Kontrol. Pada media tanah Regosol memiliki nilai rata – rata paling rendah dibandingkan dengan tanah Alluvial, Latosol dan Kontrol. Media tanah Alluvial dan tanah Latosol memiliki nilai rata – rata yang hampir sama, namun media tanah Alluvial lebih rendah dibandingkan dengan tanah Latosol. Nilai rata – rata paling tinggi dari setiap media terletak pada media Kontrol. Hal ini dapat dilihat berdasarkan grafik pada gambar 4.5. Dengan demikian, rata – rata jumlah daun pada tiap perlakuan berbeda satu sama lain.

Berdasarkan pada uji Anova diperoleh nilai Fhitung 1.593 yang lebih kecil dari

Ftabel 4.07 pada taraf 5% (0.05), dengan demikian maka Ho diterima yang berarti

media tanah yang digunakan (Regosol, Alluvial, Latosol dan Kontrol) tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah daun tanaman anggur (tidak signifikan).

3. Diameter Batang

(67)

– rata diameter batang tanaman anggur tiap minggu dan rata – rata diameter batang pada tiap perlakuan sebagai berikut :

Gambar 4.6. Grafik Rata – rata Diameter Batang Tiap Minggu (cm)

Gambar 4.7. Grafik Rata – rata Diemater Batang tiap Perlakuan (cm)

Rata – rata diameter batang memiliki nilai yang terus bertambah dari minggu ke minggu, hal ini dapat dilihat berdasarkan gambar 4.6 pada grafik rata – rata

Rata-rata Diameter Batang tiap minggu

Regosol

(68)

diameter batang tiap minggu. Sedangkan untuk nilai rata – rata diameter batang tiap perlakuan juga memiliki nilai yang berbeda satu sama lain. Perlakuan pada media tanah Regosol (pasir) memiliki nilai rata – rata diameter paling kecil yaitu 1,3 cm dibandingkan dengan perlakuan pada media tanah lainnya, namun perlakuan pada media tanah Regosol dan Alluvial (Paingan) memiliki nilai rata – rata yang hampir sama yaitu 1,3 cm untuk media tanah Regosol dan 1,32 cm untuk media tanah Alluvial. Pada perlakuan tanah Latosol (Gunung Kidul) memiliki nilai rata – rata diameter paling besar dibandingkan dengan tanah lainnya yaitu sebesar 1,62 cm.

Berdasarkan pada uji Anova diperoleh nilai Fhitung 1.026 yang lebih kecil dari

Ftabel 4.07 pada taraf 5% (0.05), dengan demikian maka Ho diterima yang berarti

media tanah yang digunakan (Regosol, Alluvial, Latosol dan Kontrol) tidak ada pengaruhnya terhadap diameter tanaman anggur (tidak signifikan).

4. Ketahanan terhadap Hama dan Penyakit

Salah satu masalah dalam usaha peningkatan mutu dan produksi anggur adalah serangan hama dan penyakit pada daun, tunas, sulur dan buah anggur. Pada tanaman anggur terdapat beberapa penyakit yang masing - masing menyerang bagian tanaman tertentu dengan gejala dan cara serangan yang berbeda - beda, tergantung jenis penyebabnya. Penyakit utama yang sering menyerang pertanaman anggur yaitu downy mildew yang muncul pada musim hujan (Dwiastuti dan Nurhadi, 1986 dalam Baswarsiati, 2009). Menurut Kusumo (1991)

(69)

yaitu Bali, Probolinggo Biru, Probolinggo Super dan Kediri Kuning. Ke empat varietas unggul tersebut kurang tahan terhadap downy mildew”.

Penelitian mengenai pertumbuhan tanaman anggur dalam pot ini juga mengukur ketahanan daun terhadap hama dan penyakit, penghitungan ketahanan daun terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara membuat prosentase daun yang terkena penyakit dengan cara 100 % dibagi dengan jumlah daun lalu untuk setiap daun diberi nilai sesuai dengan hasil pembagian dan sesuai dengan ketahanan terhadap penyakit. Ketahanan daun terhadap penyakit tidak menggunakan perhitungan Anova, karena fokus pada penelitian hanya pada tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Adapun grafik daun yang tersisa dari serangan hama dan penyakit dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4.8. Grafik Rata – rata Ketahanan Daun tiap Minggu (%) 0

Rata - rata ketahanan tiap minggu

(70)

Gambar 4.9. Grafik Rata- rata Ketahanan tiap Perlakuan (%)

Data yang diperoleh dari perhitungan selama pengamatan memiliki nilai rata

– rata yang berbeda dari minggu ke minggu untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pada gambar 4.8 yaitu grafik rata – rata ketahanan tiap minggu. Pada minggu ke – 13 tanah Regosol, Alluvial, Latosol dan Kontrol mengalami penurunan ketahanan terhadap hama karena kelembaban tanah pada minggu itu sangat tinggi, sehingga mengakibatkan hama banyak menyerang daun tanaman anggur.

Perlakuan dengan media tanah Latosol (Gunung Kidul) memiliki nilai rata – rata paling kecil (banyak terserang hama) dibandingkan dengan perlakuan pada media tanah Regosol (pasir), Alluvial (Paingan) dan Kontrol. Perlakuan dengan tanah Aluvial memiliki nilai rata – rata ketahanan paling tinggi, hal ini dapat dilihat pada gambar 4.9 yaitu rata – rata ketahanan tiap perlakuan.

Regosol Alluvial Latosol Kontrol

(71)

B. Pembahasan

Pertumbuhan tanaman dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif siklus hidup tanaman yang tidak dapat dibalikkan (irreversible) atau peningkatan ukuran tanaman yang tidak akan kembali akibat pembelahan dan pembesaran sel. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruan merupakan pertambahan ruang atau volume secara permanen atau pertambahan volume yang tidak dapat balik (Irreversible increase in volume). Proses pertumbuhan dikendalikan oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan tanaman. Pertumbuhan tanaman pada faktor genetik mengandalkan kemampuan dan kapasitas dari tanaman tersebut atau tanaman itu direkayasa melalui ilmu pemuliaan. Sedangkan pada faktor lingkungan dipengaruhi oleh tempat, cahaya matahari, waktu tanam, pupuk yang digunakan, strategi pengendalian hama penyakit dan sebagainya. Interaksi dari kedua faktor ini dapat diukur melalui penampilan tanaman di lapangan.

Gambar

Tabel 3.1. Alat, Bahan dan Media Tanam  ..............................................
Gambar 2.1 Anggur Kediri Kuning (Belgi)  ............................................
Gambar 2.1. Anggur Kediri Kuning (Belgi)
Tabel 3.1. Alat, Bahan dan Media tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan masing-masing mempengaruhi intensitas

Alamat Jalan Kertanegara Nomor 37 telp.. Wira

 Masalah pada program search engine  Tidak ada artikel yang sesuai.. Discuss

Dengan menggunakan sampel 139 firm years dari perusahaan publik pada sektor manufaktur (dengan sub-industri sektor industri Dasar dan Kimia; Consumer Goods', dan

Penggunaan target/filter Mo/Mo dapat menghasilkan citra dengan kontras yang lebih baik karena energi spektrum sinar-X yang rendah, yaitu 20 keV. Pada energi sinar-X rendah

a. Mahkamah Pidana Internasional yang bersifat Permanen atau ICC sampai saat terjadinya kejahatan internasional di bekas jajahan Yugoslavia dan Rwanda belum terbentuk

Berdasarkan konteks uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian dalam hal menganalisis kapasitas ruas jalan dengan menggunakan model hubungan

Fluida kerja hanya boleh membentuk emulsi dengan sedikit air saja (paling banyak 1% ) agar tidak mengalami perubahan sifat yang terlampau banyak. Pada temperatur kerja tidak