• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PRABU BESTARI DENGAN TEKNIK PENANAMAN DALAM POT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PRABU BESTARI DENGAN TEKNIK PENANAMAN DALAM POT"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PRABU BESTARI DENGAN TEKNIK PENANAMAN DALAM POT

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

DWI PUTRI PASINGGI NIM : 101434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF

TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PRABU BESTARI DENGAN TEKNIK PENANAMAN DALAM POT

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

DWI PUTRI PASINGGI NIM : 101434039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Bapak dan Mama’yang tak pernah lelah menyayangiku setulus hati

Kakak dan Adik-adikku yang selalu mendukung dan memberiku semangat

Sahabat-sahabatku yang selalu ada untukku baik suka maupun duka

(6)
(7)
(8)

vii

HALAMAN MOTTO

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan Mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat”

(Winston Churcill)

“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga

diri agar tidak tertidur. “(Richard Wheeler)

”Mulai” adalah kata yang penuh kekuatan. Cara terbaik untuk

menyelesaikan sesuatu adalah, “mulai”.Tapi juga mengherankan, pekerjaan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kemuliaanNya yang telah Ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari dengan Teknik Penanaman dalam Pot” ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain berupa materi, waktu, tenaga, moral, maupun spiritual. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan, berkat dan kasihNya yang melimpah kepada penulis serta ujianNya sehingga membuat penulis semakin menyadari berbagai arti nilai kehidupan.

2. Drs. Tri Priantoro M. For. Sc selaku dosen pembimbing dan dosen penguji atas segala kesabaran, bimbingan, waktu, tenaga, dan masukan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

(10)

ix

4. Orang tua penulis yaitu Bapak Paulus Suhud dan Ibu Jeni Pabimbin yang telah mencurahkan kasih sayang dan pengorbanannya demi memberikan yang terbaik di dalam seluruh hidup penulis.

5. Kakakku, Eko atas dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan skrisi ini serta adikku Tri dan Catur yang selalu mendukung penulis.

6. Sahabat-sahabat sekaligus rekan penelitian Resi, Nesya, Sesil, Galuh, Yayan, Hugos, Daus, Esther, Mela, Sem dan Yesi yang telah menjadi rekan dalam penelitian anggur yang kita lakukan bersama-sama, akhirnya selesai juga perjuangan kita kawan.

7. Teman-teman program studi pendidikan biologi angkatan 2010, terima kasih atas kasih, dukungan, dan kesediaannya untuk saling berbagi suka duka dan berbagai informasi kepada penulis dari awal kuliah serta selama proses penyusunan skripsi.

8. Teman-teman dari dalam maupun dari luar kampus Universitas Sanata Dharma serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang juga turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

(11)

x

ABSTRAK

Dwi Putri Pasinggi. 2014. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggur (Vitis vinifera) Varietas Prabu Bestari Dengan

Teknik Penanaman Dalam Pot

Pertumbuhan tanaman anggur dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman anggur dan jenis tanah mana yang memberikan pengaruh paling optimal terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Prabu bestari.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah Complete Randomized Design. Penelitian dilakukan terhadap pertumbuhan Vitis vinifera varietas Prabu Bestari yang ditanam dengan perlakuan Jenis tanah. Ada 3 jenis kelompok eksperimen yaitu tanah regosol, aluvial dan latosol serta satu kelompok kontrol dengan masing-masing 3 pengulangan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan di Paingan selama 4 bulan. Pengamatan pertumbuhan meliputi tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun yang diamati setiap minggu. Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji anova satu jalur.

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa rata-rata kumulatif pertambahan tinggi batang pada ketiga perlakuan berturut-turut tanah regosol, aluvial dan latosol adalah 7,81cm ; 7,14 cm; 4,88 cm. Rata-rata kumulatif pertambahan diameter batang yaitu 0,035 cm; 0,029 cm; 0,029 cm sedangkan rata-rata kumulatif pertambahan jumlah daun yaitu 1,87; 1,49; 1,36. Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jenis tanah tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif Vitis vinifera varietas Prabu Bestari. Hasil tersebut juga memperlihatkan bahwa tanah Regosol, Aluvial dan Latosol memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan vegetatif anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari sehingga dapat ditanam pada ketiga jenis tanah tersebut.

(12)

xi ABSTRACT

Dwi Putri Pasinggi. 2014. Effect of soil type to Vegetative Growth of Grapes (Vitis vinifera) Prabu Bestari Variety With Pot Planting Technique Growth of grape is affected by various factors, one of them is soil factor. The purpose of this research is to determine whether the type of soil give affect on growth of the grape and which type soil that give the most optimal effect on plant growth of grape Prabu Bestari variety.

This study is an experimental study. The type of research design used was Randomized Complete Design. Research conducted on growth of Vitis vinifera Prabu bestari variety that planted with different types of soil treatment. There are 3 types of experimental group i.e regosol soil, alluvial soil and latosol soil and a control group with 3 repetitions of each. The study was conducted at the experimental farm in Paingan for 4 months. Observations of growth include plant height, stem diameter and number of leaves were observed every week. Data were analized by anova one way.

Based on the observations, it can be seen that the cumulative average of plant height in three treatment consecutive regosol soil, alluvial and latosol are 7.81 cm; 7.14 cm; 4.88 cm. Cumulative average of the stem diameter increment are 0.035 cm; 0.029 cm; 0.029 cm while the cumulative average of the quantity of leaves are 1.87; 1.49; 1.36. Based on the statistical analysis it can be seen that the type of soil does not affect the vegetative growth of Vitis vinifera Prabu Bestari variety. The results also show that the Regosol soil, Aluvial soil and Latosol soil having the same effect on the vegetative growth of grape (Vitis vinifera) Prabu Bestari variety, so it can be grown on the three of those soils.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

MOTTO... vii

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tanaman Anggur ... 7

(14)

xiii

2. Sejarah Tanaman Anggur ... 7

3. Karakteristik Morfologi Anggur ... 8

4. Kandungan dan Manfaat Anggur ... 13

B. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anggur ... 14

1. Keadaan Iklim ... 14

2. Keadaan Tanah ... 16

3. Hama dan Penyakit Tanaman Anggur ... 17

4. Pupuk ... 20

C. Tanah ... 24

1. Komponen Tanah... 24

2. Fungsi Tanah sebagai Media Tumbuh ... 25

3. Sifat Dasar Tanah ... 26

4. Jenis Tanah dan Karakteristik Tanah ... 27

D. Penanaman anggur dengan teknik tabulampot ... 31

E. Hipotesa ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A.Jenis Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

D.Desain Penelitian ... 34

E. Alat dan Bahan ... 35

1. Alat ... 35

2. Bahan ... 36

(15)

xiv

1. Penyiapan Lahan ... 36

2. Penyiapan Media Tanah dan Pot ... 36

3. Penyampuran Pupuk ... 37

4. Penyampuran Media Tanah ... 37

5. Penyiapan Medium Tanah ke dalam Pot ... 38

6. Penyiapan Bibit Anggur ... 38

7. Penanaman Anggur ... 38

8. Perawatan dan Pemeliharaan ... 39

9. Pengamatan ... 42

G. Prosedur Kerja ... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil dan Analisis Data Penelitian ... 51

1. Tinggi Batang ... 51

2. Diameter Batang ... 54

3. Jumlah Daun ... 56

4. Kerusakan daun ... 58

B. Pembahasan ... 60

1. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Vitis vinifera var. Prabu Bestari ... 60

2. Pola Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Anggur ... 63

3. Hama dan Penyakit Pada Vitis vinifera varietas Prabu Bestari ... 66

(16)

xv

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... ... 71

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pola Penyusunan Pot ... 34

Tabel 3.2 Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Tinggi Batang ... 42

Tabel 3.3 Contoh Tabel Data untuk Pengukuran Diameter Batang ... 43

Tabel 3.4 Contoh Tabel Data untuk Hasil Penghitungan Jumlah Daun ... 43

Tabel 3.5 Contoh Tabel Data untuk Presentase Kerusakan Daun ... 44

Tabel 3.6 Contoh Tabel Data Hasil pengukuran pH tanah ... ... 45

Tabel 3.7 Contoh Tabel Data Hasil Pengukuran Kelembapan Tanah... ... 45

Tabel 3.8 Hasil pengamatan indikator pertumbuhan tanaman anggur secara keseluruhan... 47

Tabel 3.9 Analisis Ragam Model CRD... ... 48

Tabel 4.1 Rata-Rata Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur ... 52

Tabel 4.2 Analisis variansi rata-rata pertambahan tinggi tanaman anggur.... 53

Tabel 4.3 Rata-Rata Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur... 55

Tabel 4.4 Analisis variansi rata-rata pertambahan diameter batang tanaman Vitis vinifera... ... 56

Tabel 4.5 Rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman anggur /minggu ... 57

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari ... 10 Gambar 2.2 Sulur Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari ... 11 Gambar 2.2 Buah Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari ... 12 Gambar 4.1 Grafik pertambahan tinggi batang Vitis vinifera setiap minggu... 51 Gambar 4.2 Grafik pertambahan diameter batang Vitis vinifera setiap

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Vitis Vinifera Varietas

Prabu Bestari Setiap Minggunya... ... 74 Lampiran 2. Data Pertambahan Tinggi Tanaman Vitis Vinifera Varietas

Prabu Bestari Setiap Minggunya ... 76 Lampiran 3. Perhitungan Uji Homogenitas Data Tinggi Tanaman Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari ... 78 Lampiran 4. Perhitungan Uji Normalitas Data Tinggi Tanaman Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari ... ... 80 Lampiran 5. Perhitungan Analisis Sidik Ragam Menggunakan Uji Anova pada

pada Tinggi Batang Tanaman Vitis Vinifera Varietas Prabu Bestari.. 82 Lampiran 6. Data Hasil Pengukuran Diameter Tanaman Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari Setiap Minggunya ... 85 Lampiran 7. Data Pertambahan Diameter Batang Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari Setiap Minggunya... 86 Lampiran 8. Perhitungan Uji Homogenitas Data Diameter Batang

Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari ... 87 Lampiran 9. Perhitungan Uji Normalitas Data Tinggi Tanaman Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari ... ... 89 Lampiran 10.Perhitungan Analisis Sidik Ragam Menggunakan Uji Anova

Pada Tinggi Batang Tanaman Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari 91 Lampiran 11. Data Hasil Pengukuran Jumlah Daun Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari Setiap Minggunya ... 94 Lampiran 12. Data Hasil Pengukuran Jumlah Daun Vitis vinifera Varietas

Prabu Bestari Setiap Minggunya ... 96 Lampiran 13. Perhitungan Uji Homogenitas Data Jumlah Daun Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari ... 98 Lampiran 14. Perhitungan Uji Normalitas Data Tinggi Tanaman Vitis vinifera

Varietas Prabu Bestari ... . 100 Lampiran 15. Perhitungan Analisis Sidik Ragam Menggunakan Uji Anova

(20)

xix

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu bidang usaha yang mulai banyak diminati oleh masyarakat. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Terdapat banyak jenis perkebunan di Indonesia antara lain perkebunan kelapa sawit, perkebunan tanaman coklat, perkebunan buah-buahan seperti anggur, apel, jeruk dan sebagainya. Kondisi perkebunan di Indonesia cukup berkembang pesat mengingat kondisi alam yang mendukung untuk perkebunan. Salah satu perkebunan yang mulai berkembang di Indonesia adalah perkebunan anggur.

(22)

Anggur memiliki berbagai manfaat yaitu dapat dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi berbagai produk antara lain wine yang merupakan hasil perasan anggur yang difermentasi mengandung alkohol, kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli. Manfaat mengkonsumsi anggur bagi kesehatan telah didukung banyak peneliti, yaitu mampu menyehatkan jantung, terutama karena kandungan flavonoid, resveratrol, serta polifenolat. Para ahli menemukan bahwa konsumsi anggur bisa meningkatkan fungsi jantung, mencegah pembesaran hati dan ginjal, serta mengurangi kerusakan oksidatif pada jantung dan ginjal (Andrini, 2006).

(23)

Nilai ekonomi anggur dipengaruhi kualitas anggur. Kualitas anggur impor dan anggur lokal cukup berbeda sehingga harganya pun berbeda. Harga anggur lokal saat ini berkisar Rp.15.000,00 – Rp.25.000,00 sedangkan harga anggur impor dipasaran berkisar Rp.30.000,00 – Rp.60.000,00 (Budiyanto, 2013). Dari kondisi tersebut dapat diketahui bahwa harga anggur impor jauh lebih mahal dibandingkan harga anggur lokal. Untuk meningkatkan nilai ekonomi anggur lokal, pemerintah membuat kebijakan untuk mulai membatasi impor anggur dari luar negeri. Dengan adanya pembatasan impor anggur diharapkan produksi anggur lokal mengalami peningkatan nilai, tetapi kebijakan ini harus dibarengi dengan peningkatan jumlah produksi serta peningkatan kualitas. Untuk meningkatkan produksi anggur lokal dapat dilakukan dengan memperluas sentra perkebunan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggur.

Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuka lahan perkebunan, salah satunya kondisi lingkungan yang cocok untuk tanaman anggur. Indonesia memiliki daya dukung iklim yang cukup memadai untuk membuka lahan perkebunan anggur, tetapi perlu diperhatikan hal-hal yang mendukung pertumbuhan anggur. Dalam membudidayakan anggur diperlukan perhatian yang cukup intensif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan seperti kondisi iklim, keadaan tanah, hama dan penyakit serta pemberian pupuk (Rukmana, 1999).

(24)

maupun mikro juga berpengaruh terhadap penyerapan air mengingat sifat porositas masing-masing tanah berbeda-beda. Jenis tanah yang umumnya terdapat di Indonesia adalah tanah humus, tanah kapur, tanah lempung berpasir, tanah pasir, tanah vulkanik, tanah aluvial dan jenis tanah lainnya (Sutanto,2005). Untuk membuka suatu lahan perkebunan anggur perlu diketahui tanah mana yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur. Kiranya sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari jenis tanah yang cocok untuk tanaman anggur

Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian tentang jenis tanah apa yang paling cocok untuk pertumbuhan vegetatif Vitis vinifera atau anggur khususnya varietas Prabu Bestari. Penelitian ini merupakan bagian penelitian panjang dengan topik “pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan 6

varietas anggur. Penelitian yang sama dilakukan oleh rekan penulis (Desiwanti, 2014) dengan penambajan nopkor pada media tanam sedangkan pada penelitian ini tidak dilakukan penambahan nopkor. Tanah yang digunakan diambil dari 3 kabupaten di D.I. Yogyakarta yaitu tanah regosol dari Bantul, tanah latosol dari Gunung Kidul dan tanah aluvial vulkanik dari Sleman. Pemilihan ketiga jenis tanah tersebut berdasarkan jenis tanah yang paling sering di jumpai pada masing-masing kebupaten tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Jenis tanah terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggur (Vitis vinifera) varietas Prabu Bestari?

(25)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh Jenis tanah terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggur varietas Prabu Bestari.

2. Mengetahui jenis tanah yang memberikan pengaruh paling baik untuk pertumbuhan vegetatif tanaman anggur varietas Prabu Bestari.

D. Batasan Masalah

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Vitis vinifera varietas Prabu Bestari

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian dalam penelitian ini adalah jenis tanah yang digunakan yaitu tanah regosol (tanah pasir), tanah aluvial (tanah lempung berpasir), tanah latosol (tanah kapur).

3. Parameter

Parameter dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman anggur, jumlah daun, dan diameter batang.

4. Teknik penanaman

Teknik penanaman anggur dalam penelitian ini adalah tabulampot.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini ada beberapa tujuan yang ingin diraih, yaitu:

1. Bagi Masyarakat:

(26)

b. Memberi informasi kepada masyarakat mengenai jenis tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan vegetatif tanaman anggur varietas Prabu Bestari.

2. Bagi Penulis

a. Memperluas dan mengembangkan pengetahuan penulis khususnya di bidang perkebunan;

b. Melatih kemampuan penulis untuk memecahkan masalah dan menuangkan ke dalam karya tulis ilmiah;

c. Mengembangkan potensi dan keterampilan proses ilmiah serta membantu siswa mengenal dan mendekatkan diri pada objek atau persoalan biologi.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

a. Menambah khazanah keilmuan, khususnya studi Pertanian terkait budidaya tanaman anggur.

4. Bagi Dunia Pendidikan

(27)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Anggur

1. Klasifikasi Anggur

Klasifikasi tanaman anggur menurut Dewi (2012) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Rosidae Ordo :Rhamnales Famili :Vitaceae Genus :Vitis

Spesies :Vitis vinifera L Varietas : Prabu Bestari

2. Sejarah Tanaman Anggur

(28)

California (Owens, 2008). Di Indonesia, tanaman anggur sudah dikenal sejak abad 19. Tanaman anggur awalnya dikenal sebagai tanaman hias dan dan tidak diusahakan secara komersial karena menghasilkan buah yang masam/ kemudian pada tahun 1950-an tanaman anggur mulai dibudidayakan secara komersial karena telah ditemukan cara-cara untuk mengurangi rasa kemasamannya. Kini anggur yang dibudidayakan dan dikembangkan oleh masyarakat bermacam-macam jenisnya (Dewi, 2012).

Anggur varietas Prabu Bestari merupakan anggur yang berasal dari Australia yang aslinya bernama Red Prince. Pada tahun 1986 Ir. Dermawan membawa bibit red prince dari Australia kemudian ditanam di desa Banjarsari, kabupaten Probolinggo. Pada tahun 1991, kebun percobaan Banjarsari mengambil bibit red prince dari pertanaman anggur Ir. Dermawan. Anggur ini menjadi salah satu koleksi kebun percobaan Banjarsari. Anggur var. Prabu Bestari (Red prince) mulai menyebar ke daerah lain, Anggur ini kemudian oleh Walikota Probolinggo diberi nama Prabu Bestari yang telah diajukan pelepasannya pada bulan Desember 2006 (Andrini 2006).

3. Karakterisitik Morfologi Anggur

Tanaman anggur tumbuh tahunan (perennial) berbentuk perdu, dan memanjat atau menjalar. Tubuh tanaman anggur terdiri atas akar, batang, daun, sulur, bunga dan buah. Karakteristik morfologi masing-masing organ adalah sebagai berikut:

a. Akar (Radix)

(29)

biasanya berakar serabut. Sistem perakaran menyebar ke seluruh tanah. Sistem perakaran menyebar ke seluruh arah pada bagian lapisan atas sedalam 1,5 m – 3,0 m. Tanaman anggur hasil perbanyakan vegetatif (stek batang, pencangkokan, penyambungan, penyusuan, perundukan) biasanya mempunyai perakaran lebih dangkal daripada tanaman hasil perbanyakan generatif (biji).

Akar anggur memiliki perkembangan yang sangat lebat jika media tanamnya berupa tanah subur dan gembur. Selain cepat tumbuh berkembang di dalam tanah, akar anggur sering muncul pada ruas-ruas ranting. Munculnya akar-akar pada ruas-ruas ranting atau cabang biasanya terjadi pada musim hujan karena ruas-ruas batang dan ranting mudah berakar, maka perbanyakannya lebih mudah dengan cara stek atau cangkok (Suwito, 2007).

Akar berperan dalam penyerapan makanan. Akar tanaman anggur mudah mengalami kerusakan akibat lingkungan yang tidak cocok. Misalnya karena aerasi yang kurang baik, kurang kadar air dalam tanah, tingginya angka keasaman tanah dan kandungan senyawa aluminium serta mangan dalam tanah yang tinggi. Akar tanaman anggur tidak tahan terhadap genangan air. Oleh karena itu tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik (Rukmana, 1999).

b. Batang (Caulis)

(30)

karena hal ini tanaman anggur temasuk tumbuhan semak (Suwito, 2007). Struktur batang dan pecabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder dan cabang tersier yang akan menghasilkan cabang bunga atau buah. Setiap buku batang memiliki mata tunas. Kulit batang atau cabang yang masih muda berwarna hijau, tetapi setelah tua berubah menjadi hijau kecoklat-coklatan atau cokelat. Cabang bermata tunas dapat digunakan sebagai bagan perbanyakan tanaman secara vegetatif (Rukmana, 1999).

Pada awal pertumbuhannya, batang anggur tampak lemah sehingga tidak tumbuh tegak. Karena itu, pada awal penanaman bibit anggur memerlukan penopang untuk perambatan. Penopang biasanya berupa tanaman hidup atau batang-batang kayu atau bambu yang ditancapkan dekat batang anggur. Dengan demikian, sulur pada ujung ranting akan membelit penopang tersebut dan tumbuh merambat ke atas (Suwito, 2007). Dalam pertumbuhannya, pada setiap buku-buku batang anggur, akan tumbuh mata tunas yang akan menjadi cabang tanaman anggur.

c. Daun (Folium)

Gambar 2.1 Daun Vitis vinifera varietas Prabu Bestari

(31)

panjang tangkai daun 4,1 – 7,8 cm. Daun Vitis vinifera varietas Prabu berwarna hijau muda saat daun masih muda yang lama-kelamaan berwarna hijau tua, dengan pangkal daun berwarna kemerahan (Andrini, 2006). Daunnya memiliki urat daun menjari dan permukaannya sedikit berbulu. Daun tumbuh secara bertebaran pada ranting-ranting dan kedudukannya saling menyilang.

Daun tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungya fotosintesis yang menghasilkan zat-zat yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif (batang, cabang, sulur dan daun) dan pertumbuhan generatif (bunga buah dan biji) (Cahyono, 2010).

d. Sulur (Sirrus)

Gambar 1. 2 Sulur Vitis vinifera varietas prabu bestari

(32)

e. Bunga (Flos)

Bunga tanaman anggur tersusun dalam tangkai, artinya pada tiap tangkai bunga terdapat banyak kuntum bunga atau disebut “bunga majemuk” (inflorentia).

Tiap kuntum memiliki lima helai daun kelopak (calyx), lima helai daun mahkota (corolla), di bagian atasnya bersatu membentuk suatu tudung (calyptra), lima benangsari dan sebuah putik. Bunga anggur tumbuh bergerombol dalam malai yaitu bunga mempunyai tangkai utama yang panjang dan bercabang banyak (Rukmana, 1999).

f. Buah

Gambar 2.2 Buah Vitis vinifera var. Prabu Bestari

(33)

4. Kandungan dan Manfaat Anggur

Banyak orang yang menggemari anggur karena rasanya enak, manis, segar dan mengandung gizi tinggi, terutama vitamin C dan vitamin A. Selain untuk dimanfaatkan sebagai buah segar, anggur juga biasanya diolah menjadi minuman yaitu wine, dikeringkan menjadi kismis dan untuk keperluan industri selai dan jeli. Buah anggur yang segar dalam bentuk jus mengandung air 70% - 80%, karbohidrat 15% - 25%, asam organik 0,3% - 1,5%, tanin 0,01% - 0,10%, protein 0,0001% - 0,01%, amino 0,017% - 0,11%, amoniak 0,001% - 0,012%, dan mineral 0,3% - 0,6% (Rukmana, 1999).

Buah anggur tidak hanya sumber dari vitamin A, C, B6 dan folat yang baik, tetapi juga sumber mineral penting lainnya, seperti potassium, magnesium, kalsium, zat besi, fosfor dan selenium. Semua vitamin tersebut sangat berguna untuk menjaga kesehatan tubuh (Alex, 2012). Selain itu, anggur juga mengandung serat yang sangat penting untuk tubuh karena berpengaruh terhadap penurunan resiko kanker, melancarkan pencernaan dan menjaga atau meningkatkan daya tahan tubuh.

Berikut adalah beberapa khasiat kesehatan dari buah anggur yaitu: a. Antibakteri

Anggur memiliki kandungan antibakterial dan antivirus yang kuat, sehingga dapat melindungi dari infeksi

b. Kanker payudara

(34)

50-100 mikrogram zat resveratrol yang berfungsi sebagai obat kanker (Rukmana, 1999).

c. Sembelit

Anggur mengandung asam organik, gula, selulosa yang dikenal sebagai pencahar. Manfaat ini sangat baik untuk mengatasi keluhan sembelit atau susah buang air besar (Dewi, 2012).

B. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anggur

1. Keadaan Iklim

Keadaan iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah adalah ketinggian tempat, suhu udara, curah hujan, kelembapan udara dan cahaya matahari

a. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada ketinggian 0 – 300 meter di atas permukaan laut (dpl). Jenis anggur dataran rendah yaitu anggur Vitis vinifera yang ditanam di dataran tinggi menyebabkan perubahan kualitas dan kuantitas buah, buah menjadi kecil-kecil dan rasanya masam (Rukmana, 1999).

b. Suhu udara

(35)

Suhu yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kehilangan air akibat transpirasi. Suhu yang rendah juga menimbulkan kematian pada tanaman diawali dengan timbulnya gejala kematian jaringan daun (nekrosis) (Cahyono, 2010). Suhu udara yang cocok bagi tanaman anggur adalah antara 25o-31oC (Rukmana, 1999).

c. Curah hujan

Keadaan iklim yang cocok untuk tanaman anggur yaitu iklim yang hangat dan kering dengan curah hujan kering. Daerah yang memiliki iklim dengan bulan kering dalam 1 tahun dan curah hujan rata-rata 800-1.800 cm/tahun dengan curah hujan pada bulan terkering <60 cm sangat cocok untuk budidaya anggur. Namun anggur masih toleran terhadap iklim agak basah dengan 3-4 bulan kering dalam 1 tahun tanaman anggur masih dapat tumbuh baik walaupun produksi kurang maksimal (Cahyono, 2010).

d. Kelembapan udara

(36)

e. Sinar matahari

Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman anggur sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pada masa awal pertumbuhan tanaman anggur memerlukan intensitas matahari lemah yaitu sekitar 50 %, sedangkan menjelang dewasa tanaman anggur memerlukan sinar matahari penuh untuk mempercepat masa awal produksi yaitu sekitar 80% dari pagi sampai sore atau lama penyinaran 10-12 jam sehari (Cahyono, 2010).

2. Keadaan Tanah

Tanaman anggur mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis atau tipe tanah. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lahan atau tanah untuk budidaya tanaman anggur adalah tanahnya subur, gembur, keadaan aerasi dan drainasenya baik, bebas dari kandungan garam (alkalin), dan reaksi tanah (pH) 6 – 7. Di sentrum tanaman anggur, jenis tanah yang ideal untuk pengembangan tanaman anggur adalah tanah aluvial dan grumosol. Anggur yang tumbuh di tanah liat (berat) akan menghasilkan buah bermutu tinggi, yaitu tingkat kematangannya seragam dan kadar gulanya tinggi (Rukmana, 1999).

(37)

3. Hama Dan Penyakit Tanaman Anggur a. Hama

Hama yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai berikut: 1) Kutu Phylloxera (Phylloxera vitifoliae)

Kutu Phylloxera termasuk sejenis kutu yang hidup di bawah jaringan kayu yang mengering. Menyerupai kutu wol tetapi lapisan selimut wolnya tidak begitu tebal. Kutu dewasa bersayap dan berukuran kecil. Hama ini menyerang dengan cara mengisap cairan akar dan daun tanaman anggur. Pengendalian hama ini dengan menggunakan bibit tanaman anggur okulasi yang bagian bawahnya tahan terhadap hama tersebut (Rukmana, 1999).

2) Tungau Merah (Tetranychus sp.)

Tungau merah berukuran kecil, berwarna merah dengan bagian mulut dan kakinya berwarna putih. Hama ini biasanya bergerombol di bawah permukaan daun dan di antara tulang-tulang daun. Hama ini menyerang dengan mengisap cairan daun Gejala serangan ditandai dengan bercak-bercak kuning pada daun yang kemudian berubah menjadi hitam. Pengendalian tungau merah dapat dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang dan menyemprotan insektisida (Rukmana, 2010).

3) Kumbang Daun (Apogonia sp.)

(38)

kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan mamasang perangkap lampu penerang pada malam hari. Kumbang yang tertangkap kemudian dibakar (Cahyono, 2010).

4) Belalang

Belalang sering mersak daun. Pengendaliannya dengan disemprot insektisida sistemik.

5) Ulat kumbang Coleoptera

Hama ini menyebabkan tanaman menjadi layu, daun-daun berubah menjadi kecoklatan sampai kering selanjutnya gugur. Cabang menjadi mudah patah (Rismunandar, 1985).

b. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang tanaman anggur adalah sebagai berikut: 1) Tepung palsu (Valse Meeldauw, Downy Mildew)

(39)

2) Cendawan Tepung ( Powdery Mildew)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Uncinula necator (Schw.) Burr; menyerang secara berat pada cuaca kering. Bagian tanaman yang terinfeksi menampakkan gejala bercak-bercak bertepung putih kelabu. Daun-daun yang terinfeksi menggulung ke atas dan berubah bentuk ditutupi tepung berwarna kelabu agak gelap. Batang yang sakit menjadi berwarna cokelat. Pengendalian penyakit tepung dapat dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang sakit untuk dibakar, menjaga kebersihan kebun dan aplikasi fungisida (Suwito, 2007).

3) Bercak Daun Cercospora

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora viticola (Ces) Sacc. Penyebaran penyakit bercak daun dibantu oleh angin dan percikan air. Penyakit bercak cercopora menyerang berat pada keadaan cuaca lembap. Gejala serangannya adalah mula-mula pada daun dan tunas muda menjadi bercak-bercak berwarna cokelat yang bersudut, kemudian timbul bintik-bintik hitam pada bercak. Serangan berat menyebabkan tunas muda mengering (mati). Pengendalian penyakit bercak cercopora dapat dilakukan dengan cara mengurangi kelembapan kebun, menjaga kebersihan kebun, memangkan bagian tanaman yang sakit berat untuk dimusnahkan dan aplikasi fungisida (Rukmana, 1999).

4) Karat Daun

(40)

rontok. Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan cara memangka daun yang sakit berat dan aplikasi fungisida (Dewi, 2012).

5) Bercak Daun Alternaria

Penyebabnya adalah cendawan Alternaria vitis Cav. Gejala serangannya adalah mula-mula terjadi bercak-bercak berwarna kuning di ssepanjang tepi daun, kemudian bercak menjadi besar berwarna cokelat dengan cincin-cincin. Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok. Pengendalian penyakit bercak daun alternaria dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, memotong bagian tanaman yang sakit berat dan aplikasi fungisida (Suwito, 2007).

4. Pupuk

Dalam pengertian luas yang dimaksud pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan dalam pengertian khusus pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman juga mengandung zat pembawa san senyawa-senyawa lain berupa kototran atau campuran lain yang relatif sedikit, bahan mantel dan filler (pengisi) (Agus,2012).

a. Pupuk Organik

(41)

meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P dan S. Proses penguraian bahan organik ini memerlukan kondisi tertentu yaitu suhu, udara dan kelembapan.

Waktu pengomposan rata-rata 4-6 minggu. Bahan baku pupuk organik yaitu semua material yang mengandung karbon dan nitrogen. Kompos dapat terbuat dari limbah pertanian seperti jerami, sekam, tongkol jagung, batang pisang dan sabut kelapa. Pupuk organik dapat pula terbuat dari limbah industri seperti serbuk gergaji kayu, kertas, limbah kelapa sawit dan dari limbah rumah tangga seperti tinja, urin, sampah rumah tangga. Pupuk organik memiliki beberapa manfaat bagi tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, meningkatkankan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen, menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah (Alex, 2012).

Pupuk organik yang baik dan memiliki mutu tinggi memiliki kriteria yaitu: 1) Telah terdekomposisi dengan sempurna serta menimbulkan efek-efek

merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

2) Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan antara bagian nutrien antar tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik yang baik memiliki ciri sebagai berikut: 1) Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah

2) Tidak larut dalam air, meski sebagaian kompos dapat membentuk suspensi 3) Berefek baik jika diaplikasikan dengan tanah

(42)

5) Tidak berbau.

Pupuk kandang termasuk dalam pupuk organik yang memiliki kualitatif hara yang lebih tinggi dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Pupuk kandang ialah pupuk yang berasal dari kotoran hewan/ternak. Susunan hara pupuk kandang tergantung macam dan jenis hewan ternak. Nilai hara pupuk kandang dipengaruhi oleh makanan hewan yang bersangkutan, fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja, jenis hewan dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang (Agus, 2012).

b. Pupuk kompos cacing

Kompos cacing adalah kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Pupuk ini merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Kompos cacing dapat menyuburkan tanah karena kotoran cacing memiliki bentuk dan struktur mirip dengan tanah namun pratikelnya lebih kecil dan lebih kaya bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam.

(43)

c. Lypotril

Lypotril atau pupuk mikro sistemik daun merupakan campuran berbagai unsur bahan pupuk unsur anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat sistem penyerapan permukaan stomata atau seluruh pro daun, batang dan buah. Komposisinya yaitu:

1) Unsur Nitrogen 17,40% 2) Unsur P 24,85% 3) Unsur Kalium 18,25% 4) MgO dan CaO 1,78%

5) Vitamin (E, Caroteen) dan mineral (Baron, Cu, Zn, Cr, Mn, I) 3,68% Manfaat penggunaan Lypotril bagi tanaman yaitu:

1) Percepatan pertumbuhan pucuk daun dan penguatan ketahanan daun, berhadapan dengan tingginya paparan sinar UV matahari.

2) Mempercepat proses pertumbuhan bunga, ketahanan bunga sampai terjadi proses pembuahan, serta ketahanan bakal buah pada kondisi klimat ekstrem. 3) Dapat berfungsi pada berbagai jenis tanaman, dan akan meningkatkan

produktifitasnya, akan berfungsi sebagau faktor pengatur tumbuh bagi tanaman, proses aklimatisasinya.

4) Memperbesar kemungkinan keberhasilan budidaya, dengan pencegahan terjadinya kerontonkan bunga, buah dan daunnya serta percepatan pertumbuhan dan perkembangannya.

(44)

serapan pada daun, batang dan buah akan sangat efisien. Penekanan karena kehilangan, dapat dihindari sekecil mungkin.

6) Menaikkan kualitas dan kuantitas panen mempersingkat waktu panen

7) Bagi tanaman semudim dengan masa petik lebih dari sekali, maka akan memperpanjang periode dan waktu usia petik (Murwono,2013).

C. Tanah

1. Komponen Tanah

Tanah sebagai media tumbuh yang ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, air tanah dan udara tanah. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri-dari : (1) 50 % padatan, berupa 45% bahan mineral (bahan hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral prmer, mineral sekunder dan bahan amorf) dan 5 % bahan organik (flora dan fauna tanah, perakaran tabaman serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan hasil kegiatan mikroorganisme) dan (2) 50% ruang pori berisi 20% - 30% air dan 20% - 30% udara (Sutanto, 2005).

Menurut Hanafiah (2004), secara alamiah, proporsi komponen tanah tergantung pada:

a. Ukuran partikel penyusun tanah, makin halus berarti makin padat tanah, sehingga ruang porinya akan semakin menyempit, sebaliknya jika makin kasar,

(45)

c. Iklim terutama curah hujan dan tempertaur, saat hujan dan evaporasi (penguapan) rendah proporsi air meningkat dan proporsi udara menurun), sebaliknya pada saat tidak hujan dan evaporasi tinggi, dan

d. Sumber air, tanah yang berdekatan dengan sungai akan mengandung lebih banyak air ketimbang yang jauh dari sungai.

2. Fungsi Tanah sebagai Media Tumbuh

Masing-masing komponen memiliki peran dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuhm sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap fungsi tanah sebagi media tumbuh.

Menurut Hanafiah (2004) fungsi masing-masing komponen tanah yaitu : a. Udara tanah berfungsi sebagai gudang dan sumber gas seperti O2 yang

dibutuhkan oleh sel-sel perakaran untuk melaksanakan respirasi, CO2 bagi mikroba fotosintetik dan N2 bagi mikrobia pengikat N.

b. Air tanah berfungsi sebagai komponen utama tubuh tanaman dan biota tanah, sebagian besar penyerapan hara seperti N, K, dan Ca oleh tanaman dimediasi oleh air melalui mekanisme aliran massa air, baik ke permukaan akar maupun transportasi ke daun.

(46)

karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik) sehingga keberadaan BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitsnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung oleh BOT tersebut.

3. Sifat Dasar Tanah

Menurut hanafiah, sifat dasar tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah sebagai berikut:

a. Tekstur

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat). Semakun kecil ukuran separat berarti semakin padat partikel-partikel persatuan volume tanah, begitupula sebaliknya. Semakin besar ukuran partikel tanah maka akan memiliki pori-pori yang lebih besar pula sehingga sifatnya akan semakin poreus. Semakin poreus tanah akan semakin baik bagi pertumbuhan tanaman karena memudahkan akar untuk berpenetrasi dan makin mudah air dan udara untuk bergerak.

b. Struktur tanah

Struktur tanah menunjukkan bentuk dan susunan partikel tanah. Struktur tanah berfungsi untuk memodifikasi pengaruh tekstur terhadap drainasi dan aerasi tanah karena terkait dengan susunan agregat tanah. Struktur tanah yang baik akan menyebabkan tanah memiliki kondisi drainase yang baik sehingga memudahkan akar tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorbsi air dan zat hara.

c. Porositas

(47)

kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori total untuk pergerakan air dan udara.

d. Aerasi

Aerasi mengindikasi kondisi tata udara dalam tanah. Aerasi baik berarti keluar-masuknya udara dari dan ke dalam tanah terjadi tanpa hambatan, sedangkan aerasi yang buruk sebaliknya. Aerasi yang buruk dapat berpengaruh buruk bagi tanaman karena terhambatnya pertumbuhan dan perakaran tanaman, respirasi akar, penyerapan air dan unsur hara.

4. Jenis Tanah dan Karakteristik Tanah a. Tanah Regosol (Tanah bukit pasir)

Tanah dari Samas (Bantul) merupakan jenis tanah regosol. Tanah ini banyak terdapat di sepanjang pantai di banyak pulau di Indonesia. Bukit-bukit pasir (sand dunes) terbentuk dari pasir pantai yang berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan angin laut yang bersifat deflasi dan akumulasi. Pasir yang ringan terbawa oleh gaya ombak laut dan terlempar lebih jauh dari bibir pantai, sedangkan yang berat (pertikel lebih besar) biasanya lebih hitam (berat jenis lebih tinggi teronggok dekat bibir pantai yang landai. Pasir yang kering dan ringan tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuk daerah bukit pasir. Jika daratan pantai meluas, bukit pasir yang semula dipengaruhi angin laut menjadi tidak dipengaruhi dan menjadi tidak asin (Supriyo, et al., 2009).

Kendala jika pasir akan ditanami adalah:

(48)

2) Unsur hara yang tersedia sangat rendah

3) Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi, maka evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat kekeringan.

Tanah pasir memiliki sifat yang mendukung pertumbuhan tanaman yang tidak membutuhkan air yang banyak yaitu memiliki porositas yang tinggi sehingga kemampuan aerasi dan drainase pun baik. Kemampuan aerasi yang tinggi akan menyediakan udara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Selain aerasi yang baik, drainasenya pun cukup tinggi karena kemampuan menyimpan air yang rendah. Rendahnya kemampuan menyimpan air ini cocok untuk tanaman yang tidak membutuhkan air yang banyak (Hanafiah, 2004).

b. Tanah Aluvial

Tanah Aluvial merupakan tanah yang masih muda dan belum ada diferensiasi horison (Rosmarkam dan Wongsoatmodjo, 2002). Tanah aluvial berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organiknya jumlahnya berubah-ubah tidak teratur dengan kedalamannya. Lapisan ini bukan horison karena bukan terbentuk secara pedogenesis (perkembangan tanah secara alami) tetapi bahan atau material yang diendapkan berbeda dari waktu ke waktu dan lama pengendapan pun berbeda, sehingga terbentuk lapisan yang berbeda (Supriyo et al, 2009).

(49)

jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu dan tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkat. (Rosmarkam dan Wongsoatmodjo, 2001).

Tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, tetapi yang paling nampak pengaruhnya pada ciri dan sifat tanahnya adalah bahan induk dan topografi sebagai akibat waktu terbentuknya tanah yang masih muda (Supriyo et al, 2009). Menurut bahan induknya tanah paingan termasuk tanah aluvial lempung berpasir. Memiliki warna kelabu.

Sifat tanah aluvial dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal, sehingga kesuburannya ditentukan oleh bahan asalnya. Tanah dari Paingan umumnya subur karena berasal dari gunung Merapi yang masih muda dan kaya akan unsur-unsur hara. Kalau melihat sifat fisiknya tanah ini mudah digarap karena menghisap air dan permeabel (Rosmarkam dan Wongsoatmodjo, 2002). Beberapa sifat tanah alluvial yaitu memiliki pH yang relatif rendah, kejenuhan basa yang rendah, struktur kurang baik (Sutejo, 2005).

c. Tanah Latosol (Tanah bukit kapur)

Tanah yang terdapat di Gunung Kidul merupakan jenis tanah kapur atau Latosol. Tanah latosol meliputi semua tanah zonal di daerah tropika dan khatulistiwa yang mempunyai sifat-sifat dominan:

1) Nilai silikon oksida fraksi lempung rendah 2) Kapasitas penukaran kation rendah

(50)

6) Stabilitas agregat tinggi dan 7) Berwarna merah.

Latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pencucian untur basa dan bahan organik dan silika dengan meninggalkan sesquiozid sebagai sisa berwarna merah. Ciri morfologi yang umum ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal remah dan konsistensi gembur. Selain itu tanah latosol juga memiliki kandungan bahan organik yang rendah (Sutejo et al, 2005).

Di Indonesia tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 900 mdpl dengan topografi miring, bergelombang. Tanah latosol mempunya distribusi kadar lempung tinggi (≥ 60%), remah sampau gumpal dan warna secara homogen pada penampang tanah dalam (lebih dari 15 cm) dengan batas horison terselubung; kejenuhan basa (NH4Oac) kurang dari 50% sekurang-kurangnya pada beberapa bagian dari horison B di dalam penampang 125 cm dari permukaan; tidak mempunyai horison diagnostik (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru), selain horison A umbrik atau horison B kambik, tidak memperlihatkan gejala plintik di penampang 125 cm dari permukaan, tidak mempunyai sifat-sifat vertik (Supriyo et al, 2009).

(51)

D. Penanaman Anggur Dengan Teknik Tabulampot

Teknik penanaman dengan teknik tabulampot atau tanaman buah dalam pot merupakan alternatif penanaman tanaman buah yang dapat memberikan solusi untuk yang memiliki lahan terbatas, tetapi ingin memiliki banyak tanaman. Prinsip penanaman dengan teknik ini yaitu dengan menanam anggur di dalam pot. Kelemahan tabulampot yaitu memerlukan keseriusan dan ketelitian dalam merawat tanaman buah, misalnya dalam hal pemberian pupuk.

Menurut Rahmat (2011) keuntungan memelihara tanaman buah dalam pot yaitu area tanaman yang dibutuhkan tidak terlalu luas, dapat menghasilkan buah-buahan murni minim pestisida, mempercantik halaman rumah dan pekarangan di sekitarnya, masa berbunga dan berbuah tanaman dapat diatur, sehingga produksi buah tidak tergantung musim, pertumbuhan nutrisi tanaman dapat diperoleh secara maksimal, jika terserang hama atau penyakit, penanggulangannya lebih mudah dilakukan.

E. Hipotesa

1. Ada pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Prabu Bestari.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen dengan melakukan percobaan dan pengujian pada penelitian yang dilakukan. Pada penelitian eksperimental variabel-variabel penelitian dan kondisi eksperimen dikontrol ketat, adanya kelompok kontrol dan semua variabel penting diusahakan konstan. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dalam penelitian ini yaitu pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur dengan tiga kelompok eksperimen yaitu regosol, aluvial dan latosol dan satu kelompok kontrol dengan masing-masing 3 pengulangan

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 3 jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas yaitu jenis tanah yang digunakan yaitu tanah regosol, tanah aluvial dan tanah latosol.

2. Variabel terikat meliputi tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun. 3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah air, intensitas cahaya, suhu,

pupuk kandang, umur bibit, penyiraman, serta pemeliharaan.

(53)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Sanata Dharma di Desa Paingan, Depok, Sleman, Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu pada bulan November 2013 sampai Februari 2014.

D. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Complete Randomized Design. Menurut Tanujaya (2013), Complete Randomized Design atau Rancangan Acak Lengkap (RAL) merupakan rancangan dasar dengan beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan. Ciri khas percobaan ini yaitu bahan percobaan yang digunakan harus bersifat homogen. Dalam rancangan penelitian ini dilakukan pembuatan denah percobaan dengan pengacakan untuk memperoleh nilai yang tidak bias, nilai tengah maupun beda antar nilai tengah. Pengacakan dilakukan tehadap penempatan perlakuan satuan percobaan (Tanujaya, 2013).

Pada penelitian ini terdapat tiga perlakuan yaitu penggunaan tanah gunung kidul (tanah latosol), tanah paingan (tanah aluvial), tanah paingan (tanah regosol) dan kontrol. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Pot disusun dan diberi nomor 1-9 seperti tabel berikut:

Tabel 3.1 Pola penyusunan pot

TR1 TR2 TR3

TA1 TA2 TA3

TL1 TL2 TL3

TK1 TK2 TK3

Ket :

(54)

TA1 = tanah aluvial pengulangan 1 TA2 = tanah aluvial pengulangan 2 TA3 = tanah aluvial pengulangan 3 TL1 = tanah regosol pengulangan 1 TL2 = tanah regosol pengulangan 2 TL3 = tanah regosol pengulangan 3

TK1 = kontrol (pasir + pupuk) pengulangan 1 TK2 = kontrol (pasir + pupuk) pengulangan 2 TK3 = kontrol (pasir + pupuk) pengulangan 3

Pengacakan pada penelitian ini dilakukan pada saat memilih tanaman yang akan diberikan perlakuan. Penentuan tanaman yang akan diberi perlakuan tertentu dilakukan secara acak dan tidak ada perbedaan khusus terhadap jenis tanah tertentu.

Setelah tanaman anggur ditanam, kemudian dilakukan perawatan dan pengukuran setiap minggu untuk mengetahui pertambahan tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun.

E. Alat dan Bahan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Alat

(55)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit anggur, pupuk kascing, pupuk kompos, tanah regosol, tanah aluvial, tanah latosol, air, insektisida merk lannete, fungisida, pupuk sistemik daun „lypotril‟.

F. Prosedur Kerja

Dalam mengumpulkan data dilakukan beberapa tahapan berikut: 1. Penyiapan Lahan

Lahan yang digunakan untuk meletakkan pot berisi tanaman anggur terletak di kampus 3 Universitas Sanata Dharma, Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan dan pembuatan pagar pembatas untuk mencegah gangguan dari luar.

2. Penyiapan Media Tanam dan Pot

Sarana yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas pot, medium tanah, bibit tanaman anggur, tempat rambatan dan fasilitas penunjang.

a. Pot

Pot yang digunakan dalam penelitian ini berdiameter 40 cm dengan tinggi 35 cm. Bagian dasar wadah tanam memiliki lubang drainase untuk mengurangi kadar air karena anggur tidak tahan di tanah yang kadar airnya tinggi.

b. Medium tanam

(56)

diambil dan tanah dari gunung kidul yang merupakan tanah kapur. Selain perlakuan juga dibuat pasir dan pupuk sebagai kontrol.

c. Tempat rambatan

Tempat rambatan yang digunakan terbuat dari bambu. Ukuran rambatan disesuaikan dengan ukuran tanaman anggur. Rambatan dibentuk huruf H.

d. Fasilitas penunjang

Untuk pertumbuhan anggur dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung antara lain gembor, semprotan kecil, pupuk, pestisida dan lain-lain.

3. Pencampuran pupuk

Campur pupuk kompos dan pupuk kompos cacing dengan perbandingan 1:1.

4. Pencampuran Media Tanam a. Tanah Regosol

1) Siapkan tanah regosol, pasir dan pupuk dengan perbandingan 2:1:1 2) Campur tanah dan pupuk dengan menggunakan sekop

3) Setelah dicampurkan medium dimasukkan ke dalam pot. b. Tanah Aluvial

1) Siapkan tanah Aluvial, pasir dan pupuk dengan perbandingan 2:1:1 2) Campur tanah dan pupuk dengan menggunakan sekop.

3) Setelah dicampurkan medium dimasukkan ke dalam pot. c. Tanah Latosol

(57)

3) Setelah dicampurkan medium dimasukkan ke dalam pot. d. Kontrol

1) Siapkan pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1 2) Campur tanah dan pupuk dengan menggunakan sekop. 3) Setelah dicampurkan medium dimasukkan ke dalam pot.

5. Penyiapan Media Tanah ke Dalam Pot

Pot yang digunakan terbuat dari tanah liat. Cara pengisian medium tanam ke dalam pot adalah sebagai berikut :

a. Isi pot dengan medium tanam yang telah dicampur dengan pupuk dan pasir sampai cukup penuh atau sekitar 5 cm dibawah tepi (permukaan) mulut pot. b. Siram medium tanam dalam pot dengan air bersih hingga cukup basah

(lembap).

c. Simpan pot atau drum yang telah diisi medium tanam di tempat yang teduh. Sebelum tanaman siap ditanam di pot berisi tanah, tanah harus disiram dengan air selama 3 hari agar tanah siap ditanami anggur

6. Penyiapan Bibit Anggur

Bibit yang digunakan didatangkan dari Probolinggo. Bibit yang dipilih berasal dari varietas Prabu Bestari yang tumbuhnya sehat dan normal, serta minimal mempunyai dua helai daun dewasa.

7. Penanaman Anggur

(58)

a. Medium tanam dalam polybag disiram sampai basah

b. Bibit bersama akar dan medium tanamannya dikeluarkan dari polybag untuk segera ditanam di tengah-tangah pot .

c. Tancapkan rambatan dalam pot.

d. Medium tanam dalam pot segera disiram dengan air bersih hingga cukup basah.

e. Tanaman anggur bisa diletakkan di tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup.

8. Perawatan dan Pemeliharaan a. Penempatan tanaman pot

Pot berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Di samping itu, lokasi penempatan pot harus dekat sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.

b. Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah yang memadai. Pengairan (penyiraman) dilakukan dengan memperhatikan kelembapan tanah. Kelembapan tanah harus dikontrol antara 40% - 80%. Jika kelembapan <40% maka tanah harus disiram, sedangkan jika kelembapan >80 %, tanah tidak perlu disiram misalnya sehabis hujan. Untuk penyiraman tanaman pemberian air harus dikontrol, setiap tanaman harus memperoleh volume air yang sama.

c. Pemupukan

(59)

1) Campurkan lypotryl sebanyak 15 mL ke dalam Liter air 2) Aduk larutan sampai homogen

3) Semprotkan lypotril yang telah dicampur air ke daun dan batang tanaman anggur.

d. Pemangkasan

Pemangkasan pembentukan cabang dilakukan sebagai berikut:

1) Sebelum batang primer mencapai pagar (± 50 cm) dilakukan pemangkasan tunas anggur yang tumbuh di ketiak daun dengan menggunakan jari atau pun gunting agar tunas primer tumbuh maksimal.

2) Setelah tinggi anggur 50 cm dilakukan pemotongan ujung batang primer kemudian dipilih 2 tunas yang paling sehat untuk membentuk batang sekunder. Pada masa ini tidak dilakukan lagi pemangkasan tunas diketiak daun agar tanaman anggur dapat memenuhi pagar.

3) Untuk pembentukan batang tersier, setelah batang sekunder mencapai ±20 cm dilakukan pemotongan ujung batang agar batang tersier terbentuk.

e. Perambatan cabang

(60)

f. Penanganan hama

Untuk hama serangga dilakukan pencegahan dengan pemberian insektisida. Cara penggunaannya adalah:

1) Larutkan 1,5 gram – 3 gram lanette ke dalam 1 liter air (dosis disesuaikan dengan ketahanan hama terhadap pestisida.

2) Semprotkan lanette pada tanaman daun tanaman anggur 5-7 hari sekali. Untuk menangani rayap dan semut menggunakan abu bakar, cara penggunaannya adalah sebagai berikut

1) Buat lingkaran di sekeliling tanaman anggur dengan diameter 12 cm 2) Taburkan abu bakar didalam lingkaran tersebut

3) Taburkan pula abu bakar dibagian bawah pot untuk mencegah semut masuk ke dalam pot.

g. Penanganan penyakit

Untuk menangani penyakit pada tanaman anggur yang disebabkan oleh fungi dilakukan dengan pemberian fungisida. Berikut adalah cara pemberian fungisida

1) Larutkan 1,5 gram – 3 gram lanette ke dalam 1 liter air (dosis disesuaikan dengan ketahanan hama terhadap pestisida.

(61)

9. Pengamatan

Pengambilan data dari pertumbuhan tanaman anggur dilakukan seminggu sekali. Data yang diambil setiap minggunya adalah tinggi batang, jumlah daun, diameter dan ketahanan terhadap hama. Data yang diperoleh dituliskan dalam tabel untuk mempermudah analisis. Berikut adalah tabel untuk mencatat data hasil pengamatan:

a. Tinggi batang

Tinggi batang diukur dengan menggunakan meteran atau mistar dari bagian pangkal batang primer sampai pucuk. Jika sudah dilakukan pemangkasan dan ditumbuhkan cabang, pengukuran cabang dan batang primer dijumlahkan.

Tabel 3.2 Contoh tabel data untuk pengukuran tinggi batang

No. Hari/ Tanggal

Regosol Aluvial Latosol Kontrol

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

b. Diameter batang

(62)

Tabel 3.3 Contoh tabel data untuk pengukuran diameter batang.

No. Hari/ Tanggal

Regosol Aluvial Latosol Kontrol

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

c. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung sebagai salah satu indikator pertumbuhan indikator, semua daun pada tanaman anggur dihitung kemudian dicatat pada tabel.

Tabel 3.4. Contoh tabel data untuk penghitungan jumlah daun

No. Hari/ Tanggal

Regosol Aluvial Latosol Kontrol

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

Selain pengukuran indikator pertumbuhan, dilakukan pengukuran pH dan kelembapan tanah juga dilakukan dengan menggunakan pH meter dan moisturemeter untuk mengetahui adanya faktor lain yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan.

a. Kerusakan daun yang disebabkan oleh hama

(63)

1) Menghitung jumlah daun pada tanaman anggur

2) Untuk mengetahui presentasi 1 daun terhadap jumlah kesuruhan daun dilakukan dengan :

3) Hasil penghitungan tersebut digunakan untuk memperkirakan luas daun yang rusak/ berlubang karena serangan hama. Pengamat harus memperhatikan kerusakan setiap daun kemudian presentasi kerusakan setiap daun tersebut dijumlahkan.

Tabel 3.5 Contoh tabel data untuk Presentase kerusakan daun

No. Hari/ Tanggal

Regosol Aluvial Latosol Kontrol

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

b. pH

Cara pengukuran pH adalah sebagai berikut:

1) ukur jarak tanah 10 cm dari batang tanaman anggur

2) beri tanda pada pH meter setinggi 10 cm lalu tancapkan pengukur pH sampai batas yang telah dibuat.

3) Lakukan kalibrasi dengan mencuci pH meter lalu lap sampai kering untuk penggunaan selanjutnya

(64)

Tabel 3.6. Contoh tabel data hasil pengukuran pH tanah

No. Hari/ Tanggal

Regosol Aluvial Latosol Kontrol

R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3

c. Kelembapan

Cara pengukuran kelembapan adalah sebagai berikut: 1) ukur jarak tanah 10 cm dari batang tanaman anggur

2) beri tanda pada moisturemeter setinggi 10 cm lalu tancapkan pengukur pH sampai batas yang telah dibuat.

3) Catat hasil pada tabel

Tabel 3.7 Contoh tabel data hasil pengukuran kelembapan tanah

No. Hari/ Tanggal Regosol Aluvial Latosol Kontrol

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan yang terdiri dari tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun.

(65)

Homogenitas adalah kesamaan variansi antarkelompok yang ingin dibandingkan, sehingga kita akan berhadapan dengan kelompok yang dari awalnya dalam kondisi yang sama. Uji homogenitas variasi sangat diperlukan sebelum kita membandingkan dua kelompok atau lebih agar perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh adanya perbedaan dara dasar (ketidakhoogenan kelompok yang dibandingkan) (Irianto, 2003). Pengujian homogenitas data hasil penelitian ini menggunakan Uji Levene dengan rumus:

Setelah dilakukan pengujian normalitas dan homogneitas dilakukan analisa menggunakan uji f anova satu arah untuk menguji hipotesis. ANOVA (analisys of variances) adalah teknik analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan skor pada masing-masing kelompok, dengan suatu resiko kesalahan yang sekecil mungkin. Di samping memounyai kemampuan membedakan antar banyak kelompok dengan resiko kesalahan yang kecil anova juga dapat memberi informasi tentang ada tidaknya interaksi antar variabel bebas sehubungan dengan pengukuran terhadap variabel terikat. Oleh karena perbedaan yang merupakan sasaran utama dalam analisis ANOVA maka data kategorikal untuk variabel bebas merupakan kondisi yang sesuai (Irianto, 2003).

Menurut Irianto (2003), langkah langkah untuk melakukan uji hipotesis dengan anova adalah sebagai berikut:

(66)

2. Data rata-rata selisih pertumbuhan sampel dikumpulkan dan dikelompokkan menurut perlakuan, kemudian hitung total perlakuan, rerata perlakuan, seperti tabel berikut:

Tabel 3.8 Hasil pengamatan indikator pertumbuhan anggur secara keseluruhan. beberapa populasi (tidak ada pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan anggur)

(67)

4. Membuat tabel analisis ragam model CRD (RAL) Tabel 3.9. analisis ragam model CRD

5. Menghitung df

a. Df Total = jumlah semua pengamatan – 1 b. Df perlakuan = jumlah perlakuan – 1 c. Df galat = df total – df perlakuan

6. Menghitung faktor koreksi (CF)

Ket : G = Total X keseluruhan

n = Jumlah sampel masing-masing kelompok

7. Menghitung Jumlah kuadrat antar kelompok (SS) a. Jumlah kuadrat antar kelompok (SSb) dengan rumus:

Keterangan :

T = Total X masing-masing kelompok N = Jumlah sampel keseluruhan

Sumber variansi df SS MS F Hitung F tabel 5 % 1% Perlakuan

(antar kelompok) Galat percobaan (dalam kelompok)

(68)

b. Jumlah kuadrat total (SStotal ) dengan rumus:

c. Jumlah kuadrat dalam kelompok (SSgalat )

8. Menghitung variansi (deviasi rata-rata kuadrat)

Menghitung variansi dilakukan dengan menggunakan rumus

a. Untuk variansi antar kelompo

b. Untuk variansi dalam kelompok

9. Menghitung nilai distribusi F (Fhitung) berdasarkan perbandingan variance antar kelompok dan variandi falam kelompok.

10. Menentukan Ftabel

(69)

11.Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1% maka perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan sangat signifikan.

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5% maka perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan signifikan.

c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5% maka perbedaan di antara rerata perlakuan dikatakan tidak signifikan.

(70)

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis Data Penelitian

Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan prosedur dan teknik yang telah ditentukan sebelumnya, maka disajikan data hasil penelitian yang terdiri dari : tinggi batang, diamater batang, jumlah daun.

1. Tinggi Batang

Berdasarkan data hasil pengukuran yang diperoleh dapat dibuatkan grafik pertambahan tinggi batang Vitis vinifera var. Prabu Bestari setiap minggu (cm/minggu) sebagai berikut:

Gambar 3. 1 Grafik Pertambahan Tinggi Vitis vinifera Setiap Minggu

(71)

semua tanaman pada masing-masing perlakuan mengalami pertambahan tinggi batang yang berbeda setiap minggunya.

Minggu ke 1 – 6 pertambahan tinggi pada semua tanaman pada masing-masing perlakuan hampir sama karena tanaman sedang melakukan penyesuaian terhadap media tanam dan kondisi lingkungan. Pada minggu ke 7-12 pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tanah kontrol, pertumbuhan paling rendah pada tanaman dengan perlakuan tanah regosol sedangkan tanah aluvial dan latosol relatif sama. Memasuki minggu ke 14 pertumbuhan tanaman pada kontrol mulai menurun kemudian pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tanah regosol. Pada akhir penelitian rata-rata tinggi tanaman berurutan dari yang paling tinggi yaitu pada perlakuan tanah regosol, aluvial, kontrol kemudian latosol.

Rata-rata hasil pengukuran pertambahan tinggi batang tanaman anggur Vitis vinifera var. Prabu Bestari setiap minggunya selama 4 bulan pada 3 jenis perlakuan yaitu tanah regosol, tanah aluvial dan tanah latosol serta kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 (lihat juga lampiran 1 dan 2).

Tabel 4.1 Rata-rata pertambahan tinggi batang tanaman anggur

Perlakuan Pertambahan Tinggi Batang Rata-rata

Gambar

Gambar 2.2 Buah Vitis vinifera Varietas Prabu Bestari ................................
Gambar  2.1 Daun Vitis vinifera varietas Prabu Bestari
Gambar  2.2 Buah Vitis vinifera var. Prabu Bestari
Tabel 3.2 Contoh tabel data untuk pengukuran tinggi batang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya : tangan membuat tulisan. Sesungguhnya tangan itu hanya suatu benda/alat-sarana yang digerakkan untuk membuat tulisan. Tangan bisa bergerak dan menulis karena

anakku, sebenarnya kita jangan terlalu pesimis mengenai hal-hal tersebut, jika kalian ingin mudah dalam mencari pekerjaan, sebenarnya itu mudah saja asalkan kalian mau

Metode ini memiliki daftar- daftar pertanyaan mengenai tingkat kepuasan kerja karyawan yang dilihat dari kepuasan terhadap penggajian, promosi, pekerjaan itu sendiri,

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Produksi kayu gergajian menghasilkan limbah kayu berbentuk serbuk, sebetan, dan kulit kayu yang berpotensi sebagai bahan impregnan untuk meningkatkan kualitas kayu dan

Salah satu buku bahasa Arab yang disusun oleh orang Indonesia sendiri adalah “Memahami Al-Qur’an dengan Metode Manhaji Jilid I” yang disusun oleh Muhammad Annas Adnan,

Pada saat ini perkembangan corak batik semakin berkembang, tidak lagi hanya terpaku pada motif batik klasik, seperti motif Ceplok, motif Parang, motif Lereng dan motif

Keperluan yang paling biasa untuk bahan anodik SOFC adalah kekonduksian elektrik yang sangat baik, aktiviti elektrokimia yang baik untuk mengoksidakan fuel,