• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman anggur (Vitis vinifera) varietas Probolinggo Biru - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan tanaman anggur (Vitis vinifera) varietas Probolinggo Biru - USD Repository"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN

ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Yosefi Monica Galuh

NIM: 101434010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Ku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku, Ibu Chatarina Rantinah dan Alm. Bapak

Lucius Suwartono yang selalu mendoakan dan mendukungku

Almamaterku,

(5)

v

MOTTO

DON’T BE AFRAID TO MOVE,

BECAUSE THE DISTANCE OF 1000 MILES STARTS BY

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

Yosefi Monica Galuh. 2014. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur (Vitis vinifera)Varietas Probolinggo Biru. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur Vitis viniferavarietas Probolinggo Biru serta jenis tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru dengan penambahan NOPKOR. Penelitian dilakukan di kebun percobaan Biologi Universitas Sanata Dharma Paingan, Yogyakarta selama 5 bulan, yaitu dari Bulan November 2013 hingga Februari 2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Alat pengumpulan data adalah jangka sorong, meteran. Analisis ragam model CRD. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 3 jenis tanah yaitu tanah Regosol, Aluvial dan Latosol dengan 3 pengulangan. Variabel terikat adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi tinggi tanaman , diameter batang dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali selama 17 minggu setelah penanaman.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rerata tinggi batang pada perlakuan tanah Regosol, Aluvial, Latosol dan Kontrol secara berturut-turut adalah 9,71; 11,57; 18,69; 9,06 dan rerata diameter batang pada pada perlakuan tanah Regosol, Aluvial, Latosol dan Kontrol secara berturut-turut adalah 0,060; 0,043; 0,094; 0,062, sedangkan untuk rerata jumlah daun pada perlakuan tanah Regosol, Aluvial, Latosol dan Kontrol secara berturut-turut adalah 2,94; 3,02; 3,54; 1,52. Berdasarkan hasil analisa uji F dapat disimpulkan bahwa jenis tanah mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman anggur varietas Probolinggo Biru, tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah daun dan diameter batang tanaman.

(9)

ix ABSTRACT

Yosefi Monica Galuh. 2014. The Effect of Planting Medium Towards The Growing of Probolinggo Biru Grapes Variety (Vitis vinifera). Thesis. Biology Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education.

Sanata Dharma University, Yogyakarta

This research was conducted to discover about the effect of the type of soil towards the growth of Vitis vinefera grapes of variety Probolinggo Biru and to find out what type of soil that compatible as a growing medium of Probolinggo Biru grapes variety with addition of NOPKOR. The research held at Biology experiment garden of Sanata Dharma University Yogyakarta during 5 months, that was from October 2013 through February 2014. This research is a quantitative research; experiment equipment are caliper, varnier caliper. Design analysis is Complete Random Design (CRD). The independent variable in this research are 3 different type of soil which are Regosol, Aluvial, and Latosol soil. The dependent variable is the plant's growed which includes height, stem's diameter, and the amount of leaves. Observation were made every single week for 17 weeks after the planting.

Research's result shows that the highest for stem's height for treatment of Regosol, Aluvial, and Latosol in fixed order are 9,71; 11,57; 18,69; 9,06 and stem's diameter treatment of Regosol, Aluvial, and Latosol in fixed order are 0,060; 0,043; 0,094; 0,062, while the amount of leaves for treatment of Regosol, Aluvial, and Latosol in fixed order are 2,94; 3,02; 3,54; 1,52. Based on the analysis result of the F test analysis it was concluded achieved is that the type of soil did influence the height of Probolinggo Biru grapes variety, but did not affect to the amount of leaves and stem's diameter.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan kuasa-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi yang berjudul “PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VARIETAS PROBOLINGGO BIRU” bertujuan untuk memenuhi persyaratan gelar

kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang selalu meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, memberi masukan, serta dukungan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan kepada penulis.

5. Seluruh staf Sekretariat JPMIPA (Mas Arif, Pak Sugeng, dan Pak Agus) yang telah memberikan pelayanan akademik secara prima.

6. Ibu Chatarina Rantinah dan Alm. Bapak Lucius Suwartono , yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis.

(11)

xi

8. Teman-teman penelitian anggur yang selalu membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Dwi, Nesya, Resi, Daus, Yesi, Yayan, Mela, Sesil, Hugos, Esther dan Sam. Terimakasih atas dinamika yang telah kita lalui.

9. Teman-teman Prodi Pendidikan Biologi 2010, atas kerjasama, kebersamaan, semangat, suka-duka, dan semua dinamika yang kita lalui bersama.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya... vi

Pernyataan Persetujuan Publikasi... vii

Kata Pengantar... viii

Abstrak... x

Abstract... xi

Daftar Isi... xii

Daftar Gambar... xvi

Daftar Tabel... xviii

Daftar Lampiran... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

(13)

xiii

BAB II DASAR TEORI... 7 A. Tanaman Anggur ...

1. Klasifikasi Tanaman Anggur ... 2. Sejarah Tanaman Anggur ... 3. Jenis Anggur di Indonesia... 4. Anggur Varietas Probolinggo Biru ... 5. Morfologi Tanaman Anggur ... 6. Syarat Tumbuh Tanaman Anggur ...

7 B. Hama dan Penyakit Tanman Anggur ...

1. Hama ... 2. Penyakit ...

16 16 20 C. Teknik Budidaya Anggur di Dalam Pot ...

1. Penyiapan Sarana ...

1. Fungsi Tanah sebagai Media Tumbuh ... 2. Tanah Aluvial ... 3. Tanah Latosol ... 4. Tanah Regosol Bukit Pasir ...

28 2. Pupuk Kompos Cacing ...

(14)

xiv

3. Pupuk Cair ... 4. NOPKOR ...

37 39 F. Hasil Penelitian yang Relevan... G. Hipotesis ...

40 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Design Penelitian ... 43

C. Variabel Penelitian ... 44

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

E. Alat dan Bahan ... 45

F. Prosedur Kerja ... 46

G. Pengamatan... 52

H. Analisa Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 59

A. Hasil ... 59 B. Pembahasan ...

1. Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Anggur varietas Probolinggo Biru ... 2. Pola Pertumbuhan Tanaman Anggur setiap Minggunya ... 3. Pengaruh pH dan Kelembaban Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Anggur varietas Probolinggo Biru ... 4. Ketahanan Tanaman Anggur varietas Probolinggo Biru

Terhadap Hama dan Penyakit ... 70

71 75

77

(15)

xv

BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN

DALAM PEMBELAJARAN... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 87

Daftar Pustaka... 88

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. (a) Daun tunggal tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. (b) Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. (c) Buah anggur varietas Probolinggo Biru ... 10 Gambar 2. Pengaruh jenis tanah terhadap pertambahan

tinggi tanaman anggur varietas Probolinggo Biru

setiap minggu ... 60 Gambar 3. Pengaruh jenis tanah terhadap pertambahan

jumlah daun tanaman anggur varietas Probolinggo Biru

setiap minggu ... 63 Gambar 4. Pengaruh jenis tanah terhadap pertambahan

diameter batang tanaman anggur varietas Probolinggo

Biru setiap minggu ... 66 Gambar 5. Persentase Daun Sehat Tanaman Anggur (Vitis vinifera)

Varietas Probolinggo Biru ... 68 Gambar 6. Grafik Persentase Daun yang Sehat per minggu

pada Tanaman Anggur Varietas

Probolinggo Biru ... 68

Gambar 7. Rata-Rata pH Tanah pada Tiap jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Anggur Varietas Probolinggo Biru

78

Gambar 8. Rata-Rata Kelembaban Tanah pada Tiap jenis Tanah

(17)

xvii

Gambar 9. Tanaman dengan daun yang terserang kumbang

Apogonia destructor... 81 Gambar 10. Penyakit Downey Mildew pada tanaman anggur

varietas Probolinggo Biru. (a) permukaan daun tampak berwarna bintik-bintik kuning kecoklatan.

(b) lapisan putih yang bertepung di bagian bawah daun ... 82 Gambar 11. Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Denah Penelitian ... 43

Tabel 2. Hasil Pengamatan Tinggi Batang ... 53

Tabel 3. Hasil Pengamatan Jumlah Daun ... 53

Tabel 4.Hasil pengamatan Diameter Batang ... 54

Tabel 5. Pengelompokan data berdasarkan perlakuan ... 55

Tabel 6. Analisa ragam modelCRD (RAL)... 56

Tabel 7. Rata-rata hasil pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Probolinggo Biru ... 59

Tabel 8. Rata-rata hasil pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Probolinggo Biru ... 62

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ... 91 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 100 Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Anggur

varietas Probolinggo Biru ... 116 Lampiran 4. Data pertambahan Tinggi Tanaman anggur

varietas Probolinggo Biru ... 118 Lampiran 5. Uji Normalitas Pada Pertambahan Tinggi Tanaman ... 120 Lampiran 6. Perhitungan Uji Homogenitas Data Tinggi Tanaman

Vitis ViniveraVarietas Probolinggo Biru ... 121 Lampiran 7. Perhitungan ANOVA Tinggi Batang Tanaman ... 122 Lampiran 8. Uji Lanjut ANOVA Pertambahan Tinggi Tanaman ... 124 Lampiran 9. Data Pengamatan Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman

Anggur varietas Probolinggo Biru ... 126 Lampiran 10. Data Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur

varietas Probolinggo Biru (tabel selisih) ... 128 Lampiran 11. Uji Normalitas Pada Pertambahan Jumlah Daun ... 129 Lampiran 12. Perhitungan Uji Homogenitas Data Jumlah Daun

Vitis ViniveraVarietas Probolinggo Biru ... 130 Lampiran 13. Perhitungan ANOVA Jumlah Daun ... 131 Lampiran 14. Data Pengamatan Pertumbuhan Diameter Batang

(20)

xx

Lampiran 15. Data Pertambahan Jumlah Diameter Batang Tanaman Anggur varietas Probolinggo Biru

(tabel selisih) ... 135 Lampiran 16. Uji Normalitas Pertambahan Diameter Batang Tanaman ... 136 Lampiran 17. Perhitungan Uji Homogenitas Data Diameter Batang

Vitis ViniveraVarietas Probolinggo Biru ... 137 Lampiran 18. Perhitungan Anova Diameter Batang Tanaman ... 138 Lampiran 19. Data Persentase Daun Sehat Tanaman Anggur Varietas

Probolinggo Biru Tiap Perlakuan Per-Minggu... 140 Lampiran 20. Rata-rata Persentase Daun Sehat Masing-Masing Perlakuan

pada Setiap Minggu... 141 Lampiran 21. pH dan Kelembaban pada 3 Jenis Media Tanaman Anggur

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman anggur merupakan tanaman asli daerah subtropis. Buah anggur sudah ditanam sejak zaman prasejarah. Bahkan tanaman anggur ini diduga sudah seusia dengan peradaban manusia, oleh karena itu anggur sudah sangat popular di kalangan masyarakat dunia. Hal ini berdasarkan pada penemuan fosil dari daun-daunan, potongan-potongan cabang, dan biji-bijian di sekitar Negara Swiss (Cahyono B., 2010).

Tanaman anggur yang dikenal di Indonesia semula sebagai tanaman hias. Pada waktu itu tanaman anggur tidak diusahakan secara komersial karena menghasilkan buah yang berasa masam. Baru kemudian pada tahun 1950-an tanaman anggur mulai diusahakan atau dibudidayakan secara komersial karena telah ditemukan cara-cara untuk mengurangi rasa masam pada buah anggur. Selain karena telah tersedianya bibit jenis-jenis anggur yang buahnya manis. Kini tanaman anggur telah dibudidayakan dan dikembangkan oleh masyarakat dengan bermacam-macam jenisnya dan merupakan jenis hibrida (varietas unggul yang memiliki nilai ekonomi tinggi/harganya mahal) seperti varietas Probolinggo Biru (Cahyono A., 2010).

(22)

anggur yang dikelola masih 50 %, sehingga produksi anggur di Indonesia (dalam negeri) belum mampu mengimbangi permintaan pasar (konsumen) domestik. Akibatnya untuk memenuhi kekurangan konsumsi dalam negeri, Indonesia masih impor buah anggur (Rukmana,1999).

Buah anggur import yang beredar di pasaran beraneka jenis, mulai yang berwarna merah, hijau dan ungu dengan kisaran harga yang tinggi, antara Rp.30.000,- Rp.60.000/kg. Sedangkan buah anggur lokal lebih murah, dengan harga berkisar Rp 15.000,-- Rp 25.000, dengan kualitas setara. Melihat perkembangan impor yang begitu pesat menjadi pertanyaan buat kita apakah Indonesia tidak mampu menghasilkan anggur seperti anggur impor. Sebenarnya anggur dapat ditanam di Indonesia pada beberapa daerah yang memiliki kesesuaian syarat tumbuh. Bila kita menanam anggur varietas unggul di tempat yang sesuai dan budidaya yang baik, bukannya tidak mungkin kita dapat menghasilkan buah anggur yang dapat menyaingi buah impor (Budiyati, 2010).

(23)

Akan tetapi, petani anggur kurang memperhatikan media tanam yang baik untuk tanaman anggur sehingga dalam pertumbuhannya anggur tidak dapat tumbuh dengan maksimal dan tidak dapat menghasilkan buah yang berkualitas. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani tentang cara bercocok tanaman anggur. Dalam penanaman anggur memang banyak hal yang harus diperhatikan diantaranya yaitu kondisi iklim dan kondisi tanah. Tanaman anggur dapat tumbuh pada semua jenis tanah, akan tetapi biasanya kondisi tanah yang membuat pertumbuhan tanaman anggur paling optimal adalah tekstur dan struktur tanah lempung berpasir, tanah yang memiliki drainase dan aerasi baik, pH 7 (netral), ketersediaan unsur hara yang cukup dan terdistribusi merata secara vertikal ke arah perakaran (Dewi, 2012).

Selain memperhatikan kondisi iklim dan media tanam, budidaya tanaman anggur tidak lepas dari peranan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Penambahkan mikroba mampu membantu tanaman untuk menyerap nutrient. Penyerapan nutrient atau unsur hara dalam tanah oleh tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Saat ini banyak mikroba yang dapat digunakan dalam pembudidayaan tanaman, salah satunya adalah Nitrogen Phospat Kalium Organism Recorvery (NOPKOR). Dalam pembudidayaan tanaman, NOPKOR memiliki manfaat yang baik karena NOPKOR dapat membantu untuk menyuburkan tanah, mempercepat pertumbuhan tanaman, serta mempercepat pertumbuhan dan memperkuat akar tanaman (Murwono, 2012).

(24)

Biru yang paling optimal pada jenis tanah yang telah ditentukan dengan menambahkan NOPKOR. Ada 3 jenis tanah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tanah jenis aluvial, regosol serta latosol. Dengan demikian peneliti mengajukan penelitian yang berjudul Pengaruh Media Tanam terhadap Pertumbuhan Anggur Varietas Probolinggo Biru. Dari penelitian ini peneliti berharap dapat membuktikan bahwa tanah – tanah yang digunakan dapat menumbuhkan anggur Probolinggo Biru secara optimal dan didukung dengan penambahan NOPKOR.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur (Vitis vinifera) jenis Probolinggo Biru?

2. Media tanam apa yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman anggur (Vitis vinifera) varietas Probolinggo Biru?

C. Batasan Masalah

Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Subjek penelitian

Subyek penelitian ini adalah jenis anggur varietas Probolinggo Biru. 2. Objek penelitian

(25)

3. Teknik penanaman anggur Varietas Probolinggo Biru adalah dengan cara tabulampot.

4. Parameter

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertumbuhan tanaman anggur dilihat dari tinggi batang, jumlah daun, serta diameter batang setelah perlakuan yang dilakukan selama 4 bulan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan tanaman anggur Probolinggo Biru

2. Mengetahui media tanam yang paling cocok bagi pertumbuhan tanaman anggur Varietas Probolinggo Biru

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

(26)

keterampilan proses ilmiah, serta dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang di dapat untuk dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi Masyarakat

Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah memeberikan pengetahuan baru bagi masyarakat terkait budi daya tanaman anggur, serta memberi informasi kepada masyarakat mengenai jenis tanah yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur Varietas Probolinggo Biru.

3. Bagi Perkembangan Ilmu

(27)

7

BAB II

DASAR TEORI

A. Tanaman Angggur

1. Klasifikasi Tanaman Anggur

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman anggur diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom :Plantae(tumbuh-tumbuhan)

Divisi :Spermatophyta(tumbuhan berbiji) Subdivisi :Angiospermae(biji tertutup) Kelas :Dicotyledonae(biji berkeping dua)

Ordo : Rhamnales

Famili :Vitacea

Genus :Vitis

Spesies :Vitis vinifera

Dari famili Vitacea, anggur yang dikenal jumlahnya lebih dari 60 jenis. Namun, jenis Vitis vinifera atau yang lebih dikenal dengan anggur Eropa (old world), adalah jenis yang paling banyak (lebih dari 95%) ditanam oleh masyarakat di berbagai negara. Hal ini karena anggur jenis Vitis vinifera

memiliki rasa enak, manis, lezat dan menyegarkan sehingga lebih disukai oleh masyarakat (Untung, 1992).

2. Sejarah Tanaman Anggur

(28)

sudah sangat popular di kalangan masyarakat dunia. Hal ini berdasarkan pada penemuan fosil dari daun-daunan, potongan-potongan cabang, dan biji-bijian di sekitar Negara Swiss (Martulis, 1991).

Tanaman anggur merupakan tanaman asli daerah subtropis. Tanaman anggur yang dikenal di Indonesia semula sebagai tanaman hias dan pada waktu itu tanaman anggur tidak dibudidayakan secara komersial karena menghasilkan buah yang berasa masam, baru kemudian pada tahun 1950-an tanaman anggur mulai dibudidayakan secara komersial karena telah ditemukan cara-cara untuk mengurangi rasa kemasamannya. Selain itu, juga karena telah tersedianya bibit jenis-jenis anggur yang buahnya manis seperti anggur jenisVitis vinifera. Saat ini, tanaman anggur yang dibudidayakan dan dikembangkan oleh masyarakat bermacam-macam jenisnya dan merupakan jenis hibrida (varietas unggul yang memiliki nilai ekonomi tinggi/harganya mahal) (Martulis, 1991) .

3. Jenis Anggur Di Indonesia

Tanaman anggur yang dibudidayakan di Indonesia dapat dibedakan atas tiga tipe, yaitu sebagai berikut:

1) Jenis atau spesies anggur Vitis vinifera, seperti varietas Probolinggo Biru, Alphonso Lavalle, Probolinggo Putih, Situbondo Kuning, Gros Colmon, Delaware, Muscat d’Alexandria serta Golden Champion tumbuh baik di

(29)

kecil, tanaman pada waktu masih muda pertumbuhannya lambat, daun tipis, bentuk daun bulat dengan lekungan yang dalam, sulur pendek, dompolan buah besar dan panjang, pada umumnya buah berbentuk bulat lonjong (oval) walaupun ada yang bulat bentuknya serta buah memiliki kadar gula yang tinggi. Anggur yang tergolong ke dalam spesiesVitis viniferacocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 300 m dari permukaan laut. Varietas anggur dari spesies Vitis vinifera cocok untuk minuman beralkohol (wine). Hal ini dikarenakan, wine yang dibuat dari spesies Vitis vinifera

mengandung alkohol lebih dari 10%. Wine yang kadar alkoholnya kurang dari 10% akan cepat berubah cita rasanya (Untung, 1992).

2) Jenis atau spesies anggur Vitis labursca, seperti White Malaga, Briliant, serta Curmen, tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut dengan tipe iklim agak basah (musim kering kurang dari 3 bulan).

3) Jenis atau spesies anggur Vitis rotundifolia, seperti Australia, Red Emperor, Red Globe dan White Malaga tumbuh baik di daerah beriklim kering pada ketinggian 0-1.000 meter di atas permukaan laut (Cahyono B., 2010).

4. Anggur Varietas Probolinggo Biru (Probolinngo 81 klon BS 4)

(30)

memiliki rasa yang manis. Buah siap dipanen setelah berumur 105-110 hari (matang pohon) setelah pemangkasan buah. Tanaman anggur jenis ini memiliki kepekaan terhadap kumbang penggerek daun (Rukmana, 1999).

5. Morfologi Tanaman Anggur

Gambar 1. (a) Daun tunggal tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. (b) Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru (c) buah anggur varietas probolinggo biru.

Tanaman anggur merupakan jenis tanaman semak yang bersifat tahunan serta tumbuh merambat ke atas, berumur panjang, dan memiliki panjang ± 8 meter (Dewi, 2012). Berikut ini adalah ciri-ciri dari tanaman anggur:

a) Perakaran

Sebagai tanaman berkeping dua (dikotil), tanaman anggur mempunyai akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). Sistem perakaran menyebar ke seluruh arah pada lapisan tanah. Tanaman anggur hasil perbanyakan vegetatif (stek cabang, cangkokan, penyambungan, penyusuan, perundukan) biasanya mempunyai perakaran lebih dangkal daripada tanaman hasil perbanyakan generatif (biji).

(31)

Akar berperan dalam pengisapan makanan. Akar tanaman anggur mudah mengalami kerusakan akibat lingkungan yang tidak cocok. Akar tanaman anggur tidak tahan (peka) terhadap genangan air. Oleh karena itu, tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik (Rismunandar, 2010).

b) Batang

Batang merupakan bagian dari tubuh tanaman yang sangat penting sebagai alat pembentuk dan penyangga daun. Batang tanaman anggur beruas-ruas, berbuku-buku serta berkayu dan tumbuh menjalar. Struktur batang dan percabangannya terdiri atas batang utama, cabang primer, cabang sekunder, dan cabang tersier yang menghasilkan cabang bunga atau buah.

Setiap buku batang mempunyai mata tunas. Cabang bermata tunas inilah yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kulit batang dan cabang yang masih muda berwarna hijau, tetapi setelah tua berubah menjadi hijau kecoklat-coklatan atau coklat (Dewi, 2012).

c) Sulur

Tanaman anggur bersulur. Sulur tanaman merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi membentuk malai bunga. Kedudukan sulur tumbuh pada setiap dua ketiak daun berurutan, dan diikuti satu ketiak daun, lalu yang berikutnya tidak bersulur. Ujung sulur berbentuk seperti kail (pancing). Sulur memiliki ukuran panjang 3-4 cm.

(32)

artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Rukmana, 1999).

d) Bunga

Bunga anggur tumbuh bergerombol yang tersusun dalam malai (panicula), yaitu bunga mempunyai tangkai utama yang panjang dan bercabang-cabang banyak. Tiap bercabang-cabang berbercabang-cabang lagi dengan cara yang sama seperti tangkai utama bercabang. Mekarnya bunga dari bawah ke atas. Bentuk perbungaan seluruhnya seperti piramida atau kerucut. Bunga anggur berbentuk bintang, berukuran kecil, dan sempurna (putik dan benang sari terdapat dalam satu bunga). Bunga terdiri atas kelopak bunga, mahkota bunga berwarna putih kekuningan atau hijau kekuningan, benang sari (sel jantan), dan kepala putik (sel betina). Bunga anggur tumbuh pada cabang tersier (Cahyono A., 2010).

Bunga anggur bersifat menyerbuk silang. Penyerbukan bunga berlangsung dengan bantuan angin, serangga dan manusia.Tipe anggur Vitis Vinifera umumnya mempunyai bunga berumah satu (monoecus), artinya tumbuhan dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina ( Rukmana, 1999).

e) Buah

(33)

yang berwarna kekuningan, putih kemerahan, putih, putih kehijauan, tergantung dari varietasnya. Daging buah anggur bertekstur halus dan memiliki rasa beragam, ada yang manis, sangat manis, agak asam, agak manis,dan manis-manis asam. Buah anggur ada yang berbiji dan ada yang tidak berbiji. Buah anggur yang berbiji, memiliki jumlah biji 2-4 perbuah. Selain itu, buah anggur juga mengandung banyak air (Cahyono A., 2010).

f) Biji

Biji anggur berbentuk bulat lonjong, berukuran kecil, dan berwarna coklat muda. Biji buah anggur berkeping dua yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (pembiakan). Biji anggur bersifat tidak keras dan memiliki rasa hambar. Sejauh ini biji anggur tidak banyak digunakan untuk pembiakan tanaman. Pembiakan tanaman umumnya menggunakan bagian vegetatif tanaman, seperti batang (stek batang), mata tunas (penempelan mata tunas) cabang (stek cabang), pucuk tanaman (okulasi/penyambungan) (Dewi, 2012).

g) Daun

(34)

Daun berbentuk bulat sampai jorong dengan bagian tepinya berlekuk dan biasanya mempunyai lima lekukan. Ada lima bentuk jenis helaian daun anggur yaitu, bentuk penjepit, kodat, pentagonal dan lingkaran (Dewi, 2012).

6. Syarat Tumbuh Tanaman Anggur

a) Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat atau letak geografis tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan tanaman, produksi buah, dan kualitas buah yang dihasilkan, karena ketinggian tempat berhubungan erat dengan kondisi iklim (Rismunandar, 2010). Ketinggian tempat yang cocok untuk budidaya tanaman anggur adalah di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggan 0-1000 meter di atas permukaan laut, tergantung spesiesnya. Untuk spesiesVitis vinifera

cocok ditanam di dataran rendah di tepi pantai hingga ketinggian 300 m dpl (Martulis,1991).

b) Keadaan tanah

(35)

AnggurVitis vinifera mempunyai perakaran yang cukup dalam hingga 3 meter lebih tergantung pada dangkal dalamnya tanah. Pada umumnya anggur

Vitis viniferadengan perakaran sendiri dapat tumbuh dengan baik di tanah-tanah yang mengandung lempung 50%-70%. Hal ini dikarenakan dengan tanah lempung anggur yang ditanam akan menghasilkan rasa buah yang lebih manis dan memiliki kualitas yang lebih tinggi (Martulis, 1991).

Berdasarkan hal tersebut maka dipergunakan beberapa jenis tanah yang dalam penelitian ini, yaitu tanah regosol bukit Pasir, aluvial, dan latosol. Secara umum ketiga jenis tanah ini memiliki karakteristik yang berbeda yang dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

c) Faktor Angin

(36)

d) Iklim

Keadaan iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi anggur meliputi ketinggian tempat (elevasi) yang berkaitan dengan suhu dan kelembaban udara, curah hujan, serta sinar matahari. Keadaan iklim yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada ketinggian 0-300 meter di atas permukaan dengan suhu udara antara 25o-31oC, kelembapan udara (rH) 40% - 80%, intensitas sinar matahari (penyinaran) 50% - 80%, mempunyai 3-4 bulan kering dan curah hujan 800mm/tahun (Rukmana,1999).

Jenis atau varietas anggur dataran rendah yang ditanam di dataran tinggi menyebabkan perubahan kuantitas dan kualitas buah, buah menjadi kecil dan rasanya masam. Tanaman anggur membutuhkan banyak air, tetapi tidak tahan terhadap hujan lebat. Pembungaan pada musim hujan atau daerah bercurah hujan tinggi dapat menyebabkan bunga berguguran hingga rusak terserang penyakit cendawan, seperti embun upas (Rukmana,1999).

B. Hama dan Penyakit Tanaman Anggur

1. Hama

Hama penting yang kemungkinan besar menyerang tanaman anggur diantaranya adalah:

a) Kumbang Daun (Apogoniasp.)

(37)

kemudian membuat lubang-lubang kecil pada permukaan daun. Serangan berat menyebabkan proses fotosintesis terganggu sehingga pertumbuhan tanaman kerdil (abnormal) (Rukmana,1999).

Pengendalian kumbang daun dapat dilakukan dengan cara memasang perangkap lampu penerang pada malam hari. Kumbang yang tertangkap kemudian dibakar (dimusnahkan) selain itu pengendalian juga dapat dilakukan dengan cara mekanis dan sanitasi pekarangan, serta dengan penyemprotan pestisida (Untung, 1992).

b) Trips

Hama trips menyerang daun muda atau bagian tanaman lainnya yang masih muda. Hama ini mengisap cairan sel tanaman (daun muda dan tunas muda). Trips dewasa memiliki panjang tubuh 1-2 mm, bentuk tubuh lancip dan datar, dan tubuhnya berwarna coklat atau hitam (Dewi, 2012).

Hama trips bersifat polifag (hidup pada banyak jenis tanaman), seperti cabe, bawang-bawangan, tembakau, tomat, kentang, labu-labuan serta tanaman hias. Pada umumnya serangan hamatripsterjadi pada musim kemarau (Cahyono B., 2010).

(38)

pucuk-pucuk tanaman. Pucuk tanaman yang diserang, maka pertumbuhan tunasnya akan terhenti dan tanaman tumbuh kerdil .

Pencegahan dan pengendalian trips dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1) Sanitasi kebun, yaitu membersihkan rumput, gulma, dan sisa-sisa tanaman mati, dikumpulkan, lalu dibakar

2) Membunuh kepompongnya dengan cara penggenangan sesaat (Untung, 1992).

c) Kutu Putih (Pseudococcus sp.)

Kutu putih merusak tunas pucuk dan daun muda, tangkai daun, dan batang. Kutu putih memiliki badan yang berukuran sangat kecil, panjang tubuh sekita 2 mm, dan tubuhnya berwarna putih.

Kutu putih mengisap cairan sel tanaman pada tunas pucuk atau tunas muda, tangkai daun, daun muda, dan batang. Selain menginfeksi tanaman, kutu putih juga mengeluarkan embun madu sehingga datangnya semut dan sendawan jelaga. Kedatangan semut-semut tersebut mengakibatkan buah masaknya tidak serentak. Organ tanaman yang diserang kutu putih menjadi layu dan menguning, lalu mati. Pada organ-organ tanaman yang diserang kutu putih tampak terdapat gerombolan (koloni) kutu yang berwarna putih. Daun-daun yang diserang juga menjadi berwarna hitam karena daun tersebut ditumbuhi sendawan jelaga akibat dari cairan embun madu yayng dikelauarkan kutu tersebut (Muktiani, 2011).

(39)

1) Membunuh koloni kutu putih yang berada pada organ-organ tumbuhan yang diserang secara perlahan-lahan dengan menggunakan tangan

2) Memangkas organ-organ tanaman yang diserang parah, dikumpulkan, lalu dibakar

3) Penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif triazofos (Muktiani, 2011)

d) Spider mite

Kutu yang menyerupai laba-laba ini berukuran sangat kecil kurang dari 1 milimeter. Biasanya kutu ini berdiam di bagian bawah daun dan merusak lapisan stomata di sekitar tulang daun. Kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu mengganggu, kecuali jika serangan yang terjadi sangat banyak bisa menyebabkan kerusakan parah yang berakibat fatal pada pohon anggur yang sedang mengalami stress air (Cahyono B., 2010).

Biasanya kutu laba-laba ini bersembunyi di rerumputan atau sampah organik yang ada di permukaan tanah, pada saat kering mereka akan berpindah naik ke daun anggur terutama daun yang rimbun/rapat (Untung, 1992).

e) Hama Lain

Hama lain yang sering menyerang tanaman anggur di antaranya adalah sebagai berikut :

(40)

2) Rayap yang sering menimbulkan masalah pada pembibitan tanaman anggur. Hama ini menyerang stek yang belum atau baru tumbuh. Pangkal batang atau akar pada stek dirusak dengan cara membuat lorong-lorong kecil ditutupi sarang dari tanah. Pengendalian rayap dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan (sanitasi) kebun dan tidak menggunakan pupuk kandang yang belum matang.

3) Belalang yang sering merusak daun. Pengendaliannya disemprot insektisida sistemik (Rukmana, 1999).

2. Penyakit

Penyakit penting yang kemungkinan menyerang tanaman anggur diantaranya adalah:

a) Downey mildew

Gejala yang ditimbulkan oleh serangan jamur ini bervariatif tergantung pada usia permukaan daun yang terserang. Pada umumnya spora jamur downy mildew ini menempel pada bagian bawah daun, berbentuk butiran-butiran kecil yang berwarna kuning-orange. Gejala serangan yang terjadi pada daun muda biasanya berupa perubahan warna pada permukaan atas daun yang menjadi bercak-bercak kekuningan mengkilap seperti berminyak, pada daun yang lebih tua daerah yang terserang biasanya berubah warna menjadi kuning kemerahan seperti hampir mengering dan sedikit berkerut ke atas (Rismunandar, 2010).

(41)

sebaiknya tidak memberikan kompos/bahan organik terlalu banyak pada media tanam di sekitarnya serta daun yang gugur sebaiknya tidak ditimbun di sekitar, terutama sampah yang telah terinfeksi downy mildew ini (Dewi, 2012).

Keterlambatan pengandalian serangan jamur ini akan membuatnya berkembang dan masuk ke mata tunas, sehingga pada saat tunas bersemi setelah pemangkasan bisa terserang kembali dengan cepat. Jamur downy mildew sangat mudah menjadi kebal terhadap fungisida yang diaplikasikan terus menerus, sebaiknya gunakan beberapa fungisida secara bergantian. Serangan yang tidak terkendali dan telah meluas bisa menyebabkan sebagian besar daun gugur sebelum waktunya dan membuat tanaman menjadi stress, hal ini membuat tanaman anggur menjadi lemah terhadap serangan penyakit yang lain (Rismunandar, 2010).

b) Powdery mildew

Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang bisa menyerang seluruh bagian tanaman anggur yang berwarna hijau. Jamur powdery mildew mudah menyebar terbawa hembusan angin, berjangkitnya serangan jamur ini biasanya dipicu oleh kelembaban udara yang tinggi dan sirkulasi udara yang buruk, terutama pada musim hujan saat mendung di siang hari yang hangat.

(42)

Serangan pada cabang yang masih hijau akan terlihat seperti luka tipis berwarna coklat kehitaman, dan saat cabang berkayu bercak luka tersebut akan berubah menjadi coklat kemerahan. Cabang yang terserang tidak akan mengalami gangguan, hanya saja jamur yang menempel pada batang akan tumbuh hingga menghasilkan spora yang bisa membuat serangan ulang berkali-kali jika tidak segera diatasi.

Serangan pada buah yang masih muda akan terlihat jelas berupa jamur putih yang menyelimuti permukaan buah, serangan yang berlanjut akan membuat kulit buah berubah menjadi kecoklatan dan bertekstur kasar, biasanya buah yang terinfeksi tidak bisa matang sempurna bahkan membusuk sebelum sempat menjadi besar. Untuk menghindari penggunaan obat-obatan berbahan dasar kimia sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan yang bisa dilakukan dengan penjarangan daun dan cabang secara berkala pada area yang tumbuh lebat dan terlalu rapat supaya sirkulasi udara membaik dan penetrasi cahaya matahari meningkat sehingga pertumbuhan dan penyebaran jamur bisa diredam. Untuk serangan skala kecil sebaiknya bagian yang terinfeksi segera dipotong dan dibuang jauh-jauh atau dibakar (Tjahjadi, 1989).

c) Karat daun

(43)

Serangan berat menyebabkan daun kering dan rontok. Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan cara memangkas daunyang sakit berat dan aplikasi fungisida (Rukmana,1999).

d) Busuk hitam

Penyakit busuk hitam disebabkan oleh cendawan Guignardia bidwellii. Infeksi awal terjadi pada daun muda dan tangkai buah. Gejala serangan terjadi bercak-bercak cokelat dikelilingi oleh tepi hitam pada daun, kemudian disekeliling bercak terbentuk daerah yang berwarna cokelat gelap sampai hitam. Pada sisi bercak terdapat bintik-bintik hitam kecil secara teratur dalam satu lingkaran. Tunas hijau yang terinfeksi mengalami perubahan warna dari hijau menjadi ungu sampai hitam dan agak melekuk. Pengendalian penyakit busuk hitam dapat dilakukan dengan memotong bagian yang terinfeksi berat, mengurangai kelembaban kebun, pembungkusan buah dan aplikasi fungisida yang berbahan aktif tembaga (Dewi, 2012).

C. Teknik Budidaya Anggur di dalam Pot

1. Penyiapan Sarana

Sarana yang dibutuhkan terdiri atas pot atau wadah tanam, medium tanam, bibit tanaman anggur, tempat rambatan, dan fasilitas penunjang berkebun.

a) Wadah tanam

(44)

Bahan pembuatan pot juga bermacam-macam, misalnya semen, plastik, tanah liat atau keramik. Wadah (tempat) tanam yang akan digunakan harus dipilih yang mempunyai kedalaman minimum 75 cm, diameternya 60 cm dan dibagian dasar wadah tanam memiliki lubang drainase (Alex, 2010).

b) Media tanam

1) Media tanam yang umum digunakan adalah campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang yang masak (jadi) dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Tata cara pengisian medium tanam ke dalam pot atau drum adalah sebagai berikut: 2) Masukkan pecahan bata merah atau genting menutup lubang didasar pot

atau drum hingga mencapai seperempat bagian wadah tanam.

3) Isikan medium tanam sampai cukup penuh atau sekitar 5 cm dibawah tepi (permukaan) mulut pot atau drum.

4) Sebarkan pupuk NPK sebanyak 10 g dan Furadan 3G lebih kurang 5 g ke dalam pot atau drum, kemudian campurkan merata dengan medium tanam. 5) Siram medium tanam dalam pot atau drum dengan air bersih hingga basah

(lembab)

6) Simpan pot atau drum yang telah diisi medium tanam ditempat yang teduh (Alex, 2010).

c) Bibit tanaman anggur

(45)

tumbuhnya sehat dan normal, serta minimal mempunyai dua helai daun dewasa (Muktiani, 2011)

d) Tempat rambatan

Tempat rambatan dapat dibuat dari bahan kayu, bambu, atau besi.Ukuran dan bentuk tempat rambatan harus diserasikan dengan ukuran tanaman anggur, misalnya berbentuk tangga, huruf T atau huruf H (Muktiani, 2011).

e) Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang untuk berkebun anggur dalam pot atau drum Antara lain skop, gunting pangkas, gembor, semprotan kecil, pupuk, pestisida dan lain-lain (Rukmana, 1999).

2. Penanaman

Waktu tanam bibit anggur dalam pot atau drum dapat dilakukan setiap saat, asal ketersediaan air untuk pengairan (penyiraman) memadai.Mula-mula medium tanam dalam polybag disiram sampai basah, kemudian bibit bersama akar dan medium tanamnya dikeluarkan dari polybag untuk segera ditanam ditengah-tengah pot atau drum. Bersamaan dengan itu, tempat rambatan ditancapkan dalam pot atau drum.

(46)

3. Pemeliharaan Tanaman

a) Penempatan pot atau drum

Pot atau drum berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Disamping itu, lokasi penempatan pot harus dekat dengan sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.

b) Penyiraman dan pemupukan

Pada fase awal pertumbuhan, tanaman anggur membutuhkan air dalam jumlah yang memadai. Pengairan (penyiraman) dilakukan secara kontinu 2 kali sehari. Setelah tanaman berumur lebih dari 2 bulan, frekuensi penyiraman dikurangi, yaitu dua hari sekali.

Sepuluh hari setelah tanam, pohon anggur dipupuk dengan Urea sebanyak 10 g/pot. Pemupukan diulang selang 10 hari sekali dengan takaran yang sama sampai tanaman berumur 3 bulan. Tanaman anggur yang berumur lebih dari 3 bulan sampai 6 bulan, dipupuk urea sebanyak 15 g/pot dengan selang 15 hari sekali. Pertumbuhan anggur yang kurang subur dapat diberi pupuk daun (Santoso, 2010).

c) Pemangkasan dan pembentukkan pohon

(47)

Tata cara pemangkasan dan pembentukkan pohon adalah sebagai berikut: 1) Pangkas (potong) ujung tanaman pada ketinggian 50 cm dari permukaan

tanah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru yang disebut cabang primer

2) Pangkas kembali ujung cabang primer, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan tunas-tunas baru yang disebut cabang sekunder

3) Pangkas (potong) ujung cabang sekunder, disisakan sepanjang 1 meter untuk menumbuhkan cabang-cabang tersier. Dari cabang tersier inilah akan muncul bunga atau buah.

Hal yang penting diperhatikan dalam pemangkasan adalah keadaan tanaman harus sehat.Tanda-tanda tanaman anggur yang layak dipangkas adalah bila cabangnya dipotong meneteskan air dan kulit cabangnya berwarna kecokelat-cokelatan (Rukmana, 1999).

d) Perambatan cabang

(48)

D. Media Tanam

1. Fungsi Tanah Sebagai Media Tumbuh

Tanah sebagai media tumbuh yang ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, air tanah dan udara tanah. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri-dari : (1) 50 % padatan, berupa 45% bahan mineral (bahan hasil pelapukan batuan induk, termasuk mineral prmer, mineral sekunder dan bahan amorf) dan 5 % bahan organik (flora dan fauna tanah, perakaran tabaman serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan hasil kegiatan mikroorganisme) dan (2) 50% ruang pori berisi 20% - 30% air dan 20% - 30% udara (Sutanto,2005).

Masing-masing komponen memiliki peran dalam menunjang fungsi tanah sebagai media tumbuhm sehingga variabilitas keempat komponen tanah ini akan berdampak terhadap fungsi tanah sebagi media tumbuh.

Fungsi masing-masing komponen tanah yaitu :

a) Udara tanah berfungsi sebagai gudang dan sumber gas seperti O2 yang

dibutuhkan oleh sel-sel perakaran untuk melaksanakan respirasi, CO2 bagi

mikroba fotosintetik dan N2 bagi mikrobia pengikat N.

(49)

c) Bahan organik dan mineral tanah terutama berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara bagi tanaman dan biota tanah. Bahan organik melalui bentuk partikel-partikelnya merupakan penyusun ruang pori tanah yang tidak saja berfungsi sebagai gudang udara dan air tetapi juga sebagai ruang untuk akar berpenetrasi, makin sedikit ruang pori akan makin tidak berkembang sistem perakaran tanaman. Sedangkan bahan organik merupakan sumber energi, karbon dan hara bagi biota heterotrofik (pengguna senyawa organik) sehingga keberadaan BOT (bahan organik tanah) akan sangat menentukan populasi dan aktivitsnya dalam membebaskan hara-hara tersedia yang dikandung oleh BOT tersebut (Sutanto, 2005).

2. Tanah Aluvial

Tanah yang terdapat di Desa Paingan adalah tanah aluvial.Tanah aluvial berasal dari endapan baru, berlapis-lapis (bukan hasil perkembangan tanah), bahan organik yang terdapat di dalamnya jumlahnya berubah-ubah dan tidak teratur dengan kedalamannya.Tanah aluvial selalu diperbaharui, maka tanah ini dianggap masih muda karena tanah ini terbentuk akibat banjir di musim penghujan, maka sifat bahan-bahannya juga tergantung pada kekuatan banjir dan asal serta macam bahan yang diangkut, sehingga secara morfologis terlihat berlapis-lapis.

(50)

subur. Secara pedogenensis, tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim dan vegetasi, tetapi yang paling nampak pengaruhnya pada cirri dan sifat tanahnya adalah bahan induk topografi sebagai akibat waktu terbentuknya tanah yang masih muda (Rosmarkam, 2011).

3. Tanal Latosol

Tanah latosol adalah jenis tanah yang mudah berkembang dengan pelapukan lanjut dan bahkan sebagian mengalami erosi dan longsor. Latosol merupakan tanah yang dominan terdapat di bentang lahan struktural. Formasi batuan tersebut dapat dijumpai di Nglanggeran, Semilir, Kebobutak, Patuk, dan Nanggulan (Suratman, 2007).

Latosol adalah tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehinggga terjadi pencucian unsur basa, bahan organik dan silika. Ciri morfologi yang umum ialah tekstur lempung sampai geluh, struktur remah sampai gempal lemah konsistensi gembur.

Tanah latosol mempunyai distribusi kadar lempung tinggi (lebih atau sama dengan 60%), remah sampai gumpal, gembur dan warna secara homogen, kejenuhan basa (NH4O) kurang dari 50%. Di Indonesia, tanah latosol umumnya

(51)

4. Tanah Regosol Bukit Pasir

Lahan pantai Daerah Istimewa Yogyakarta yang membentang dari wilayah Bantul sampai Kulon Progo dengan lebar 1-1,5 km dan sepanjang 60 km berupa gumuk pasir yang terbentuk dari pasir pantai yang berasal dari erosi (debu vulkanik) dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan angin laut yang bersifat deflasi dan akumulasi. Pasir yang ringan terbawa oleh gaya ombak laut dan terlempar lebih jauh dari bibir pantai, sedangkan yang berat (pertikel lebih besar) biasanya lebih hitam (berat jenis lebih tinggi) teronggok dekat bibir pantai yang landai.

Pasir yang kering dan ringan tertiup angin ke arah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi sebagai penumpu sehingga terbentuk daerah bukit pasir. Jika daratan pantai meluas, bukit pasir yang semula dipengaruhi angin laut menajdi tidak dipengaruhi dan menjadi tidak asin (Supriyo ,2009). Sifat gumuk pasir adalah topografi bergelombang bertekstur pasir yang miskin unsur hara dan bahan organik, kemampuan menyerap dan menahan air rendah, cepat meloloskan air.

Kendala jika gumuk pasir akan ditanami adalah:

a) Kemampuan menyimpan air sangat rendah (very low water holding capacity)

b) Unsur hara yang tersedia sangat rendah c) Kandungan garam sangat tinggi

(52)

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut antara lain dapat dilakukan dengan cara pemupukan dengan bahan organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau), karena pupuk yang berasal dari bahan organik mampu menyimpan air dalam jumlah yang banyak (Rosmarkam, 2011)

E. Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia, atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Berbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan (Adriani, 2011). Untuk itu dalam penelitian ini menggunakan beberapa jenis pupuk, yaitu:

1. Pupuk Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari hasil penguraian aneka bahan sampah organik. Proses terbentuknya kompos dari bahan-bahan organik dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompos yang memenuhi syarat C/N rasio < 20, kadar air dan nutrisi tertentu, dikategorikan ke dalam pupuk organik karena terbuat dari bahan alami yakni berasal dari bahan makhluk hidup (Suwahyono, 2011).

(53)

organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.

Kompos secara alami terbentuk dari sampah organik yang terurai oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses terurai ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara, dan kelembaban. Waktu pembentukan kompos rata-rata dalam 4-6 minggu. Suhu optimal untuk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65oC. Bahan baku pengomposan adalah semua material organic yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijau, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian (Alex, 2010).

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Selain itu, aktivitas mikroba tanah juga dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit serta tanaman memiliki kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman yang dipupuk dengan bahan kimia.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek : a) Aspek Ekonomi

- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbun limbah - Mengurangi volume / ukuran limbah

(54)

b) Aspek Lingkungan

- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah.

- Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan c) Aspek bagi tanah/lingkungan

- Meningkatkan kesuburan tanah

- Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah - Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah - Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

- Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) - Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

- Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit

- Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara dalam tanah.

Manfaat dari bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya adalah merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara seperti S, P, dan N (Alex, 2010).

(55)

a) Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

b) Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrient antara tanaman dengan mikoorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman

c) Kompos yang baik memiliki beberapa cirri sebagai berikut: - Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah

- Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspense - Berefek baik jika diaplikasikan dengan tanah

- Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan - Tidak berbau (Alex, 2010)

2. Pupuk Kompos Cacing

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun non aerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Jenis bahan pembuat kompos pun juga beragam, diantaranya adalah kompos cacing (vermikompos).

(56)

tersebut berkembangbiak di dalamnya dan menguraikan sampah organic dan menghasilkan kotoran (Alex, 2010).

Dalam proses pembuatannya. Kompos cacing tidak berbeda dengan pembuatan kompos lainnya, hanya saja starter dalam pembuatan kompos cacing ini adalah cacing. Jenis cacing yang umumnya digunakan adalah Eisenia foetida, Eisenia hortensis, Perionyx excavates dan Lumbricus terestris. Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos cacing memiliki kandungan yang hampir sama dengan bahan organic yang diurainya (Suwahyono, 2011).

Kompos cacing mengandung humus, hormon pertumbuhan tanaman, serta mikroba tanah. Kualitas kompos cacing tergantung pada jenis bahan media atau pakan yang digunakan, jenis cacing tanah serta umur vermikompos. Vermikompos

yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklaatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang. Sama seperti pupuk organik lainnya, kompos cacing juga memiliki keunggulan diantaranya adalah (Alex, 2010):

- Mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40 – 60% sehingga mampu mempertahankan kelembapan.

- Memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah

(57)

- Membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman - Meningkatkan kesuburan tanah

- Membantu proses penghancuran limbah organik

3. Pupuk Cair

Pupuk cair organik adalah larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari 1 unsur. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara. Pupuk cair organik umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Alex, 2010).

Pupuk cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair selain berfungsi sebagai pupuk, pupuk cair juga dapat dimanfaatkan sebagai activator untuk membuat kompos. Kompos cair sendiri memiliki manfaat, yaitu (Alex, 2010):

- Untuk menyuburkan tanah

- Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah

- Untuk mengurangi dampak sampah organik di lingkungan

(58)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pupuk cair Lypothryl A. berikut akan dijelaskan mengenai pupuk cair Lypotril, yaitu:

Lypotril atau pupuk mikro sistemik daun merupakan campuran berbagai unsur bahan pupuk anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat system penyerapan permukaan stomata atau seluruh bagian daun, batang dan buah.Lypotril mengandung 17,40% unsur nitrogen, 24,85% unsur P, 18,25% unsur K, 1,78% Mg) dan CaO, serta 3, 68% vitamin (E, caaroten) dan mineral (Boron, Cu, Zn, Cr, Mn, I) (Murwono, 2012).

Dilihat dari kandungan yang terdapat pada Lypotril, Lypotril memiliki beberapa fungsi bagi tanaman, yaitu:

1) Percepatan pertumbuhan pucuk daun dan penguatan ketahanan daun, berhadapan dengan tingginya paparan sinar UV Matahari

2) Mempercepat proses pertumbuhan bunga, dan ketahanan bunga sampai terjadinya proses pembuahannya, serta ketahanan bakal buah pada kondisi klimat ekstrem

3) Memperbesar kemungkinan keberhasilan budidaya, dengan pencegahan terjadinya kerontoakan bunga, buah dan daunnya, serta percepatan pertumbuhan dan perkembangannya

4) Dapat berfungsi pada berbagai jenis tanaman, dan akan meningkatkan produktifitasnya, akan berfungsi sebagai faktor pengatur pengatur tumbuh bagi tanaman, proses aklimatisasinya

(59)

sehingga dapat mengurangi derajad kehilangan mikrohara, maka proses sarapan pada daun, batang, dan buah, akan sangat efisien. Penekanan karena kehilangan, dapat dihindari sekecil mungkin.

6) Menaikkan kualitas dan kauntitas panen

7) Tidak membunuh mikroorganisme tanah, yang akaan menciptakan keseimbangan ekosistem kawasan yang baru, sehingga memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi predator alami

8) Meningkatkan kuallitas rasa, warna daun, bunga, dan buahnya, serta meningkatkan unsur gizi akibat tingginya kandungan biomineral

9) Dapat digunakan untuk mencegah timbulnya kriting daun

10) Produk pertanian yang dihasilkan akan sangat ramah lingkungan, dan tidak meninggalkan residu pestisida siklis pada hasil pangannya (Murwono, 2012)

4. NOPKOR

(60)

Pemberian NOPKOR harus berhati-hati, tidak boleh sampai mengenai bagian tubuh tumbuhan, karena jika terdapat bagian tumbuhan yang luka akan menyebabkan pembusukan pada bagian tumbuhan tersebut.

Alasan dan manfaat pemberian pupuk NOPKOR bagi tanaman adalah 1) Dapat menstabilkan pH pupuk dan tanaman

2) Meningkatkan aktivitas akar untuk berkembang dan mudah menyerap unsur hara

3) Mencegah terjadinya busuk akar 4) Mempercepat tumbuhnya tunas

5) Dapat digunakan untuk membuat kompos

6) Mikroorganisme yang terkandung dalam NOPKOR dapat mendekomposisikan residu tanah

7) Mampu mencengkram laju pertumbuhan mikroba (bakteri patogen)

8) Penggunaan yang berlebihan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman, melainkan dapat menjadi cadangan makanan bagi tanaman tersebut

9) Dapat membantu memulihkan generasi yang hampir punah, atau membantu memulihkan sifat baik dari induk tanaman (Murwono, 2012).

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu:

(61)

Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Awal Kamboja Jepang (Adenium abesum) Varietas White Pink Silk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun dan diameter batang kamboja Jepang.

Uji lanjut dengan BNT 5 % menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada perlakuan D (kompos kulit kopi dan pasir) lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Uji BNT 5 % memperlihatkan bahwa perlakuan media kompos kulit kopi (D) menyebabkan jumlah daun bibit kamboja Jepang lebih banyak dibanding perlakuan media tanam coco peat (A) dan arang sekam (B), tetapi jumlah daun pada perlakuan kompos kulit kopi sama banyaknya dengan jumlah daun pada perlakuan kompos sampah kota (C). Hasil uji BNT 5 % memperlihatkan bahwa perlakuan media tanam mengakibatkan perbedaan yang nyata pada diameter batang. Diameter batang pada perlakuan kompos kulit kopi lebih besar dibanding perlakuan media tanam coco peat dan arang sekam. Sementara diameter batang pada perlakuan media tanam coco peat adalah yang paling kecil dibanding perlakuan lainnya

(62)

auksin/stek sebagai perlakuan terbaik. Keanekaragaman media tanam pada stek anggur berbeda nyata pada parameter jumlah tunas (helai) dengan media pasir : tanah : guano (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan rerata 10,33 helai dan jumlah ruas (batang) dengan media tanam pasir : tanah : pupuk kandang (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan rerata 4,33 buah. Interaksi zat perangsang tumbuh auksin dengan media tanam yang berbeda sangat nyata pada parameter panjang akar, pada perlakuan A2M2 Konsentrasi 40 mg auksin/stek dengan media pasir : tanah : bokashi (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan nilai 18,00 cm, dan jumlah akar yang berbeda sangat nyata pada perlakuan A3M2 (Konsentrasi 60 mg auksin/stek dengan media tanam pasir : tanah : bokashi (1:1:1) sebagai perlakuan terbaik dengan nilai rerata sebesar 18,67 buah. Media tanam guano menjadi media tanam yang terbaik dalam pertumbuhan stek anggur secara umum.

G. Hipotesis

1. Ada pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru

(63)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimental. Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai penelitian dimana ada perlakuan (treatment) terhadap variabel perlakuan. Perlakuan eksperimen dapat memberikan penjelasan tentang hubungan sebab akibat yang bisa diketahui oleh peneliti yang dimungkinkan untuk melakukan tratment terhadap obyek penelitian (Kountur, 2003).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini mempergunakan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dalam penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu penggunaan tanah latosol (Gunung Kidul), tanah Aluvial (Paingan) dan tanah Regosol Bukit Pasir (Pantai Samas, Bantul) dan Kontrol (tanah pasir). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Pot disusun dan diberi nomor seperti tabel berikut:

(64)

Keterangan :

A (1) = Jenis tanah regosol pengulangan satu A (2) = Jenis tanah regosol pengulangan dua A (3) = Jenis tanah regosol pengulangan tiga B (1) = Jenis tanah aluvial pengulangan satu B (2) = Jenis tanah aluvial pengulangan dua B (3) = Jenis tanah aluvial pengulangan tiga C (1) = Jenis tanah latosol pengulangan satu C (2) = Jenis tanah latosol pengulangan dua C (3) = Jenis tanah latosol pengulangan tiga D (1) = Jenis tanah kontrol pengulangan satu D (2) = jenis tanah kontrol pengulangan dua D (3) = Jenis tanah kontrol pengulangan tiga

Penentuan acak dilakukan pada saat pemilihan tanaman yang akan ditanam, tanaman diambil secara acak untuk masing-masing tanah. Sehingga, tidak ada tanaman khusus untuk tiap-tiap jeniss tanah.

C. Variabel Penelitian

Variabel atau faktor penelitian memiliki peranan sangat penting dalam suatu penelitian. Variable adalah segala sesuatu yang yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Variabel sendiri berasal dari kata vary (berarti: berbeda) dan able (berarti : dapat). Secara harafiah variabel dapat diartikan sesuatu yang hasilnya dapat berbeda-beda. Dalam penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah jenis tanah

(65)

dilakukan dengan menggunakan meteran untuk tinggi tanaman, jangka sorong untuk diameter batang serta penghitungan untuk jumlah daun.

3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah faktor lingkungan (air, cahaya, dan kelembaban udara) pupuk kandang, umur bibit, pemeliharaan, NOPKOR dan penyiraman.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Kebun Percobaan Biologi Universitas Sanata Dharma di Desa Paingan Maguwoharjo Yogyakarta. Dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Oktober 2013-Februari 2014.

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu karung, cangkul, sekop, gembor, ember, selang, kran, gunting pemangkas, pot, pH meter, para-para, buku untuk mencatat hasil pengukuran, semprotan pestisida, meteran, mistar, sendok semen, topi/caping, sarung tangan, tali raffia, ember, takaran air, parang/arit, gayung, label, kawat, timbangan , penampung air, sapu lidi, jangka sorong.

2. Bahan

(66)

F. Prosedur Kerja

1. Penyiapan Lahan

Pada penelitian ini, tanaman anggur di tanam di pot yang diletakkan di lahan percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Lahan dipersiapkan di daerah Paingan, Depok Sleman Yogyakarta. Lahan yang digunakan untuk kebun anggur dibersihkan dari tanaman lain yang tidak berguna yang akan menghambat pertumbuhan anggur.

2. Penyiapan Sarana Tanam

a) Persiapan Pot

Pot yang digunakan untuk tabulampot anggur bisa terbuat dari berbagai macam bahan. Namun dalam penelitian ini menggunakan pot yang berasal dari tanah. Dari berbagai macam bahan pot yang lebih baik untuk tanaman anggur adalah pot yang berbahan dasar tanah, hal ini cukup baik pengaruhnya bagi tanaman, karena pot dari bahan dasar tanah memiliki pori-pori pada bagian dasarnya yang dapat menyerap air sehingga akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila terlambat menyiram dan tidak akan lembab apabila terlalu banyak air penyiraman, maka oleh karena itu digunakan pot yang terbuat dari tanah (Muktiani, 2011). Dalam penelitian ini menggunakan 12 pot dengan ukuran yang sama yaitu dengan diameter 40 cm dan tinggi 35 cm.

b) Penyiapan Media Tanam

(67)

Ada tiga jenis tanah yang digunakan yaitu tanah paingan yang merupakan tanah lempung berpasir (Aluvial), dari daerah pantai samas (Bantul) yang merupakan tanah pasir (Regosol Bukit Pasir), serta yang diambil dari Gunung Kidul yang merupakan tanah lempung (Latosol).

1) Persiapan pupuk

- Menyiapkan pupuk kompos dan pupuk kascing dengan perbandingan 1:1

- Campur dengan menggunakan sekop - Pupuk campuran siap digunakan 2) Tanah Regosol Bukit Pasir

- Menyiapkan tanah regosol, pasir dan pupuk campuran dengan perbandingan 2:1:1

- Campur tanah dan pupuk dengan menggunakan sekop - Setelah dicampurkan media dimasukkan ke dalam pot. 3) Tanah Aluvial

- Menyiapkan tanah Aluvial, pasir dan pupuk campuran dengan perbandingan 2:1:1

- Campur tanah dan pupuk dengan menggunakan sekop. - Setelah dicampurkan media dimasukkan ke dalam pot. 4) Tanah Latosol

- Menyiapkan Latosol, pasir dan pupuk campuran dengan perbandingan 2:1:1

(68)

- Setelah dicampurkan media dimasukkan ke dalam pot. 5) Kontrol

- Menyiapkan pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1 - Campur pasir dan pupuk dengan menggunakan sekop. - Setelah dicampurkan media dimasukkan ke dalam pot

Pengisian media tanam dalam pot tidak sampai penuh, agar komposisi media tanam pada setiap pot sama jumlahnya sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman.

c) Penyiapan Bibit Anggur

Bibit anggur yang digunakan dibeli dari penangkar benih di Probolinggo yang berupa stek di polibag. Bibit berumur 56 hari dan sudah memiliki minimal dua helai daun.

d) Penyiapan Tempat Rambatan

(69)

3. Penanaman Tanaman Anggur

Setelah medium tanam anggur sudah siap, penanaman bibit tanaman anggur dilakukan dengan memperhatikan pengairan (penyiraman). Berikut adalah langkah-langkah penanaman bibit anggur:

a) Media tanam dalam polibag disiram sampai basah

b) Bibit bersama akar dan medium tanamannya dikeluarkan dari polybag untuk segera ditanam di tengah-tangah pot .

c) Bersamaan dengan itu ajir (tempat rambatan) ditancapkan dalam pot. Ajir yang digunakan berupa bambu dengan panjang 1 meter dan berfungsi sebagai penyangga tanaman.

d) Medium tanam dalam pot segera disiram dengan air bersih hingga cukup basah.

e) Tanaman anggur bisa diletakkan di tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup.

4. Pemeliharaan Tanaman Anggur

a) Penyiraman dan Pemupukan

(70)

air. Penyiraman dilakukan menyesuaikan kondisi kelembaban media tanam didalam pot. Apabila kondisi kelembaban media tanam kurang dari 40% untuk jenis media tanah Latosol dan tanah Aluvial sedangkan 20% untuk jenis media tanah Regosol (Dewi, 2012).

b) Penempatan Pot

Pot berisi tanaman anggur ditempatkan pada lokasi terbuka yang mendapat sinar matahari penuh. Di samping itu, lokasi penempatan pot harus dekat sumber air dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.

c) Pemupukan

Pemupukan tanaman anggur dilakukan setelah dua puluh hari penanaman. Pohon anggur yang sudah berumur lebih dari tiga bulan, pemupukkan dilakukan setiap lima belas hari sekali dengan takaran 15 g untuk setiap pot. Dalam penelitian ini pemupukkan menggunakan pupuk kascing.

Gambar

Gambar 2. Pengaruh jenis tanah terhadap pertambahan
Gambar 11. Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru
Tabel 1. Denah Penelitian ..............................................................................
Gambar 1. (a) Daun tunggal tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

The first is that you could not need to carry guide almost everywhere by satisfying the bag with this Clear In Your Heart By John Wheeler It is for the book is in soft data, so

Karena informasi yang dimiliki oleh insider terutama informasi mengenai rencana-rencana perusahaan yang akan datang sangat lengkap, maka hal ini akan membawa

All of them tears gon' come and go Baby you just gotta make up your mind That every little thing is gonna be alright Baby don't you know. All of them tears gon' come and go Baby

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sehingga kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

Hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa variabel usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan masing-masing mempengaruhi intensitas

Alamat Jalan Kertanegara Nomor 37 telp.. Wira

Dengan menggunakan sampel 139 firm years dari perusahaan publik pada sektor manufaktur (dengan sub-industri sektor industri Dasar dan Kimia; Consumer Goods', dan

Akses layanan kesehatan ditujukan dangan adanya peningkatan jumlah jaringan,dan kualitas fasilitas layanan kesehatan,seperti Puskesmas keliling,Puskesmas