• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur (v. vinifera) var. kediri kuning di dalam pot - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur (v. vinifera) var. kediri kuning di dalam pot - USD Repository"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VAR. KEDIRI KUNING

DI DALAM POT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Resi Mandalia

NIM : 101434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VAR. KEDIRI KUNING

DI DALAM POT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun Oleh :

Resi Mandalia

NIM : 101434016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini Ku persembahkan kepada :

Kedua Orangtuaku,

Heribertus Bambang Hernadi dan Restuti Subandiah

Adik-adikku,

Tivani Amanda, Bramantio Anugerah dan Livia Damayanti serta

keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukungku

Sahabat-sahabatku

DAN

ALMAMATERKU,

(6)

v

MOTTO

Kita menunduk, merendahkan kepala dan badan, bukan

Hanya pas mengikat tali sepatu.

Tapi seharusnya dalam banyak kesempatan.

Rendah hati adalah sifat terpuji dan tidak akan pernah membuat kita jadi rendahan atau hina.

Justru sebaliknya

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR (Vitis vinifera) VAR. KEDIRI KUNING DI DALAM POT

Resi Mandalia Prodi Pendidikan Biologi

Tanaman anggur (Vitis vinifera) berasal dari daerah subtropis. Tanaman ini dibudidayakan di Indonesia terutama di daerah Probolinggo, Situbondo, Bali dan Palu. Produksi anggur belum dapat memenuhi permintaan dalam negeri sehingga Indonesia masih banyak mengimpor buah anggur. Banyak daerah di Indonesia yang berpotensi untuk pembudidayaan tanaman anggur terutama var. Kediri Kuning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur var. Kediri Kuning

Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma dengan ketinggian tempat 181-193 m (dpl). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap non faktorial dengan 3 perlakuan dan kontrol dengan 3 kali ulangan yaitu: tanah regosol : pasir dan pupuk yaitu 2:1:1, tanah aluvial : pasir : pupuk 2:1:1, tanah latosol : pasir : pupuk yaitu 2:1:1 dan kontrol berupa pasir : pupuk yaitu 1:1. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm) dan jumlah daun tanaman anggur var. Kediri Kuning.

Hasil penelitian menunjukkan pertambahan tinggi tanaman dan jumlah helai daun per minggu paling baik pada perlakuan jenis tanah aluvial dengan rerata 27,82 cm dan pertambahan daun 5 helai. Pertambahan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 0,0839 cm. Sedangkan rerata pertambahan tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah helai daun yang paling rendah yaitu pada perlakuan jenis tanah regosol dengan rerata masing-masing 7,81 cm; 0,0265 cm; 2 helai.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECT OF SOIL TOWARDS THE GROWTH OF GRAPEVINES (V. vinifera) KEDIRI KUNING VARIETY IN POT

Resi Mandalia

Biology Education Program Study

Grapevine originates from subtropical land. Most of the grapevines in

Indonesia are cultivated in Probolinggo, Situbondo, Bali and Palu. Grapefruit’s production can’t suffice their demand locally thus Indonesia is still import it

abroad. In reality, Indonesia has many potential areas to developt cultivation of grapevines, especially for Kediri Kuning varieties. This research is purpose to find out the effect of the growth of cultivation Kediri Kuning grapevine’s variety.

This research was conducted in research plot of Program Study Biology Education, Sanata Dharma University whose is located at about 181-193 metres above sea level. This research applied non factorial randomized design with 3 different and kontrol. Then 3 repeat action, follow as ; Regosoil : sand and biofertilizer 2:1:1, Aluvialsoil : biofertilizer : sand 2:1:1, Latosoil : biofertilizer : sand 2:1:1, sand : biofertilizer is 1:1 as control action. The parameters were

observed are the height of grapevine (cm), stem’s diameter (cm), and the amount

of leaves.

Result of this research reveals the highest of grapevine is found on Aluvialsoil action, average 27,82 cm and the lowest is found on Regosoil action

average 7,81 cm. The biggest stem’s diameter is found on Kontrol action, 0,0839

cm meanwhile the smallest is found on Regosoil action, average 0,0265 cm. The most leaves of grapevine is found on Aluvial soil action, average 5 leaves and the less leaves is found on Regosoil, average 2 leaves.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning di Dalam Pot. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, terutama kepada :

1. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

4. Bapak P. Wiryono Priyatamtama, SJ. dan Bapak Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc, selaku dosen yang memberikan kesempatan penelitian payung. 5. Ibu Catarina Retno Setyati, M.Biotech, selaku dosen pembimbing yang sudah banyak memberikan masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik

6. Ibu Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf pada Program Studi Pendidikan

Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Kedua orangtua saya, Heribertus Bambang H dan Restuti Subandiah 9. Teman-teman sebagai tempat share dan sumber motivasi yang sangat

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Kepada Tiwi, Ester, Cecil, Kiki, Gilang, Nur, Dwi, Hugo, Yayan, Nesya, Tachul, Bayu dan semua teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas moment kebersamaan yang telah kita lalui bersama.

10. Tivany, Bramantio dan Livia sebagai adik-adik yang selalu memberikan tetesan keceriaan dan semangat.

11. Seluruh rekan P.BIO 2010 USD atas kerjasama dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangannya, untuk itu saran, kritik yang membangun sangat diharapkan agar skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Anggur (Vitis vinifera) var. Kediri Kuning ... 6

1. Sejarah Tanaman Anggur (Vitis vinifera) var. Kediri Kuning ... 6

(13)

xii

a) Morfologi Batang ... 7

b) Morfologi Daun ... 8

c) Morfologi Bunga ... 8

3. Faktor Pertumbuhan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning... 9

a) Faktor Dalam ... 9

4. Karateristik Tanaman Anggur (Vitis vinifera) var. Kediri Kuning ... 13

B. Karateristik Jenis Tanah ... 15

1. Tanah dan Komponen Penyusunnya ... 15

2. Jenis Tanah ... 16

1. Kompos Cacing (Vermikompos) ... 20

2. Pupuk Kandang ... 22

3. NOPKOR ... 22

a) Mikroba Penambat N ... 23

b) Mikroba Fiksasi dan Peluruh Fosfat ... 23

c) Mikroba Fiksasi dan Peluruh Kalium ... 23

4. Pupuk Mikro Sistemik Daun LYPHOTRIL A ... 24

E. Hama dan Penyakit ... 25

1. Hama ... 25

a) Ulat Daun (Spodoptera sp.) ... 25

b) Belalang (Valanga nigricornis) ... 25

c) Tungau (Tetranychus sp.)... 26

(14)

xiii

2. Penyakit ... 27

a) Tepung Palsu (Plasmopora viticola) ... 27

b) Busuk Hitam (Guignardia bidwellii) ... 27

F. Tanam Buah Dalam Pot (TABULAMPOT) ... 28

G. Hipotesa ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 29

B. Jenis Penelitian ... 29

C. Design Penelitian ... 29

D. Alat dan Bahan ... 30

E. Cara Kerja ... 32

a) Penyiapan Lahan ... 32

b) Penyiapan Media Tanah dan Pot ... 32

c) Penanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 33

d) Perawatan dan Pengamatan ... 34

1) Aplikasi NOPKOR ... 34

2) Aplikasi LYPOTHRIL A ... 35

3) Aplikasi Insektisida Lanette ... 35

4) Aplikasi Fungsida Cobox ... 35

5) Penyiraman dan Pengukuran ... 36

6) Pengamatan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit ... 36

F. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 43

B. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 48

(15)

xiv

BAB V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN

Implementasi Hasil Penelitian dalam Pembelajaran Biologi ... 57

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(16)

xv

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Deskripsi Anggur var. Kediri kuning ... 14

2. Komposisi Hara Kompos ... 20

3. Pola Percobaan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 31

4. Kategori Skala Serangan ... 37

5. Contoh Tabel Rerata Data ... 38

6. Rataan Laju Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 46

7. Rataan Pertambahan Diameter Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 49

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Anggur var. Kediri Kuning ... 79

2. Kotak Dialog Value Labels ... 39

3. Kotak Dialog Oneway ANOVA : Options ... 40

4. Output SPSS ... 41

5. Grafik Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 43

6. Grafik Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Laju Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... 48

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Data Biro Pusat Statistik (BPS) Impor Anggur Tahun 2013 di Indonesia ... 64

2. Data Suhu Harian Daerah Paingan, Sleman, DIY ... 65

3. Tingkat Curah Hujan Daerah Paingan, Sleman, DIY ... 67

4. Data pH dan Kelembaban Tanah Harian ... ..69

5. Data Pengamatan dan Pengukuran Pertambahan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..71

6. Rataan dan Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..77

7. Test Normalitas dan Homogenitas Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..78

8. Hasil ANOVA terhadap Pertambahan Tinggi Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..79

9. Rataan dan Grafik Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..80

10. Tes Normalitas dan Homogenitas Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..81

11. Hasil ANOVA terhadap Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..82

12. Rataan dan Grafik Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..83

13. Tes Normalitas dan Homogenitas Jumlah Daun Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..84

14. Hasil ANOVA terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..85

15. Foto Alat dan Bahan Penelitian ... ..86

16. Foto Tanaman Anggur var. Kediri Kuning ... ..88

17. Foto Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan ... ..90

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman anggur (V. vinifera) merupakan tanaman buah perdu merambat dan berasal dari Timur Tengah kemudian dikembangkan di daerah Eropa yang memiliki iklim subtropis. Di Indonesia anggur mulai dikenal sekitar abad 19 di Probolinggo dan sekarang sudah berkembang di Situbondo, sepanjang pantai utara Bali (Gilimanuk, Buleleng, Singaraja, Karang Asem) dan Lembah Palu. Namun, sejauh ini produksi anggur di Indonesia belum mengimbangi permintaan pasar (konsumen) domestik, sehingga tiap tahun masih mengimpor. Data Biro Pusat Statistik (2014) menunjukkan impor anggur Indonesia sepanjang tahun 2013 mencapai 37.639.229 kg senilai 100.888.631 US$ (lampiran 1).

Tanaman anggur V. vinifera mempunyai ciri yaitu : kulit buahnya tipis, rasa manis segar, biji mudah digigit dan rasa buah tidak sepat. Varietas tanaman anggur yang termasuk dalam jenis V. vinifera adalah Anggur Kediri Kuning, Probolinggo Biru dan putih, Gros Colman, Anggur Bali, White Malaga, Situbondo Kuning, Alphonso lavalle dan Golden Champion (Subowo dkk, 2005). Buah anggur selain dapat dikonsumsi langsung juga dapat diolah menjadi berbagai jenis produk misalnya: selai, kismis dan wine. Wine merupakan minuman fermentasi hasil perasan buah anggur yang mengandung alkohol. Wine

(20)

lavalle di daerah Singaraja seluas 15 hektar dan mengolahnya menjadi minuman anggur. Saat ini, Perusahaan Hatten Wines telah mendapatkan penghargaan sebagai Top 10 perusahaan anggur di Asia yang mencapai peningkatan produksi tercepat dengan mengandalkan bahan baku anggur lokal (Setya, 2010).

Tanaman anggur mudah dibudidayakan di daerah tropis. Namun membutuhkan perhatian khusus dalam budidayanya. Tanaman ini tumbuh baik di daerah dataran rendah antara ketinggian 1-300 m di atas permukaan laut. Daerah yang memiliki angin terlalu kencang tidak baik bagi pertumbuhan tanaman anggur karena dapat merusak batang anggur yang tipis dan tidak terlalu kuat. Curah hujan rata-rata 800 mm/ tahun. Keadaan hujan yang terus-menerus dapat merusak premodia/ bakal bunga serta dapat menimbulkan serangan hama atau penyakit. Suhu rata-rata maksimal siang hari 310C dan rata-rata minimal malam hari 230C dengan kelembaban udara 75-80%.

(21)

berkisar 6,5-7,0. Sedangkan konsumsi nutrien utama yang dibutuhkan setiap pohon tanaman anggur untuk tumbuh adalah 1.19 kg Natrium, 1.15 kg Pospat dan 0.843 kg Kalium (Suwahyono, 2011). Selama ini, budidaya anggur lokal kualitas terbaik di Indonesia masih diproduksi dari daerah Probolinggo, Jawa Timur.

Penggunaan pupuk maupun pestisida anorganik pada tanah lahan pertanian pangan pada awalnya akan memberikan hasil yang positif. Namun seiring berjalannya waktu akan mengalami degradasi (penurunan) kesuburan dan memungkinkan terkena cemaran sehingga menjadi kurang produktif atau tidak subur. Selain itu, tanah akan kehilangan kelembaban dan daya ikatnya terhadap air. Ciri umum tanah atau lahan kritis (lahan dengan tingkat produktivitasnya rendah) ditandai dengan tingginya tingkat keasaman tanah, kekurangan hara P, K, C dan Mg, kejenuhan basa, serta kandungan bahan organik yang rendah. Penggunaan pupuk maupun pestisida anorganik dalam jangka panjang selain menyebabkan penurunan produktivitas tanah juga harganya relatif mahal karena Indonesia belum mampu memproduksi pupuk untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri secara mandiri.

(22)

yaitu Nitrogen Phospat Kalium Organism Recovery atau disingkat NOPKOR. Pada tanah yang miskin hara dan miskin akan mikrobia yang berperan dalam pembentukan hara, NOPKOR dapat membantu mengembangbiakan siklus hidup mikrobia tersebut. Aplikasi NOPKOR ini sangat didukung oleh tata air yang mencukupi tanaman. Tanah dapat menjadi gembur kembali, ditandai dengan kemampuan aerasi dan penyerapan air pada tanah.

Selama ini penanaman buah dan sayur masih terkendala lahan yang luas. Padahal, lahan pekarangan yang sempit pun dapat dijadikan tempat menanam atau budidaya buah dan sayur. Salah satunya dengan menggunakan pot. Penanaman buah menggunakan pot atau sering disebut tabulampot memiliki banyak kelebihan antara lain kondisi lingkungan di dalam tabulampot dapat dimanipulasi dan dikontrol, kebutuhan unsur hara mineral dan airnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan untuk tumbuh optimal, lebih mudah penanggulangan hama dan penyakitnya. Tabulampot banyak diminati masyarakat karena memiliki nilai estetika dan mudah dipindahkan (Muktiani, 2011).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur var. Kediri Kuning di dalam pot?

(23)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jenis tanah mana yang mendukung pertumbuhan tanaman anggur var. Kediri Kuning di dalam pot secara optimal.

2. Untuk mengetahui pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur var. Kediri Kuning di dalam pot

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini dalam jangka panjang akan diaplikasikan untuk pembudidayaan tanaman anggur var. Kediri Kuning pada daerah tertentu dengan kondisi tanah yang sesuai.

2. Sebagai sumber informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan mengenai budidaya tanaman anggur var. Kediri Kuning di dalam pot. 3. Sebagai bahan informasi yang dapat diaplikasikan dalam praktikum

pembelajaran di sekolah, khususnya kelas XII semester I pada materi mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan.

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning 1. Sejarah Tanaman Anggur

Tanaman anggur merupakan tanaman asli dari daerah subtropis. Sumber pustaka banyak menyatakan bahwa tanaman anggur banyak tumbuh liar di daerah Tenggara Pegunungan Kaukasus di daerah Armenia (Rusia), di dekat Laut Kaspi kemudian menyebar ke daerah Yunani. Dari Yunani menyebar ke daratan Eropa, Afrika, Australia, Asia dan Amerika (Cahyono, 2010). Introduksi tanaman anggur ke Indonesia pada abad 17, dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Daerah sentrum produksi anggur di Indonesia meliputi daerah Probolinggo, pasuruan, Panarukan, Buleleng dan Kupang (Rukmana, 1999).

Salah satu anggur yang termasuk ke dalam spesies V. vinifera adalah varietas Kediri Kuning memiliki nama lain Anggur Belgi atau BS 88. Anggur ini dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian 361/Kpts/LB.240/6/2004 tanggal 2 Juni 2004. Dalam taksonomi tumbuhan, buah ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhamnales Famili : Vitaceae Genus : Vitis Species : V. vinifera

(25)

Anggur merupakan tanaman tahunan (parennial), berbentuk perdu dan memanjat atau menjalar. Tubuh tanaman anggur terdiri atas akar, batang, daun, sulur, bunga dan buah. Sulur pada tanaman anggur letaknya berhadap-hadapan dengan daun dan bersifat terputus, artinya dua helai daun yang letaknya berdekatan masing-masing bersulur, sedangkan daun yang berikutnya tidak bersulur (Muktiani, 2011). Begitu sulur menyentuh penopang, sulur ini perlahan-lahan akan membelit. Lilitannya semakin kuat seiring dengan pertumbuhan batang, dengan cara ini tanaman anggur tumbuh memanjat (Nurcahyo, 1997).

Tanaman anggur yang berasal dari biji memiliki akar tunggang. Namun, apabila melalui stek dan cangkok akan memiliki akar serabut untuk meningkatkan serapan unsur hara dan air dari tanah. Tanaman anggur juga memiliki sifat batang yang mudah mengeluarkan akar sehingga lebih mudah diperbanyak dengan stek atau cangkok (Nurcahyo, 1997). Sistem perakaran menyebar ke seluruh arah pada bagian lapisan tanah atas sedalam (1,5–3,0 m). Akar tanaman anggur tidak tahan terhadap genangan air karena drainase yang buruk akan menurunkan kadar oksigen tanah (Zulkarnain, 2009). Oleh karena itu, tanaman anggur harus ditanam di tanah yang drainasenya baik.

2. Morfologi Tanaman Anggur

a. Morfologi Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

(26)

menghasilkan cabang bunga atau buah. Cabang bermata tunas dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman anggur secara vegetatif. Pada awal pertumbuhannya, batang anggur tampak lemah sehingga sulit untuk tumbuh tegak. Karenanya, diawal penanaman anggur dibutuhkan beberapa penopang/ajir yang terbuat dari batang kayu/bambu yang ditancapkan dekat batang anggur Batang atau ranting yang umumnya mendukung bunga keluar berasal dari cabang tersier. Ranting yang mendukung bunga ini sulit keluar jika cabang tersier tidak dipangkas (Suwito, 2007).

b. Morfologi Daun Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

Tanaman anggur mempunyai daun tunggal, artinya terdiri atas satu helai daun pada satu tangkai daun. Struktur daun tanaman anggur mempunyai helai, tangkai daun dan sepasang daun penumpu. Umumnya daun anggur var. Kediri Kuning berbentuk jantung dengan tepi bergerigi. Gerigi pada tepi daun tidak menjorok terlalu dalam. Daun anggur memiliki bentuk tulang daun menjari (Nurcahyo, 1997).

c. Morfologi Bunga Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

(27)

tersusun dalam tandan (malai). Pada varietas Kediri Kuning memiliki tandan (malai) yang lebih panjang dibandingkan varietas lain (Salam, 2014). Contoh buah anggur var. Kediri Kuning dapat dilihat pada gambar 1 :

Gambar 1. Anggur var. Kediri Kuning

Sumber : http://tabulampot.wordpress.com/2007/01/15/edi-yana-maniskan-anggur-bali/

3. Faktor Pertumbuhan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

a. Faktor Dalam

1) Hormon dan Gen

(28)

memiliki fungsi utama untuk memacu pembelahan sel. Sel yang membelah akan mempengaruhi sel lain untuk berkembang menjadi kuncup, batang dan daun.

Menurut Sitompul (2010) susunan gen yang diekspresikan pada fase-fase tumbuhan menghasilkan berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman. Sifat tanaman ini juga terkait dengan daya adaptasi pada tanaman terhadap lingkungan.

2) Ketahanan Tumbuhan

Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat merupakan sifat asli atau faktor genetik tetapi juga karena keadaan lingkungan yang menyebabkan tanaman tahan terhadap hama atau penyakit tertentu. Menurut Semangun (1996) tumbuhan tertentu mempunyai struktur morfologi yang menyebabkannya sukar diinfeksi oleh patogen dan sebaliknya. Menurut Untung (1993) ciri-ciri morfologi tanaman tertentu dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk menjadi makanan serangga atau tempat meletakkan telur serangga. Variasi ukuran daun, bentuk, warna, kekerasan jaringan tanaman, adanya rambut atau kutikula juga menentukan tingkat serangan hama dan penyakit.

3) Kualitas Bibit

(29)

pertumbuhan dan perkembangan bibit. Cadangan makanan stek ini mencakup kandungan karbohidrat dan mineral dari stek yang bervariasi di antara bagian batang. Menurut Prihatman (2009) bibit stek tanaman anggur yang baik adalah memilik panjang batang sekitar 25 cm, terdiri atas minimal 3 ruas dan diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas satu tahun, bentuknya bulat berdiameter sekitar 1 cm, kulitnya berwarna coklat muda dan cerah, berair dan bebas dari noda-noda hitam. Bibit umumnya diambil dari cabang tersier atau kuarter yang berwarna coklat akan tetapi lebih baik apabila bibit diambil dari cabang sekunder yang berdiameter lebih besar karena hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitasnya (Salam, 2014).

Bibit minimal memiliki dua helai daun yang lebar, normal dan sehat, sehingga tidak mengalami gangguan dalam berfotosintesis ketika berada di pot dan juga bibit harus memiliki perakaran yang cukup bagus dan panjang tidak kurang dari 10 cm. Mata tunas yang sehat berukuran besar dan tampak padat sedangkan mata tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan ujungnya tampak memutih seperti kapuk (Suwito, 2007).

b. Faktor Luar

1) Keadaan Iklim

(30)

Suhu udara berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman, misalnya proses respirasi, fotosintesis, transpirasi, pembelahan sel, aktivitas enzim, absorbsi air, absorbsi unsur hara dan koagulasi protein (Cahyono, 2010). Tanaman anggur dapat tumbuh dan berproduksi baik, jika lokasi pembudidayaan memiliki suhu udara rata-rata tahunan berkisar 20-250C. Suhu optimal sangat menentukan pertumbuhan generatif yaitu pembungaan dan pembuahan. Kelembaban udara 75-80% dan curah hujan optimum 800 mm/tahun. Menurut Anonim (2013), kriteria intensitas curah hujan adalah sebagai berikut :

 Hujan sangat ringan : intensitas < 5 mm per hari

 Hujan ringan : intensitas 5-20 mm per hari

 Hujan sedang : intensitas 20-50 mm per hari

 Hujan berat : intensitas 50-100 mm per hari

 Hujan sangat berat : intensitas > 100 mm per hari

Tanaman anggur var. Kediri Kuning mempunyai respon yang tinggi terhadap faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, kelembaban serta penyerapan hara (Baswarsiati, 2002).

(31)

2) Keadaan Tanah

Tanaman anggur ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis atau tipe tanah. Pada umumnya media pasir dan pupuk dengan perbandingan 1:1 sudah dapat menjadi media tanam yang baik, terutama karena media ini baik untuk pergerakan akar tanaman tanaman anggur. Tipe tanah yang paling baik adalah tanah liat berpasir (komposisi 30-50% tanah liat atau pasir). Umumnya, jenis tanah yang ideal untuk budidaya tanaman anggur adalah tanah aluvial dan grumosol (Rukmana, 1999) sedangkan menurut Cahyono (2010) tanah yang memiliki sifat-sifat fisika yang cocok untuk pertumbuhan anggur adalah jenis tanah latosol, aluvial dan podsolik.

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman anggur memiliki pH antara 6,5-7,0 (Setiadi, 1994). Tanah yang optimal banyak mengandung humus dan organisme pengurai yang membantu menyimpan kelebihan unsur hara, meningkatkan proses nitrifikasi, melancarkan aerasi tanah. Tanaman anggur untuk dapat tumbuh baik bila daerah penanaman memiliki kedalaman air tanah 1-1,5 m karena tanaman dapat menyerap air dan unsur hara dengan baik.

4. Karakteristik Anggur varietas Kediri Kuning

(32)

Tabel 1. Deskripsi Anggur var. Kediri Kuning

No Uraian deskripsi Karateristik varietas

1 Asal Belgia

2 Tinggi Tanaman Tidak terbatas

3 Bentuk Tanaman Merambat (menjalar), bersulur dengan ujung seperti kail dan batangnya 6 Bentuk Daun Pentagonal 7 Panjang Daun 5,5 cm – 11,7 cm 8 Lebar daun 7,5 cm – 13,0 cm 9 Warna pupus daun Kuning muda 10 Warna daun muda Hijau kekuningan 11 Warna daun tua Hijau

12 Keadaan daun Tidak berbulu

13 Bentuk bunga Kecil, sempurna dalam tandan 14 Warna bunga Hijau kekuningan

15 Bentuk buah Jorong 16 Warna kulit buah muda Hijau 17 Warna kulit buah

matang

Kuning mengilat

18 Warna daging buah Putih transparan

19 Kulit buah Tertutup lapisan bedak tipis 20 Jumlah biji per tandan 60-160 butir

21 Jumlah biji per buah 2- 4 butir

22 Sari buah 80%

23 Warna sari buah Putih

24 Kadar gula 200 Brix (jumlah gr gula yang terlarut dalam 1000 gr larutan)

25 Umur panen 105-110 hari setelah pemangkasan 26 Produktivitas 7,5-10 kg/tanaman umur 2 tahun 27 Bobot buah per tandan 210-560 g

28 Ketahanan terhadap HPT (Hama dan Penyakit Tanaman)

Tahan

29 Keterangan Perlu diperjarang buah 20-30%, cocok untuk konsumsi buah segar

(33)

B. Karateristik Jenis Tanah

1. Tanah dan Komponen Penyusunnya

Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen antara lain mineral sebanyak 45%, udara 20-30%, air sebanyak 20-30% dan bahan organik 5% (Sutanto, 2005). Kandungan air dan udara yang terdapat di dalam tanah menempati rongga di antara butiran yang disebut pori tanah. Komponen bahan organik terdiri atas fauna dan flora tanah, perakaran tanaman, serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan sebagai hasil kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Tanah berfungsi sebagai media dasar bagi tanaman, maka harus memberikan kondisi yang cocok bagi tanaman agar akar tanaman dapat menyerap unsur hara dan air dengan baik. Tanah juga memegang peranan penting dalam hal pengaturan temperatur untuk tanaman baik di sekitar akar maupun pada bagian atas tanah (Hakim et al., 1986).

(34)

2. Jenis Tanah

Media tanam untuk budidaya anggur adalah tanah. Tanah disusun oleh partikel-partikel seperti debu, pasir, lempung dengan tekstur yang berbeda. Tekstur tanah bersifat permanen/ tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah antara lain struktur, konsistensi kelengasan tanah, permeabilitas tanah, run off, daya infiltrasi dan lain-lain (Yulipriyanto, 2010). Tipe tanah yang digunakan dalam pengembangan budidaya anggur var. Kediri Kuning di Probolinggo yaitu tanah aluvial kelabu tua dan aluvial hidromorf (Ningrum, 2006). Berikut adalah beberapa jenis tanah yang digunakan dalam penelitian :

a. Tanah Regosol

Satuan tanah regosol dikategorikan sebagai tanah muda karena belum menunjukkan adanya perkembangan horizon tanah. Tanah regosol memiliki karateristik antara lain tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanis atau pasir pantai (Sartohadi dkk, 2012). Persebaran tanah regosol adalah di lereng gunung api muda dan pada daerah gumuk pasir pantai. Umumnya sangat sedikit vegetasi yang dapat hidup pada pasir ini karena kandungan hara yang rendah. Ukuran pasir berkisar 50-2000 μm. Tanah regosol yang digunakan pada penelitian ini diambil dari daerah gumuk pasir Pantai Samas, Yogyakarta dimana, tekstur pasir akan semakin halus apabila jaraknya semakin jauh dari garis pantai. Tekstur yang halus memiliki pori-pori yang besar sehingga kapasitas infiltrasi juga besar (Kartasapoetra, 2005).

(35)

2011). Sifat lain yang dimiliki adalah laju peresapan, kapasitas menahan air rendah, kapasitas adsorbsi rendah tetapi mudah diolah dan baik untuk sistem perakaran. Pengolahan tanah berpasir ini lebih baik dilakukan pada kondisi yang cukup basah karena apabila kondisinya terlalu kering dapat merusak struktur tanah berpasirnya. Tanah seperti ini mudah ditembus oleh akar-akar tanaman anggur (Suwito, 2007).

b. Tanah Aluvial

Persebaran tanah aluvium terdapat di daerah dataran aluvial sungai dan di daerah cekungan (depresi). Sifat tanah aluvial dipengaruhi oleh sumber bahan asal sehingga kesuburannya pun ditentukan oleh sifat bahan asalnya (Rosmarkam dkk, 2001) tanah aluvial di daerah Paingan ini dipengaruhi oleh hasil erupsi Gunung Merapi. Unsur yang terdeteksi dari abu erupsi Gunung Merapi antara lain Fe, Al, Mg dan Si yang berpengaruh pada kondisi kesuburan tanah (Hermawati, 2011) unsur Fe dan Al masih dalam jumlah yang aman bagi pertumbuhan tanaman.

(36)

c. Tanah Latosol

Di Indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 m di atas permukaan laut dengan topografi miring, bergelombang, vulkanik fan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm (Rosmarkam dkk, 2001). Menurut Sartohadi (2012) latosol tersebar di daerah beriklim basah, elevasi antara 300-1000 m. Satuan tanah latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison.

(37)

C. Pengertian pH Tanah

pH tanah dapat dikaitkan dengan keberadaan konsentrasi ion H dan ion OH yang terdapat dalam larutan tanah. Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH dinyatakan dalam keadaan asam (pH turun) dan sebaliknya apabila ion OH bertambah maka pH dinyatakan dalam keadaan basa (pH naik). pH sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah, baik unsur makro maupun mikro. PH tanah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pemupukan atau pun pengapuran. Curah hujan yang tinggi terkait dengan pencucian kation-kation basa dari lapisan permukaan ke lapisan dalam tanah mengakibatkan dominasi ion Al dan H di permukaan, sehingga pH permukaan tanah menjadi asam (Pasaribu, 2011).

Tanah dengan kisaran pH antara 6-7 merupakan pH terbaik. Suasana biologi dan penyediaan hara berada pada tingkat terbanyak pada kisaran pH tersebut tetapi pada tanah tropik, kisaran pH 5.5-6 pertumbuhan tanaman dan ketersediaan hara sudah baik asalkan unsur yang meracun sudah ditiadakan pada tanah dengan pH tersebut. Masing-masing tanaman memiliki perbedaan toleransi terhadap kepekatan ion H atau ion beracun lainnya sehingga setiap tanaman memiliki kriteria pH tertentu untuk tumbuh optimal (Hakim et al., 1986).

D. Pupuk Organik

(38)

biologi tanah. Pupuk organik juga memiliki kelemahan antara lain kandungan haranya belum terukur dan memungkinkan adanya patogen lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Suwahyono, 2011).

Kompos merupakan pupuk yang diperoleh dari proses mikrobiologis dengan menggunakan limbah oganik seperti dedaunan, sampah organik maupun kotoran hewan ternak. Kompos berperan sebagai soil conditioner, memberi aerasi tanah dan menahan air dan hara (Yulipriyanto, 2010). Kompos yang sudah matang memiliki ciri antara lain warnanya lebih gelap, tidak panas, butirannya halus menyerupai tanah dan tidak berbau.

Tabel 2. Komposisi Hara Kompos :

Kandungan Kompos Komposisi (%) Cairan

Sumber : Marsono, Lingga Pinus. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk .Hal.68

Beberapa macam pupuk yang diperoleh dari proses pengomposan antara lain :

1. Kompos Cacing (Vermikompos)

(39)

netral akan menarik datangnya mikroorganisme yang lainnya sehingga perombakan bahan organik dipercepat, menyebabkan bahan organik dan N-total meningkat P tersedia dan K tanah meningkat (Yulipriyanto, 2010).

Kompos cacing adalah kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing, yaitu kotoran cacing tersebut sehingga vermikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Pembentukan pupuk ini dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah organik hingga cacing tersebut berkembangbiak di dalamnya dan menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran. Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik serta memiliki aerasi yang tinggi dan cocok dicampurkan pada media tanam. Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini antara lain Eisenia foetida, Lumbricus terestris atau cacing yang biasa juga dapat digunakan. Kandungan kompos cacing yaitu humus dan mikrobia tanah. Kualitas kompos cacing tergantung pada jenis bahan/ pakan yang digunakan, jenis cacing tanah dan umur vermikompos. Vermikompos berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau dan bertekstur remah dan matang (Marsono, 2007).

(40)

2. Pupuk Kandang

Pupuk kandang terbuat dari bahan baku kotoran ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Umumnya kotoran ternak yang digunakan adalah kotoran sapi. Ini adalah pupuk hewan yang baik karena mengandung N, K serta material serat dan selama tidak ada masalah polusi logam berat antibiotik (Yuliprianto, 2010).

Kotoran ternak ini kemudian difermentasi hingga matang sehingga tidak ada lagi penguraian oleh mikroba. Kriteria pupuk kandang yang siap digunakan antara lain tidak berbau, bentuk pupuk seperti tanah yang gembur kalau diremas, tampak kering dan bewarna coklat tua. Untuk tanaman dalam pot, pupuk kandang adalah pupuk dasar diberikan sepertiga jumlah media tanam. Hal yang perlu diperhatikan dari pupuk kandang adalah sifat adanya istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat cepat sehingga terbentuk panas. Sedangkan pupuk dingin penguraiannya berjalan sangat lambat sehingga tidak terbentuk panas (Marsono, 2007).

3. NOPKOR

(41)

a. Mikroba Penambat N

Mikroba penambat N yang dapat menambatkan unsur N2 dari udara,

kemudian melalui proses nitrifikasi, unsur N diubah menjadi nitrat yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Bakteri fiksasi N2 ini bersifat aerob yang artinya

hanya dapat hidup apabila oksigen tersedia di dalam tanah (Murwono, 2013). Mekanisme penambatan unsur N tergantung dari mikroba yang digunakan. Ada yang bersimbiosis dengan tanaman seperti Rhizobium sp. dan bersifat non-simbiosis seperti jenis bakteri Azotobacter chrococcum dan Bacillus megatherium

(Suwahyono, 2011).

b. Mikroba Fiksasi dan Peluruh P

Mikroba ini mampu meluruhkan unsur fosfat yang terikat di dalam tanah sebagai senyawa organik atau batuan mineral. Pada prinsipnya mikroba tersebut akan mengeluarkan senyawa asam organik dan melepaskan ikatan fosfat sehingga dapat diserap tanaman. Inokulan mikroba dapat menyumbangkan sekitar 20-25% kebutuhan fosfat bagi tanaman (Suwahyono, 2011).

c. Mikroba fiksasi dan peluruh K

Kalium tanah sebagian besar berada dalam bentuk mineral yang kurang tahan terhadap pengaruh air, terutama air yang mengandung CO2. Mikroba

membantu menyediakan CO2 di dalam tanah dan bereaksi dengan air menjadi

asam karbonat yang mempercepat terjadinya reaksi pembebasan kalium tanah yang berasal dari mineral.

(42)

mengembalikan kesuburan tanah. Populasi mikroba yang terdapat di dalamnya dapat membentuk ketahanan dari berbagai bentuk polutan, sehingga dapat diaplikasikan di kondisi tanah yang kritis (Murwono, 2013).

4. Pupuk Mikro Sistemik Daun LYPHOTRIL

Tanaman dapat diberi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk daun mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman. Pupuk sistemik daun ini merupakan pupuk yang dapat langsung diserap oleh pori permukaan daun (stomata), batang dan buahnya. Menurut Marsono (2007) kelarutan pupuk daun juga lebih baik dibandingkan pupuk akar sehingga akan langsung diproses dalam metabolisme asimilasi dan lebih efisien. Komposisi dari Pupuk LYPHOTRIL ini antara lain unsur Nitrogen 17,40%, unsur P 24,85%, unsur K 18,25%, Kadar MgO dan CaO 1,78% serta vitamin (E, Caroteen) & Mineral (Boron, Cu, Zn, Cr, Mn, I) 3,68% (Murwono, 2010).

(43)

E. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

1. Hama a) Ulat Daun

Serangan ulat daun menyebabkan daun anggur berlubang-lubang. Jika dibiarkan, hanya tulang daun saja yang tersisa. Di sekitar daun yang rusak umumnya ditemukan kotoran ulat tersebut (Suwito, 2007). Salah satu ulat yang sering menyerang daun tanaman anggur adalah ulat grayak (Spodoptera sp.) Ulat ini meyerang daun hingga rusak atau bolong-bolong. Ulat ini akan berpindah pada malam hari. Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan disemprot insektisida seperti Lanette atau Tokuthion 500 EC.

b) Belalang (Valanga nigricornis)

Belalang merupakan serangga hama dari ordo Orthoptera. Gejala serangan belalang yaitu terdapat lubang-lubang pada daun terutama daun muda, lama-kelamaan daun tersebut bisa menjadi kering. Belalang ini menyerang daun tanaman dengan cara memakan daging daun (jaringan parenkim), sedangkan tulang daun dan urat-urat daun tidak dimakannya.

(44)

c) Tungau (Tetranychus uricae)

Tungau merupakan salah satu hama utama pada tanaman anggur. Serangan tungau tersebut dapat menyebabkan daun menjadi bewarna kekuning-kuningan, mengeriting serta pertumbuhan dan pucuk terhambat. Pada serangan berat dari tungau ini dapat menyebabkan daun tanaman menjadi rontok semuanya sehingga tanaman akan mati (Anonim, 2010). Tungau dewasa aktif pada siang hari untuk memintal benang-benang yang sangat halus di balik daun. Setiap hari tungan bertelur sekitar 10 butir. Telurnya akan diletakkan di bawah sarang yang telah dibuatnya dan akan menetas setelah 4-7 hari (Pracaya, 2008).

Tungau hidup dengan menghisap cairan dari sel-sel terutama pada daun, sehingga menyebabkan terganggunya proses fotosintesis. Akibat isapan tungau, daun menjadi bewarna kemerahan, kemudian menguning. Kemudian daun menjadi kering dan rontok (Nurcahyo, 1997). Pengendalian tungau dilakukan dengan memotong daun yang terserang dan menyemprotkan insektisida seperti Mitac 200 EC sesuai konsentrasi yang dianjurkan.

d) Kumbang Daun (Apogonia sp.)

(45)

2. Penyakit

Penyakit yang sering menyerang tanaman anggur adalah : a) Tepung Palsu (Downy Mildew)

Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Plasmopara viticola. Penyakit ini menyerang terutama pada musim hujan. Gejala serangan penyakit ini antara lain pada sisi atas daun mulai tampak bercak-bercak bewarna kuning kehjauan yang tidak berbatas tegak, kemudian bercak meluas dan berubah warna menjadi cokelat. Dalam cuaca lembab pada sisi bawah bercak terjadi lapisan putih bertepung, yang terdiri dari sporangiofor dan sporangium jamur. Akhirnya daun menjadi kering dan rontok. Gejala juga dapat timbul pada batang muda, sulur, tangkai buah dan buah (Semangun, 1994). Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mengurangi kelembaban kebun (pemangkasan), memotong, memusnahkan bagian tanaman yang sakit dan memberikan fungisida seperti Antracol 10WP, Folirfos 400 AS atau Bayfidan 250EC (Rukmana, 1999).

b) Busuk Hitam

(46)

F. Tabulampot

Tanam Buah dalam Pot (Tabulampot) banyak diminati sebagai alternatif penanaman buah karena tidak membutuhkan lahan yang luas dalam penanaman buah. Tanaman anggur sangat mudah dibuahkan di dalam pot (Alex, 2011a). Hal ini karena akar tidak tumbuh dengan leluasa, sehingga hanya terbatas tumbuh pada area pot saja. Akibatnya pertumbuhan vegetatifnya, yaitu pertumbuhan yang meliputi batang dan daun menjadi maksimal, kondisi ini akan dapat merangsang pertumbuhan generatifnya (Muktiani, 2011).

Pot yang biasa digunakan sebagai tabulampot biasanya terbuat dari bahan drum, pot semen, pot tanah, maupun pot plastik. Namun, pot yang paling cocok untuk budidaya anggur adalah pot tanah. Pot dari tanah memiliki pori-pori yang paling baik daripada pot lain. Dinding dasarnya dapat menyerap air dari media tanam. Sifat seperti ini dapat menjaga akar dari kekeringan ketika penyiraman terlambat dan tidak terlalu lembab saat penyiraman berlebihan (Nurcahyo, 1997).

G. Hipotesa

1. Berdasarkan parameter pertumbuhan ; tinggi batang, diameter batang dan jumlah helai daun terdapat pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning di dalam pot

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga April 2014, bertempat di Lahan Penelitian Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma yang terletak di Desa Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini menggunakan 3 jenis variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas yang digunakan yaitu jenis tanah. Variabel terikat meliputi tinggi batang, diameter batang, jumlah daun. Sedangkan variabel kontrol adalah suhu udara, pemberian NOPKOR, pupuk kascing, umur bibit, pemeliharaan, penyiraman air.

C. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari 3 perlakuan dan kontrol dengan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

(48)

Model linier Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial adalah :

Y = μ + τj+ εij

Keterangan :

Yij = Respon/nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai tengah umum (rataan)

τj = pengaruh perlakuan ke-i

εij= pengaruh ulangan ke- j

(Hanafiah, 2012)

Jumlah ulangan diperoleh dari :

(t- 1)(r- 1) ≥ 15 (4-1)(r- 1) ≥ 15 3(r- 1) ≥ 15

3r ≥ 18

r ≥ 6

Menurut Hanafiah (2012) jumlah r ulangan dapat dibuat sekecil mungkin selagi hasil percobaan yang dilakukan masih dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Atas dasar ini, umumnya jumlah ulangan r = 4 di lapangan dan r = 3 di rumah kaca/laboratorium dianggap dapat mewakili hasil percobaan. Penelitian kali ini dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pengulangan ini dilakukan untuk memperkecil penyimpangan dari hipotesis yang ingin dideteksi.

(49)

for Polymer Saline and Oily (NOPKOR) sebagai probiotik yang diaplikasikan selain pupuk kandang dan pupuk kascing.

Ketiga jenis tanah yang akan digunakan dalam percobaan mendapatkan perlakuan yang sama secara lengkap dan tanpa batasan tertentu. Pola percobaan tanaman anggur var. Kediri Kuning adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Pola Percobaan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

TR1 TR2 TR3

TA1 TA2 TA3

TL1 TL2 TL3

TO1 TO2 TO3

Keterangan :

TR1 : Tanah regosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-1

TR2 : Tanah regosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-2

TR3 : Tanah regosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-3

TL1 : Tanah latosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-1

TL2 : Tanah latosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-2

TL3 : Tanah latosol, pasir dan pupuk, replikasi ke-3

TA1 : Tanah aluvial, pasir dan pupuk, replikasi ke-1

TA2 : Tanah aluvial, pasir dan pupuk, replikasi ke-2

TA3 : Tanah aluvial, pasir dan pupuk, replikasi ke-3

TO (Kontrol 1) : Pasir dan pupuk, replikasi ke-1

TO (Kontrol 2) : Pasir dan pupuk, replikasi ke-2

TO (Kontrol 3) : Pasir dan pupuk, replikasi ke-3

D. Alat dan Bahan

(50)

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain bibit anggur var. Kediri Kuning, jenis tanah yang berbeda; tanah regosol diambil di daerah Gumuk Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta; tanah latosol diambil di daerah Patuk dan Langeran, Gunung Kidul, Yogyakarta; tanah aluvial di daerah Paingan, Sleman,Yogyakarta. Untuk mengatasi hama dan penyakit tanaman digunakan insektisida dan fungisida. Lipotril digunakan sebagai pupuk daun sistemik dan NOPKOR sebagai probiotik yang diaplikasikan.

E. Cara Kerja

a. Penyiapan Lahan

Lahan penelitian diberi pembatas berupa pagar kawat berduri di sekitar lahan agar tanaman anggur tidak diganggu atau dimakan hewan ternak. Tanaman anggur merupakan tanaman monokultur sehingga pengaturan jarak perlu diperhatikan. Jarak tanam bisa diatur dengan pola 2 x 3 m2, 3 x 3 m2 atau tergantung dari jumlah tanaman yang akan digunakan per satuan luas. Lalu, penyiraman dan penyemprotan larutan insektisida maupun fungisida menggunakan sumber air yang berasal dari sumur air tanah.

b. Penyiapan Media Tanah dan Pot

Penyiapan tanah dilakukan dengan mengambil beberapa sampel tanah dari daerah Paingan, Gunung Kidul, Yogyakarta dan Pasir dari Pantai Samas, Bantul. Pengukuran pH dilakukan sebelum dan sesudah pencampuran tanah menggunakan pH meter. Pencampuran media tanah adalah sebagai berikut :

(51)

2) Pada perlakuan kedua menggunakan media tanah aluvial yang diambil di daerah Paingan yang dicampurkan dengan pasir dan pupuk kandang, perbandingan 2:1:1 kemudian dicampurkan hingga merata (homogen) 3) Pada perlakuan ketiga menggunakan media tanah latosol yang diambil di

daerah Gunung Kidul dan dicampurkan dengan pasir dan pupuk kandang, perbandingan 2:1:1 kemudian dicampurkan hingga merata (homogen) 4) Perlakuan ke empat sebagai kontrol menggunakan pasir yang dicampur

pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 kemudian dicampurkan hingga merata (homogen)

5) Setiap perlakuan dimasukkan ke dalam pot sampai volumenya 25 cm3 dan menyisakan 5 cm3 dari permukaan pot

6) Sebelum ditanami bibit anggur, media tanah disiram terlebih dahulu dengan air setiap pagi dan sore hari dan didiamkan selama tiga hari (hal ini bertujuan untuk mendinginkan dan menjaga kelembaban tanah)

c. Penanaman Anggur var Kediri Kuning

Bibit anggur siap tanam berusia kurang lebih 1,5 bulan, perakarannya sepanjang 5-10 cm, pertumbuhannya sehat dan mempunyai dua tunas di samping kiri dan kanannya (Rukmana, 1999). Tata cara penanaman bibit anggur adalah sebagai berikut :

1) Siram media tanam dalam polybag bibit dengan air bersih hingga cukup basah. Sementara itu buat lubang tanam di dalam pot dengan menggunakan cetok sedalam kurang lebih 12-15 cm

(52)

3) Masukkan (tanam) bibit anggur tepat di tengah-tengah lubang, letakkan posisi bibit dengan tegak

4) Timbun bidang perakaran dan pangkal batang bibit tanaman anggur sebatas leher perakaran, sambil dipadatkan pelan-pelan

5) Siram (airi) tanah di sekitar perakaran tanaman anggur hingga cukup basah (lembab) namun, jangan sampai tergenang

6) Kemudian ditaburi di sekitar tanaman dengan abu dapur sebagai upaya pencegahan hama penyakit di awal penanaman

7) Terakhir dengan memasang ajir dari bambu untuk tempat merambatkan tanaman anggur. Kemudian memasang rangka pagar menggunakan besi atau beton cor di samping kiri-kanan pot dan dibentangkan kawat berbentuk seperti pagar dengan tinggi kawat pertama 50 cm dari permukaan pot, kawat kedua 70 cm.

d. Perawatan dan Pengamatan

1) Aplikasi NOPKOR

Probiotik ini diaplikasikan dengan mengencerkan larutan NOPKOR yang sudah dibuat dengan air (perbandingan 1 tutup botol : 1 liter air). Probiotik NOPKOR yang sudah diencerkan diaplikasikan di sekitar akar dan batang tanaman anggur (jangan sampai mengenai daun dan tunasnya) sebanyak 150- 200 ml setiap minggu. Setelah dua bulan diberikan NOPKOR sebanyak dua minggu sekali sesuai standar SOP.

(53)

2) Aplikasi LIPHOTRIL A

Liphotril dalam bentuk cair diencerkan dalam air dengan perbandingan (3 tutup botol : 7 liter air) kemudian dimasukkan ke dalam botol spray dan di semprotkan di permukaan atas dan bawah daun dan tunas secara merata. Aplikasi dilakukan pada pagi hari sebelum jam 11 (Murwono, 2013)

3) Aplikasi Insektisida Lanette

Umumnya hama yang menyerang tanaman anggur antara lain adalah

Phylloxera vitifolia, kumbang Apogonia destructor, wereng daun, kutu putih, ulat daun, rayap sehingga dibutuhkan insektisida untuk mencegah hama tersebut. Penggunaan insektisida Lanette adalah dengan melarutkan sebanyak 1,5 gram per satu liter air. Kemudian larutan tersebut disemprotkan ke permukaan daun, batang dan tunas secara merata setiap minggu. Aplikasi disarankan saat sore hari menjelang malam karena hama yang ada umumnya menyerang saat malam hari dan pada siang hari akan bersembunyi di dalam tanah (Suwito, 2007).

4) Aplikasi Fungisida Cobox

(54)

5) Penyiraman dan Pengukuran

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiraman dan pengukuran adalah: a) Anggur tidak tahan pada air yang tergenang

b) Anggur butuh pengairan yang harus dilakukan setiap harinya mulai tanam sampai pemangkasan

c) Pengukuran meliputi tinggi, diameter, jumlah daun serta tingkat kesehatan daun tanaman anggur var. Kediri Kuning yang dilakukan setiap minggunya dimulai dari masa tanam sampai penelitian berakhir (untuk pengukuran diameter batang dan tingkat kesehatan daun dilakukan mulai tanggal 25 Desember 2013)

d) Pengukuran kelembaban menggunakan alat moisture-meter tanah. Cara penggunaannya adalah sebagai berikut :

o Sebelum digunakan alat tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu

menggunakan air dan tekan tombol off.

o Kemudian ditancapkan ke dalam tanah sedalam 15 cm lalu tekan tombol moist (tingkat kelembaban dalam skala 1-10 atau lebih dari itu termasuk kategori wet/ basah.

o Untuk pengukuran pH tanah menggunakan alat pH meter cara

penggunaannya sama dengan penggunaan moisture-meter.

6) Pengamatan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit

(55)

dilakukan satu minggu sekali sebanyak 10 kali pengamatan, dengan menggunakan rumus :

Rerata = ∑

dimana,

P = Presentasi serangan (%)

= Bagian daun tanaman yang terserang (%) = Jumlah seluruh daun yang diamati (helai)

Tabel 4. Kategori Skala Serangan (Simamora, 2008)

Skala Keterangan

0 Tidak terdapat gejala serangan (sehat) 1 > 1% - ≤ 15% luas permukaan daun terserang 2 > 15% - ≤ 25% luas permukaan daun terserang 3 > 25% - ≤ 50 % luas permukaan daun terserang 4 > 50% - ≤ 75% luas permukaan daun terserang 5 > 75% -≤ 100% luas permukaan daun terserang

F. Analisis Data

(56)

Tabel 5. Pengaruh jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur (V. vinifera)

Pengujian data sebelum masuk pada analisis varian (ANOVA) dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu untuk menguji distribusi dan varians data. Uji normalitas dapat dihitung dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov Z pada aplikasi SPSS sedangkan uji homogeinity of variances langsung ditampilkan pada Uji Oneway Anova dalam aplikasi SPSS. Kriteria pengujian normalitas dan kesamaan varians adalah :

1. Normalitas

a. Jika nilai Sig. < 0.05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.

b. Jika nilai Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Hal ini berarti data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Homogenitas atau Kesamaan Varians

a. Jika nilai Sig. < 0.05, maka Ho ditolak. Hal ini berarti masing-masing kelompok mempunyai varians yang tidak sama.

b. Jika nilai Sig. > 0.05, maka Ho diterima. Hal ini berarti masing-masing kelompok mempunyai varians yang sama

(57)

Uji Analisis Varian (Anova) dilanjutkan dengan menggunakan aplikasi SPSS terhadap data yang didapat. Berikut merupakan langkah-langkah penggunaannya :

1. Buka aplikasi SPSS 16 akan muncul dua tampilan yaitu pengisian data dan output data.

2. Masukkan data pengaruh jenis tanah terhadap misal tinggi batang tanaman dalam sheet Variable Views SPSS dengan format kolom satu untuk jenis tanah dan kolom dua untuk tinggi tanaman. Beri nama kolom satu dengan

Tanah dan kolom dua dengan Tinggi.

3. Untuk Decimals, sebaris dengan Tanah isilah dengan “0” dan kolom yang

sebaris dengan Tinggidiisi dengan “2”

4. Untuk Labels, isilah dengan Jenis Tanah untuk varibel tanah dan Tinggi Tanaman untuk variabel Tinggi.

5. Untuk Value, isilah jenis tanah dengan 1 “Regosol”, 2 untuk “Aluvial”, 3 untuk “Latosol” dan 4 untuk “Kontrol” maka akan mucul kotak dialog seperti ini, kemudian klik OK

Gambar 2. Kotak dialog Value Labels

(58)

7. Kemudian masukkan data pada sheet Data, untuk kolom Tanah diisi dengan angka 1-4 yang mewakili jenis tanah sesuai pada kolom Value.

8. Apabila terdapat 12 data tinggi tanaman pada masing-masing jenis tanah beserta ulangannya maka dimasukkan ke dalam kolom Tinggi

9. Pilih menu Analyze pada tool bar, pilih menu Compare Means, kemudian pilih Oneway ANOVA

10. Masukkan variabel “Tinggi Tanaman” ke kotak Dependent List dan variabel

“Jenis Tanah” ke dalam kotak Factor. Klik tombol Option sehingga muncul kotak dialog seperti ini

Gambar 3. Kotak dialog Oneway ANOVA : Options

11. Klik pilihan Descriptive dan pilihan Homogeinity of variance test, kemudian klik Continue.

(59)

Descriptives

Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

pertumbuhan (tinggi) tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

Hi = Perlakuan jenis tanah memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan

(tinggi) tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

Test of Homogeneity of Variances

(60)

Berdasarkan hasil output SPSS, untuk menolak atau menerima hipotesis penelitian dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika Statistik Hitung (F output) > Statistik Tabel (F.tabel), maka Ho ditolak

b. Jika Statistik Hitung (F output) < Statistik Tabel (F.tabel), maka Ho diterima

Bila hasil uji F tersebut dinyatakan beda nyata (signifikan), maka perlu dilakukan pengujian selanjutnya yaitu Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) dengan rumus :

Rp =( )( )

dimana sd =

Rp : Nilai t pada tabel

sd : Galat baku perbedaan rataan

: Ragam kuadrat tengah r : Ulangan

t : Banyaknya perlakuan p : Jarak

(61)

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pertumbuhan tanaman anggur var. Kediri Kuning berdasarkan parameter tinggi batang, diameter batang dan jumlah daun adalah sebagai berikut :

A. Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

Pengukuran tanaman anggur dilakukan dengan menggunakan meteran. Grafik laju pertambahan tinggi tanaman anggur var. Kediri Kuning setiap minggu dapat dilihat pada gambar 5 :

Gambar 5. Grafik pengaruh jenis tanah terhadap laju pertambahan tinggi tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

(62)

kurang dari 40 cm per minggunya (lampiran 5). Hal ini dapat dikarenakan pengaruh curah hujan di lapangan. Rata-rata curah hujan pada tanggal 13 November 2013 sampai 15 Januari 2014 termasuk kategori hujan ringan, yaitu 11 mm per hari sedangkan setelah tanggal 15 Januari 2014 intensitas hujannya meningkat menjadi 30 mm per hari dengan kategori hujan sedang (Anonim, 2010). Curah hujan yang rendah dapat menurunkan kelembaban tanah, akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan penyiraman dimana, penyiraman tergantung pada kondisi kelembaban tanah regosol yang kemampuan menahan airnya rendah, yaitu bila kelembaban tanah regosol dibawah 50 % maka akan dilakukan penyiraman ke semua perlakuan tanah sebanyak 1 liter. Diduga tanaman mengalami cekaman air dari awal penelitian hingga 15 Januari 2014, yang terlihat pada laju tinggi batang yang relatif sama (kurang dari 20 cm). Adanya cekaman air menyebabkan perubahan fisiologis pada tumbuhan yang bersifat sementara, yaitu diawali dengan adanya penurunan tekanan turgor sel, penutupan stomata yang menghambat pertukaran CO2 dan O2 sehingga proses fotosintesis pun terhambat

(Salisbury and Ross, 1955) dan menyebabkan pertumbuhan berjalan lambat. Setelah curah hujan meningkat dan dibantu juga dengan penyiraman, tanaman akan kembali pada kondisi pertumbuhan normal.

(63)

batang, diameter batang dan jumlah daun) tidak berbeda. Padahal, pemberian pupuk kascing membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah (Alex, 2011b). Tekstur dari pupuk kascing yang remah, berpartikel kecil dan memiliki aerasi yang baik sangat membantu menyediakan oksigen yang dibutuhkan dalam proses respirasi tumbuhan, dimana proses respirasi tersebut menghasilkan energi untuk kerja sel untuk menimbun garam-garaman. Hal ini didukung oleh Dwijoseputro (1980) yang menyatakan bahwa kemampuan sel untuk menimbun garam-garaman ada hubungan erat dengan kegiatan pernapasannya.

(64)

terbanyak pada kisaran pH tersebut. Waktu pemupukan yang relatif lama dapat menyebabkan tanaman anggur var. Kediri Kuning di berbagai perlakuan jenis tanah berpotensi mengalami kekurangan hara dan mineral. Pemupukan mendukung penyediaan hara tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga perlu diberikan secara periodik (Suwahyono, 2011).

Data yang dikumpulkan berupa selisih tinggi tanaman setiap minggunya sehingga didapatkan data laju pertambahan tinggi tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning pada tabel 6 :

Tabel 6. Rataan Laju Tinggi Tanaman Anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

Perlakuan Ulangan Perlakuan Total

Rerata Perlakuan

R1 R2 R3

Aluvial 21,34 27,63 34,49 83,46 27,82 Kontrol 37,75 7,78 24,76 70,29 23,43 Latosol 14,09 26,71 7,06 47,86 15,95

Regosol 8,85 6,78 15,63 7,81

Grand Total 82,03 62,12 73,09 217,24 72,41

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa laju tinggi tanaman anggur var. Kediri Kuning tertinggi adalah perlakuan tanah aluvial dengan rerata 27,82 dan terendah pada perlakuan jenis tanah regosol dengan rerata 7,81.

(65)

hara N dan P yang lebih rendah. Hal ini sependapat dengan Kartasapoetra (2005) bahwa kandungan bahan organik pada tanah regosol tergolong rendah, akan tetapi dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik dan anorganik. Menurut Hakim et al. (1986) gejala kekurangan nitrogen menyebabkan daun bewarna pucat kekuning-kuningan, tunas-tunas tidak tumbuh. Kekurangan fosfor akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat, tanaman kerdil serta perakarannya tidak tumbuh optimal disebabkan karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Gejala kekurangan unsur belerang juga menunjukkan adanya perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning dan tanaman menjadi kerdil. Tanaman mati pada tanggal 29 Januari, dimana terlihat batang kering dan berwarna keabu-abuan serta daun rontok meskipun tanaman sudah diberi pupuk kascing pada tanggal 19 dan 25 Januari 2014. Disamping itu, kelembaban pada tanah regosol adalah yang paling rendah di antara perlakuan tanah lainnya yaitu 55,8%, berarti ketersediaan air di dalam tanah regosol juga rendah. Padahal dengan masuknya air dari tanah ke dalam sel-sel akar tentulah juga membawa ion yang terdapat di dalam tanah, karena larutan tanah memang mengandung ion-ion (Dwijoseputro, 1980). Di dalam sel tumbuhan, air berfungsi menjaga tekanan turgor, proses transpirasi, fotosintesis, difusi-osmosis serta metabolisme tubuh lainnya. Oleh karena itu, tanaman anggur pada tanah regosol pertumbuhannya lebih lambat dibanding tanaman pada perlakuan jenis tanah lainnya.

(66)

menunjukkan perlakuan jenis tanah (Hi) tidak mempengaruhi peningkatan tinggi tanaman anggur var. Kediri Kuning secara signifikan (lampiran 8).

B. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur var. Kediri Kuning

Pengukuran diameter batang dilakukan menggunakan jangka sorong. Grafik mengenai diameter batang tanaman anggur var. Kediri Kuning setiap minggu dapat dilihat pada gambar 6 :

Gambar 6. Grafik pengaruh jenis tanah terhadap pertambahan diameter tanaman anggur

(V. vinifera) var. Kediri Kuning

Pada awal pengukuran laju pertambahan diameter batang menunjukkan hasil tertinggi pada kontrol yaitu > 0,3 cm, diikuti dengan tanaman anggur di tanah latosol yang memiliki diameter batang awal > 0,2 cm, tanah aluvial yaitu >0,1 cm dan terakhir yaitu tanah regosol <0,1 cm. Selama pengukuran ketiga perlakuan dan kontrol, tidak memiliki laju pertambahan diameter batang yang berbeda jauh yaitu berkisar 0,01-0,2 cm (lampiran 5). Pertama, hal tersebut dimungkinkan karena berasal dari bibit yang sama, var. Kediri Kuning. Bibit tanaman anggur var. Kediri Kuning mempunyai respon yang tinggi terhadap faktor lingkungan seperti sinar matahari, suhu, kelembaban dan penyerapan hara

(67)

sehingga dapat memanfaatkan faktor tumbuh secara efisien untuk melakukan proses fisiologi termasuk juga menyimpan substrat untuk diameter batang (Baswarsiati dkk, 2002). Selama penelitian, perlakuan tanah regosol, aluvial dan latosol mengalami pertambahan diameter yang hampir sama diduga bibit diambil dari cabang tersier tanaman anggur var. Kediri Kuning karena berdiameter relatif kecil yaitu berkisar 0,02-0,04 (lampiran 8) dan termasuk dalam jaringan muda. Menurut Santoso (2010) ukuran diameter stek batang mencerminkan perbedaan tingkat umur jaringan batang pada stek, semakin muda umur jaringannya maka diameternya akan semakin kecil dan sebaliknya sehingga akumulasi karbohidratnya yang digunakan sebagai substrat metabolisme pun lebih rendah.

Data yang dikumpulkan berupa selisih diameter tanaman setiap minggunya sehingga didapatkan data laju pertambahan diameter tanaman anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning pada tabel 8 :

Tabel 7. Rataan Pertambahan Diameter Tanaman Anggur (V. vinifera) var. Kediri Kuning

Perlakuan Ulangan Perlakuan

Total

Rerata

Perlakuan

R1 R2 R3

Kontrol 0,1330 0,0710 0,0476 0,252 0,0839

Aluvial 0,0536 0,0358 0,0416 0,131 0,0437

Latosol 0,0514 0,0370 0,0220 0,110 0,0368

Regosol 0,0248 0,0282 0,053 0,0265

Grand Total 0,2628 0,1438 0,1394 0,546 0,1908

Gambar

Gambar 1. Anggur var. Kediri Kuning
Tabel 1. Deskripsi Anggur var. Kediri Kuning
Tabel 2. Komposisi Hara Kompos :
Tabel 3. Pola Percobaan Tanaman Anggur var. Kediri Kuning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masing-masing kultivar pisang menghasilkan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, panjang akar, serta kadar hijau daun dan diameter batang semu yang

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat pertumbuhan tanaman anggur Prabu Bestari yang paling optimal pada jenis tanah yang

Analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media tanam terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter batang bibit

Hasil pengamatan dan analisa pengaruh perlakuan terhadap parameter pertumbuhan tanaman jambu mente pada 6 BST yang meliputi tinggi, diameter batang, jumlah daun,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah amatan tinggi tanaman, pertambahan diameter batang, pertambahan jumlah daun,

Pada kondisi cekaman kekeringan Pemberian bahan organik meningkatkan pertambahan tinggi dan diameter batang bibit tanaman karet pada perlakuan B2 (TKKS 600

Perlakuan kadar garam NaCl tanah 1.000 ppm pada keadaan tanah lembap masih memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap diameter batang tanaman nilam 12

Hasil pengamatan dan analisa pengaruh perlakuan terhadap parameter pertumbuhan tanaman jambu mente pada 6 BST yang meliputi tinggi, diameter batang, jumlah daun,