• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

B. Karateristik Jenis Tanah

1. Tanah dan Komponen Penyusunnya

Tanah terbentuk dari pencampuran komponen penyusun tanah yang bersifat heterogen antara lain mineral sebanyak 45%, udara 20-30%, air sebanyak 20-30% dan bahan organik 5% (Sutanto, 2005). Kandungan air dan udara yang terdapat di dalam tanah menempati rongga di antara butiran yang disebut pori tanah. Komponen bahan organik terdiri atas fauna dan flora tanah, perakaran tanaman, serta hasil dekomposisi/penguraian sisa vegetasi atau hewan sebagai hasil kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Tanah berfungsi sebagai media dasar bagi tanaman, maka harus memberikan kondisi yang cocok bagi tanaman agar akar tanaman dapat menyerap unsur hara dan air dengan baik. Tanah juga memegang peranan penting dalam hal pengaturan temperatur untuk tanaman baik di sekitar akar maupun pada bagian atas tanah (Hakim et al., 1986).

Keseimbangan mineral asam dan basa sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah. Menurut Abdurachman (2002) potensi setiap jenis tanah untuk pertanian sangat ditentukan oleh sifat fisik (tekstur, kedalaman tanah, drainase) dan sifat-sifat kimia yang mencakup unsur-unsur berpengaruh terhadap kesuburan tanah (N, P, K, unsur mikro). Kesuburan ditentukan oleh kemampuan penetrasi udara yang terjadi secara langsung dan bisa ditemukan dalam rentang kedalaman permukaan tanah antara 60-150 cm (Murwono, 2013). Jenis tanah tertentu mempunyai potensi kesuburan tinggi, tetapi karena kurangnya pengolahan yang mendukung maka akan memproduksi hasil yang rendah. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan perbaikan irigasi, perbaikan varietas yang berkualitas tinggi, perbaikan sistem pertanaman, perbaikan sistem perlindungan tanaman dan pemupukan yang ramah lingkungan.

2. Jenis Tanah

Media tanam untuk budidaya anggur adalah tanah. Tanah disusun oleh partikel-partikel seperti debu, pasir, lempung dengan tekstur yang berbeda. Tekstur tanah bersifat permanen/ tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah antara lain struktur, konsistensi kelengasan tanah, permeabilitas tanah, run off, daya infiltrasi dan lain-lain (Yulipriyanto, 2010). Tipe tanah yang digunakan dalam pengembangan budidaya anggur var. Kediri Kuning di Probolinggo yaitu tanah aluvial kelabu tua dan aluvial hidromorf (Ningrum, 2006). Berikut adalah beberapa jenis tanah yang digunakan dalam penelitian :

a. Tanah Regosol

Satuan tanah regosol dikategorikan sebagai tanah muda karena belum menunjukkan adanya perkembangan horizon tanah. Tanah regosol memiliki karateristik antara lain tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanis atau pasir pantai (Sartohadi dkk, 2012). Persebaran tanah regosol adalah di lereng gunung api muda dan pada daerah gumuk pasir pantai. Umumnya sangat sedikit vegetasi yang dapat hidup pada pasir ini karena kandungan hara yang rendah. Ukuran pasir berkisar 50-2000 μm. Tanah regosol yang digunakan pada penelitian ini diambil dari daerah gumuk pasir Pantai Samas, Yogyakarta dimana, tekstur pasir akan semakin halus apabila jaraknya semakin jauh dari garis pantai. Tekstur yang halus memiliki pori-pori yang besar sehingga kapasitas infiltrasi juga besar (Kartasapoetra, 2005).

Tanah non kohesif (berpasir) mempunyai sifat kokoh, porous (mudah dilalui air) tetapi tidak ada ikatan antara partikel satu dengan yang lainnya (Budi,

2011). Sifat lain yang dimiliki adalah laju peresapan, kapasitas menahan air rendah, kapasitas adsorbsi rendah tetapi mudah diolah dan baik untuk sistem perakaran. Pengolahan tanah berpasir ini lebih baik dilakukan pada kondisi yang cukup basah karena apabila kondisinya terlalu kering dapat merusak struktur tanah berpasirnya. Tanah seperti ini mudah ditembus oleh akar-akar tanaman anggur (Suwito, 2007).

b. Tanah Aluvial

Persebaran tanah aluvium terdapat di daerah dataran aluvial sungai dan di daerah cekungan (depresi). Sifat tanah aluvial dipengaruhi oleh sumber bahan asal sehingga kesuburannya pun ditentukan oleh sifat bahan asalnya (Rosmarkam dkk, 2001) tanah aluvial di daerah Paingan ini dipengaruhi oleh hasil erupsi Gunung Merapi. Unsur yang terdeteksi dari abu erupsi Gunung Merapi antara lain Fe, Al, Mg dan Si yang berpengaruh pada kondisi kesuburan tanah (Hermawati, 2011) unsur Fe dan Al masih dalam jumlah yang aman bagi pertumbuhan tanaman.

Tanah aluvial mempunyai sifat-sifat: tekstur beraneka, pH beraneka, kesuburan umumnya sedang hingga tinggi (Sartohadi dkk, 2012). Tanah aluvial memiliki tekstur yang remah dan porositas yang baik sehingga keberlangsungan pertukaran udara di dalam tanah juga dapat berjalan baik (aerasi baik) (Dwijoseputro, 1980) sehingga oksigen yang tersedia di dalam tanah dapat dimanfaatkan oleh mikroba tanah untuk proses respirasinya. Dimana mikroba (aerob) berperan dalam proses perombakan bahan organik menjadi anorganik yang dapat diserap oleh tanaman. Tanah aluvial yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Paingan.

c. Tanah Latosol

Di Indonesia, tanah latosol umumnya berasal dari batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi pantai sampai setinggi 900 m di atas permukaan laut dengan topografi miring, bergelombang, vulkanik fan sampai pegunungan dengan iklim basah tropika curah hujan berkisar antara 2500-7000 mm (Rosmarkam dkk, 2001). Menurut Sartohadi (2012) latosol tersebar di daerah beriklim basah, elevasi antara 300-1000 m. Satuan tanah latosol merupakan tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison.

Tanah latosol mempunyai sifat-sifat : solum dalam, artinya lapisan dari permukaan tanah sampai pada bahan induk tanah termasuk dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga teguh, warna cokelat, merah hingga kuning. Selain itu, tanah latosol memilliki pori-pori kecil sehingga kapasitas infiltrasinya rendah, kemampuan menahan air di permukaan tinggi (Saputra, 2013) sehingga absorbsi air oleh tanaman juga menjadi sulit. Menurut Kartasapoetra (2005) tanah latosol memiliki nutrisi tanah yang rendah, demikian pula kandungan bahan organiknya, sehingga tingkat kesuburan kimiawinya pun rendah. Selain itu umumnya tanah latosol ini memiliki pH yang asam berkisar 5-6. Tanah yang asam dapat menurunkan kegiatan mikroba tanah dan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Menurut Hakim et al. (1986) tanah latosol dapat diklasifikasikan sebagai tanah masam, karena adanya pencucian berat akibat hancuran iklim yang intensif. Tanah latosol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Langeran dan Patuk, Gunung Kidul.

Dokumen terkait