• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tiga jenis tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso Lafalle.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh tiga jenis tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso Lafalle."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ix ABSTRAK

Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan

Anggur Varietas Alfonso Lafalle

Elias Lamanepa 101434007

Universitas Sanata Dharma

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setiap media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.

Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.

(2)

x ABSTRACT

The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)

Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety

Elias Lamanepa 101434007

Sanata Dharma University

This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.

The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.

There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.

(3)

(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)

TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Elias Lamanepa

NIM : 101434007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)

TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Elias Lamanepa

NIM : 101434007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

SEMANGAT MENGALAHKAN SKILL “

(ZEM)

Kupersembahkan karyaku ini untuk :

1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu Raya no’o Inak Yuliana Deran Manuk).

2. Adik-adiku yang terkasih (Dion, Simon dan Ina Boy)

3. Keluarga Bpk. Siprianus Peren Ola di Tangerang dan Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan

(8)
(9)
(10)

vii

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat yang telah diberikan pada saya, sehingga skripsi saya yang

berjudul “Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soil),

Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap Pertumbuhan

Anggur Varietas Alfonso Lafalle” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dapat tersusun dengan baik atas bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. M. Andi Rudhito S.Pd selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan pendidikan

4. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.

5. Ibu Hartini yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik

6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.

7. Keluarga bapak Siprianus Peren Ola dan keluarga bapak Dominkus Ola Rotok yang telah mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi saya.

8. Adik-adiku tercinta, Dion Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan Simon Lamanepa yang selalu mendoakan penulis dalam menjalankan studi. 9. Kakak Fransiska Benga Ola dan Siprianus Snuken Medhon yang selalu

memberikan semangat dan inspirasi yang luar biasa buat penulis selama dibangku kuliah.

(11)

viii

Vita, Ardy, Veri, Ria Ongabelen, dan teman-teman Pendidikan Biologi 2010 atas kebersamaan dan cerita yang kita alami bersama.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(12)

ix

ABSTRAK

Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soil), Tanah Paingan (Aluvia), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan

Anggur Varitas Alfonso Lafalle

Elias Lamanepa 101434007

Universitas Sanata Dharma

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setip media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.

Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.

(13)

x

ABSTRACT

The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)

Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety

Elias Lamanepa 101434007

Sanata Dharma University

This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.

The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.

There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

C. Morfologi Tanaman Anggur ... 8

D. Syarat Tumbuh ... 9

E. Tipe Anggur... 10

(15)

xii

A. Jenis Penelitian ... 34

1. Variabel Bebas ... 34

C. Desain Penelitian ... 35

D. Prosedur Percoaan ... 36

1. Penyiapan Lahan ... 36

2. Penyiapan Media Tanah ... 37

3. Penanaman Anggur ... 38

4. Perawatan dan Pemeliharaan ... 40

E. Pengambilan Data... ... 42

F. Cara Analisis Data ... 42

G. Instrumen Penelitian ... 46

1. Alat ... 46

2. Bahan ... 46

H. Agenda Pelaksanaan ... 46

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Hasil ... 48

C. Aplikasi Penelitian Dalam Pembelajaran ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan yang Dapat Digunakan

Sebagai Dasar dalam Perwilayahan Pengembangan Anggur ... 9

Tabel 2.2 Perbedaan Tipe Pertumbuhan Anggur ... 10

Tabel. 2.3 Fator-faktor yang Mempengaruhi Kadar Co2 dan O2 Tanah... 22

Tabel. 2.4 Hubungan pH dan Ketersediaan Hara dalam Tanah ... 25

Tabel. 2.5 Sifat Fisik Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY ... 29

Tabel. 2.6 Sifat Kimia Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I DIY ... 30

Tabel. 2.7 Kandungan Beberapa Unsur Hara (%) dan pH Tanah Pasir Pantai (Entisols) ... 32

Tabel. 3.1 Pemupukan Daun dan Batang ... 41

Tabel. 3.2 Pemberantasan Hama ... 41

Tabel. 3.3 Pengamatan Keseluruhan Perlakuan ... 43

Tabel. 3.4 Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun ... 43

Tabel. 3.5 Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman ... 44

Tabel. 3.6 Rata-rata Perlakuan Diameter Batang ... 44

Tabel. 3.7 Analisis Variansi ... 44

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rancangan CRD/RAL... 36

Gambar 3.2 Skema Peletakan Pot...39

Gambar 3.3 skema sistem pagar...40

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman ...49

Gambar 4.2 Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Setiap Minggu ...49

Gambar 4.3 Diagram Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun...50

Gambar 4.4 Grafik Pertambahan Jumlah Daun Setiap Minggu...51

Gambar 4.5 Diagram Rata-rata Diameter Batang ...52

(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian ...69

Lampiran 2 Analisis Data Statistik ...75

Lampiran 3 Hama dan Penyakit ...80

Lampiran 4 Silabus ...95

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101

Lampiran 6 Penilaian ... 107

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa ... 116

Lampiran 8 Soal Post Test ... 119

Lampiran 9 Materi Ajar ... 121

Lampiran 10 Kisi-kisi Soal ... 126

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis

yang memiliki keanekaragaman tanaman buah–buahan. Dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negara tropis

mempunyai beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya.

Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan

kawasan sub tropis. Akan tetapi panen anggur di kawasan sub tropis

hanya bisa sekali dalam setahun. Indonesia bisa hampir tiga kali, dan

saat panennya bisa diatur sepanjang tahun. Namun demikian Indonesia

belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan anggur dari konsumen

sehingga masih mengimpor dari luar negeri.

Pengembangan anggur di Indonesia belum tersebar meluas

karena masih banyak petani yang belum mengetahui secara tepat

teknik budidaya anggur di daerah tropis yaitu dari ketinggian tempat,

jenis tanah, perawatan dan pemangkasan untuk pembungaan.

Perubahan iklim di Indonesia dengan curah hujan yang tinggi (tidak

menentu) saat ini membuat produksi buah anggur menurun, serta

banyak terserang penyakit. Budidaya anggur dipengaruhi oleh iklim,

jenis tanah dan ketinggian tempat. Peningkatan kejadian iklim

(20)

perubahan pola curah hujan yang berdampak pada pergeseran musim

dan pola tanam. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin

meningkat mampu menstimulus pertumbuhan dan perkembangan

organisme pengganggu tanaman yang berdampak buruk terhadap

pertanian di Indonesia (Erni Susanti, F. Ramadhani, E. Runtunuwu, I.

Amien, 2009). Angin yang terlalu kencang kurang baik untuk

pertumbuhan anggur. Curah hujan yang berlebihan dapat

menimbulkan serangan hama dan penyakit dan dapat merusak bakal

bunga. Selain itu tanah yang baik pertumbuhan anggur mengandung

pasir, lempung berpasir, dan banyak mengandung humus dan hara

yang dibutuhkan

(

http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/teknikbudidaya-anggur.html).

Sentral Anggur di Indonesia terdapat di Jawa Timur (Kediri,

Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT). Bali

sampai ke NTB dan NTT sebenarnya potensial sebagai kawasan

pengembangan anggur. Sudah banyak varietas anggur yang

dikembangkan diantaranya yaitu Alicante, Golden Champion, Muscat

V Gross Colman, Carolin, Prabubestari, dan Alfonso lavalle (anggur

Bali). Anggur Bali (Alfonso lavalle) pada mulanya berasal dari daerah

Probolinggo, karena kalah pesat pengembangannya dengan di daerah

Bali sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alfonso

(21)

matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis tanah.

Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah terlebih

dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita, 2011).

Dalam budidaya tanaman anggur yang harus diperhatikan

adalah kondisi iklim dan kondisi tanah seperti yang telah diuraikan

diatas. Tidak semua jenis tanah dapat ditumbuhi oleh tanaman anggur

dengan baik. Maka dalam penelitian ini menggunakan media tanah

berbeda yang berasal dari tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung

Kidul (mediteran soil), dan pasir pantai Samas (regosol). Untuk

memenuhi pertumbuhan anggur yang baik, ketiga jenis tanah ini

dicampur dengan pasir dan pupuk kompos + kascing dengan

perbandingan 2 : 1 : 1. Kompos + kascing sebagai tambahan unsur

hara makro dan mikro, sedangkan pasir sebagai aerasi dan drainase

terhadap unsur hara secara secara vertikal kearah perakaran. Penelitian

ini bermaksud mengetahui dari ketiga jenis tanah tersebut, tanah mana

yang lebih baik untuk pertumbuhan dan pekembangan tanaman

anggur.

Penelitian ini merupakan penelitian payung yaitu masih

menggunakan jenis tanah dan varietas anggur yang sama namun

berbeda perlakuan yaitu dengan menambahkan pupuk Nopkor.

Dengan penelitian ini menunjukan adanya perbedaan pertumbuhan

antara penggunaan Nopkor dan tanpa menggunakan Nopkor. Hasil

(22)

Nopkor. Sehingga dapat diketahui tanah mana yang lebih baik untuk

pertumbuhan anggur dan pengaruh dari pupuk Nopkor terhadap

pertumbuhan varietas Alfonso lafalle.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh berbeda dari tanah Paingan (Aluvial),

tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol)

terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter

batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle ?

C.Batasan masalah

Adapun masalah-masalah yang dibatasi untuk diteliti yaitu

pengaruh dari ketiga jenis tanah (tanah Paingan, tanah Gunung Kidul,

pasir pantai Samas) dengan parameter pengukuran tinggi tanaman,

jumlah daun, dan diameter batang.

D. Hipotesis

Ada pengaruh tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung

Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan

tanaman anggur Bali (Alfonso lafalle) yang diukur dari jumlah daun,

(23)

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ketiga jenis tanah yaitu tanah

Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai

Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman,

dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

a. Memenuhi tugas akhir

b. Menambah pengetahuan baru dibidang pertanian dan

budidaya tanaman khususnya tanaman anggur

2. Bagi masyarakat

Sebagai inovasi baru dalam pemanfaatan lahan kapur dan lahan

pasir untuk pembudidayaan anggur

3. Bagi dunia pendidikan

a. Memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah dibidang

pertanian.

b. Mengembangkan keterampilan proses ilmiah dalam

membantu siswa mengenal dan memahami persoalan

(24)

6 BAB II

DASAR TEORI

A. Sejarah Tanaman Anggur

Tanaman anggur (Vitis vinivera L) merupakan jenis

tanaman buah yang berasal dari Timur Tengah tepatnya di

Mezopotania dikenal sejak tahun 4000 sebelum Masehi. Tanaman

ini merupakan tanaman buah perdu yang merambat yang termasuk

dalam keluarga Vitaceae. Anggur masuk ke Indonesia sejak awal

abad ke 18 dan dibawa langsung oleh orang Eropa (Niluh,

Waeniati, Muslimin, Suwastika, 2012 : Jurnal Natural Science).

Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur

masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai

Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Oleh Colombus, tanaman

anggur disebarkan ke Meksiko, Amerika Selatan, Afrika Selatan,

Asia termasuk Indonesia. Penyebaran ini juga menjadikan buah

anggur memiliki beberapa sebutan, seperti grape di Eropa dan

Amerika, putao di Cina, dan anggur di Indonesia (Garjito dan

Saifudin, 2011).

Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan

dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor

anggur melalui surat keputusan mentri perdagangan dan koperasi

(25)

cukup propektif karena kondisi iklim dan tanah dapat mendukung

tanaman tumbuh dan berproduksi optimal (Nurvita, 2011).

Anggur Bali (Alphonso lavalle) pada mulanya berasal dari

daerah Probolinggo. Begitu pesat pengembangannya di daerah Bali

sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alphonso

lavalle) sangat cocok dibudidayakan di tempat terbuka dengan

sinar matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis

tanah. Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah

terlebih dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita,

2011).

B. Klasifikasi Tanaman Anggur

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)

Divisi : Magnoliophya (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Rhamnales

Family : Vitaceae

(26)

C. Morfologi Tanaman Anggur Varietas Alfonso Lafalle

Tanaman anggur

merupakan salah satu

tumbuhan yang berbentuk

semak, tinggi tanamannya bisa

mencapai 15 meter, berakar

tunggang. Batang berkayu,

silindris, dan menjalar.

Daunnya tunggal, tersusun

berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat hingga jorong,

panjangnya 10–16 cm, lebarnya 8–14 cm, helaian daun tipis tegar, bagian pangkalnya berlekuk (bertoreh), tepi daun bergerigi

(dentatus), torehan daunnya agak masuk membagi daun menjadi

tiga bagian. Bunga majemuk muncul di ketiak daun (axilaris),

kelopak berbentuk mangkuk (urceolatus) berwarna hijau, daun

mahkota berlekatan (gamopetelus) (Nurvita, 2011). Bentuk buah

bulat, kulit buah matang berwarna ungu kehitaman, mengandung

tepung atau lilin yang tebal. Daging buah berwarna putih dan

berasa manis. Setiap dompolan berisi sekitar 35 buah dan bobot

(27)

D. Syarat Tumbuh

1. Suhu udara optimal 250 C-310 C

2. Kelembaban 40-60 % dan intensitas matahari 50-80 % 10-

12 jam sehari

3. Ketinggian tempat berkisar antara 1-800 m dpl

4. Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun

5. pH tanah 5,5-7,3. Jika pH tanah di bawa 5,5 perlu diberi

kapur untuk menaikan pH tanah.

6. Tekstur tanah lempung berpasir dengan kandungan lempung

30-50 %, pasir 30-50 %, dan liat 7-12 %.

(28)

Persyaratan

Penggunaan/Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

Pada dasarnya pertumbuhan anggur dibagi menjadi dua tipe

yaitu anggur dataran rendah dan anggur dataran sedang.

Tabel 2.2. Perbedaan tipe pertumbuhan anggur

(29)

Tipe

Hanya bebeberapa varietas di antaranya varietas Probilinggo Biru,

Probolinggo Putih, Situbondo Kuning, Isabela, Belgi, Australia,

anggur Bali (Alphonso lavalle) dan Delaware.

Menurut sistem informasi manajemen pembangunan di pedesaan,

BAPENAS, (2000) TTG budidaya pertanian, perbanyakan tanaman

anggur yang paling efektif adalah dengan menggunakan stek.

Pemilihan bibit stek yang baik sebagai berikut :

1. Panjang stek sekitar 25 cm, terdiri dari 2-3 ruas tunas yang

diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas 1

tahun.

2. Bentuknya bulat dengan diameter berukuran 1 cm

(30)

4. Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata

tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan tampak

memutih seperti kapuk.

Batang stek anggur akan tumbuh dengan baik di tempat

teduh dengan kelembaban 60-80 % dan suhu 150C–250C. Akar anggur akan muncul dalam kisaran 28–30 hari jika ditanam dalam kondisi yang sesuai. Setelah tunas tumbuh dan daun-daun mulai

tumbuh segar, lakukan pemangkasan daun dari yang paling bawah

(tertua) dan sisakan 4–5 daun yang muda untuk meredam penguapan dan menjaga keseimbangan antara kemampuan akar

dan perkembangan daun. Jika bibit anggur diperoleh dengan cara

membeli, sebaiknya dipersiapkan medianya sebelum pemesanan

sehingga setelah bibit sampai segera ditanam ke dalam pot. Bibit

stek yang siap ditanam dalam pot berumur 2 bulan setelah

pebibitan. Penanaman dilakukan diawal musim kemarau/saat panas

tinggi.

Budidaya anggur dapat dilakukan dengan menggunakan

pot. Diameter permukaan pot harus lebih besar dari dasar pot. Dari

berbagai macam jenis bahan pot yang lebih baik untuk tanaman

anggur adalah pot yang berbahan dasar tanah karena pada bagian

dasar pot dari tanah memiliki pori-pori yang dapat menyerap air,

(31)

menyiram dan tidak akan lembab jika terlalu banyak air saat

penyiraman.

Media yang cocok untuk anggur adalah tanah lempung

berpasir. Pasir digunakan untuk meningkatkan porositas dan

memudahkan akar tanaman untuk berkembang. Untuk

menghambat keluarnya air dari pot, bagian dasar pot sepertiganya

diisi dengan tanah gembur. Kemudian masukan media yang sudah

dicampur rata. Buat lubang ditengahnya untuk menanam bibit.

Lepaskan polybag dan masukan ke dalam lubang yang sudah

disediakan, atur posisi tanaman agar terlihat tegak, kemudian tutup

permukaan dengan media tanam dan menyiramnya. Setelah

penyiraman permukaan tanah akan menurun karena pemadatan

media tanam. Tempatkan tanaman tersebut di tempat yang terkena

sinar matahari secara penuh.

Penyiraman tanaman di dalam pot dilakukan setiap hari,

dan waktunya sore hari. Pada waktu penyiraman harus hati-hati

agar percikan air tidak merusak tanaman karena kondisi tanaman

masih lemah. Tanaman anggur sangat menyukai tanah lembab dan

udara yang kering selama masa pertumbuhan, bukan tanah yang

basah atau yang airnya menggenang (Nurfita, 2012). Ketika

hendak melakukan pemangkasan terapkan perlakuan stress air

dimana tanaman tidak disiram hingga media benar-benar kering

(32)

dilakukan normal kembali (Rahmat, 2011). Pemberian ajir pada

tanaman anggur sangat penting agar bibit tumbuh lurus, dan

sebagai penyangga bibit sampai tiba waktu pemangkasan pertama.

Ajir bisa berupa kayu/bamboo setebal 1,5 cm dengan panjang 1 m.

Dalam pertumbuhan tanaman anggur dengan sendirinya memanjat

ajir dengan bantuan sulur.

Pelihara salah satu batang primer, jika tumbuh tunas di

ketiak tangkai daun atau cabang sekunder segera dipotong untuk

mempercepat pertumbuhan batang primer. Pemangkasan pertama

dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh setinggi 50 cm dari

permukaan media. Dari pemangkasan ini akan tumbuh cabang

sekunder. Cabang sekunder dibiarkan tumbuh hingga 20 cm,

kemudian dipangkas lagi untuk memperoleh cabang tersier. Untuk

dirambatkan pada rambatan (sistem pagar). Dari cabang tersier ini

yang akan nantinya muncul buah (Nurfita, 2011). Untuk

mempercepat tumbuh buah dilakukan pemangkasan ranting yang

menyebabkan bunga keluar dari cabang tersier. Pemangkasan

hanya dilakukan pada cabang tersier dengan mata tunas yang

menonjol. Bunga yang keluar setelah pemangkasan akan mekar

dan menghasilkan buah-buah kecil berwarna hijau. Buah akan terus

berkambang dan mencapai pertumbuhan 105-110 hari setelah

(33)

Untuk memperoleh buah yang baik dengan ukuran yang

besar dilakukan penjarangan buah. Gunting bagian buah yang tidak

berkembang sempurna ketika tanaman sudah berumur 50–60 hari setelah pemangkasan untuk memberikan tempat bagi buah yang

sehat untuk tumbuh maksimal (Rahmat, 2011). Butiran buah yang

dijarangkan 50-70% dari total butiran yang dihasilkan. Bungkus

buah dengan menggunakan plastik untuk mencegah serangan hama

dan penyakit. Pada ujung plastik diberi lubang aerasi agar lalulintas

udara tetap lancar (Nurfita, 2012).

Umumnya tanaman anggur dipanen ketika buahnya

berumur empat bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara

memegang buah dan menggunting bagian tajuk paling atas dari

buah. Waktu panen sebaiknya diatur agar jatuh pada musim

kemarau, karena pada musim hujan kualitas buah yang dihasilkan

kurang bagus, yakni kulit buah retak, mudah pecah, dan buah

mudah membusuk. Dua minggu setelah panen dilakukan

pemangkasan lagi untuk mempercepat pembuahan kembali

(Rahmat, 2011)

Penggantian media tanam untuk mencegah tanaman

kekurangan nutrisi dilakukan 1-2 tahun sekali dengan media yang

baru. Komposisi media yang digunakan sama dengan media

(34)

F. Tanah

Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan

teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon

yang berkembang secara genetik. Proses pembentukan tanah atau

perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan,

pengurangan, perubahan atau translokasi (Henry, 1988).

Bahan-bahan mineral yang tidak padat terletak dipermukaan bumi akan

tetap mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor

genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim

(termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro)

dan topografi.

Bagi tanaman fungsi utama tanah adalah sebagai media

tumbuh yaitu sebagai tempat akar berpenetrasi selama cadangan

nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap

oleh akar-akar muda, kemudian bersama dengan makin

berkembangnya perakaran cadangan makanan ini akan menipis.

Untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar mulai menyerap

nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperti nitrogen, pospor,

kalium, magnesium, sulfur, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti

vitamin, hormon, dan asam-asam organik (Kemas, 2013).

Unsur-unsur hara akan tersedia melalui pelapukan dan pembusukan,

bahan organik atau melalui perombaakan. Tanah jarang sekali

(35)

elemen esensial sepanjang waktu sesuai dengan kuantitas yang

cukup bagi tanaman untuk dapat berproduksi dengan baik (Henry,

1988 ).

Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk

horizon-horizon (lapiasan-lapisan) yang berbeda baik dalam morfologi

seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik kimiawi dan

biologis sebagai bahan induk asal maupun bahan-bahan eksternal

berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di atasnya dan

mineral yang berasal dari letusan gunung api atau yang terbaawa

oleh aliran air. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung

pada ruang pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah

(tekstur dan struktur), sedangkan sabilitas ukuran ruang

terganntung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.

Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan air untuk

bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Warnah tanah

mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi,

intensitas pelindian, dan akumulasi bahan-bahan organik. Suhu

merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap

bahan-bahan penyusun tanah (Kemas, 2013)

Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun

tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif

(36)

yang didominasi pasir lebih banyak mempunyai pori-pori makro

(besar) atau lebih disebut poreus, yang didominasi debu, banyak

mempunyai pori-pori sedang atau agak poreus, dan yang

didomonasi liat banyak mrmpunyai pori-pori mikro (kecil) atau

tidak poreus.

Semakin poreus tanah akan semakin mudah air dan udara

untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik : air dan udara banyak

tersedia bagi tanaman) tetapi makin mudah air untuk hilang dari

tanah. Semakin tidak poreus tanah, semakin sulit akar untuk

berpenetrasi, serta air dan udara sulit bersirkulasi (darinase dan

aerasi buruk : air dan udara sedikit tersedia) tetapi air tidak mudah

hilang dari tanah. (Kemas, 2013). Pada umumnya unsur-unsur hara

yang lebih besar berisi partikel-partikel debu, pelapukannya lebih

cepat dari pada tanah berpasir. Hal ini menyebabkan tanah berdebu

lebih subur dari pada tanah berpasir. Tanah dengan kandungan liat

tinggi cenderung mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menahan

baik air maupun unsur-unsur hara yang tersedia (Henry, 1988).

Faraksi pasir pada umumnya didominasi oleh mineral

kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan

fraksi debu biasanya berasal dari mineral fledspar dan mika yang

cepat lapuk. Pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah

hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur

(37)

belum bergabung terutama yang bertekstur pasir disebut tanpa

struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat yang

terlihat massif (padu tanpa ruang pori, lembek jika basah, dan keras

jika kering) disebut juga tanah tanpa struktur. Oleh karena itu tanah

yang berstruktur baik akan mempunyai drainase dan aerasi yang

baik, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk

berpenetrasi dan mengabsorbsi (menyerap) hara dan air dengan

baik (Kemas, 2013).

Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap

tekanan gaya-gaya dari luar yang bekerja pada tanah selaras

dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan

menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan

kelanturan (plasticity), menjadi gembur (friable) dan lunak (soft),

serta menjadi keras dan kaku (coherent) pada saat kering.

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat

dan jumlah koloid organik maupun anorganik, sruktur, dan kadar

air tanah. Tanah berliat-silikat akan berplastisitas kuat ketimbang

tanah berpasir (Kemas, 2013).

Tanah yang didominasi oleh fraksi pasir akan menyebabkan

terbentuknya sedikit pori-pori makro (5.700 partikel per g tanah

terbentuk sekitar 1.400 pori makro) sehingga daya pegangnya

terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara

(38)

disebut juga pori aerasi dan drainase. Meskipun ketersediaan air

dan udara baik namun ketersediaan nutrisinya rendah.

Dominasi fraksi liat menyebabkan banyak terbentuknya

pori mikro (90.250,853 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar

22.500 juta pori mikro), sehingga daya pegang terhadap air sangat

kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera

terperangkap dan udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan

nutrisi baik, ketersediaan udara menjadi faktor pembatas

pertumbuhan tanaman dan mikroba tanah.

Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya

pori-pori meso dalam jumlah sedang (5,776 juta partikel per g

tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso), sehingga daya pegang

terhadap air cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup

mudah keluar masuk tanah, dan sebagian air tertahan. Sebagian

besar pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang

(Kemas, 2013).

Aerasi tanah berkaitan denagan kondisi tata udara (keluar

masuknya udara) dalam tanah. Brave (1951) mengemukakan akan

terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi

tanah akibat tertekannya pertumbuhan dan perkembangan akar

tanaman, respirasi akar, absorpsi (penyerapan) air dan unsur hara.

Menurut Lawtoncit Kohnke (1980), serapan hara yang paling

(39)

fosfor. Hal ini terkait dengan proses respirasi akar tanaman yang

menyerap O2 dari udara tanah dan melepaskan CO2, sehingga jika

aerasi buruk akan terjadi akumulasi CO2 dan defisit O2. Respirasi

akar dan aktivitas mikrobia aerobik (mutlak butuh oksigen) yang

terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu, maka penyerapan

hara melalui mekanisme aktif yang membutuhkan energi kimiawi

(ATP) hasil proses respirasi akan terhambat, sehingga menghambat

perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.

Khonke (1980) mengemukakan bahwa kadar CO2 pada

udara tanah bervariasi antara 0,1%-5,0% dan jika aerasi buruk

dapat mencapai hampir 20%. Pada kondisi tergenang (reduksi)

udara tanah juga mengandung banyak gas methan, hidrogen

sufilda, dan amoniak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar

CO2 dan O2 akan mneghambat aktivitas akar dan mikrobia, serta

diffusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar

O2. Henry D. Foth (1984) mengatakan, volume atmosfer berisi

sekitar 79% nitrogen (N), 21% oksigen (O2), dan 0,03%

karbondioksia (CO2). Respirasi akar dan organisme lain

membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbondioksida

(CO2). Hal ini menyebabkan konsentrasi karbondioksia (CO2)

dalam tanah 10–100 kali lebih besar daripada oksigen. Perbedaan tekanan kedua gas tersebut menyebabkan oksigen (O2) mengalir

(40)

(CO2) mengalir secara difusi dari tanah ke atmosfer. Difusi ini

untuk mencegah defisiensi oksigen (O2) maupun kelebihan

karbondioksida (CO2) sampai titik yang dapat mengakibatkan

keracunan pada tanaman.

Tabel. 2.3. Fator-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dan

Tanpa Terhambatnya

aktifitas akar dan mikrobia

Kadar air Tanah basah

Tanah kering Terbatasnya diffusi

Tekstur tanah

Tekstur halus

Tekstur kasar Terhambatnya laju diffusi, akibat lebih

Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh

tanaman sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Laju reaksi

(41)

temperatur. Laju optimum aktifitas biota tanah yang

menguntungkan terjadi pada temperatur 180–300C, seperti bakteri pengikat N (nitrogen) pada tanah berdrainase baik. Nitrifikasi

berlangsung optimum pada temperatur sekitar 300C. Pada

temperatur di atas 300C, lebih banyak nusur K- tertukar dibebaskan

ketimbang pada temperatur yang lebih rendah, sehingga

penyerapanya oleh akar juga meningkat. Pada temperatur di atas

400C, mikrobia umumnya menjadi inaktif. Curah hujan yang tinggi

akan menurunnkan temperatur tanah (Kemas, 2011).

Keseimbangan panas tanah terdiri dari perolehan dan

hilangnya energy panas. Radiasi matahari yang diterima di

permukaan tanah, sebagian kembali ke atmosfer dan sebagian lagi

diabsorbsi oleh permukaan tanah. Dari total radiasi matahari yang

sampai ke bumi kira-kira 34%, 19% diabsorbsi oleh atmosfer, dan

47% diabsorbsi oleh bumi. Panas yang diabsorbsi hilang dari

tanah karena (1) evaporasi air, (2) radiasi kembali kedalam

atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, (3) pemnasan udara

di atas tanah, dan (4) pemanasan tanah. Pada siang hari atau musim

panas, perolehan panas melebihi hilangnya panas dan temperatur

tanah meningkat (Henry, 1984).

Nilai pH (asam-basa) merupakan inidikator kesuburan

(42)

dalam tanah. Ketersediaan hara di dalam tanah memiliki empat

pola yaitu :

1. pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R) meliputi unsur N, Ca, Mg, Mn, Cu, dan Zn tetapi dengan kisaran nilai pH

pada (T) yang bervariasi. Ketersediaan N maksimum pada

pH 6,0–8,0, Ca dan Mg pada pH 7,0–8,5, serta Mn, Cu, Zn pada pH 5,0–6,5.

2. Pola rendah (R)-tinggi (T) terdiri dari unsur K, S, dan Mo,

dengan kisaran maksimum untuk K dan S pada pH 6,0 ke

atas dan Mo pada pH 7,0 ke atas.

3. Pola tinggi (T)–rendah (R) terdapat unsur Fe dengan ketersediaan maksimum pada pH 6,0 ke bawah.

4. Pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R)–tinggi (T) meliputi unsur P dan B, dengan ketersediaan maksimum untuk

keduanya pada pH 8,7 ke atas, tetapi ketersediaan

(43)

Tabel. 2.4. Hubungan pH dan ketersediaan hara dalam

tanah

Keterangan : simbol kotak (unsur mikro) dan kerucut (unsur

makro)

Pengaruh terbesar dari pH terhadap pertumbuhan tanaman

yaitu ketersediaan unsur hara. pH tanah dihubungkan dengan

(44)

persentase kejenuhan basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100%,

peningkatan pH disertai dengan peningkatan jumlah kalsium (Ca)

dan magnesium (Mg) di dalam larutan tanah. Unsur hara lain yang

ketersediaanya meningkat disertai dengan peningkatan pH adalah

molibdenum (Mo). Peningkatan molibdenum (Mo) menyebabkan

tanaman keracunan. Ketersediaan kalium (K) biasanya baik pada

tanah netral maupun tanah basa (alkali).

Ketersediaan atau kelarutan sejumlah nutrien tanaman

menurun dengan meningkatnya pH. besi (Fe) dan mangan (Mn)

umumnya kuarang banyak pada tanah berkapur. fosor (P) dan

boron (B) juga cendrung tidak tersedia dalam tanah yang sangat

masam. tembaga (Cu) dan seng (Zn) ketersediaannya baik pada

tanah basa (alkali) maupun tanah yang sangat masam. Secara

keseluruhan unsur hara tanaman, ketersediaannya dalam keadaan

baik ditemukan pada pH 6,5 pada tanah berstatus basa tinggi. pH

tanah basa rendah umumnya tidak melebihi 6,0 (Henry, 1984).

G. Tanah Paingan (Regosol Abu Vulkanik atau Aluvial)

Tanah yang berada di daerah Paingan tergolong dalam jenis

tanah abu vulkanik. Yang dimaksud dengan abu vulkanik yaitu

semua bahan atau material hasil erupsi gunung berapi/letusan

gunung berapi atau lahar, baik itu berupa abu/debu, pasir, kerikil,

(45)

sampai hitam. Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor (1982),

mengatakan bahwa tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik

dan tidak dijumpai horizon penciri lainnya kecuali okrik, hostol

atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60% pada kedalaman

25–100 cm dari permukaan tanah. Semakin cerah warnanya, semakin banyak kandungan siliknya (SiO2) semakin asam, dan

semakin kelam (hitam) warnanya semakin alkalis karena banyak

kandungan Mg.

Tanah ini kaya akan unsur hara, tetapi unsur hara N

(nitrogen) lebih rendah, karena unsur hara ini banyak berasal dari

bahan organik. Pasir dan debu mengandung banyak mineral yang

masih dapat lapuk seprti feldspars, cristobalite, volcanic glass,

amphiboles, hematite, magnetite/maghemite, quarts, dll (Haryono

dan Cahyono, 2009). Setelah mengalami perkembangan yang

cukup lama (5000-10.000 tahun), abu vulkanik akan berubah

menjadi tanah yang sangat subur yaitu tanah Andosol. Tanah ini

memiliki daya pegang air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan

air dan udara cukup mudah keluar-masuk ke dalam tanah, sebagian

air akan tertahan (Kemas, 2013).

H. Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils)

Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan gamping/batu

(46)

dalam retakan dan lubang-lubang. CO2 bereaksi dengan H2O

menghasilkan asam karbonat yang menyebabkan pelindian Ca dan

Mg dan menyisakan Fe teroksidasi dan Si mengendap. Dalam

sistem klaasifikasi tanah PPT-Bogor (1982), tanah mediteran

merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik dengan

kejenuhan basa lebih besar dari 50% dan tidak mempunyai horizon

albik.

Jenis tanah di Gunung Kidul berkembang dari formasi

karang (reefs) dengan tanah berwarna merah-coklat yang terbentuk

dari kerak yang tertimbun dalam retakan-retakan dan depresi.

Tanah ini merupakan penimbunan lempung (clay) di horizon

bawah. Lempung yang tertimbun tersebut berasal dari horizon atas

karena adanya gerakan air dari atas ke bawah (vertical), proses

eluviasi dan pelindihan (leaching). Selain itu adanya proses

liksivisasi dan tekstur lempung (berat) sehingga apabila kering

gumpalan sangat keras, dan jika basah sangat lekat.

Tanah tersebut terletak pada topografi berbukit dan

gunung. Jika hujan airnya cepat mengalir ke bawah dan tidak

menggenang, namun apabila terdapat cekungan airnya akan

menggenang dan membutuhkan waktu yang lama untuk

mengering. Pada umumnya memiliki solum yang dalamnya (1m),

reaksi tanahnya asam lemah hingga netral/sedikit alkalkis, dan

(47)

2009). Tanah ini memiliki daya pegang air sangat kuat. Kondisi ini

menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan

udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik,

ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan

tanaman (Kemas, 2013).

Tabel. 2.5. Sifat fisik tanah mediteran dari petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY.

(48)

Tabel. 2.6. Sifat kimia tanah mediteran dari petak 17

I. Pasir Pantai Samas (Regosol)

Tanah ini banyak terdapat di pantai selatan pulau Jawa

misalnya pantai Parang Teritis, Samas, Kulon Progo, Kebumen,

dan Cilacap yang pasirnya berasal dari vulkanik gunung Merapi.

Menurut Dudal dan Suparapthoharjo (1957) tanah regosol

merupakan tanah mudah yang berkembang dari bahan induk lepas

yamg bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan

profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah.

Bukit-bukit pasir yang terbenntuk dari pasir pantai berasal dari erosi dan

terbawa oleh sungai ke laut. Pasir yang ringan akan terbawa oleh

ombak dan terlempar jauh dari bibir pantai, sedangkan pasir yang

berat (partikelnya lebih besar) biasanya lebih hitam teronggok

dekat bibir pantai yang landai. Pasir yang kering dan ringan tertiup

angin kearah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi,

sehingga terbentuk deretan bukit pasir (Haryono dan Cahyono,

2009). Pasir memiliki daya pegangan terhadap air sangat lemah.

Kondisis ini menyebabkan air dan udara mudah keluar-masuk

(49)

ketersediaan air dan udaranya baik, ketersediaan nutrisi sangat

rendah (Kemas, 2013).

Kendala pasir pantai jika ditananami tanaman adalah :

1. Kemampuan menyimpan air sangat rendah

2. Unsur hara yang tersedia sangat rendah

3. Kandungan garam sangat tinggi

4. Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi sehingga

evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat

kekeringan.

Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan dengan :

1. Pemupukan dengan bahan organik (pupuk kandang, puupk

kompos, pupuk hijau) atau material lain yang menyimpan

banyak air seperti lempung dan pemberian mulsa pada

sekitar tanaman untuk mengurangi penguapan.

2. Membuat sumur untuk mengairi atau menyiram. Selain itu

memilih tanaman keras yang tahan terhadap kondisi kering

seperti cemara, nyamplung, dan akasia. Tanaman tersebut

baik sebagai penghijauan dan penahan angin untuk

melindungi tanaman pertanian. Unsur hara yang belum

tercukupi dipenuhi dengan cara pemupukan organik

(50)

Tabel. 2.7. Kandungan beberapa unsur hara (%) dan pH tanah pasir pantai (Entisols).

No

J. Hama dan Penyakit

Perkembangan hama dan penyakit dipengaruhi oleh faktor

ilkim baik secara langsung maupun tidak langsung. Temperatur,

kelembaban, udara relatif dan fotoperioditas berpengaruh langsung

terhadap siklus hidup, serta kemampuan diapause serangga. Iklim

ekstrim sering kali menstimulus beberapa hama dan penyakit untuk

berkembang dengan cepat. Suhu udara dan kelembaban yang

meningkat menyebabkan organisme pengganggu tanaman mudah

(51)

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme

Penggangu Tanaman).

Perubahan iklim akan mengacu berbagai pengaruh berbeda

terhadap jenis hama dan penyakit. Perkembangan hama dan

penyakit tanaman dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk yaitu

(1) eskalasi, di mana hama dan penyakit yang dulunya penting

menjadi makin merusak, atau tingkat kerusakannya menjadi lebih

besar, (2) perubahan status, dan (3) degradasi patogen yang

ditularkan melalui vektor perlu mendapat perhatian, kerusakan

tanaman akan meningkat akibat pathogen dan serangan vektornya.

Peningkatan suhu udara merangsang terjadinya ledakan vektor.

Penyakit yang penting ditularkan oleh vektor seperti virus kerdil

dan CVPD.

(Anonim,2009:http://hirupbagja.blogspot.com/2009/10/pengaruh-perubahan-iklim terhadap.html).

Gangguan hama dan penyakit pada tanaman anggur sangat

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah.

Pada serangan yang parah, tidak hanya menurunkan hasil tetapi

juga menyebabakan kematian tanaman anggur. Hama dan penyakit

tanaman anggur dapat menyerang akar, batang, daun, sulur, bunga,

dan buah. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan sedini

(52)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan

menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat,

dan variabel kontrol.

1. Variabel bebas adalah :

a. Tanah kapur dari Gunung Kidul

b. Tanah pasir dari pantai Samas

c. Tanah lempung berpasir dari Paingan

2. Variabel terikat adalah :

a. Tinggi tanaman

b. Jumlah daun

c. Diameter batang

3. Variabel kontrol adalah :

Air, suhu udara, kelembaban tanah, pupuk organik, umur

(53)

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat

Lahan penelitian terletak di sebelah selatan kampus III

Universitas Sanata Dharma, desa

Paingan-Maguwoharjo-Depok-Sleman-Yogyakarta

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4-6 bulan, dimulai

dari pertengahan Oktober 2013 sampai Februari 2014

C. Desain Penelitian

Desain penalitian ini menggunakan CRD atau disebut juga

RAL (Rancangan Acak Lengkap) satu faktorial yaitu faktor tanah

yang terdiri dari tiga taraf : tanah kapur Gunung Kidul, tanah pasir

pantai Samas, tanah lempung berpasir Paingan, dan kontrol. Tanah

merupakan variabel independen (variabel yang mempengaruhi),

sedangkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang

merupakan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)

(Ilhamzen 29 April 2013 dalam

(54)

Gambar. 3.1. rancangan CRD/RAL

D. Prosedur Percobaan

1. Penyiapan Lahan

a. Pembersihan lahan yang akan dijadikan sebagai tempat

penelitian

b. Lahan penelitian dipagari untuk menghindari gangguan

dari luar baik hewan maupun manusia

(55)

2. Penyiapan Media Tanah

a. Menyiapkan tanah kapur yang berasal dari Gunung

Kidul, tanah pasir yang berasal dari pantai Samas, dan

tanah lempung berpasir yang berada di sekitar lahan

penelitian yaitu desa Paingan.

b. Untuk masing-masing media tanah akan diberi perlakuan

yang berbeda seperti ;

a) Tanah Gunung Kidul akan dicampur dengan pupuk

kompos dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1.

Misalnya 2 ember tanah kapur, 1 ember pasir, dan 1

ember pupuk kompos.

b) Pasir pantai Samas akan dicampur dengan pupuk

kompos dengan perbandingan 3 : 1. Misalnya 3

ember pasir pantai dan 1 ember pupuk kompos

c) Tanah Paingan akan dicampur dengan pasir dan dan

pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1.

Misalnya 2 ember tanah lempung berpasir, 1 ember

pasir, dan 1 ember pupuk kompos.

d) Pasir pantai Samas dicampur dengan pupuk kompos

sebagai media kontrol dengan perbandingan 2 : 2 (1

ember pupuk kompos + pasir 1 ember)

c. Setelah semua media tercampur dengan merata, masukan

(56)

yang sudah di siapkan dengan takaran yang sama

masing-masing pot dua ember.

3. Penanaman Anggur

a. Lepaskan bibit dari polibag secara hati-hati dengan

mengikut sertakan medianya. Kemudian letakan bibit

tersebut ke dalam pot yang sudah tersedia.

b. Tanamlah bibit anggur tersebut ke dalam media, jangan

terlalu dalam, yang terpenting seluruh bagian tertimbun

media, kecuali bagian daunnya diusahakan berada di

bagian atas media.

c. Setelah ditanam dalam media, siram perlahan-lahan agar

semburan air tidak merusak media dan merobohkan bibit

yang masih lemah.

d. Tempatkan pot dengan baik, dengan jarak 2 x 2 meter

agar semua media dapat menerima cahaya matahari

dengan baik.

e. Setelah penanaman langsung di pasang ajir yang terbuat

(57)

Gambar. 3.2. skema peletakan pot

Keterangan gambar :

A : pasir pantai Samas

B : tanah Paingan

C : tanah Gunung Kidul

D : kontrol

A1, A2, A3 : replikasi pasir pantai Samas

B1, B2, B3 : replikasi tanah Paingan

C1, C2, C3 : replikasi tanah Gunung Kidul

D1, D2, D3 : replikasi kontrol

U : arah mata angin

B2

B3 C3

C2 C1

D3 D2 D1 B1

A1

A2

A3

(58)

4. Perawatan dan Pemeliharaan

a. Penyiraman rutin dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari

tergantung pada kondisi cuaca

b. Jika air yang digunakan mengandung kaporit,

diendapkan terlebih dahulu 2 x 24 jam supaya kadar

kaporitnya menurun.

c. Hindarkan dari hujan deras jika tanaman masih kecil

agar tidak patah.

d. Pemasangan media rambat menggunakan sistem pagar

20 cm

50 cm

Gambar. 3. 3. skema sistem pagar

e. Dalam media tumbuh yang terbatas, kandungan hara

dalam media tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman

anggur. Sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan

dosis sebagai berikut :

(59)

Tabel. 3.1. Pemupukan Daun dan Batang

Tabel. 3.2. Pemberantasan Hama

(60)

E. Teknik Pengambilan Data

a. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali yaitu

setiap hari Rabu dengan menggunakan meteran. Pengukuran

dimulai dari titik tumbuh pada pangkal batang primer hingga

ujung, kemudian diukur pula setiap cabang sekunder lalu

dijumlahkan.

b. Jumlah daun

Menghitung keseluruhan daun yang ada pada tanaman anggur

Alfonso lafalle seminggu sekali tepatnya pada hari Rabu.

c. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka

sorong yang dilakukan setiap minggu tepatnya pada hari Rabu.

Adapun data tambahan yang diambil untuk mendukung hasil

penelitian ini yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah

yang dilakukan setiap minggu sekali bersamaan dengan

pengambilan data di atas.

F. Cara Analisis Data

Analisi data dengan menggunakan uji F Anova dengan cara

1. Kelompokan data menurut perlakuan

2. Setiap perlakuan dihitung total perlakuan, rata-rata perlakuan,

(61)

Tabel. 3.3. Pengamatan Keseluruhan Perlakuan

Tabel. 3.4. Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun

(62)

Tabel. 3.5. Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman

Tabel. 3.6. Rata-rata Perlakuan Diameter Batang

Perlakua n

Rata-rata Diameter Batang Total Perlaku

Tabel. 3.7. Analisis Variansi

(63)

3. Menghitung df

a. Untuk menghitung df total = jumlah semua pengmatan – 1

b. df perlakuan = jumlah perlakuan – 1

c. df galat = df total – df perlakuan

4. Menghitung CF

a. CF total

5. Menghitung SS

b. SS total = ΣX2 - CF

c. SS perlakun = Σ (total perlakuan)2 : r – CF

d. SS galat = SS total – SS perlakuan

6. Menghitung MS

a. MS perlakuan = SS perlakuan : df perlakuan

b. MS galat = SS galat : df galat

7. F hitung = MS perlakuan : MS galat

8. Setelah mendapat nilai F hitung, bandingkan dengan F tabel.

9. Hitunglah koefisien variasi

Bandingkan F hitung dengan F tabel

a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1% maka perbedaan diantara

rerata perlakuan sangat signifikan

b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara

rerata perlakuan signifikan

c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara

(64)

G. Instrumen Penelitian

1. Alat

Pot, gembor, para-para, ember, thermometer, pH meter, hidrometer,

penggaris, meteran, skop, cangkul, dan parang.

2. Bahan

Bibit anggur, pupuk kompos, Lipotril, air, tanah kapur, tanah pasir,

tanah lempung berpasir dan peptisida (lanette).

H. Agenda Pelaksanaan

WAKTU

KEGIATAN

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan

proposal

skripsi dan

bimbingan

Penyiapan

lahan, alat dan

bahan

(65)

WAKTU

KEGIATAN

OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

MINGGU

KE

1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2

Perawatan

dan

pemeliharaan

Pengamatan

dan

pengambilan

data

Membuat

(66)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari hasil penelitian di lapangan (lampiran 1) ada beberapa fakta

yang ditemukan seperti pada tabel berikut.

Tabel.4.1. Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, Kelembaban, dan pH

Pengukuran pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan

tanaman anggur varietas Alfonso lafalle,melalui perhitungan menggunakan

uji F Anova (lampiran 2) menunjukan tidak ada perbedaan nyata pengaruh

ketiga jenis tanah terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso lafalle

baik tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hal ini dapat

dijelaskan sebagai berikut: Media

Tanam

Rata-rata

Tinggi (cm)

Jumlah Daun

Diameter

(mm) pH

rH (%)

Aluvial 288,67 48,33 5,06 6,38 34,66

Regosol 266,33 40,33 5,76 5,48 55,44

Mediteran 219,8 38,33 4,5 5,56 74,7

(67)

1. Tinggi tanaman

Gambar 4.1. diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman

Dari grafik di atas dapatdiketahui bahwa rata-rata total tinggi

tanaman lebih baik terdapat pada tanah Aluvial yaitu 288,67 kemudian

diikuti tanah Regosol 266,33, tanah Mediteran 219,8, dan yang

terakhir perlakuan kontrol yaitu 152,06.Untuk mengetahui

pertumbuhan setiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 4.2. grafikPertambahan Tinggi Tanaman Anggur setiap Minggu

ALUVIAL REGOSOL MEDITERAN KONTROL

(68)

Dalam minggu pertama keempat media belum menunjukan

adanya pertambahan meningkat.Dalam minggu kedua perlakuan

kontrol mulai mengalami pertambahan meningkat sedangkan ketiga

perlakuan lainnya baru mengalami pertambahan meningkat dalam

minggu ketiga.Kemungkinan yang terjadi ketiga media ini (Regosol,

Alluvial, dan Mediteran) masih beradaptasi dengan kondisi

setempat.Pada minggu kedelapan dan keempat belas perlakuan kontrol

mengalami kemerosotan pertumbuhan hingga mencapai minus

pertumbuhannya. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan

penyakit. Dapat disimpulkan bahwa ketiga perlakuan menghasilkan

pertumbuhan tanaman yang baik.Kadang pertumbuhanya sangat cepat

seperti pada media Aluvial dari minggu kesebelas hingga minggu

ketiga belas.Begitupun yang terjadi dengan media Regosol dan media

Mediteran.

2. Jumlah daun

(69)

Dari grafik rata-rata pertambahan jumlah daun di atas yang

cukup baik terdapat pada tanah Alluvial 48,33, kemudian diikuti

dengan tanah Regosol 40,33, tanah Mediteran 38,33, dan kontrol

34,33.Jumlah daun berkaitan erat dengan pertumbuhan tinggi

tanaman.Semakin baik perkembangan daun, proses fotosintesis

berjalan dengan baik sehingga energi yang dibutuhkan oleh tanaman

anggur tersedia dengan baik. Seperti pada hasil penelitian di atas,

rata-rata jumlah daun tanaman anggur pada tanah Aluvial lebih tinggi

sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibandingkan

dengan ketiga jenis perlakuan lainnya. Untuk mengetahui

pertambahan jumlah daun tanaman anggur setiap minggu, dapat

dilihat pada grafik di bawah ini.

(70)

Pada minggu pertama media kontrol dan media Aluvial sudah

mulai mengalami pertambahan jumlah daun, media Regosol mulai

mengalami pertambahan jumlah daun pada minggu kedua, dan media

Mediteran pada minggu ketiga.Mulai minggu ketujuh hingga minggu

kesembilanpertambahan jumlah daun pada keempat media mulai

mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama

dan penyakit. Namun pada minggu kesepuluh mulai terlihat jumlah

daun mulai mengalami peningkatan.Pada minggu ketiga belas media

Aluvial mulai menunjukan pertambahannyata jumlah daun.Pada

minggu keenam belas, keempat perlakuan kembali menunjukan

penurunan pertambahan jumlah daun yang cukup besar. Namun

dengan cepat terjadi adaptasi kembali untuk melawan hama dan

penyakitsehingga pada minggu ketujuh belas mulai terjadipeningkatan

pertumbuhan kembali.Hambatan yang paling besar dalam

pertambahan jumlah daun ini adalah hamadan penyakit.

3. Diameter batang

(71)

Dari ata-rata pertambahan diameter batang lebih baik

terdapat pada media Regosol yaitu 5,76 mm, kemudian diikuti dengan

media Aluvial 5,06 mm, media Mediteran 4,50 mm, dan media

kontrol 4,46 mm. Dari aspek yang diukur pada tanaman anggur,

media Aluvial mengungguli media lain dalam hal pertumbuhan tinggi

dan jumlah daun sedangkan untuk diameter batang media Regosol

yang lebih baik. Perbedaan diameter batang antara media Regosol

dengan media lainnya tidak terlalu besar. Untuk melihat pertambahan

diameter batang stiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 4.3. grafikPertambahan Diameter Batang setiap

Minggu

Pada minggu pertama, keempat media (tanah Regosol, tanah

Aluvial, tanah Mediteran, dan kontrol) mulai mengalami pertambahan

diameter batang.Pada minggu ketiga, keempat perlakuan ini

(72)

keempat.Pertumbuhan kembali mengalami peningkatan pada minggu

kelima hingga minggu ketujuh yang diungguli oleh media

Aluvial.Pada minggu kedelapan, semua perlakuan mengalami

penurunan pertambahan diameter batang.Penurunan paling besar

terdapat pada media Aluvial.Namun terjadi pertumbuhan kembali

pada minggu kesembilan.Dari minggu kesembilan hingga minggu

ketujuh belas hanya media Regosol yang konsisten dengan

pertambahan diameternya.Sementara ketiga perlakuan lainnya,

pertambahannya tidak tetap (naik dan turun). Kemungkinan yang

terjadi adalah bahwa naik dan turunnya pertambahan dimeter batang

lebih berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan serta hama dan

penyakit.

B. Pembahasan

Dari rata-rata keseluruhan parameter yang di ukur tanah Paingan

(Aluvial) mengalami pertambahan tinggi dan jumlah daun yang lebih baik.

Sementara untuk pertambahan diameter batang pasir pantai Samas

(Regosol) yang perkembangannnya lebih baik. Kenyataan yang terjadi di

lapangan cabang sekunder yang tumbuh lebih banyak pada tanah Regosol

sehingga membutuhkan diameter baatang yang besar untuk menahan

cabang-cabang yang lain.

Tanah merupakan media tumbuh bagi semua jenis tanaman.Jenis

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman .........................49
Tabel 2.1. Kriteria kelas kesesuaian lahan yang dapat
Tabel 2.2. Perbedaan tipe pertumbuhan anggur
Tabel. 2.3. Fator-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Masalah pada program search engine  Tidak ada artikel yang sesuai.. Discuss

Dengan menggunakan sampel 139 firm years dari perusahaan publik pada sektor manufaktur (dengan sub-industri sektor industri Dasar dan Kimia; Consumer Goods', dan

Kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Juli 2016 ada 4 (empat) kelompok komoditi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Penggunaan target/filter Mo/Mo dapat menghasilkan citra dengan kontras yang lebih baik karena energi spektrum sinar-X yang rendah, yaitu 20 keV. Pada energi sinar-X rendah

Berdasarkan konteks uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi penelitian dalam hal menganalisis kapasitas ruas jalan dengan menggunakan model hubungan

dari materi pelatihan, trainer, metode pelatihan, ketertarikan pribadi peserta pelatihan dan self-efficacy peserta pelatihan secara keseluruhan/secara bersarna-

Tabel 5.32 Tanggapan responden tentang pelatihan yang pernah dilakukan pemerintah dalam mengelola lahan agar lebih ekonomis kepada masyarakat.... 33 Tanggapan responden

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan ridha-Nya, sehingga Skripsi tentang Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis