ix ABSTRAK
Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soils), Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan
Anggur Varietas Alfonso Lafalle
Elias Lamanepa 101434007
Universitas Sanata Dharma
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setiap media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.
Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.
x ABSTRACT
The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)
Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety
Elias Lamanepa 101434007
Sanata Dharma University
This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.
The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.
There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.
(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)
TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Elias Lamanepa
NIM : 101434007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
(ALUVIAL), PASIR PANTAI SAMAS (REGOSOL)
TERHADAP PERTUMBUHAN ANGGUR VARIETAS ALFONSO LAFALLE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Elias Lamanepa
NIM : 101434007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
“
SEMANGAT MENGALAHKAN SKILL “
(ZEM)
Kupersembahkan karyaku ini untuk :
1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu Raya no’o Inak Yuliana Deran Manuk).
2. Adik-adiku yang terkasih (Dion, Simon dan Ina Boy)
3. Keluarga Bpk. Siprianus Peren Ola di Tangerang dan Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan
vii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat yang telah diberikan pada saya, sehingga skripsi saya yang
berjudul “Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soil),
Tanah Paingan (Aluvial), Pasir Pantai Sama (Regosol) terhadap Pertumbuhan
Anggur Varietas Alfonso Lafalle” dapat terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini dapat tersusun dengan baik atas bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Bapak Rohandi Ph.D selaku Dekan FKIP dan Bapak Dr. M. Andi Rudhito S.Pd selaku Ketua Jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. A. Tri Priantoro selaku Kepala Program Studi Pendidikan Biologi serta Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menyelesaikan pendidikan
4. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.
5. Ibu Hartini yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik
6. Kedua orang tuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan.
7. Keluarga bapak Siprianus Peren Ola dan keluarga bapak Dominkus Ola Rotok yang telah mendukung penulis dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi saya.
8. Adik-adiku tercinta, Dion Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan Simon Lamanepa yang selalu mendoakan penulis dalam menjalankan studi. 9. Kakak Fransiska Benga Ola dan Siprianus Snuken Medhon yang selalu
memberikan semangat dan inspirasi yang luar biasa buat penulis selama dibangku kuliah.
viii
Vita, Ardy, Veri, Ria Ongabelen, dan teman-teman Pendidikan Biologi 2010 atas kebersamaan dan cerita yang kita alami bersama.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
ix
ABSTRAK
Pengaruh Tiga Jenis Tanah, Tanah Gunung Kidul (Mediteran Soil), Tanah Paingan (Aluvia), Pasir Pantai Samas (Regosol) Terhadap Pertumbuhan
Anggur Varitas Alfonso Lafalle
Elias Lamanepa 101434007
Universitas Sanata Dharma
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle. Jenis tanah yang digunakan adalah tanah Regosol (pasir pantai Samas), tanah Aluvial (tanah Paingan), tanah Mediteran (tanah Gunung Kidul). Penelitian ini merupakan eksperimen. Dalam penelitian ini pengujian terhadap setip media dilakukan lewat tiga kali pengulangan dan ditambah dengan kontrol. Pengukuran pertumbuhan pada tanaman anggur dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang tanaman anggur. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan pengambilan data setiap seminggu sekali. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan statistik uji F anova.
Hasil penelitian dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pengaruh jenis tanah (Regosol, Aluvial, dan Mediteran) terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman anggur seperti pH, kelembaban, suhu, intensitas sinar matahari, kelembaban tanah, hama, dan penyakit.
x
ABSTRACT
The Influences Of Three Kinds Of Media Treatments Using Soil From, Gunung Kidul (Mediterans Soil), Paingan ( Aluvial), and Samas Beach Sand (Regosol)
Towards The Growth Of Grapes Alfonso Lafalle Variety
Elias Lamanepa 101434007
Sanata Dharma University
This research was conducted to measure the effects of three types of soil on the growth of grape Alfonso lafalle variety. The types of soil used are Regosol soil (the Samas beach,s sand), Aluvial soil (the soil of Paingan), and Mediterranean soil (the soil of Gunung Kidul). This study performed through three repetitions for measurement. The measurement of testing about the plant growth was done on about plant hight, number of leaves and stem diameter. This study was carried out for 4 month with data collection done in every other week.
The result of research and observation shows that there is no real different influence of the type of soil treatment on the growth of plant height, number of leaves, and stem diameter.
There are several factors assumed to cause the grape,s stunting such as pH, moisture, temperature, solar radiation, soil moisture, pests and disease.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
C. Morfologi Tanaman Anggur ... 8
D. Syarat Tumbuh ... 9
E. Tipe Anggur... 10
xii
A. Jenis Penelitian ... 34
1. Variabel Bebas ... 34
C. Desain Penelitian ... 35
D. Prosedur Percoaan ... 36
1. Penyiapan Lahan ... 36
2. Penyiapan Media Tanah ... 37
3. Penanaman Anggur ... 38
4. Perawatan dan Pemeliharaan ... 40
E. Pengambilan Data... ... 42
F. Cara Analisis Data ... 42
G. Instrumen Penelitian ... 46
1. Alat ... 46
2. Bahan ... 46
H. Agenda Pelaksanaan ... 46
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Hasil ... 48
C. Aplikasi Penelitian Dalam Pembelajaran ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan yang Dapat Digunakan
Sebagai Dasar dalam Perwilayahan Pengembangan Anggur ... 9
Tabel 2.2 Perbedaan Tipe Pertumbuhan Anggur ... 10
Tabel. 2.3 Fator-faktor yang Mempengaruhi Kadar Co2 dan O2 Tanah... 22
Tabel. 2.4 Hubungan pH dan Ketersediaan Hara dalam Tanah ... 25
Tabel. 2.5 Sifat Fisik Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY ... 29
Tabel. 2.6 Sifat Kimia Tanah Mediteran dari Petak 17 Wanagama I DIY ... 30
Tabel. 2.7 Kandungan Beberapa Unsur Hara (%) dan pH Tanah Pasir Pantai (Entisols) ... 32
Tabel. 3.1 Pemupukan Daun dan Batang ... 41
Tabel. 3.2 Pemberantasan Hama ... 41
Tabel. 3.3 Pengamatan Keseluruhan Perlakuan ... 43
Tabel. 3.4 Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun ... 43
Tabel. 3.5 Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman ... 44
Tabel. 3.6 Rata-rata Perlakuan Diameter Batang ... 44
Tabel. 3.7 Analisis Variansi ... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Rancangan CRD/RAL... 36
Gambar 3.2 Skema Peletakan Pot...39
Gambar 3.3 skema sistem pagar...40
Gambar 4.1 Diagram Rata-rata Pertambahan Tinggi Tanaman ...49
Gambar 4.2 Grafik Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Setiap Minggu ...49
Gambar 4.3 Diagram Rata-rata Pertambahan Jumlah Daun...50
Gambar 4.4 Grafik Pertambahan Jumlah Daun Setiap Minggu...51
Gambar 4.5 Diagram Rata-rata Diameter Batang ...52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ...69
Lampiran 2 Analisis Data Statistik ...75
Lampiran 3 Hama dan Penyakit ...80
Lampiran 4 Silabus ...95
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 101
Lampiran 6 Penilaian ... 107
Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa ... 116
Lampiran 8 Soal Post Test ... 119
Lampiran 9 Materi Ajar ... 121
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal ... 126
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis
yang memiliki keanekaragaman tanaman buah–buahan. Dibandingkan dengan kawasan sub tropis, Indonesia sebagai negara tropis
mempunyai beberapa keunggulan, disamping beberapa kelemahannya.
Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan
kawasan sub tropis. Akan tetapi panen anggur di kawasan sub tropis
hanya bisa sekali dalam setahun. Indonesia bisa hampir tiga kali, dan
saat panennya bisa diatur sepanjang tahun. Namun demikian Indonesia
belum mampu memenuhi kebutuhan permintaan anggur dari konsumen
sehingga masih mengimpor dari luar negeri.
Pengembangan anggur di Indonesia belum tersebar meluas
karena masih banyak petani yang belum mengetahui secara tepat
teknik budidaya anggur di daerah tropis yaitu dari ketinggian tempat,
jenis tanah, perawatan dan pemangkasan untuk pembungaan.
Perubahan iklim di Indonesia dengan curah hujan yang tinggi (tidak
menentu) saat ini membuat produksi buah anggur menurun, serta
banyak terserang penyakit. Budidaya anggur dipengaruhi oleh iklim,
jenis tanah dan ketinggian tempat. Peningkatan kejadian iklim
perubahan pola curah hujan yang berdampak pada pergeseran musim
dan pola tanam. Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin
meningkat mampu menstimulus pertumbuhan dan perkembangan
organisme pengganggu tanaman yang berdampak buruk terhadap
pertanian di Indonesia (Erni Susanti, F. Ramadhani, E. Runtunuwu, I.
Amien, 2009). Angin yang terlalu kencang kurang baik untuk
pertumbuhan anggur. Curah hujan yang berlebihan dapat
menimbulkan serangan hama dan penyakit dan dapat merusak bakal
bunga. Selain itu tanah yang baik pertumbuhan anggur mengandung
pasir, lempung berpasir, dan banyak mengandung humus dan hara
yang dibutuhkan
(
http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/teknikbudidaya-anggur.html).
Sentral Anggur di Indonesia terdapat di Jawa Timur (Kediri,
Probolinggo, Pasuruan, Situbondo), Bali dan Kupang (NTT). Bali
sampai ke NTB dan NTT sebenarnya potensial sebagai kawasan
pengembangan anggur. Sudah banyak varietas anggur yang
dikembangkan diantaranya yaitu Alicante, Golden Champion, Muscat
V Gross Colman, Carolin, Prabubestari, dan Alfonso lavalle (anggur
Bali). Anggur Bali (Alfonso lavalle) pada mulanya berasal dari daerah
Probolinggo, karena kalah pesat pengembangannya dengan di daerah
Bali sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alfonso
matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis tanah.
Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah terlebih
dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita, 2011).
Dalam budidaya tanaman anggur yang harus diperhatikan
adalah kondisi iklim dan kondisi tanah seperti yang telah diuraikan
diatas. Tidak semua jenis tanah dapat ditumbuhi oleh tanaman anggur
dengan baik. Maka dalam penelitian ini menggunakan media tanah
berbeda yang berasal dari tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung
Kidul (mediteran soil), dan pasir pantai Samas (regosol). Untuk
memenuhi pertumbuhan anggur yang baik, ketiga jenis tanah ini
dicampur dengan pasir dan pupuk kompos + kascing dengan
perbandingan 2 : 1 : 1. Kompos + kascing sebagai tambahan unsur
hara makro dan mikro, sedangkan pasir sebagai aerasi dan drainase
terhadap unsur hara secara secara vertikal kearah perakaran. Penelitian
ini bermaksud mengetahui dari ketiga jenis tanah tersebut, tanah mana
yang lebih baik untuk pertumbuhan dan pekembangan tanaman
anggur.
Penelitian ini merupakan penelitian payung yaitu masih
menggunakan jenis tanah dan varietas anggur yang sama namun
berbeda perlakuan yaitu dengan menambahkan pupuk Nopkor.
Dengan penelitian ini menunjukan adanya perbedaan pertumbuhan
antara penggunaan Nopkor dan tanpa menggunakan Nopkor. Hasil
Nopkor. Sehingga dapat diketahui tanah mana yang lebih baik untuk
pertumbuhan anggur dan pengaruh dari pupuk Nopkor terhadap
pertumbuhan varietas Alfonso lafalle.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh berbeda dari tanah Paingan (Aluvial),
tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol)
terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman, dan diameter
batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle ?
C.Batasan masalah
Adapun masalah-masalah yang dibatasi untuk diteliti yaitu
pengaruh dari ketiga jenis tanah (tanah Paingan, tanah Gunung Kidul,
pasir pantai Samas) dengan parameter pengukuran tinggi tanaman,
jumlah daun, dan diameter batang.
D. Hipotesis
Ada pengaruh tanah Paingan (Aluvial), tanah Gunung
Kidul (Maditeran), pasir pantai Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan
tanaman anggur Bali (Alfonso lafalle) yang diukur dari jumlah daun,
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh ketiga jenis tanah yaitu tanah
Paingan (Aluvial), tanah Gunung Kidul (Maditeran), pasir pantai
Samas (Regosol) terhadap pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman,
dan diameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Memenuhi tugas akhir
b. Menambah pengetahuan baru dibidang pertanian dan
budidaya tanaman khususnya tanaman anggur
2. Bagi masyarakat
Sebagai inovasi baru dalam pemanfaatan lahan kapur dan lahan
pasir untuk pembudidayaan anggur
3. Bagi dunia pendidikan
a. Memberikan kontribusi pengetahuan ilmiah dibidang
pertanian.
b. Mengembangkan keterampilan proses ilmiah dalam
membantu siswa mengenal dan memahami persoalan
6 BAB II
DASAR TEORI
A. Sejarah Tanaman Anggur
Tanaman anggur (Vitis vinivera L) merupakan jenis
tanaman buah yang berasal dari Timur Tengah tepatnya di
Mezopotania dikenal sejak tahun 4000 sebelum Masehi. Tanaman
ini merupakan tanaman buah perdu yang merambat yang termasuk
dalam keluarga Vitaceae. Anggur masuk ke Indonesia sejak awal
abad ke 18 dan dibawa langsung oleh orang Eropa (Niluh,
Waeniati, Muslimin, Suwastika, 2012 : Jurnal Natural Science).
Dari Mesir budidaya dan teknologi pengolahan anggur
masuk ke Yunani dan menyebar ke daerah Laut Hitam sampai
Spanyol, Jerman, Prancis, dan Austria. Oleh Colombus, tanaman
anggur disebarkan ke Meksiko, Amerika Selatan, Afrika Selatan,
Asia termasuk Indonesia. Penyebaran ini juga menjadikan buah
anggur memiliki beberapa sebutan, seperti grape di Eropa dan
Amerika, putao di Cina, dan anggur di Indonesia (Garjito dan
Saifudin, 2011).
Anggur mulai berkembang di Indonesia seiring dengan
dikeluarkannya kebijakan pemerintah untuk mengurangi impor
anggur melalui surat keputusan mentri perdagangan dan koperasi
cukup propektif karena kondisi iklim dan tanah dapat mendukung
tanaman tumbuh dan berproduksi optimal (Nurvita, 2011).
Anggur Bali (Alphonso lavalle) pada mulanya berasal dari
daerah Probolinggo. Begitu pesat pengembangannya di daerah Bali
sehingga disebut dengan anggur Bali. Anggur Bali (Alphonso
lavalle) sangat cocok dibudidayakan di tempat terbuka dengan
sinar matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh disegala jenis
tanah. Meskipun demikian, tanah yang tidak baik harus diolah
terlebih dahulu untuk memenuhi syarat pertumbuhan (Nurvita,
2011).
B. Klasifikasi Tanaman Anggur
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyte (tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliophya (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Rhamnales
Family : Vitaceae
C. Morfologi Tanaman Anggur Varietas Alfonso Lafalle
Tanaman anggur
merupakan salah satu
tumbuhan yang berbentuk
semak, tinggi tanamannya bisa
mencapai 15 meter, berakar
tunggang. Batang berkayu,
silindris, dan menjalar.
Daunnya tunggal, tersusun
berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat hingga jorong,
panjangnya 10–16 cm, lebarnya 8–14 cm, helaian daun tipis tegar, bagian pangkalnya berlekuk (bertoreh), tepi daun bergerigi
(dentatus), torehan daunnya agak masuk membagi daun menjadi
tiga bagian. Bunga majemuk muncul di ketiak daun (axilaris),
kelopak berbentuk mangkuk (urceolatus) berwarna hijau, daun
mahkota berlekatan (gamopetelus) (Nurvita, 2011). Bentuk buah
bulat, kulit buah matang berwarna ungu kehitaman, mengandung
tepung atau lilin yang tebal. Daging buah berwarna putih dan
berasa manis. Setiap dompolan berisi sekitar 35 buah dan bobot
D. Syarat Tumbuh
1. Suhu udara optimal 250 C-310 C
2. Kelembaban 40-60 % dan intensitas matahari 50-80 % 10-
12 jam sehari
3. Ketinggian tempat berkisar antara 1-800 m dpl
4. Curah hujan rata-rata 800 mm per tahun
5. pH tanah 5,5-7,3. Jika pH tanah di bawa 5,5 perlu diberi
kapur untuk menaikan pH tanah.
6. Tekstur tanah lempung berpasir dengan kandungan lempung
30-50 %, pasir 30-50 %, dan liat 7-12 %.
Persyaratan
Penggunaan/Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan
Pada dasarnya pertumbuhan anggur dibagi menjadi dua tipe
yaitu anggur dataran rendah dan anggur dataran sedang.
Tabel 2.2. Perbedaan tipe pertumbuhan anggur
Tipe
Hanya bebeberapa varietas di antaranya varietas Probilinggo Biru,
Probolinggo Putih, Situbondo Kuning, Isabela, Belgi, Australia,
anggur Bali (Alphonso lavalle) dan Delaware.
Menurut sistem informasi manajemen pembangunan di pedesaan,
BAPENAS, (2000) TTG budidaya pertanian, perbanyakan tanaman
anggur yang paling efektif adalah dengan menggunakan stek.
Pemilihan bibit stek yang baik sebagai berikut :
1. Panjang stek sekitar 25 cm, terdiri dari 2-3 ruas tunas yang
diambil dari pohon induk yang sudah berumur di atas 1
tahun.
2. Bentuknya bulat dengan diameter berukuran 1 cm
4. Mata tunas sehat berukuran besar dan tampak padat. Mata
tunas yang tidak sehat ukurannya kecil dan tampak
memutih seperti kapuk.
Batang stek anggur akan tumbuh dengan baik di tempat
teduh dengan kelembaban 60-80 % dan suhu 150C–250C. Akar anggur akan muncul dalam kisaran 28–30 hari jika ditanam dalam kondisi yang sesuai. Setelah tunas tumbuh dan daun-daun mulai
tumbuh segar, lakukan pemangkasan daun dari yang paling bawah
(tertua) dan sisakan 4–5 daun yang muda untuk meredam penguapan dan menjaga keseimbangan antara kemampuan akar
dan perkembangan daun. Jika bibit anggur diperoleh dengan cara
membeli, sebaiknya dipersiapkan medianya sebelum pemesanan
sehingga setelah bibit sampai segera ditanam ke dalam pot. Bibit
stek yang siap ditanam dalam pot berumur 2 bulan setelah
pebibitan. Penanaman dilakukan diawal musim kemarau/saat panas
tinggi.
Budidaya anggur dapat dilakukan dengan menggunakan
pot. Diameter permukaan pot harus lebih besar dari dasar pot. Dari
berbagai macam jenis bahan pot yang lebih baik untuk tanaman
anggur adalah pot yang berbahan dasar tanah karena pada bagian
dasar pot dari tanah memiliki pori-pori yang dapat menyerap air,
menyiram dan tidak akan lembab jika terlalu banyak air saat
penyiraman.
Media yang cocok untuk anggur adalah tanah lempung
berpasir. Pasir digunakan untuk meningkatkan porositas dan
memudahkan akar tanaman untuk berkembang. Untuk
menghambat keluarnya air dari pot, bagian dasar pot sepertiganya
diisi dengan tanah gembur. Kemudian masukan media yang sudah
dicampur rata. Buat lubang ditengahnya untuk menanam bibit.
Lepaskan polybag dan masukan ke dalam lubang yang sudah
disediakan, atur posisi tanaman agar terlihat tegak, kemudian tutup
permukaan dengan media tanam dan menyiramnya. Setelah
penyiraman permukaan tanah akan menurun karena pemadatan
media tanam. Tempatkan tanaman tersebut di tempat yang terkena
sinar matahari secara penuh.
Penyiraman tanaman di dalam pot dilakukan setiap hari,
dan waktunya sore hari. Pada waktu penyiraman harus hati-hati
agar percikan air tidak merusak tanaman karena kondisi tanaman
masih lemah. Tanaman anggur sangat menyukai tanah lembab dan
udara yang kering selama masa pertumbuhan, bukan tanah yang
basah atau yang airnya menggenang (Nurfita, 2012). Ketika
hendak melakukan pemangkasan terapkan perlakuan stress air
dimana tanaman tidak disiram hingga media benar-benar kering
dilakukan normal kembali (Rahmat, 2011). Pemberian ajir pada
tanaman anggur sangat penting agar bibit tumbuh lurus, dan
sebagai penyangga bibit sampai tiba waktu pemangkasan pertama.
Ajir bisa berupa kayu/bamboo setebal 1,5 cm dengan panjang 1 m.
Dalam pertumbuhan tanaman anggur dengan sendirinya memanjat
ajir dengan bantuan sulur.
Pelihara salah satu batang primer, jika tumbuh tunas di
ketiak tangkai daun atau cabang sekunder segera dipotong untuk
mempercepat pertumbuhan batang primer. Pemangkasan pertama
dilakukan ketika tanaman sudah tumbuh setinggi 50 cm dari
permukaan media. Dari pemangkasan ini akan tumbuh cabang
sekunder. Cabang sekunder dibiarkan tumbuh hingga 20 cm,
kemudian dipangkas lagi untuk memperoleh cabang tersier. Untuk
dirambatkan pada rambatan (sistem pagar). Dari cabang tersier ini
yang akan nantinya muncul buah (Nurfita, 2011). Untuk
mempercepat tumbuh buah dilakukan pemangkasan ranting yang
menyebabkan bunga keluar dari cabang tersier. Pemangkasan
hanya dilakukan pada cabang tersier dengan mata tunas yang
menonjol. Bunga yang keluar setelah pemangkasan akan mekar
dan menghasilkan buah-buah kecil berwarna hijau. Buah akan terus
berkambang dan mencapai pertumbuhan 105-110 hari setelah
Untuk memperoleh buah yang baik dengan ukuran yang
besar dilakukan penjarangan buah. Gunting bagian buah yang tidak
berkembang sempurna ketika tanaman sudah berumur 50–60 hari setelah pemangkasan untuk memberikan tempat bagi buah yang
sehat untuk tumbuh maksimal (Rahmat, 2011). Butiran buah yang
dijarangkan 50-70% dari total butiran yang dihasilkan. Bungkus
buah dengan menggunakan plastik untuk mencegah serangan hama
dan penyakit. Pada ujung plastik diberi lubang aerasi agar lalulintas
udara tetap lancar (Nurfita, 2012).
Umumnya tanaman anggur dipanen ketika buahnya
berumur empat bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara
memegang buah dan menggunting bagian tajuk paling atas dari
buah. Waktu panen sebaiknya diatur agar jatuh pada musim
kemarau, karena pada musim hujan kualitas buah yang dihasilkan
kurang bagus, yakni kulit buah retak, mudah pecah, dan buah
mudah membusuk. Dua minggu setelah panen dilakukan
pemangkasan lagi untuk mempercepat pembuahan kembali
(Rahmat, 2011)
Penggantian media tanam untuk mencegah tanaman
kekurangan nutrisi dilakukan 1-2 tahun sekali dengan media yang
baru. Komposisi media yang digunakan sama dengan media
F. Tanah
Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan
teratur yang unik yang terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon
yang berkembang secara genetik. Proses pembentukan tanah atau
perkembangan horison dapat dilihat sebagai penambahan,
pengurangan, perubahan atau translokasi (Henry, 1988).
Bahan-bahan mineral yang tidak padat terletak dipermukaan bumi akan
tetap mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, iklim
(termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro)
dan topografi.
Bagi tanaman fungsi utama tanah adalah sebagai media
tumbuh yaitu sebagai tempat akar berpenetrasi selama cadangan
nutrisi (hara) masih tersedia di dalam benih, hanya air yang diserap
oleh akar-akar muda, kemudian bersama dengan makin
berkembangnya perakaran cadangan makanan ini akan menipis.
Untuk melengkapi kebutuhannya maka akar-akar mulai menyerap
nutrisi baik berupa ion-ion anorganik seperti nitrogen, pospor,
kalium, magnesium, sulfur, serta zat-zat pemacu tumbuh seperti
vitamin, hormon, dan asam-asam organik (Kemas, 2013).
Unsur-unsur hara akan tersedia melalui pelapukan dan pembusukan,
bahan organik atau melalui perombaakan. Tanah jarang sekali
elemen esensial sepanjang waktu sesuai dengan kuantitas yang
cukup bagi tanaman untuk dapat berproduksi dengan baik (Henry,
1988 ).
Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk
horizon-horizon (lapiasan-lapisan) yang berbeda baik dalam morfologi
seperti ketebalan dan warnanya, maupun karakteristik kimiawi dan
biologis sebagai bahan induk asal maupun bahan-bahan eksternal
berupa bahan organik sisa-sisa biota yang hidup di atasnya dan
mineral yang berasal dari letusan gunung api atau yang terbaawa
oleh aliran air. Kemudahan tanah untuk dipenetrasi tergantung
pada ruang pori-pori yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah
(tekstur dan struktur), sedangkan sabilitas ukuran ruang
terganntung pada konsistensi tanah terhadap pengaruh tekanan.
Kerapatan porositas tersebut menentukan kemudahan air untuk
bersirkulasi dengan udara (drainase dan aerasi). Warnah tanah
mencerminkan jenis mineral penyusun tanah, reaksi kimiawi,
intensitas pelindian, dan akumulasi bahan-bahan organik. Suhu
merupakan indikator energi matahari yang dapat diserap
bahan-bahan penyusun tanah (Kemas, 2013)
Tekstur tanah menunjukan komposisi partikel penyusun
tanah yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif
yang didominasi pasir lebih banyak mempunyai pori-pori makro
(besar) atau lebih disebut poreus, yang didominasi debu, banyak
mempunyai pori-pori sedang atau agak poreus, dan yang
didomonasi liat banyak mrmpunyai pori-pori mikro (kecil) atau
tidak poreus.
Semakin poreus tanah akan semakin mudah air dan udara
untuk bersirkulasi (drainase dan aerasi baik : air dan udara banyak
tersedia bagi tanaman) tetapi makin mudah air untuk hilang dari
tanah. Semakin tidak poreus tanah, semakin sulit akar untuk
berpenetrasi, serta air dan udara sulit bersirkulasi (darinase dan
aerasi buruk : air dan udara sedikit tersedia) tetapi air tidak mudah
hilang dari tanah. (Kemas, 2013). Pada umumnya unsur-unsur hara
yang lebih besar berisi partikel-partikel debu, pelapukannya lebih
cepat dari pada tanah berpasir. Hal ini menyebabkan tanah berdebu
lebih subur dari pada tanah berpasir. Tanah dengan kandungan liat
tinggi cenderung mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menahan
baik air maupun unsur-unsur hara yang tersedia (Henry, 1988).
Faraksi pasir pada umumnya didominasi oleh mineral
kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, sedangkan
fraksi debu biasanya berasal dari mineral fledspar dan mika yang
cepat lapuk. Pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah
hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur
belum bergabung terutama yang bertekstur pasir disebut tanpa
struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah bertekstur liat yang
terlihat massif (padu tanpa ruang pori, lembek jika basah, dan keras
jika kering) disebut juga tanah tanpa struktur. Oleh karena itu tanah
yang berstruktur baik akan mempunyai drainase dan aerasi yang
baik, sehingga lebih memudahkan system perakaran tanaman untuk
berpenetrasi dan mengabsorbsi (menyerap) hara dan air dengan
baik (Kemas, 2013).
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap
tekanan gaya-gaya dari luar yang bekerja pada tanah selaras
dengan tingkat kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan
menyebabkan tanah kehilangan sifat kelekatan (stickness) dan
kelanturan (plasticity), menjadi gembur (friable) dan lunak (soft),
serta menjadi keras dan kaku (coherent) pada saat kering.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat
dan jumlah koloid organik maupun anorganik, sruktur, dan kadar
air tanah. Tanah berliat-silikat akan berplastisitas kuat ketimbang
tanah berpasir (Kemas, 2013).
Tanah yang didominasi oleh fraksi pasir akan menyebabkan
terbentuknya sedikit pori-pori makro (5.700 partikel per g tanah
terbentuk sekitar 1.400 pori makro) sehingga daya pegangnya
terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara
disebut juga pori aerasi dan drainase. Meskipun ketersediaan air
dan udara baik namun ketersediaan nutrisinya rendah.
Dominasi fraksi liat menyebabkan banyak terbentuknya
pori mikro (90.250,853 juta partikel per g tanah terbentuk sekitar
22.500 juta pori mikro), sehingga daya pegang terhadap air sangat
kuat. Kondisi ini menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera
terperangkap dan udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan
nutrisi baik, ketersediaan udara menjadi faktor pembatas
pertumbuhan tanaman dan mikroba tanah.
Dominasi fraksi debu akan menyebabkan terbentuknya
pori-pori meso dalam jumlah sedang (5,776 juta partikel per g
tanah terbentuk sekitar 1.250 pori meso), sehingga daya pegang
terhadap air cukup kuat. Hal ini menyebabkan air dan udara cukup
mudah keluar masuk tanah, dan sebagian air tertahan. Sebagian
besar pori terisi oleh udara dan air dalam jumlah yang seimbang
(Kemas, 2013).
Aerasi tanah berkaitan denagan kondisi tata udara (keluar
masuknya udara) dalam tanah. Brave (1951) mengemukakan akan
terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanah akibat tertekannya pertumbuhan dan perkembangan akar
tanaman, respirasi akar, absorpsi (penyerapan) air dan unsur hara.
Menurut Lawtoncit Kohnke (1980), serapan hara yang paling
fosfor. Hal ini terkait dengan proses respirasi akar tanaman yang
menyerap O2 dari udara tanah dan melepaskan CO2, sehingga jika
aerasi buruk akan terjadi akumulasi CO2 dan defisit O2. Respirasi
akar dan aktivitas mikrobia aerobik (mutlak butuh oksigen) yang
terlibat dalam penyediaan hara akan terganggu, maka penyerapan
hara melalui mekanisme aktif yang membutuhkan energi kimiawi
(ATP) hasil proses respirasi akan terhambat, sehingga menghambat
perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman.
Khonke (1980) mengemukakan bahwa kadar CO2 pada
udara tanah bervariasi antara 0,1%-5,0% dan jika aerasi buruk
dapat mencapai hampir 20%. Pada kondisi tergenang (reduksi)
udara tanah juga mengandung banyak gas methan, hidrogen
sufilda, dan amoniak. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar
CO2 dan O2 akan mneghambat aktivitas akar dan mikrobia, serta
diffusi yang menyebabkan naiknya kadar CO2 dan turunnya kadar
O2. Henry D. Foth (1984) mengatakan, volume atmosfer berisi
sekitar 79% nitrogen (N), 21% oksigen (O2), dan 0,03%
karbondioksia (CO2). Respirasi akar dan organisme lain
membutuhkan oksigen (O2) dan menghasilkan karbondioksida
(CO2). Hal ini menyebabkan konsentrasi karbondioksia (CO2)
dalam tanah 10–100 kali lebih besar daripada oksigen. Perbedaan tekanan kedua gas tersebut menyebabkan oksigen (O2) mengalir
(CO2) mengalir secara difusi dari tanah ke atmosfer. Difusi ini
untuk mencegah defisiensi oksigen (O2) maupun kelebihan
karbondioksida (CO2) sampai titik yang dapat mengakibatkan
keracunan pada tanaman.
Tabel. 2.3. Fator-faktor yang mempengaruhi kadar CO2 dan
Tanpa Terhambatnya
aktifitas akar dan mikrobia
Kadar air Tanah basah
Tanah kering Terbatasnya diffusi
Tekstur tanah
Tekstur halus
Tekstur kasar Terhambatnya laju diffusi, akibat lebih
Temperatur tanah merupakan salah satu faktor tumbuh
tanaman sebagaimana halnya air, udara dan unsur hara. Laju reaksi
temperatur. Laju optimum aktifitas biota tanah yang
menguntungkan terjadi pada temperatur 180–300C, seperti bakteri pengikat N (nitrogen) pada tanah berdrainase baik. Nitrifikasi
berlangsung optimum pada temperatur sekitar 300C. Pada
temperatur di atas 300C, lebih banyak nusur K- tertukar dibebaskan
ketimbang pada temperatur yang lebih rendah, sehingga
penyerapanya oleh akar juga meningkat. Pada temperatur di atas
400C, mikrobia umumnya menjadi inaktif. Curah hujan yang tinggi
akan menurunnkan temperatur tanah (Kemas, 2011).
Keseimbangan panas tanah terdiri dari perolehan dan
hilangnya energy panas. Radiasi matahari yang diterima di
permukaan tanah, sebagian kembali ke atmosfer dan sebagian lagi
diabsorbsi oleh permukaan tanah. Dari total radiasi matahari yang
sampai ke bumi kira-kira 34%, 19% diabsorbsi oleh atmosfer, dan
47% diabsorbsi oleh bumi. Panas yang diabsorbsi hilang dari
tanah karena (1) evaporasi air, (2) radiasi kembali kedalam
atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, (3) pemnasan udara
di atas tanah, dan (4) pemanasan tanah. Pada siang hari atau musim
panas, perolehan panas melebihi hilangnya panas dan temperatur
tanah meningkat (Henry, 1984).
Nilai pH (asam-basa) merupakan inidikator kesuburan
dalam tanah. Ketersediaan hara di dalam tanah memiliki empat
pola yaitu :
1. pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R) meliputi unsur N, Ca, Mg, Mn, Cu, dan Zn tetapi dengan kisaran nilai pH
pada (T) yang bervariasi. Ketersediaan N maksimum pada
pH 6,0–8,0, Ca dan Mg pada pH 7,0–8,5, serta Mn, Cu, Zn pada pH 5,0–6,5.
2. Pola rendah (R)-tinggi (T) terdiri dari unsur K, S, dan Mo,
dengan kisaran maksimum untuk K dan S pada pH 6,0 ke
atas dan Mo pada pH 7,0 ke atas.
3. Pola tinggi (T)–rendah (R) terdapat unsur Fe dengan ketersediaan maksimum pada pH 6,0 ke bawah.
4. Pola rendah (R)–tinggi (T)–rendah (R)–tinggi (T) meliputi unsur P dan B, dengan ketersediaan maksimum untuk
keduanya pada pH 8,7 ke atas, tetapi ketersediaan
Tabel. 2.4. Hubungan pH dan ketersediaan hara dalam
tanah
Keterangan : simbol kotak (unsur mikro) dan kerucut (unsur
makro)
Pengaruh terbesar dari pH terhadap pertumbuhan tanaman
yaitu ketersediaan unsur hara. pH tanah dihubungkan dengan
persentase kejenuhan basa. Jika kejenuhan basa kurang dari 100%,
peningkatan pH disertai dengan peningkatan jumlah kalsium (Ca)
dan magnesium (Mg) di dalam larutan tanah. Unsur hara lain yang
ketersediaanya meningkat disertai dengan peningkatan pH adalah
molibdenum (Mo). Peningkatan molibdenum (Mo) menyebabkan
tanaman keracunan. Ketersediaan kalium (K) biasanya baik pada
tanah netral maupun tanah basa (alkali).
Ketersediaan atau kelarutan sejumlah nutrien tanaman
menurun dengan meningkatnya pH. besi (Fe) dan mangan (Mn)
umumnya kuarang banyak pada tanah berkapur. fosor (P) dan
boron (B) juga cendrung tidak tersedia dalam tanah yang sangat
masam. tembaga (Cu) dan seng (Zn) ketersediaannya baik pada
tanah basa (alkali) maupun tanah yang sangat masam. Secara
keseluruhan unsur hara tanaman, ketersediaannya dalam keadaan
baik ditemukan pada pH 6,5 pada tanah berstatus basa tinggi. pH
tanah basa rendah umumnya tidak melebihi 6,0 (Henry, 1984).
G. Tanah Paingan (Regosol Abu Vulkanik atau Aluvial)
Tanah yang berada di daerah Paingan tergolong dalam jenis
tanah abu vulkanik. Yang dimaksud dengan abu vulkanik yaitu
semua bahan atau material hasil erupsi gunung berapi/letusan
gunung berapi atau lahar, baik itu berupa abu/debu, pasir, kerikil,
sampai hitam. Dalam sistem klasifikasi tanah PPT-Bogor (1982),
mengatakan bahwa tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik
dan tidak dijumpai horizon penciri lainnya kecuali okrik, hostol
atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60% pada kedalaman
25–100 cm dari permukaan tanah. Semakin cerah warnanya, semakin banyak kandungan siliknya (SiO2) semakin asam, dan
semakin kelam (hitam) warnanya semakin alkalis karena banyak
kandungan Mg.
Tanah ini kaya akan unsur hara, tetapi unsur hara N
(nitrogen) lebih rendah, karena unsur hara ini banyak berasal dari
bahan organik. Pasir dan debu mengandung banyak mineral yang
masih dapat lapuk seprti feldspars, cristobalite, volcanic glass,
amphiboles, hematite, magnetite/maghemite, quarts, dll (Haryono
dan Cahyono, 2009). Setelah mengalami perkembangan yang
cukup lama (5000-10.000 tahun), abu vulkanik akan berubah
menjadi tanah yang sangat subur yaitu tanah Andosol. Tanah ini
memiliki daya pegang air yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan
air dan udara cukup mudah keluar-masuk ke dalam tanah, sebagian
air akan tertahan (Kemas, 2013).
H. Tanah Gunung Kidul (Mediterans Soils)
Tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan gamping/batu
dalam retakan dan lubang-lubang. CO2 bereaksi dengan H2O
menghasilkan asam karbonat yang menyebabkan pelindian Ca dan
Mg dan menyisakan Fe teroksidasi dan Si mengendap. Dalam
sistem klaasifikasi tanah PPT-Bogor (1982), tanah mediteran
merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik dengan
kejenuhan basa lebih besar dari 50% dan tidak mempunyai horizon
albik.
Jenis tanah di Gunung Kidul berkembang dari formasi
karang (reefs) dengan tanah berwarna merah-coklat yang terbentuk
dari kerak yang tertimbun dalam retakan-retakan dan depresi.
Tanah ini merupakan penimbunan lempung (clay) di horizon
bawah. Lempung yang tertimbun tersebut berasal dari horizon atas
karena adanya gerakan air dari atas ke bawah (vertical), proses
eluviasi dan pelindihan (leaching). Selain itu adanya proses
liksivisasi dan tekstur lempung (berat) sehingga apabila kering
gumpalan sangat keras, dan jika basah sangat lekat.
Tanah tersebut terletak pada topografi berbukit dan
gunung. Jika hujan airnya cepat mengalir ke bawah dan tidak
menggenang, namun apabila terdapat cekungan airnya akan
menggenang dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengering. Pada umumnya memiliki solum yang dalamnya (1m),
reaksi tanahnya asam lemah hingga netral/sedikit alkalkis, dan
2009). Tanah ini memiliki daya pegang air sangat kuat. Kondisi ini
menyebabkan air yang masuk ke pori-pori segera terperangkap dan
udara sulit masuk. Meskipun ketersediaan air dan nutrisi baik,
ketersediaan udara yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan
tanaman (Kemas, 2013).
Tabel. 2.5. Sifat fisik tanah mediteran dari petak 17 Wanagama I Gunung Kidul DIY.
Tabel. 2.6. Sifat kimia tanah mediteran dari petak 17
I. Pasir Pantai Samas (Regosol)
Tanah ini banyak terdapat di pantai selatan pulau Jawa
misalnya pantai Parang Teritis, Samas, Kulon Progo, Kebumen,
dan Cilacap yang pasirnya berasal dari vulkanik gunung Merapi.
Menurut Dudal dan Suparapthoharjo (1957) tanah regosol
merupakan tanah mudah yang berkembang dari bahan induk lepas
yamg bukan dari bahan endapan alluvial dengan perkembangan
profil tanah lemah atau tanpa perkembangan profil tanah.
Bukit-bukit pasir yang terbenntuk dari pasir pantai berasal dari erosi dan
terbawa oleh sungai ke laut. Pasir yang ringan akan terbawa oleh
ombak dan terlempar jauh dari bibir pantai, sedangkan pasir yang
berat (partikelnya lebih besar) biasanya lebih hitam teronggok
dekat bibir pantai yang landai. Pasir yang kering dan ringan tertiup
angin kearah daratan dan diendapkan di daerah yang ada vegetasi,
sehingga terbentuk deretan bukit pasir (Haryono dan Cahyono,
2009). Pasir memiliki daya pegangan terhadap air sangat lemah.
Kondisis ini menyebabkan air dan udara mudah keluar-masuk
ketersediaan air dan udaranya baik, ketersediaan nutrisi sangat
rendah (Kemas, 2013).
Kendala pasir pantai jika ditananami tanaman adalah :
1. Kemampuan menyimpan air sangat rendah
2. Unsur hara yang tersedia sangat rendah
3. Kandungan garam sangat tinggi
4. Kecepatan angin sangat kuat dan suhu tinggi sehingga
evapo-transpirasi sangat besar sehingga mempercepat
kekeringan.
Untuk mengatasi kendala tersebut dapat dilakukan dengan :
1. Pemupukan dengan bahan organik (pupuk kandang, puupk
kompos, pupuk hijau) atau material lain yang menyimpan
banyak air seperti lempung dan pemberian mulsa pada
sekitar tanaman untuk mengurangi penguapan.
2. Membuat sumur untuk mengairi atau menyiram. Selain itu
memilih tanaman keras yang tahan terhadap kondisi kering
seperti cemara, nyamplung, dan akasia. Tanaman tersebut
baik sebagai penghijauan dan penahan angin untuk
melindungi tanaman pertanian. Unsur hara yang belum
tercukupi dipenuhi dengan cara pemupukan organik
Tabel. 2.7. Kandungan beberapa unsur hara (%) dan pH tanah pasir pantai (Entisols).
No
J. Hama dan Penyakit
Perkembangan hama dan penyakit dipengaruhi oleh faktor
ilkim baik secara langsung maupun tidak langsung. Temperatur,
kelembaban, udara relatif dan fotoperioditas berpengaruh langsung
terhadap siklus hidup, serta kemampuan diapause serangga. Iklim
ekstrim sering kali menstimulus beberapa hama dan penyakit untuk
berkembang dengan cepat. Suhu udara dan kelembaban yang
meningkat menyebabkan organisme pengganggu tanaman mudah
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme
Penggangu Tanaman).
Perubahan iklim akan mengacu berbagai pengaruh berbeda
terhadap jenis hama dan penyakit. Perkembangan hama dan
penyakit tanaman dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk yaitu
(1) eskalasi, di mana hama dan penyakit yang dulunya penting
menjadi makin merusak, atau tingkat kerusakannya menjadi lebih
besar, (2) perubahan status, dan (3) degradasi patogen yang
ditularkan melalui vektor perlu mendapat perhatian, kerusakan
tanaman akan meningkat akibat pathogen dan serangan vektornya.
Peningkatan suhu udara merangsang terjadinya ledakan vektor.
Penyakit yang penting ditularkan oleh vektor seperti virus kerdil
dan CVPD.
(Anonim,2009:http://hirupbagja.blogspot.com/2009/10/pengaruh-perubahan-iklim terhadap.html).
Gangguan hama dan penyakit pada tanaman anggur sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah.
Pada serangan yang parah, tidak hanya menurunkan hasil tetapi
juga menyebabakan kematian tanaman anggur. Hama dan penyakit
tanaman anggur dapat menyerang akar, batang, daun, sulur, bunga,
dan buah. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan sedini
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat,
dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas adalah :
a. Tanah kapur dari Gunung Kidul
b. Tanah pasir dari pantai Samas
c. Tanah lempung berpasir dari Paingan
2. Variabel terikat adalah :
a. Tinggi tanaman
b. Jumlah daun
c. Diameter batang
3. Variabel kontrol adalah :
Air, suhu udara, kelembaban tanah, pupuk organik, umur
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Lahan penelitian terletak di sebelah selatan kampus III
Universitas Sanata Dharma, desa
Paingan-Maguwoharjo-Depok-Sleman-Yogyakarta
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 4-6 bulan, dimulai
dari pertengahan Oktober 2013 sampai Februari 2014
C. Desain Penelitian
Desain penalitian ini menggunakan CRD atau disebut juga
RAL (Rancangan Acak Lengkap) satu faktorial yaitu faktor tanah
yang terdiri dari tiga taraf : tanah kapur Gunung Kidul, tanah pasir
pantai Samas, tanah lempung berpasir Paingan, dan kontrol. Tanah
merupakan variabel independen (variabel yang mempengaruhi),
sedangkan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang
merupakan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)
(Ilhamzen 29 April 2013 dalam
Gambar. 3.1. rancangan CRD/RAL
D. Prosedur Percobaan
1. Penyiapan Lahan
a. Pembersihan lahan yang akan dijadikan sebagai tempat
penelitian
b. Lahan penelitian dipagari untuk menghindari gangguan
dari luar baik hewan maupun manusia
2. Penyiapan Media Tanah
a. Menyiapkan tanah kapur yang berasal dari Gunung
Kidul, tanah pasir yang berasal dari pantai Samas, dan
tanah lempung berpasir yang berada di sekitar lahan
penelitian yaitu desa Paingan.
b. Untuk masing-masing media tanah akan diberi perlakuan
yang berbeda seperti ;
a) Tanah Gunung Kidul akan dicampur dengan pupuk
kompos dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
Misalnya 2 ember tanah kapur, 1 ember pasir, dan 1
ember pupuk kompos.
b) Pasir pantai Samas akan dicampur dengan pupuk
kompos dengan perbandingan 3 : 1. Misalnya 3
ember pasir pantai dan 1 ember pupuk kompos
c) Tanah Paingan akan dicampur dengan pasir dan dan
pupuk kompos dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
Misalnya 2 ember tanah lempung berpasir, 1 ember
pasir, dan 1 ember pupuk kompos.
d) Pasir pantai Samas dicampur dengan pupuk kompos
sebagai media kontrol dengan perbandingan 2 : 2 (1
ember pupuk kompos + pasir 1 ember)
c. Setelah semua media tercampur dengan merata, masukan
yang sudah di siapkan dengan takaran yang sama
masing-masing pot dua ember.
3. Penanaman Anggur
a. Lepaskan bibit dari polibag secara hati-hati dengan
mengikut sertakan medianya. Kemudian letakan bibit
tersebut ke dalam pot yang sudah tersedia.
b. Tanamlah bibit anggur tersebut ke dalam media, jangan
terlalu dalam, yang terpenting seluruh bagian tertimbun
media, kecuali bagian daunnya diusahakan berada di
bagian atas media.
c. Setelah ditanam dalam media, siram perlahan-lahan agar
semburan air tidak merusak media dan merobohkan bibit
yang masih lemah.
d. Tempatkan pot dengan baik, dengan jarak 2 x 2 meter
agar semua media dapat menerima cahaya matahari
dengan baik.
e. Setelah penanaman langsung di pasang ajir yang terbuat
Gambar. 3.2. skema peletakan pot
Keterangan gambar :
A : pasir pantai Samas
B : tanah Paingan
C : tanah Gunung Kidul
D : kontrol
A1, A2, A3 : replikasi pasir pantai Samas
B1, B2, B3 : replikasi tanah Paingan
C1, C2, C3 : replikasi tanah Gunung Kidul
D1, D2, D3 : replikasi kontrol
U : arah mata angin
B2
B3 C3
C2 C1
D3 D2 D1 B1
A1
A2
A3
4. Perawatan dan Pemeliharaan
a. Penyiraman rutin dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari
tergantung pada kondisi cuaca
b. Jika air yang digunakan mengandung kaporit,
diendapkan terlebih dahulu 2 x 24 jam supaya kadar
kaporitnya menurun.
c. Hindarkan dari hujan deras jika tanaman masih kecil
agar tidak patah.
d. Pemasangan media rambat menggunakan sistem pagar
20 cm
50 cm
Gambar. 3. 3. skema sistem pagar
e. Dalam media tumbuh yang terbatas, kandungan hara
dalam media tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman
anggur. Sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan
dosis sebagai berikut :
Tabel. 3.1. Pemupukan Daun dan Batang
Tabel. 3.2. Pemberantasan Hama
E. Teknik Pengambilan Data
a. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali yaitu
setiap hari Rabu dengan menggunakan meteran. Pengukuran
dimulai dari titik tumbuh pada pangkal batang primer hingga
ujung, kemudian diukur pula setiap cabang sekunder lalu
dijumlahkan.
b. Jumlah daun
Menghitung keseluruhan daun yang ada pada tanaman anggur
Alfonso lafalle seminggu sekali tepatnya pada hari Rabu.
c. Diameter batang
Pengukuran diameter batang dengan menggunakan jangka
sorong yang dilakukan setiap minggu tepatnya pada hari Rabu.
Adapun data tambahan yang diambil untuk mendukung hasil
penelitian ini yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah
yang dilakukan setiap minggu sekali bersamaan dengan
pengambilan data di atas.
F. Cara Analisis Data
Analisi data dengan menggunakan uji F Anova dengan cara
1. Kelompokan data menurut perlakuan
2. Setiap perlakuan dihitung total perlakuan, rata-rata perlakuan,
Tabel. 3.3. Pengamatan Keseluruhan Perlakuan
Tabel. 3.4. Rata-rata Perlakuan Jumlah Daun
Tabel. 3.5. Rata-rata Perlakuan Tinggi Tanaman
Tabel. 3.6. Rata-rata Perlakuan Diameter Batang
Perlakua n
Rata-rata Diameter Batang Total Perlaku
Tabel. 3.7. Analisis Variansi
3. Menghitung df
a. Untuk menghitung df total = jumlah semua pengmatan – 1
b. df perlakuan = jumlah perlakuan – 1
c. df galat = df total – df perlakuan
4. Menghitung CF
a. CF total
5. Menghitung SS
b. SS total = ΣX2 - CF
c. SS perlakun = Σ (total perlakuan)2 : r – CF
d. SS galat = SS total – SS perlakuan
6. Menghitung MS
a. MS perlakuan = SS perlakuan : df perlakuan
b. MS galat = SS galat : df galat
7. F hitung = MS perlakuan : MS galat
8. Setelah mendapat nilai F hitung, bandingkan dengan F tabel.
9. Hitunglah koefisien variasi
Bandingkan F hitung dengan F tabel
a. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 1% maka perbedaan diantara
rerata perlakuan sangat signifikan
b. Bila F hitung ≥ F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara
rerata perlakuan signifikan
c. Bila F hitung < F tabel pada aras 5% maka perbedaan diantara
G. Instrumen Penelitian
1. Alat
Pot, gembor, para-para, ember, thermometer, pH meter, hidrometer,
penggaris, meteran, skop, cangkul, dan parang.
2. Bahan
Bibit anggur, pupuk kompos, Lipotril, air, tanah kapur, tanah pasir,
tanah lempung berpasir dan peptisida (lanette).
H. Agenda Pelaksanaan
WAKTU
KEGIATAN
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal
skripsi dan
bimbingan
Penyiapan
lahan, alat dan
bahan
WAKTU
KEGIATAN
OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
MINGGU
KE
1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 1 2
Perawatan
dan
pemeliharaan
Pengamatan
dan
pengambilan
data
Membuat
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penelitian di lapangan (lampiran 1) ada beberapa fakta
yang ditemukan seperti pada tabel berikut.
Tabel.4.1. Rata-Rata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Diameter Batang, Kelembaban, dan pH
Pengukuran pengaruh tiga jenis tanah terhadap pertumbuhan
tanaman anggur varietas Alfonso lafalle,melalui perhitungan menggunakan
uji F Anova (lampiran 2) menunjukan tidak ada perbedaan nyata pengaruh
ketiga jenis tanah terhadap pertumbuhan anggur varietas Alfonso lafalle
baik tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut: Media
Tanam
Rata-rata
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
Diameter
(mm) pH
rH (%)
Aluvial 288,67 48,33 5,06 6,38 34,66
Regosol 266,33 40,33 5,76 5,48 55,44
Mediteran 219,8 38,33 4,5 5,56 74,7
1. Tinggi tanaman
Gambar 4.1. diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman
Dari grafik di atas dapatdiketahui bahwa rata-rata total tinggi
tanaman lebih baik terdapat pada tanah Aluvial yaitu 288,67 kemudian
diikuti tanah Regosol 266,33, tanah Mediteran 219,8, dan yang
terakhir perlakuan kontrol yaitu 152,06.Untuk mengetahui
pertumbuhan setiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.2. grafikPertambahan Tinggi Tanaman Anggur setiap Minggu
ALUVIAL REGOSOL MEDITERAN KONTROL
Dalam minggu pertama keempat media belum menunjukan
adanya pertambahan meningkat.Dalam minggu kedua perlakuan
kontrol mulai mengalami pertambahan meningkat sedangkan ketiga
perlakuan lainnya baru mengalami pertambahan meningkat dalam
minggu ketiga.Kemungkinan yang terjadi ketiga media ini (Regosol,
Alluvial, dan Mediteran) masih beradaptasi dengan kondisi
setempat.Pada minggu kedelapan dan keempat belas perlakuan kontrol
mengalami kemerosotan pertumbuhan hingga mencapai minus
pertumbuhannya. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama dan
penyakit. Dapat disimpulkan bahwa ketiga perlakuan menghasilkan
pertumbuhan tanaman yang baik.Kadang pertumbuhanya sangat cepat
seperti pada media Aluvial dari minggu kesebelas hingga minggu
ketiga belas.Begitupun yang terjadi dengan media Regosol dan media
Mediteran.
2. Jumlah daun
Dari grafik rata-rata pertambahan jumlah daun di atas yang
cukup baik terdapat pada tanah Alluvial 48,33, kemudian diikuti
dengan tanah Regosol 40,33, tanah Mediteran 38,33, dan kontrol
34,33.Jumlah daun berkaitan erat dengan pertumbuhan tinggi
tanaman.Semakin baik perkembangan daun, proses fotosintesis
berjalan dengan baik sehingga energi yang dibutuhkan oleh tanaman
anggur tersedia dengan baik. Seperti pada hasil penelitian di atas,
rata-rata jumlah daun tanaman anggur pada tanah Aluvial lebih tinggi
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan ketiga jenis perlakuan lainnya. Untuk mengetahui
pertambahan jumlah daun tanaman anggur setiap minggu, dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
Pada minggu pertama media kontrol dan media Aluvial sudah
mulai mengalami pertambahan jumlah daun, media Regosol mulai
mengalami pertambahan jumlah daun pada minggu kedua, dan media
Mediteran pada minggu ketiga.Mulai minggu ketujuh hingga minggu
kesembilanpertambahan jumlah daun pada keempat media mulai
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan hama
dan penyakit. Namun pada minggu kesepuluh mulai terlihat jumlah
daun mulai mengalami peningkatan.Pada minggu ketiga belas media
Aluvial mulai menunjukan pertambahannyata jumlah daun.Pada
minggu keenam belas, keempat perlakuan kembali menunjukan
penurunan pertambahan jumlah daun yang cukup besar. Namun
dengan cepat terjadi adaptasi kembali untuk melawan hama dan
penyakitsehingga pada minggu ketujuh belas mulai terjadipeningkatan
pertumbuhan kembali.Hambatan yang paling besar dalam
pertambahan jumlah daun ini adalah hamadan penyakit.
3. Diameter batang
Dari ata-rata pertambahan diameter batang lebih baik
terdapat pada media Regosol yaitu 5,76 mm, kemudian diikuti dengan
media Aluvial 5,06 mm, media Mediteran 4,50 mm, dan media
kontrol 4,46 mm. Dari aspek yang diukur pada tanaman anggur,
media Aluvial mengungguli media lain dalam hal pertumbuhan tinggi
dan jumlah daun sedangkan untuk diameter batang media Regosol
yang lebih baik. Perbedaan diameter batang antara media Regosol
dengan media lainnya tidak terlalu besar. Untuk melihat pertambahan
diameter batang stiap minggu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Gambar 4.3. grafikPertambahan Diameter Batang setiap
Minggu
Pada minggu pertama, keempat media (tanah Regosol, tanah
Aluvial, tanah Mediteran, dan kontrol) mulai mengalami pertambahan
diameter batang.Pada minggu ketiga, keempat perlakuan ini
keempat.Pertumbuhan kembali mengalami peningkatan pada minggu
kelima hingga minggu ketujuh yang diungguli oleh media
Aluvial.Pada minggu kedelapan, semua perlakuan mengalami
penurunan pertambahan diameter batang.Penurunan paling besar
terdapat pada media Aluvial.Namun terjadi pertumbuhan kembali
pada minggu kesembilan.Dari minggu kesembilan hingga minggu
ketujuh belas hanya media Regosol yang konsisten dengan
pertambahan diameternya.Sementara ketiga perlakuan lainnya,
pertambahannya tidak tetap (naik dan turun). Kemungkinan yang
terjadi adalah bahwa naik dan turunnya pertambahan dimeter batang
lebih berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan serta hama dan
penyakit.
B. Pembahasan
Dari rata-rata keseluruhan parameter yang di ukur tanah Paingan
(Aluvial) mengalami pertambahan tinggi dan jumlah daun yang lebih baik.
Sementara untuk pertambahan diameter batang pasir pantai Samas
(Regosol) yang perkembangannnya lebih baik. Kenyataan yang terjadi di
lapangan cabang sekunder yang tumbuh lebih banyak pada tanah Regosol
sehingga membutuhkan diameter baatang yang besar untuk menahan
cabang-cabang yang lain.
Tanah merupakan media tumbuh bagi semua jenis tanaman.Jenis