• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya untuk budidaya tanaman anggur vaietas Alfonso lafalle :

1. Jika mengunakan bibit dari stek harus menggunakan tanaman induk yang berumur minimal 1,5 tahun. Cabang yang diambil adalah cabang tersier yang berwarna coklat tua.

2. Perawatan tanaman anggur perlu diusahakan lebih intensif terutama pada musim hujan. Pada musim hujan dengan intensitas sinar matahari yang rendah serta kelembapan yang tinggi menyebabkan tanaman anggur banyak terserang hama dan penyakit.

67 Anonim., 2012, Budidaya Anggur, Dalam

http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/teknik-budidaya-anggur.html, Di Akses Tanggal 2 November 2013.

Anonim,2009:http://hirupbagja.blogspot.com/2009/10/pengaruh-perubahan-iklim terhadap.html, Di Akses Tanggal 5 November 2013.

Darmawijaya.,1990, Dalam Buku Ajar Klasifikasi Tanah 313 2/1 SKS, Yogyakarta

Dewi, N., 2012, Kreatif Bertanam Buah Anggur, Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Fiantis., and Dudal., 2012, Sistem Klasifikasi Tanah Indonesia,

Dual., and Suparapthoharjo., Dasar Dasar Klasifikasi Tanah, PPT-Bogor., Klasifikasi Tanah, pp. 159-161.

Foth, H.D., 1984, Dasar Dasar Ilmu Tanah, Edisi VII, Gajah Mada University Pers, Yogyakarta.

Gardjito, M., and Saifudin, U., 2011, Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan Tropis, Kanisius, Yogyakarta.

Hanafiah, K.A., 2013, dasar dasar Ilmu Tanah, Jilid 6, Edisi 1, Rajawali Pers, Jakarta.

Pada Medium Ms Dalam Menginduksi Kalus Tanaman Anggur Hijau (Vitis vinifera L.), Vol. 1.(1) 53-62.

Rahmat, P., 2011, 21 Jenis Tabulampot Populer, Cetakan 1, PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Prihatman., 2000, Jurnal Natural Science.

Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Pedesaan, BAPENAS, 2000, TTG Budidaya Pertanian, Kantor Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Susanti, E., Ramadhani, F., Runutunuwu, E., Amien, I., 2013, Jurnal Dampak Perubahan Iklim Terhadap Serangan Organisme PenggangguTanaman (OPT) Serta Strategi Antisipasi Dan Adaptasi

Haryono, S., Koranto. C.A,D., and Bale. A., 2009, Buku Ajar Klasifikasi Tanah, Yogyakarta.

Lampiran 1

A. Data penelitian

a. Tinggi batang

Tabel. 1.a. Pertambahan tinggi batang tanaman anggur varietas

Alfonso lafalle

Tanggal

Pertambahan Tinggi Batang (cm)

Pasir T. Paingan T. Gunung Kidul Kontrol 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 16-Nop-13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13-Nop-13 0,1 0 0 0,3 0 0 0 0 2,2 2,9 0 0,8 20-Nop-13 0 0,5 0,2 1,1 0 0,2 2 0 0 5 1,7 5,4 27-Nop-13 2,4 6,5 7 5,5 3,8 7 2 0,4 7,2 8,5 5,8 9,8 04-Des-14 9,5 5 15 5 10,5 14,5 14 5 5 12 12 7,7 11-Des-14 17 10,5 12 10,5 16 12 17 12 10 22 15 13 18-Des-14 18 11 2 12,5 16 2 17 4,5 14 24 18 2 25-Des-14 10 14 22 6 -2 22 2 10 1 -19 -3 11 01-Jan-14 6 4 1 7 18 1 36 6 4 -6 13 -10 08-Jan-14 26 2 16 29,5 15 16 1 9 16 5,5 7 16 15-Jan-14 8 8 17 2,5 7 17 7 28 11 18 9 5 22-Jan-14 25 18 26 9 46 26 23 28 38 22 25 2 29-Jan-14 44 14 4 65 56 4 60 18 15 13 24 3 05-Feb-14 8 11 26 54 24 26 35 27 3 -6 -11 -2 12-Feb-14 61 20 19 49,5 16 19 69 46 -10 5,5 10 13 19-Feb-14 13 8 9 86,5 13 9 14 25 2 48 36 17 26-Feb-14 47 26 49 25 33 49 14 5 5 28 15 4

b. Jumlah daun

Tabel. 1.b. Pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas

Alfonso lafalle

Tanggal

Pertambahan Jumlah Daun

Pasir T. Paingan T. Gunung Kidul Kontrol 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 16-Nop-13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13-Nop-13 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3 0 2 20-Nop-13 0 2 2 3 2 4 0 0 0 2 0 2 27-Nop-13 4 3 3 1 1 3 4 0 4 3 4 3 04-Des-14 2 2 4 2 2 0 3 2 1 3 0 2 11-Des-14 5 1 -1 2 3 1 4 3 3 4 3 1 18-Des-14 3 3 2 4 3 1 2 0 2 1 3 -2 25-Des-14 0 2 1 0 -2 0 2 3 1 -3 2 2 01-Jan-14 1 0 -2 -3 1 0 2 -6 1 -4 -3 -3 08-Jan-14 3 -1 4 5 4 3 2 3 4 1 2 7 15-Jan-14 2 2 2 0 0 2 3 5 3 3 1 0 22-Jan-14 3 2 3 5 6 1 5 5 4 2 2 -2 29-Jan-14 10 8 3 7 14 2 11 6 3 0 0 0 05-Feb-14 9 1 4 8 2 2 6 5 1 3 0 14 12-Feb-14 8 1 4 25 6 6 15 3 -5 0 8 -5 19-Feb-14 -5 2 0 0 1 6 1 6 -6 7 2 0 26-Feb-14 8 5 6 2 5 2 2 2 0 17 3 13

c. Diameter Batang

Tabe. 1.c. Pertambahan diameter batang tanaman anggur

varietas Alfonso lafalle

Tanggal

Pertambahan Diameter Batang

Pasir T. Paingan T. GunungKidul Kontrol 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 16-Nop-13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13-Nop-13 1 0,5 0 1 0,5 0,5 0 2,5 0 0,5 1 1 20-Nop-13 0 -1 0,5 0 -0,5 -0,5 0 2,5 0,5 0 0 0 27-Nop-13 -1 0,5 -0,5 -1 -0,5 0,5 -1 3 -0,5 -0,5 -1 -1 04-Des-14 0 -0,5 0 0 0 -0,5 2 2,5 0 1 0 0,5 11-Des-14 0,5 0,9 -0,5 0,9 0,6 0,9 -0,3 3,3 -0,8 -0,2 1 1,2 18-Des-14 0,7 0,3 2,2 1,8 1,2 1,3 0,3 3,9 2,4 1,1 0,8 0,7 25-Des-14 0,4 0,3 0,6 -1,7 -0,5 -1,5 0,2 3,6 -0,3 0,7 -1 0,2 01-Jan-14 0,3 0,2 0,3 0,2 0,2 0,2 0,3 3,8 0,2 0,1 1,1 0,1 08-Jan-14 0,1 0,1 0,3 0,2 0,3 0,6 0,2 4,4 0,6 0,2 0,2 0 15-Jan-14 1,2 0,3 0,8 0,8 0,7 0,8 0,3 5,1 0,8 0,1 0,6 0,2 22-Jan-14 0,5 0,2 0,2 0,6 0,3 0,3 0,5 5,5 0,3 0,2 0,7 0,2 29-Jan-14 0,2 0,4 0,5 0,2 0,3 0,1 0,2 5,7 0,2 0,3 -0,5 0,4 05-Feb-14 0,4 0,2 0,2 0,5 0,2 0,4 0,5 6,4 0,2 0,2 0,5 0 12-Feb-14 0,3 0,3 0,4 0,4 1,1 0,5 0,6 6,9 0,2 0,1 0,3 0 19-Feb-14 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2 0,6 0,4 7,2 0,2 0,3 0,3 0,4 26-Feb-14 0,4 0,7 0,5 0,5 0,2 0,3 0,3 8,1 0,6 0,7 0,4 0,3

d. pH Tabel. 1.d. Rata-rata pH Tanggal Perlakuan X1 X2 X3 X4 13 Nov 7 7 6 7 15 Nov 6.9 6.2 5.7 6.2 18 Nov 7 6.4 6 6.2 21 Nov 7 6.2 5.4 6.2 25 Nov 6.8 6.4 6 6.8 27 Nov 7 7 5.8 6.8 29 Nov 7 7 6 6.8 1 Des 6.8 6.8 5.8 6.2 5 Des 7 6.8 5.8 6.2 7 Des 7 6.8 6 7 9 Des 6.4 6 5.8 7 12 Des 6.6 6.4 6.2 6 14 Des 6.4 6.4 6 6.1 16 Des 6.4 6.4 6 6.2 18-Dec 7 6 6.3 6.5 20 Des 6.8 6.4 6.4 6.2 23 Des 6.8 6.4 6.6 6.5 26 Des 6.8 7 6.8 6 3-Jan 6.8 6 6 6.8 6-Jan 7 6.8 5.8 7 9-Jan 7 6.6 5.4 6.6 11-Jan 7 6.8 6 6.5 13-Jan 7 6.5 6.8 6.5 21-Jan 6,8 6,5 6,2 6 25-Jan 7 6,2 6 6,5 30-Jan 7 7 5 6,5 1-Feb 6,8 6,5 6,2 6 6-Feb 7 6,2 6 6,5 178.5 157.3 155.6 161.3 Mean 6.38 5.48 5.56 5.76

Keterrangan: X1 = Tanah Alluvial/Paingan

X2 = Tanah Regosol/Pasir Pantai Samas

X3 = Tanah Meditern Soil/Tanah Gunung Kidul

e. Kelembaban

Tabel. 1.e. Rata-rata Kelembaban

Tanggal Kelembapan Tanah (%) X1 X2 X3 X4 13 Nov 4 7.5 10 8 15 Nov 3 7 10 9 18 Nov 3.5 8 10 9 21 Nov 3 7 10 10 25 Nov 5 5.4 10 9 27 Nov 2 5 10 8 29 Nov 1 3 10 6.2 1 Des 1 3 9 6 5 Des 2 5 8 7 7 Des 3 4 6 3.5 9 Des 3 6 7 8.9 12 Des 3 7.5 10 9 14 Des 4.5 7.8 10 65 16 Des 5 7.8 9.8 8 18-Dec 2 5.1 10 6.5 20 Des 4.8 6.2 10 7 23 Des 7 9 10 7.5 26 Des 2.5 6 10 5 3-Jan 4 8 10 8 6-Jan 2.5 7 10 8 9-Jan 3 7 7 6 11-Jan 6 7 10 10 13-Jan 5 9 10 10 21-Jan 10 10 10 10 25-Jan 8 10 10 10 30-Jan 8 10 10 10 1-Feb 10 10 10 10 6-Feb 8 10 10 10 123.8 198.3 266.8 284.6 % 34.66 55.44 74.7 79.67 Mean 4.42 7.08 9.52 10.16

Keterrangan: X1 = Tanah Alluvial/Paingan

X3 = Tanah Meditern Soil/Tanah Gunung Kidul

Lampiran 2

2. Analisis Data Statistik

a. Tinggi tanaman

Tabel. 2.a.1. Tinggi Tanaman dari Masing-masing Perlakuan

Keterrangan: X1 = Tanah Alluvial/Paingan

X2 = Tanah Regosol/Pasir Pantai Samas

X3 = Tanah Meditern Soil/Tanah Gunung Kidul

X4 = Kontrol

Tabel. 2.a.2. Uji F Anova tinggi tanaman

No Sumber Variansi df SS MS F 5% 1%

1 Perlakuan 3 28075,24 9358,41 1,98 3,86 2 Galat Percobaan 9 42552,84 4728,09 3 Total 11 70628,08

Jika F.obs ≥ F.crit maka perlakuan jenis media tanam terhadap tingg tanaman significant. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji F dengan level significant 0,05 menunjukan bahwa F.obs (1,98) ≤

F.crit (3,86) sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan jenis media tanam terhadap tinggi tanaman anggur varietas Alfonso lafalle tidak significant.

TinggiTanaman (cm) Replikasi Kelompok X1 X2 X3 X4 X12 X22 X32 X42 1 369 295 313 182 136161 87025 97969 33124 2 272 159 223 177 73984 25281 49729 31329 3 225 225 123,4 97,2 50625 50625 15227,56 9447,84 ∑X 866 679 659,4 456,2 260770 162931 162925,6 73900,84 Mean 288,67 266,33 219,8 152,06 (∑X) 2 749956 461041 434808,4 208118,44

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan tinggi tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Gambar 4.1. diagram rata-rata pertambahan tinggi tanaman

b. Jumlah daun

Tabel 2.b.1. Jumlah Daun dari Masing-masing Perlakuan

Jumlah Daun Replikasi Kelompok X1 X2 X3 X4 X1 X2 X3 X4 1 61 53 62 42 3721 2809 3844 1764 2 48 33 37 27 2304 1089 1369 729 3 36 35 16 34 1296 1225 256 1156 ∑X 145 121 115 103 7321 5123 5469 3649 Mean 48,33 40,33 38,33 34,33 (∑X)2 21025 14641 13225 10609

Keterrangan: X1 = Tanah Alluvial/Paingan

X2 = Tanah Regosol/PasirPantaiSamas

X3 = Tanah Meditern Soil/Tanah GunungKidul

Tabel 2.b.2. Uji F Anova Jumlah Daun

No Sumber Variansi Df SS MS F 5% 1%

1 Perlakuan 3 311,99 103,99 0,54 3,86 2 Galat Percobaan 9 1728,68 192,07

3 Total 11 2040,67

Jika F.obs ≥ F.crit maka perlakuan jenis media tanam terhadap pertambahan jumlah daun significant. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji F dengan level significant 0,05 menunjukan bahwa

F.obs (0,54) ≤ F.crit (3,86) sehingga dapat dikatakan bahwa pelakuan jenis media tanam terhadap pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Alfonso lafalle tidak significant. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jenis media tanam terhadap pertamahan jumlah daun tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

c. Dimeter batang

Tabel 2.c.1. Diameter Batang Masing-masing Perlakuan

Diameter (mm) Replikasi Kelompok X1 X2 X3 X4 X1 X2 X3 X4 1 6,4 5,2 4,5 4,8 40,96 27,04 20,25 23,04 2 4,3 6,3 4,4 4,4 18,49 39,69 19,36 19,36 3 4,5 5,8 4,6 4,2 20,25 33,64 21,16 17,64 ∑X 15,2 17,3 13,5 13,4 79,7 100,37 60,77 60,04 Mean 5,06 5,76 4,50 4,46 (∑X) 231,04 299,29 182,25 179,56

Keterrangan: X1 = Tanah Alluvial/Paingan

X2 = Tanah Regosol/Pasir Pantai Samas

X3 = Tanah Meditern Soil/Tanah Gunung Kidul

X4 = Kontrol

Tabel 2.c.2. Uji F Anova Diameter Batang

No Sumber Variansi df SS MS F 5% 1%

1 Perlakuan 3 3,34 1,113 2,59 3,86 2 Galat Percobaan 9 3,91 0,43 3 Total 11 7,25

Jika F.obs ≥ F.crit maka perlakuan jenis media tanam terhadap pertumbuhan diameter batang significant. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji F dengan level significant 0,05 menunjukan bahwa

F.obs (1,98) ≤ F.crit (3,86) sehingga dapat dikatakan bahwa pelakuan

jenis media tanam terhadap pertumbuhan daiameter batang tanaman anggur varietas Alfonso lafalle tidak significant. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan tanaman anggur varietas Alfonso lafalle.

Lampiran 3

B. Hama dan Penyakit

1. Penyakit

a. Cendawan Karat, Uredinales

Cendawan ini disebut cendawan karat karena sporanya berwarna merah seperti besi yang berkarat. Warna daun yang diserang juga menjadi merah karat. Cendawan karat ini obligat parasit yang menyerang tanaman paku-pakuan dan utamanya menyerang tanaman biji Gymnospermae dan Angiospermae. Cendawan ini umumnya lebih menyerang daun tanaman kopi. Cendawan penyebab penyakit tersebut adalah Hemileia vastratrix B. and Br.

1). Gejala serangan

Cendawan ini menimbulkan bercak dibawah daun yang mula-mula berwarna kuning muda, kemudian menjadi kuning orange. Bercak-bercak ini besarnya berubah-ubah . Bercak tersebut tertutup dengan tepung berwarna orange (uredospra). Seluruh permukaan daun akan tertutup oleh

bercak yang menyebabkan daunnya akan gugur sebelum waktunya.

2). Daur hidup

Cendawan karat masih tetap hidup di musim kering pada bagian tanaman yang terserang. Pada waktu mulai musim hujan, serangan serangan akan bertambah dan terus tersebar selama musim hujan. Daun yang lebih muda, mudah terserang daripada yang tua. Uredospora tersebar dengan jalan terhembus angin, percikan air, dan aliran air. Daya hidup spora antara 7-28 hari, tergantung keadaan sekelilingnya. Infeksi akan terjadi melalui mulut daun akan terjadi jika keadaan basah selama 3,5–12 jam. Temperatur optimum 21– 250 C.

3). Pengendalian

a). Tanaman disemprot dengan fungisida tembaga 3 minggu sebelum hujan, kemudian di semprot lagi 3–4 minggu sekali selama musim hijan. Obat kimia yang digunakan seperti Fentinhydroxida, Maneb, Dithianon, dan Pyracarbolit.

b). Pohon tetap diusahakan dalam keadaan baik, pemupupukan cukup dan jumlah buah diusahakan janngan terlalu banyak, jika terlalu banyak

dilakukan penjarangan buah. Miselium cendawan A. solani dalam daun yang kering masih dapat bertahan hidup selama 1-15 hari. Temperatur minimum untuk pembentukan spora 1,50C, sedangkan temperatur optimum 26,10 C, dan temperatur maksimum 34,50 C.

b. Penyakit Bercak Kering.

Disebabkan oleh Cendawan

Alternaria solani. penyakit ini disebut juga bercak daun/ alternaria. Penyakit ini sudah tersebar keseluruh dunia terutama pada tanaman kentang . selain kentang cendawan ini juga menyerang tomat, terung dan cabai.

1). Gejala serangan

Daun terlihat ada bercak coklat tua sampai hampir hitam bentuknya bulat. Bercak-bercak ini jika membesar akan bergabung menjadi satu.serangan biasanya mulai dari daun bawah, kemudian naik ke atas, kadang juga menyerang batang. Daunnya berlubang karena bercak itu mengering, lalu jatuh.

Daun juga kadang menggulung atau keriting. Jika serangan mengebat daun akan menguning dan kering. 2). Daur hidup

Spora banyak dibentuk pada waktu banyak hujan dan embun. Konidia tersebar karena angin, lebah, atau serangga pemakan daun. Infeksi terjadi lewat kulit epidermis dan bercak-bercak akan kelihatan dalam waktu 2-3 hari. Setelah 3-4 hari, spora sudah akan terbentuk. Pembentukan spora terjadi jika garis tengah bercak tinggi. Hama ini banyak merusak tanaman, terutama uretnya. Tanaman yang diserangnya diantaranya kentang, karet, kina, jeruk, dan singkong.

3). Pengendalian

a). Penyemprotan dengan bubur Bordeaux atau dengan kalsium arsenat.

b). Rotasi tanaman

c). Tanaman yang sakit dicabut dan dibakar d). Penanaman dengan jenis yang resisten

c. Tepung Palsu Daun Anggur

Disebabkan oleh Cendawan

Plasmopara Viticola (B.and C) Berl. And DeT. Penyakit ini sudah dikenal sejak tahun 1905 di Jawa.

1). Gejala serangan

Penyakit ini menyerang daun, tangkai daun, sulur, bunga, buah, tunas, dan batang anggur. Daun yang diserang mula-mula pada permukaan sisi atas ada bercak kuning pucat dengan ukuran berbeda-beda dan dikelilingi oleh jaringan daun yang hijau. Jika udara cukup lembab, permukaan sisi bawah tiap-tiap bercak terdapat bercak putih susu dari bulu halus yang merupakan conidiophore dan spora. Oleh karena itu penyakit ini di sebut cendawan tepung palsu. Bercak-bercak yang tua menjadi coklat karena matinya jaringan daun di kedua belah permukaan.Jika udara kering, pertumbuhan sisi bawah daun terhambat. Jika udara lembab bercak-bercak daun akan melebar dan menutup seluruh permukaan daun. Tunas-tunas yang masih muda akan kelihatan ada bercak berair, kemudian warnanya

menjadi hijau kekuningan dan akhirnya berwarna coklat. Jika serangan tidak bisa dikendalikan tunas akan menjadi kerdil dan memilin hingga mati.

2). Pengendalian

a) Penanaman varietas yang resisten

b) Jarak tanam jangan terlalu rapat, para-para jangan terlalu rendah. Jika menggunakan sistem pagar, jarak antar pagar jangan terlalu rapat.

c) Bagian tanaman yang telah terserang sebaiknya dipotong

d) Penyemprotan dengan bubur Bordeaux, Cobox atau peptisida lain yang mengandung tembaga

d. Penyakit Daun Menggulung (Leafroll disease)

Penyakit ini disebabkan oleh virus Grapevine leafroll associated viruses (GLRaV). Tanaman yang terserang, daunnya akan menggulung ke bawah dan berwarna kemerahan, buah anggur menjadi berwarna pucat.

Grapevine leafroll associated virus (GLRaV) adalah salah satu jenis virus yang sangat penting pada tanaman anggur. Virus ini

bisa menyerang seluruh tanaman. Penyakit GLRaV bisa mempengaruhi semua tanaman liar dan kultivar Vitis Vinifera walaupun gejala (symptom) tidak selalu muncul di setiap cabang tanaman anggur. Penyakit ini pertama kali dideteksi di Eropa pada awal abad ke-1, akan tetapi baru pada tahun 1937 baru diketahui proses penularan virus ini melalui stek. Pada tahun 1979, tipe spesifik dari virus ini (Closterovirious) telah telah diketahui menyebebkan daun menggulung pada tanaman anggur.

1). Gejala

Tanaman anggur yang terinfeksi daunnya menggulung kurang vigor dibanding tanaman sehat. Daun yang tua cendrung melengkung menggulung dengan tulang daun utama berwarna hijau terang dan daun berubah menjadi berwarna merah.

2). Dampak

Daun menggulung berdampak pada kurangnya hasil panen sebanyak 30 – 50% yang diikuti dengan penundaan kematangan buah dan meningkatnya keasaman buah. Tanaman anggur yang karena terinfeksi virus GLRaV menyebabkan tanaman lebih rentan terutama terhadap kondisi lingkungan yang kurang mendukung seperti iklim

buruk sehingga meningkatkan resiko kematian tanaman anggur.

3). Pengendalian

Tanaman yang sudah terserang di cabut dan digantikan dengan tanaman yang baru.

4). Karakteristik Virus GLRaV

Grapevine leafroll disease-associate viruses

(GLRaV) adalah kelompok virus yang secara atau kolektif menyebabkan penyakit daun menggulung pada tanaman anggur. Berdasarkan morfologi virion, GLRaV dimasukan kedalam kelompok family Closterovirus. Closterovirus merupakan kelompok virus yang sangat beragam dan memiliki banyak spesies virus tanaman yang berbentuk filamen yang merupakan virus RNA rantai tunggal (ssRNA viruses). Umumnya virus ini menyebar melalui bantuan vector berupa serangga. Virus tumbuhan family Closteroviridae terdiri dari virion berbentuk batang yang fleksibel (flexuous rod-shape virion) dengan panjang 1.250 – 2.200 nm. Virus ini memiliki genom positive sense single-stranded RNA (+ ssRNA) dengan panjang basa 15,5 – 19,3 kb (Alkowniet al., 2004).

e. Busuk Daun

Penyakit ini pada

umumnya menyerang

tanaman kentang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans (Mont) De Bray. Cendawan ini asal mulanya dari pegunungan Andes sebelah utara, kemudian menyebar keseluruh Amerika, Eropa, dan seluruh dunia. Cendawan ini juga menyerang tanaman tomat.

1). Gejala Serangan

Tanaman yang sakit terlihat bercak pada ujung dan tepi daunnya. Bercak akan meluas ke bawah serta mematikan seluruh daun dalam waktu 1–4 hari jika udaranya lembab. Namun bila udara kering, jumlah daun yang terserang terbatas serta bercak–bercak tetap kecil, menjadi kering dan tidak menular ke daun lainnya. Jika serangan hebat daun akan mengeriting dan mengerut. Udara panas dan kelembaban tinggi, perkembangan penyakit sangat cepat. Seluruh daun akan menghitam, layu, dan menjalar keseluruh batang. Keadaan lembab sisi bagian

bawah daun akan mucul cendawan kelabu yang terdiri dari

conidiopore dengan kondianya. Udara kering dan ada sinar matahari cendawan tidak ada atau hanya sedikit.

2). Pengendalian

a) Pengendalian secara kimia dengan menyemprotkan obat yang mengandung tembaga misalnya bubur Bordeaux 1,5% atau COC 0,8%. Jika serangannya ringan, penyemprotan cukup dilakukan tiga kali per bulan dan serangannya berat, penyemprotan bisa dilakukan enam kali per bulan (Pracaya, 2011). Selain itu bisa menggunakan fungisida campuran siap pakai tembaga + zineb + simoksanil Nefos 45 WP dengan konsentrasi 2 gr per liter air (Widada, 2010).

b) Pengendalian dengan kultur teknis yaitu menanam varietas tahan, penggunaan benih sehat atau tidak menggunnakan benih dari tanaman yang terserang, mengatur waktu tanam yaitu penenaman di musim kemarau (Widada, 2010).

c) Pengendalian secara fisik yaitu membersihkan sisa tanaman yang terserang, kemudian dibakar atau dimusnahkan.

d) Pengendalian secara biologi yaitu menggunakan agen hayati cendawan Trichoderma sp atau

Gliocladium sp dengan dosis penyemprotan 100 gr /liter air, ditambah dengan zat perekat (Widada, 2010).

2. Hama

a. Idioscopus nisveosparsus

Serangga ini tergolong dalam family Cicadellidae. Sering taerdapat pada tanaman mangga yang mana sering menyerang tunas muda, bunga dan buah.

1) Gejala serangan

Wereng ini bertelur pada tangkai dan bunga dengan jumlah yang banyak hingga menimbulkan luka fisik. Bagian yang terkena akan menjadi layu. Nimfadan wereng dewasa akan menghisap cairan sel, jika yang dihisap adalah daun, maka pertumbuhan daun akan terhambat dan menjadi kerdil. Wereng ini juga mengeluarkan embun madu pada permukaan daun dan ranting-ranting. Embun ini akan mendorong perkembangan cendawan jelaga dari

Capondium mangiferum dan Meliola mangiferae. Cendawan jelaga akan mempengaruhi fotosintesa dari tanaman.

2) Morfologi

Nimfa yang baru saja menetas bentuknya seperti baji. Warnanya keputihan dengan dua mata merah kecil. Setelah dewasa, warnanya berangsur-angsur berubah menjadi coklat kekuningan. Bagian tengahnya berbentuk seperti segi panjang. Sayap mukannya lebih tebal. Daripada sayap ayang belakang. Warna sayapnya coklat kemerahan, dan sedikit transparan dengan urat-urat sayap kuning pucat. 3) Daur hidup

Wereng betina dengan ovipositirnya membuat celah kecil pada jaringan tunas bunga, kuncup bunga, atau daun yang masih lunak. Telurnya bisa mencapai 200 butir. Telur ini akan menetas dalam 4–7 hari. Pergantian kulitpada nimfa terjadi 4–5 kali sebelum menjadi dewasa. Masa periode nimfa 12–16 hari.

4) Musuh alami

a) Centrodora idiceria yang termasuk keluarga

Aphelinidae. Serangga yang merupakan parasit telur ini dapat mengurangi populasi wereng hingga mencapai 40%.

b) Ada jenis cendawan yang menjadi parasit wereng yaitu Aspergilus origer dan Fusarium

5) Pengendalian

Hama disemprot dengan insektisida sistemik misalnya Diazinon, Dimecron, Azordin, dan Nuvacron.

b. Belalang setan (Aularches miliaris)

Belalang ini tergolong dalam family Locustidae. Belalang ini berukuran besar dengan sayapnya berwarna hijau kecoklatan dengan bercak kuning. Belalang setan makan pada waktu malam hari dan bersifat poligaf (pemakan segala macam tanaman).

1) Daur hidup

Telur akan menetas setelah berumur kurang lebih 4 bulan. Lamanya masa nimfa dan dewasa kurang lebih enam bulan. 2) Pengendalian

a) Belalang setan diberantas dengan cara mekanis, yaitu ditangkap dan dimatikan secara manual.

b) Telurnya disemprot dengan insektisida kontak misalnya Phosdrin, Basudin, atau Diazinon.

c. Holotrichia heleri

kumbang ini tergolong dalam family Melolonthidae. Uretnya merupakan pengganggu akar padi, jagung, tebu, sorghum, kacang-kacangan, pisang, singkong, cengkeh, dan jeruk. Sementara kumbangnya sendiri memekan daun tanaman.

1). Morfologi

Warna kumbangnya coklat kemerahan. Panjang sekitar 12mm–14mm, warna larva yang masih muda putih, sedangkan larva yang tua menjadi sedikit kuning bentuk telurnya bulat panjang.

2). Daur hidup

Telurnya diletakan dalam tanah. Uret awalnya hanya memakan humus dan kotoran lainnya. Namun semakin besar uret memakan akar tanaman sehingga bisa menebabkan kematian tanaman. Masa kepompongnya kurang lebih dua bulan. Kumbang muda yang baru keluar setelah musim hujan lebat dan berterbangan pada waktu mulai sore hingga malam.

3). Musuh alami

Musuh alaminya adalah jenis tabuhan parasite pada uret dan lalat predator pada uret.

4). Pengendalian

a) Tanah dicangkul, kemudian uret yang ditemukan dimatikan.

b) Kumbang atau wereng dapat disemprot dengan peptisida yang sistemik seperti furadan dan lain sebagainya.

d. Walang sangit (Leptocorixa)

Walangsangit tegolong dalam family Alydidae. Hama ini biasanya menyerang tanaman padi dan tertarik

dengan nyala lampu.

Keberadaannya dapat diketahui dengan adanya bau khas yang tersebar serangga ini sering terlihat pada malam hari.

1). Gejala serangan

Tanaman yang sudah dihisap cairannya perkembangannya kurang baik. Tanaman yang sudah dihisap biasanya terserang cendawan Helminthosporium

diatandai bulir padi mula-mula berwarna putih menjadi coklat atau kehitaman.

2). Morfologi

Walang sangit dewasa berwarna coklat. Tubuhnya langsing, kaki dan sanggutnya (antenanya) panjang. Walang sangit yang masih muda berwarna hijau sehingga tubuhnya menyerupai warna daun. Telur walang sangit berbentuk bulat pipih serta berwarna coklat. Telur diletakan berbaris.

3). Daur hidup

Walang sangit bertelur pada waktu sore hari dan telurnya diletakan pada permukaan daun. Telur menetas kurang lebih satu minggu. Perkembangannya dari telur hingga dewasa kurang lebih 25 hari. Umur yang dewasa kurang lebih 21 hari.

96 SILABUS

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : BIOLOGI Kelas/ Pelajaran : XII/ IPA

Semester : Gasal

Kompetensi Inti :

KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI. 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai) santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraktif secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagi cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI.3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

97

ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) dengan mengembangkan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuwan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

1. Pertumbuhan Dan Perkembangan

1.1 Mengagumi keteraturan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang fungsi DNA, gen dan kromosom dalam pembentukan dan pewarisan sifat serta pengaturan proses pada makhuk hidup

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung

Pertumbuhan dan Perkembangan  Faktor luar dan faktor dalam pada tumbuhan

1. Konsep Pertumbuhan & Perkembangan

Mengamati

 Mengamati pertumbuhan pada tanaman

 Membaca teks pertumbuhan pada tumbuhan

Menanya

 Siswa distimulir untuk membuat pertanyaan yang menuntut berpikir

Observasi - Laporan 5 Minggu x 4JP Buku Biologi SMA Video Pertumbuhan & Perkembangan Arikel, Makalah dan Laporan Hasil

98

observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerja sama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan percobaan di dalam kelas/ laboratorium maupun di luar kelas/ laboratorium.

3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses

pertumbuhan dan

perkembangan pada

Merencanakan dan

Melaksanakan

dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Mengumpulkan Data (Eksperimen/Eksplorasi)

 Menggali informasi tentang Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Mahkluk hdiup melalui tayangan Video

 Diskusi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Mengkomunikasikan

 Presentasi hasil kajian dan diskusi tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan

2. Merencanakan dan Melakukan Percobaan Tentang Pertumbuhan dan Perkembangan pada

Portofolio - Laporan Tes Konsep Pertumbuhan & Perkembangan Observasi

99

hasil percobaan.

4.1 Merencanakan dan melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang mempengaruhi proses

pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tata cara penulisan ilmiah yang benar.  Mengkaji hasil kerja ilmiah (contoh kerja ilmiah)  Bagaimana langkah-langkah melakukan percobaan menurut kerja ilmiah dari hasil diskusi dan mengkaji contoh karya ilmiah dari berbagai Mengamati

 Mengkaji hasil kerja ilmiah (contoh kerja ilmiah)

 Bagaimana langkah-langkah melakukan percobaan menurut kerja ilmiah dari hasil diskusi dan mengkaji

Dokumen terkait