• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah Mediteran Gunungkidul, Regosol Pantai Samas dan Aluvial Paingan - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbandingan pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah Mediteran Gunungkidul, Regosol Pantai Samas dan Aluvial Paingan - USD Repository"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR

VARIETAS PROBOLINGGO BIRU PADA MEDIA TANAH

MEDITERAN GUNUNGKIDUL, REGOSOL PANTAI

SAMAS DAN ALUVIAL PAINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh :

Gustari Dwi Cahyani NIM : 101434046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang telah dan akan terus menemani menyelesaikan perjalanan ini,

Bapak di surga, Ibu di Gunungkidul, danTita di Palembang, walaupun terpisah jarak tapi doa dan dukungannya selalu ada

dan,

untuk petualangan baru yang menanti di luar sana

Tuhan membantu dengan cara yang aneh, yang perlu dilakukan untuk memahaminya adalah dengan bersyukur

Seperti tanaman anggur yang tumbuhnya dipengaruhi banyak faktor, ada yang bertahan dan berbuah namun ada pula yang mati. Begitu juga hidup ini, hambatan bisa datang dari mana saja, tentukan pilihanmu apakah akan menyerah dan mati atau beradaptasilah, hadapilah, dan bertahan hingga kau bermanfaat bagi sesamamu

(5)
(6)
(7)

-yayan-vii

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR

VARIETAS PROBOLINGGO BIRU PADA MEDIA TANAH

MEDITERAN GUNUNGKIDUL, REGOSOL PANTAI SAMAS DAN

ALUVIAL PAINGAN

Gustari Dwi Cahyani

Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

ABSTRAK

Produksi anggur di Indonesia masih menghadapi beberapa hambatan, salah satunya lahan yang digunakan belum sesuai dengan syarat tumbuh tanaman anggur sehingga hasil produksi belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu jenis tanah (P) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu tanah mediteran (P1), tanah regosol (P2), dan tanah aluvial (P3) serta kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 3 pengulangan sehingga terdapat 12 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini diantaranya tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), jumlah daun (helai) dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi, diameter dan jumlah daun tanaman anggur secara berurutan pada perlakuan jenis tanah mediteran adalah 109 cm ; 0.71 cm ; 26 helai, pada jenis tanah regosol antara lain 46.6 cm ; 0.5 cm ; 10 helai, pada jenis tanah aluvial adalah 137.6 cm ; 0.78 cm ; 29 helai dan pada kontrol adalah 73 cm ; 0.72 cm ; 11 helai. Semua tanaman mengalami serangan hama dan penyakit namun pada perlakuan jenis tanah aluvial memiliki ketahanan yang paling baik. Pola pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru mengalami fluktuasi tiap minggunya.Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jenis tanah tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.

(8)

viii Abstract

COMPARISON OF GROWTH IN PLANTS WINE VARIETIES

PROBOLINGGO BIRU IN MEDITERAN SOIL FROM GUNUNGKIDUL,

REGOSOL SOIL FROM SAMAS BEACH AND ALUVIAL SOIL FROM

PAINGAN

Gustari Dwi Cahyani

Students of the Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University

Yogyakarta

The production of grape in Indonesia still face some barriers, one of them is land used not in accordance with the requirement growing crop of grapes so that the result is not optimal. This research is aimed to know the better soil as media for the growth of plants winevarieties Probolinggo Biru. This research uses experimental methods with a completely randomized design (CRD) one factor that is a type of soil (p) consisting of 3 treatment that is, mediteran soils (p1), regosol soils (p2) dan alluvial soils (p3) and control. Every treatment consisting of 3 repetition so that there are 12 plants. Variable that observed in this research are high in plant (cm), diameter of the stem (cm), number of leaves (strands) and resistance to pest an disease.

` The result showed that high, diameter and number of leaves crop of grapes in a row on treatment a type of soil mediteran is 109 cm ; 0.71 cm ; 26 strands, on a type of soil regosol is 46.6 cm ; 0.5 cm ; 10 strands, on a type of alluvial soil is 137.6 cm ; 0.78 cm ; 29 strands and in control is 73 cm ; 0.72 cm ; 11 strands. All plants experiencing pest attack and disease but in treatment kind of alluvial soil has endurance the best. Plant growth pattern grapes varieties Probolinggo Biru experiencing fluctuations every single week. Result of statistical analysis showing no a significant difference between the treatment, hence can be concluded that a type of soil no effect real against variable high in plant, diameter of the stem and number of leaves.

(9)

ix

Kata Pengantar

Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah“

perbandingan Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru pada

Media Tanah Mediteran Gunungkidul, Regosol Pantai Samas dan Aluvial

Paingan.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi :

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata Dharma.

2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.ScselakuKetua Program Studi

Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing penulisan skripsi.

5. Bu Luisa dan bu Ika selaku dosen penguji, ujian yang menyenangkan

dalam arti sebenarnya.

6. Seluruh dosen Pendidikan Bologi, yang telah mengajar dan

membimbing selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata

(10)

x

7. Mas Arif dengan semua urusan kesekretariatannya.

8. Bapak Sarosa (alm), kenangan-kenangan bersamamu selalu menjadi

penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Ibu Suhatminari, terimakasih atas kasih sayang, doa dan

dukungannya.

10. Mbak Tita, yang selalu berbagi pengalamannya untuk mendorong

penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Galuh, Resi, Dwi, Neisya, Cecil, Ester, Hugo, Daus, Sam, Mela, dan

Yesi, kerjasama yang luar biasa di pagi buta itu tidak akan pernah

terlupakan.

12. Para sahabat di PBIO 2010, terimakasihuntukminiatur Nusantara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari

sempuna, untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dan kritik yang

bersifat membangun demi sempurnanya skripsi.

(11)

xi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 6

A. Tanaman Anggur ... 6

B. Pertumbuhan Tanaman Anggur ... 10

C. Media Tanam ... 11

D. Pupuk ... 15

E. Tabulampot ... 18

F. Hipotesa ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Rancangan Penelitian... 19

B. Variabel Penelitian... 19

C. Desain Penelitian ... 20

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 20

E. Alat dan Bahan... 21

F. Cara Kerja ... 21

G. Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil ... 30

B. Pembahasan... 37

1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan ... 37

(12)

xii

V. PENERAPAN HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN.... 44

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. a. Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru... 7 b. Buah Anggur Varietas Probolinggo Biru ... 7 Gambar 2.a. Bagian bawah daun terdapat seperti

tepung berwarna putih-kuning ... 41

b. Permukaan daun tampak berwarna cokelat... 41 Gambar 3. Bercak cokelat dan hitam pada pucuk tanaman

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Layout Penelitian ... 20

Tabel 2.Instrumen Pengumpulan Data Tinggi Tanaman ... 25

Tabel 3.Instrumen Pengambilan Data Jumlah Daun... 25

Tabel 4.Instrumen Pengambilan Data Diameter Batang... 26

Tabel 5.Instrumen Pengambilan Data Ketahanan Terhadap Hama ... 27

(15)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.Pertambahan tinggi tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 30

Grafik 2.Tinggi tanaman anggur tiap minggu pada

masing-masing perlakuan... 31

Grafik 3.Pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 32

Grafik 4. Diameter batang tanaman anggur tiap minggu pada

masing-masing perlakuan... 33

Grafik 5.Pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 34

Grafik 6.Jumlah daun tanaman anggur tiap minggu pada

masing-masing perlakuan... 35

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Silabus ...48

Lampiran 2. RPP ...52

Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Anggur ...67

Lampiran 4. Data Pengamatan Diameter Batang Tanaman Anggur...69

Lampiran 5. Data Pengamatan Jumlah Daun...71

Lampiran 6. Data Pengamatan Presentase Ketahanan Tanaman Anggur terhadap Hama dan Penyakit ...73

Lampiran 7.Uji Normalitas ...74

Lampiran 8.Uji Homogenitas...77

Lampiran 9.Uji Anova Tinggi Tanaman Anggur...78

Lampiran 10.Uji Anova Diameter Batang ...79

Lampiran 11.Uji Anova Jumlah Daun Tanaman Anggur ...80

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman anggur merupakan tanaman tertua yang dapat ditemukan di

berbagai belahan dunia. Tanaman anggur diduga berasal dari Laut hitam dan

Laut Kaspia yang kemudian menyebar ke Amerika Utara, Amerika Selatan dan

Eropa (Sunarjono, 2008). Penyebaran tanaman anggur selanjutnya dilakukan

oleh negara-negara Eropa dan Amerika Selatan yang membawa ke tanah

jajahannya di Asia dan Afrika. Saat ini tanaman anggur menjadi tanaman

andalan para petani untuk mata pencaharian karena dipandang sebagai tanaman

yang bernilai komersil, termasuk di Indonesia walaupun anggur lokal

menghadapi tantangan dari anggur impor (Setiadi, 2007).

Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur ( Kediri, Probolinggo,

Pasuruan, Situbondo), dan Bali yang memiliki udara kering dan suhu udara

yang panas dengan demikian sinar matahari di kawasan ini relatif cukup.

Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan

kawasan sub tropis, jika di kawasan sub tropis hasil optimal anggur bisa

mencapai 20 ton per hektar per tahun, maka di kawasan tropis seperti Indonesia

hanya setengahnya. Tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa

sekali dalam setahun dan di Indonesia bisa hampir tiga kali, dan saat panennya

bisa di atur sepanjang tahun (Budiyati, 2008).

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Indonesia

mempunyai koleksi anggur di Kebun Percobaan Banjarsari, 7 diantaranya telah

(18)

Probolinggo Biru-81, Bali, Kediri Kuning, Probolinggo Super, dan pada tahun

2007-2008 Prabu Bestari, Jestro Ag60 dan Jestro Ag86 telah dilepas sebagai

anggur varietas unggul yang mempunyai kualitas buah seperti anggur impor

(Budiyati, 2008).

Walaupun lahan di Indonesia potensial untuk budidaya anggur dan telah

memiliki varietas-varietas unggul, terdapat permasalahan yang berkembang

dalam usaha tani anggur sampai saat ini. Hal ini meliputi: 1) Kesesuaian lahan ,

terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua

petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil

tidak optimal, 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik

sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3)

Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi

dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew

(Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga berpengaruh

terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani

terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara

efisien oleh petani, 7) Butir buah anggur mudah rontok bila musim hujan

terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Baswarsiati, 2009).

Dari beberapa permasalahan yang ada dalam budidaya anggur, peneliti

ingin melakukan eksperimen sebagai upaya dalam menemukan solusi supaya

budidaya anggur di Indonesia bisa lebih berkembang. Dalam hal ini peneliti

mengangkat permasalahan kesesuaian lahan untuk tanaman anggur yaitu jenis

tanah sebagai media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan anggur. Berkaitan

dengan hal tersebut peneliti menggunakan tiga jenis tanah yang berbeda yaitu

(19)

tanah regosol yang didapat dari kawasan gumuk pasir di Pantai Samas, dan

jenis tanah aluvial dari kompleks Universitas Sanata Dharma, Sleman. Dalam

penelitian akan diamati pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo

Biru pada masing-masing jenis tanah selama 17 minggu dengan indikator

pertumbuhan diukur dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang,

selain itu dilihat pula pengaruh perbedaan jenis media tanah terhadap

ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan penyakit.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru yang ditanam pada media tanah yang berbeda?

2. Jenis tanah manakah yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggur

varietas Probolinggo Biru?

3. Bagaimana pola pertumbuhan tanaman anggur setiap minggu pada media

tanah yang berbeda ?

4. Apakah terdapat perbedaan ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan

penyakit pada media tanah yang berbeda ?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :

1. Varietas anggur yang digunakan adalah Probolinggo Biru salah satu

varietas unggulan Indonesia.

2. Media tanah yang digunakan yaitu tanah regosol dari Pantai Samas, Bantul

; tanah mediteran dari Patuk, Gunungkidul ; tanah alluvial dari Paingan,

(20)

3. Teknik penanaman anggur adalah dengan cara tabulampot (tanaman buah

dalam pot).

4. Indikator pertumbuhan tanaman anggur dilihat dari tinggi batang, jumlah

daun dan diameter batang.

5. Ketahanan terhadap hama dan penyakit diamati untuk melihat ada

tidaknya perbedaan yang nyata akibat perbedaan jenis tanah.

6. Pengamatan dilakukan selama 17 minggu.

D. Tujuan penelititan

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pertumbuhan tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru dari tiga media tanah yang berbeda.

2. Mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman

anggur varietas Probolinggo Biru.

3. Menunjukkan pola pertumbuhan tanaman anggur pada ketiga jenis media

tanah.

4. Mengetahui ketahanan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada

ketiga jenis tanah terhadap hama dan penyakit.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

a) Peneliti dapat menyalurkan ilmu biologi yang sudah didapatkan untuk

mengerjakan penelitian.

b) Peneliti mampu memahami dasar-dasar bertanam anggur dan dapat

memberikan informasi bagi petani anggur maupun masyarakat umum.

(21)

a) Petani anggur dapat mengetahui media tanam yang baik untuk

pertumbuhan tanaman anggur khususnya varietas Probolinggo Biru.

b) Masyarakat umum yang memiliki minat khusus terhadap tanaman anggur

(22)

6

BAB II

DASAR TEORI

A. Tanaman Anggur

Anggur berasal dari daerah sebelah selatan antara Laut Kaspia dan Laut

Hitam di Asia Kecil. Selanjutnya sejak awal abad ke-19 anggur menyebar ke

Indonesia, antara lain di Pulau Pisang (Sumatera Barat), Ternate, Halmahera,

Kupang, Makassar, Besuki dan Banyuwangi (Jawa Timur), Buleleng (Bali) dan

Lombok (Nusa Tenggara Barat).

1. Sistematika dan Morfologi Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman anggur diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom :Plantae

Divisi :Spermatophyta

Subdivisi :Angiospermae

Kelas :Dycotyledonae

Ordo :Vitales

Famili :Vitaceae

Genus :Vitis

Spesies :Vitis vinifera L

Varietas : Probolinggo Biru

Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia

No.856/Kpts/TP.240/12/1985 varietas anggur Probolinggo Biru ditetapkan

sebagai salah satu varietas unggul. Varietas ini berasal dari Kebun Percobaan

Banjarsari, Probolinggo. Varietas ini memiliki tinggi tanaman yang tidak

(23)

Batangnya berwarna coklat dengan bentuk daun bulat dengan urat daun

menjari, pangkal daun berlekuk dalam, panjang daun 11cm dan lebarnya 10cm.

Warna daun mudanya hijau kekuningan sedangkan yang tua berwarna hijau tua

dan tidak berbulu. Tangkai daunnya berwarna kemerahan.Bunga varietas

Probolinggo Biru-81 ini kecil, sempurna dan dalam tandan dengan warna putih

kekuningan. Buah berbentuk bulat sampai bulat telur, buah yang masih muda

berwarna hijau dan bila telah matang berwarna merah kehitaman, kulit buah

tertutup lapisan bedak tipis, jumlah buah per tandan mencapai 78 buah dengan

rasa yang manis sehingga baik untuk buah segar (meja) ataupun minuman

anggur. Dapat dipanen setelah berumur 105-110 hari(matang di pohon) setelah

pemangkasan. Selain itu varietas Probolinggo biru-81 memerlukan penjarangan

buah disisakan 70%–80% (Cahyono,2010).

(a) (b)

Gambar 1.(a) Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru (b) Buah anggur varietas Probolinggo Biru

2. Syarat Tumbuh

Keadaan iklim yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada

ketinggian 0-300 mdpl dengan suhu udara antara 25-31°C, kelembapan udara

40% - 80%, intensitas sinar matahari (penyinaran) 50% –80% dan curah hujan

(24)

dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim kering, terutama di tepi-tepi

pantai dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan. Jenis atau varietas

anggur dataran rendah yang ditanam di dataran tinggi menyebabkan perubahan

kuantitas dan kualitas buah, buah menjadi kecil-kecil dan rasanya masam.

Tanaman anggur membutuhkan banyak air tetapi tidak tahan terhadap hujan

lebat. Pembungaan pada musim hujan dapat menyebabkan bunga berguguran

hingga rusak terserang penyakit (Rukmana,2012).

Pada umumnya tanaman anggur memiliki adaptasi yang luas terhadap

berbagai jenis tanah dengan tekstur dan struktur tanah yang beragam, mulai

dari yang lempung berliat sampai yang berpasir atau kerikil (tekstur kasar).

Namun untuk pertumbuhan yang baik, tanaman anggur menghendaki tanah

dengan tekstur tanah liat berpasir dengan komposisi 30-50% lempung, 30-50%

pasir dan 7-12% liat dan bertekstur gembur (remah), tanah mudah

merembeskan air (berdrainase baik), tanah memiliki daya menahan air cukup

baik. Struktur tanah yang gembur dan tekstur tanah yang halus akan

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman,

pertumbuhan tanaman, dan pembentukan buah. Karena struktur tanah yang

gembur dapat terdapat tata udara dan tata air yang baik sehingga tanah cukup

tersedia oksigen yang sangat diperlukan untuk pernafasan perakaran tanaman

dan kehidupan organisme dalam tanah, serta pengambilan unsur hara oleh

tanaman. Tanaman anggur tidak tahan terhadap air yang menggenang lama

(25)

3. Hama dan Penyakit

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman anggur antara lain : tungau,

ulat daun dan belalang. Serangan hama bisa datang sendiri atau terbawa oleh

angin, air atau hewan lain.

a) Ulat grayak : merusak daun dari pinggiran hingga ke tengah daun, dan

menimbulkan lubang-lubang pada daun. Di sekitar daun yang rusak biasanya

dijumpai kotoran ulat tersebut (Suwito, 2007). Ulat ini menyerang pada malam

hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di dalam tanah. Pengolahan tanah

(pendangiran) secara intensif dapat dilakukan untuk membunuh kepompong

dan ulat yang bersembunyi di dalam tanah.

b) Kumbang daun : aktif pada senja dan malam hari. Kumbang menyerang

dengan cara memakan atau merusak daun kemudian membuat lubang-lubang

kecil pada permukaan daun. Serangan berat menyebabkan proses fotosintesis

terganggu sehingga pertumbuhan tanaman kerdil.

Tanaman anggur juga dapat terserang penyakit, diantaranya adalah sebagai

berikut :

a) Bercak daun Cercospora: disebabkan oleh cendawanCercospora viticola

yang menyerang pada keadaan cuaca lembab. Gejala serangannya mula-mula

pada daun dan tunas muda terjadi bercak-bercak berwarna coklat tua yang

bersudut, kemudian timbul bintik-bintik hitam pada bercak, dan serangan berat

menyebabkan tunas muda mengering (mati).

b) Karat daun : disebabkan oleh cendawan Physopella ampelopsidis. Gejala

serangannya adalah terdapat tepung berwarna jingga (spora jamur) pada sisi

bawah daun. Gejala yang spesifik dapat diamati dari sisi atas daun adalah

(26)

tertutup lapisan tepung (spora). Serangan berat dapat menyebabkan daun

kering dan rontok.

c) Busuk kapang kelabu : disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea yang

berkembang saat buah anggur menjelang masak. Busuk kapang kelabu

mula-mula menyerang jaringan yang terletak tepat di bawah permukaan buah yang

menyebabkan kulit buah terlepas dari dagingnya, kemudian buah busuk lunak

berair. Hal ini dapat menyebabkan pembusukan seluruh buah dalam satu

dompolan selama pengangkutan dan penyimpanan. Serangan berat

menyebabkan buah berwarna coklat tua, keriput dan busuk.

d) Tepung Palsu : disebabkan oleh cendawan Plasmopora viticola. Penyakit

ini menyerang secara berat pada musim hujan. Gejala serangan penyakit

tepung palsu mula-mula tampak pada sisi daun yang menimbulkan

bercak-bercak berwarna kuning kehijauan, kemudian bercak-bercak meluas dan bersatu serta

berubah warna menjadi cokelat berlapis tepung. Serangan berat menyebabkan

daun kering dan rontok.

B. Pertumbuhan Tanaman Anggur

Tubuh tumbuhan tersusun atas berjuta-juta sel dengan ukuran yang

berbeda. Secara umum tubuh tumbuhan tinggi terdiri atas “sumbu silindris”

dengan tonjolan-tonjolan lateral yang seringkali mempunyai struktur serupa

dengan sumbu pusat. Sumbu utama sebenarnya tersusun atas dua bagian yang

berbeda sifat fisiologi dan struktur morfologinya. Bagian sumbu di atas tanah

biasanya disebut “batang” dan bagian sumbu di bawah tanah disebut “akar”.

Tiga macam tonjolan yang tumbuh pada sumbu utama yakni : daun, jonjot dan

(27)

(teratur), sedangkan jonjot dan bulu tidak mempunyai pola yang tertentu (tidak

teratur).

Sumbu utama beserta tonjolan-tonjolannya dibentuk oleh pertumbuhan

ujung tumbuhan (titik tumbuh), tubuh yang dibentuk pertama kali ini

dinamakan tubuh primer karena dibentuk oleh pertumbuhan primer.

Pertumbuhan primer memperpanjang sumbu utama, membentuk sistem

percabangan dengan tonjolan-tonjolan lainnya atau dengan kata lain

membangun bagian tumbuhan muda yang baru. Setelah bagian-bagian ini

mencapai ukuran tertentu, maka pertambahan selanjutnya hanya dilakukan oleh

pertumbuhan sekunder (Heddy, 1987).

C. Media Tanam

1. Pengertian Media Tanam

Media tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Media

tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara

dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada

tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan

menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup. Penggunaan

media tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi

tanaman untuk itu media tanam harus sesuai dengan karakteristik tanaman.

Fungsi media tanam adalah sebagai tempat unsur hara, mampu memegang

air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar

(28)

2. Tanah Sebagai Media Tanam

Tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuburan

tanaman. Struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah gembur yang

di dalamnya terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara

yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman dan struktur tanah yang remah

karena udara dan air tanah dapat berjalan lancar, temperatur stabil sehingga

memacu pertumbuhan jasad renik yang memegang peranan penting dalam

proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Struktur tanah yang kurang

baik adalah tanah liat karena tersusun dari partikel- partikel yang cukup kecil.

Dibandingkan tanah pasir kurang lebih 100 kali partikel tanah liat.

Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal dan amat rakus

mengisap air dan menahan air tersebut dengan ketat sehingga tanah liat

menjadi lembab dan udara berputar cukup lambat, ketika kering akan

menggumpal seperti batu dan sifatnya kian kedap udara (Lingga, 1994).

Porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh

padatan tanah. Tanah pasir memiliki porositas kurang dari 50% yang bersifat

merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman

dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sedangkan tanah

berliat memiliki porositas lebih dari 50% sehingga mudah menangkap air

hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas (Anonim

1992).

Perbedaan pertumbuhan pada masing-masing jenis tanah juga dipengaruhi

oleh sifat kimia tanah. Di dalam tanah dikenal adanya unsur-unsur yang

menjaga kesuburan tanah seperti Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium.

(29)

maupun anion). Karena perbedaan muatan antara kation – anion yang ada di

dalam akar dengan kation – anion yang di luar akar, maka terjadilah tukar

menukar ion antara akar dan tanah (Dwijoseputro, 1986). Tanah dapat

menyediakan kebutuhan hara tanaman karena memiliki kemampuan kapasitas

tukar kation (KTK) yaitu banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat

dijerap (dilekatkan) oleh tanah per satuan berat tanah (per 100 gr). Tanah

dengan kapasitas tukar kation (KTK) tinggi mampu menyerap dan

menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan kapasitas tukar

kation (KTK) rendah. Tanah dengan kandungan bahan unsur tinggi atau

dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah dengan

bahan unsur rendah atau tanah berpasir (Mustafa, 2012). Dengan demikian

tanah aluvial dan mediteran memiliki kapaitas tukar kation (KTK) yang lebih

tinggi dibanding dengan tanah regosol, sehingga hara dalam tanah rogosol

mudah tercuci karena kurangnya kemampuan untuk menjerap (melekatkan)

unsur hara yang berupa kation dan menyebabkan tanah kekurangan unsur hara

yang diperlukan tanaman yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat,

sedangkan tanah aluvial dan mediteran memiliki kemampuan yang lebih tinggi

untuk mengikat kation-kation yang diperlukan tanaman di tanah dan tidak

mudah tercuci.

3. Jenis Tanah dan Karakteristiknya

a) Tanah Mediteran

Tanah di kawasan Patuk, Gunungkidul termasuk dalam tanah mediteran

karena terbentuk dari pelapukan batuan gamping/batu kapur yang berkembang

dari formasi karang dengan tanah berwarna merah-coklat dan tertimbun dalam

(30)

horizon bawah, tekstur lempung (berat) sehingga kalau kering gumpal sangat

keras, jika basah sangat lekat. Tanah tersebut terletak pada topografi

berbukit-bergunung, sehingga ketika hujan airnya cepat mengalir ke bawah tidak

menggenang, tingkat keasaman tanah (pH) 6-7,5, kadar unsur hara umumnya

tinggi (Supriyo, 2009).

b) Tanah Regosol

Bukit-bukit pasir di pantai Samas terbentuk dari pasir di pantai yang

berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan

angin laut yang bersifat deflasidan akumulasi. Tanah pasir ini termasuk dalam

jenis tanah regosol bukit pasir yang bertekstur kasar dan memiliki kemampuan

menyimpan air sangat rendah, aerasinya sangat baik, drainase cepat, dan

kandungan garam sangat tinggi, hal ini menjadi kendala jika akan ditanami.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dapat dilakukan dengan pemupukan

dengan bahan organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau) atau

material yang mampu menyimpan air banyak (Supriyo, 2009).

c) Tanah Aluvial

Tanah lempung vulkanik di Paingan termasuk dalam jenis tanah alluvial.

Jenis tanah ini bervariasi dari satu satu daerah ke daerah lainnya. Beberapa

bahan endapan dapat berupa batu kapur, batuan metamorfik, deposit lanau dan

dapat pula berupa abu gunung berapi yang bercampur bahan organik. Tekstur

tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan

teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur hara relatif kaya dan banyak

tergantung pada bahan induknya, tingkat keasaman (pH) yang sangat rendah

(31)

D. Pupuk

Pupuk adalah unsur -unsur esensial baik makro maupun mikro, dalam

bentuk komponen anorganik maupun organik yang dibutuhkan oleh tanaman

untuk kelangsungan hidupnya (Yulipriyanto,2010). Pemupukan dilakukan

untuk menambah unsur hara bagi tanah dan tanaman. Pupuk dibedakan

menjadi bermacam-macam dilihat dari bentuknya, bahan pembuatan dan

lan-lain.

1. Pupuk Kompos

Kompos adalah pupuk yang dibuat dari hasil penguraian aneka bahan

sampah organik. Pengomposan adalah proses dimana bahan organik

mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang

memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Bahan baku

pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen,

seperti kotoran hewan, sampah hijauan, lumpur cair dan limbah industri

pertanian

Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan

untuk menguatkan struktur lahan kritis dengan meningkatkan kandungan bahan

organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk

mempertahankan air tanah, menggemburkan kembali tanah pertanian karena

peningkatan aktivitas mikroba, dan sebagai media tanam. Kompos yang

bermutu baik memiliki ciri berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan

warna tanah, tidak larut dalam air, tidak berbau, suhu kurang lebih sama

(32)

2. Pupuk Kompos Cacing (kascing)

Kompos cacing adalah kompos yang terbuat dari bahan organik yang

dicerna oleh cacing, yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.

Pembentukan pupuk ini dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah

organic hingga cacing tersebut berkembang biak dari dalamnya dan

menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran.

Kualitas kompos cacing tergantung pada jenis bahan media atau pakan

yang digunakan, jenis cacing tanah dan umur kompos cacing. Kompos cacing

yang berkualitas baik memiliki warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak

berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20). Kompos cacing mempunyai

kemampuan menahan air sebesar 40-60 % sehingga mampu mempertahankan

kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH, menyediakan

unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Alex S.).

3. Pupuk Cair (Lyphotril A.)

Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu

dengan air, pada umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Pupuk cair

Lyphotril A. merupakan campuran berbagai unsur bahan pupuk, unsur

anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat sistem penyerapan

permukaan stomata atau seluruh pori daun, batang dan buah, dengan

kandungan unsur nitrogen, phosphat, kalium, MgO, CaO, vitamin dan mineral.

Manfaat dan kegunaan dariLyphotril A.diantaranya :

• Mempengaruhi percepatan pada pertumbuhan pucuk daun dan menguatkan

(33)

• Mempercepat proses pertumbuhan bunga dan ketahanan bunga sampai

terjadinya proses pembuahan, serta ketahanan bakal buah pada kondisi

klimat ekstrem.

• Memperbesar kemungkinan keberhasilan dalam budidaya, dengan

pencegahan terjadinya kerontokan bunga, buah dan daun, serta percepatan

pertumbuhan dan perkembangannya.

• Pemupukan langsung diserap oleh pori permukaan daun (stomata), batang

dan buahnya, dan langsung diproses dalam metabolisme asimilasinya,

sehingga dapat dapat mengurangi derajat kehilangan mikro haranya, maka

proses serapan pada daun, batang dan buahnya akan sangat efisien.

Penekanan karena kehilangan dapat dihindari sekecil mungkin. • Meningkatkan kualitas dan kuantitas panennya.

• Mempersingkat waktu panen.

• Tidak menggunakan bahan perekat pada musim penghujan.

• Tidak membunuh keberadaan organisme tanah, sehingga akan

menciptakan keseimbangan ekosistem kawasan yang baru dan

memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi predator

alami.

• Dapat digunakan untuk mencegah timbulnya keriting daun/patek daun.

• Produk pertanian yang dihasilkan akan sangat ramah dengan lingkungan

dan tidak meninggalkan residu pestisida siklis pada hasil pangannya.

(34)

E. Tabulampot (Tanaman Buah dalam Pot)

Tabulampot adalah singkatan dari tanaman buah dalam pot. Pada dasarnya

semua pohon buah-buahan bisa ditanam dalam pot. Meski secara fisik tidak

tumbuh sebesar pohon biasa, namun dengan perawatan dan pemupukan yang

baik, tabulampot juga cepat berbuah.

Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan tanaman.

Dari berbagai jenis bahan pot, yang lebih baik untuk tanaman anggur adalah

pot yang berbahan dasar tanah, hal ini cukup baik pengaruhnya bagi tanaman,

karena pot berbahan dasar tanah memilki pori-pori pada bagian dasarnya yang

dapat menyerap air, sehingga akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila

terlambat menyiram dan tidak akan lembab apabila terlalu banyak air

penyiraman.

F. Hipotesis

1. Terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman anggur dari ketiga jenis

media tanah yang diberikan.

2. Media tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas

Pobolinggo Biru adalah jenis tanah regosol dari pantai Samas.

3. Pola pertumbuhan tanaman anggur pada ketiga jenis media tiap minggu

menunjukkan kenaikan pertumbuhan.

4. Terdapat perbedaan ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan

penyakit pada ketiga jenis media tanam. Tanah yang lebih liat akan

(35)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RancanganPenelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental karena

dilakukan dengan sengaja memberikan suatu perlakuan terhadap objek

penelitan kemudian diteliti bagaimana akibatnya dari perlakuan yang

diberikan. Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah perbedaan

jenis tanah sebagai media tanam yang diterapkan pada objek penelitian yaitu

tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. Jenis tanah yang digunakan sebagai

perlakuan adalah tanah mediteran, regosol dan aluvial dengan tiga pengulangan

untuk masing-masing perlakuan. Data yang dibutuhkan untuk analisis adalah

tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan presentase sisa daun sehat

yang diambil satu minggu sekali.

B. Variabel Penelitian

Terdapat tiga variable yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel

kontrol dalam penelitian ini.

1. Variabel bebas yaitu media tanah yang digunakan yaitu jenis tanah

mediteran, regosol dan alluvial.

2. Variabel terikat yaitu pertumbuhan tanaman yang diukur dari tinggi

tanaman, jumlah daun,diameter batang dan presentase daun sehat dari 12

tanaman anggur varietas Probolinggo Biru.

3. Variabel kontrol yaitu varietas anggur Probolinggo Biru,umur bibit, jenis

(36)

seperti suhu, sinar matahari, jumlah dan waktu penyiraman, pemberian

pupuk, penggemburan tanah dan penyiangan.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian RAL atau Rancangan Acak

Lengkap.Dalam penelitian ini terdapat 3 perlakuan yang dilambangkan P1, P2,

P3 dan kontrol yang dilambangkan dengan K, dengan pengulangan sebanyak 3

kali sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan. Dengan demikian

layoutpercobaan dapat dibuat seperti di bawah ini ;

Tabel 1.LayoutPenelitian

P1a P2a P3a K

P1b P2b P3b K

P1c P2c P3c K

Keterangan :

a ; b ; c : pengulangan

P1 : perlakuan pada media tanah mediteran P2 : perlakuan pada media tanah regosol P3 : perlakuan pada media tanah aluvial

K : kontrol

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengamatan dilakukan sejak 6 November 2013 hingga 26 Februari

2014, berlokasi di Kebun Percobaan Prodi Pendidikan Biologi, Paingan,

(37)

E. Alat dan Bahan

1. Alat

a) Pot g) Gelas ukur 1 liter

b) Meteran h) Ember

c) Kawat i) Tali rafia

d) Cangkul j) Gunting

e) Sekop k) Tabung semprot

f) Bilah bambu l). Jangka sorong

2. Bahan

a) Bibit tanaman anggur

probolinggo biru

f)

g)

Pupuk kascing

Insektisida Lannate

b) Tanah alluvial h) Fungisida Cobox

c) Tanah regosol i) Pupuk daun Lyphotril A

d) Tanah mediteran j). Air

e) Pupuk kompos

F. Cara Kerja

1. Penyiapan Lahan

a) Membersihkan lahan lokasi penelitian dari rumput.

b) Memasang pagar di sekeliling lahan

c) Mengukur jarak posisi antar pot 2 meter

d) Menempatkan pot pada posisi yang telah ditentukan

e) Batang kayu hidup ditancapkan di sebelah kanan dan kiri

(38)

f) Setiap batang dihubungkan dengan kawat yang dipasang mendatar

sebanyak 2-3 jajar..

g) Kawat pertama dipasang dengan ketinggian 60 cm dari permukaan

tanah, kawat berikutnya berjarak 70 cm dari kawat sebelumnya.

2. Penyiapan Media Tanam

a) Mengambil tanah regosol dari gumuk pasir pantai Samas, Bantul

b) Mengambil tanah alluvial dari kebun obat Kampus III Universitas

Sanata Dharma, Paingan, Sleman

c) Mengambil tanah mediteran dari lahan milik Universitas Sanata

Dharma di kecamatan Patuk, Gunungkidul

d) Menghaluskan tanah yang menggumpal

3. Penyampuran Pupuk dan Tanah

a) Pupuk kompos dan kascing ditakar menggunakan ember yang

berukuran sama dengan perbandingan 1 : 1

b) Pupuk dibolak-balik menggunakan cangkul sehingga tercampur.

c) Tanah regosol dicampur dengan pasir dan pupuk mengikuti

perbandingan 2 : 1 : 1

d) Tanah alluvial dicampur dengan pupuk dan pasir mengikuti

perbandingan 2 : 1:1

e) Tanah mediteran dicampur dengan pupuk dan pasir mengikuti

perbandingan 2 : 1 : 1

f) Kontrol dibuat dengan perbandingan antara pasir dan pupuk adalah

1:1

g) Hasil penyampuran dimasukkan ke dalam 3 pot untuk masing-masing

(39)

h) Media disiram dan didiamkan selama 3 hari

4. Penanaman

a) Pada bagian tengah pot, tanah digali menggunakan sekop.

b) Media tanam dalam polybag bibit disiram dengan air bersih hingga

cukup basah namun tidak sampai becek.

c) Salah satu sisi polybag digunting untuk memudahkan membuka

polybag.

d) Setelah polybag terbuka, bibit dikeluarkan dan diusahakan bentuk

tanah tetap utuh.

e) Bibit anggur yang sudah dikeluarkan, ditanam tepat di tengah-tengah

lubang, dengan posisi bibit tegak.

f) bidang perakaran dan pangkal batang bibit tanaman anggur ditimbun

dengan lapisan tanah atas, sambil dipadatkan pelan-pelan.

g) Sekitar perakaran bibit tanaman anggur disiram hingga cukup basah

atau lembab.

h) Bilah bambo ditancapkan dekat dengan tanaman anggur sebagai

tempat merambat.

5. Perawatan

a) Penyiraman

1) Tanaman disiram setiap hari pada pagi hari dan disesuaikan dengan

kelembaban tanah.

2) Jumlah air yang diberikan untuk setiap perlakuan adalah sama yaitu 1

liter.

b) Pemupukan

(40)

2) Diberikan 5 hari setelah tanam, kemudian 7 hari sekali selama 2 bulan,

setelah itu diberikan setiap 15 hari sekali.

3) Lyphotril A diencerkan terlebih dahulu dengan takaran 72 ml

diencerkan pada 10 liter air.

4) Pemberian dilakukan dengan menyemprotkan pada bagian daun yang

menghadap bawah pada pagi hari.

5) Pupuk kascing juga diberikan untuk menambah nutrisi yang hilang

terutama setelah hujan.

c) Pengendalian Hama dan Penyakit

1) Sekeliling batang diberi abu gosok untuk menghindari semut dan

rayap.

2) Insektisida disemprotkan secara berkala 1 minggu sekali pada daun

dan batang pada sore hari dengan pengenceran terlebih dahulu.

3) Pembersihan lahan dari gulma secara berkala untuk mengurangi

keberadaan hama dan kelembaban yang dapat menyebabkan jamur.

4) Fungisida disemprotkan seminggu satu kali dengan pengenceran

terlebih dahulu.

d) Pemangkasan

1) Cabang primer diikatkan pada bilah bambu untuk membantu

menopang tegaknya tanaman.

2) Tunas yang muncul di ketiak batang dibuang.

3) Saat tanaman mencapai tinggi 50 cm pucuk dipangkas. Disisakan 2

tunas yang akan ditumbuhkan menjadi cabang sekunder.

4) Sulur dari cabang sekunder diarahkan untuk merambat di pagar atau

(41)

5) Setelah cabang sekunder mencapai panjang ± 20 cm, pucuk dipangkas

untuk mendapatkan cabang–cabang tersier.

6. Pengamatan

a) Pengukuran tinggi batang dilakukan dengan mengukur panjang

tanaman dari pangkal hingga ujung pada setiap cabang menggunakan

meteran dan hasil setiap minggu dicatat dalam tabel2.

Tabel 2.Instrumen pengumpulan data tinggi tanaman

b) Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang berada di

tanaman termasuk yang masih berupa pucuk-pucuk daun kemudian

data dimasukkan dalam tabel 3.

Tabel 3. Instrumen pengambilan data jumlah daun

c)

no

Hari

pengamatan

tinggi tanaman (cm)

Keterangan

P1 P2 P3

a b c a b c a b c

no

Hari

pengamatan

Jumlah daun

Keterangan

P1 P2 P3

(42)

c) Diameter batang yang diukur adalah cabang paling besar yang

terdapat di pangkal cabang primer dan data dimasukkan dalam tabel 4.

Tabel 4. Instrumen pengambilan data diameter batang

no

Hari

pengamatan

diameter batang (cm)

Keterangan

P1 P2 P3

a b c a b c a b c

d) Ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan penyakit didapat dari

menghitung jumlah persentase sisa daun yang utuh (tidak diserang

hama ataupun penyakit) pada masing-masing daun di setiap tanaman.

Penentuan presentase daun sehat dilakukan dengan cara berikut ini:

1) Presentase daun sehat dalam 1 tanaman (x) = 100 %

2) Presentase daun sehat per helai (y) = 100%

3) Kriteria daun yang sehat tiap helainya antara lain ; • Tidak ada lubang / jamur = y

• Terdapat lubang dan/atau jamur di sebagian helai daun =

• Terdapat lubang dan/atau jamur merata di seluruh bagian

daun =

• daun kering dan hampir rontok = 0

4) presentase sisa daun sehat tiap helai dijumlahkan untuk

(43)

Kemudian data di catat dalam tabel 5.

Tabel 5. Instrumen pengambilan data ketahanan terhadap hama dan penyakit

G. Analisis Data

1. Pengelompokkan data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dikelompokkan untuk

memudahkan analisis. Pengelompokkan ini dilakukan dengan tujuan

mendapatkan rata-rata pertumbuhan dari setiap perlakuan dengan, dan

dilakukan pada semua parameter pertumbuhan.

Tabel 6. Tabulasi Data Percobaan

Perlakuan Tinggi tanaman anggur (cm)

a b c Jumlah Rerata

P1

P2

P3

K

2. Analisis Variansi

Dalam uji ANOVA terdapat asumsi dasar yang hendaknya dipenuhi oleh

data yang akan dianalisis, tidak terpenuhinya asumsi ini dapat menimbulkan

kesimpulan yang salah. Asumsi yang harus dipenuhi antara lain , normalitas

no

Hari

pengamatan

daun yang tidak rusak (%)

Keterangan

P1 P2 P3

(44)

yang merupakan persyaratan pertama yaitu data sampel hendaknya berasal dari

distibusi normal, kemudian homogenitas yang menghendaki data sampel

memiliki varians yang sama.

Uji normalitas data dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data sampel

berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan

program SPSS. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan untuk taraf

signifikansi (α = 0.05). Untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil

uji normalitas dilakukan dengan memperhatikan bilangan pada kolom

signifikansi (Sig.), jika bilangan signifikansi yang diperoleh > α maka sampel

berasal dari populasi yang terdistribusi normal, sedangkan jika bilangan

signifikansi yang diperoleh < α maka sampel bukan berasal dari data yang

terdistribusi normal. Jika hasil uji normaitas dinyatakan bahwa data

terdistribusi secara normal maka dapat dilakukan uji homogenitas (Budi,

2006).

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa

populasi sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan SPSS, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai

berikut, jika nilai signifikansi < 0.05 maka dikatakan bahwa varian dari

kelompok populasi dataadalah tidak sama. Sedangkan jika nilai signifikansi >

0.05, maka dikatakan bahwa varian dari kelompok populasi data adalah sama.

Apabila diketahui data homogen maka dapat dilakukan uji komparatif Anova.

Uji Anova dilakukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean pada

masing-masing kelompok. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat

nilai F hitung dengan ketentuan jika F hitung > F tabel untuk alpha 0.05 maka

(45)

hitung < F tabel untuk alpha 0.05 maka tidak ada perbedaan yang berarti dari

perlakuan yang diberikan.

Apabila F hitung menunjukkan hasil yang signifikan atau menunjukkan

adanya perbedaan yang bermakna maka perlu dilakukan analisis lanjutan untuk

menunjukkan perlakuan terhadap kelompok mana yang berbeda. Analisis ini

dikenal istilah post hoc dan dapat dilakukan dengan tes Tukey’s HSDpada

program SPSS. Secara praktis, hasil uji signifikansi dapat diketahui dengan

cepat pada output yang ada, yaitu dengan melihat tanda *, yang menunjukkan

bahwa perbedaan rata-rata adalah signifikan dan sebaliknya tidak adanya tanda

(46)

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan pada hasil pengamatan

parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah

daun, didapatkan hasil bahwa data setiap parameter adalah normal (lampiran

7). Kemudian dilakukan uji homogenitas pada hasil pengamatan

masing-masing parameter yang menunjukkan bahwa varians data adalah homogen

(lampiran 8). Berikut ini adalah data masing-masing perlakuan dari setiap

parameter.

1. Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru

Cara termudah untuk mengetahui adanya pertumbuhan pada tanaman

adalah dengan mengamati perubahan tinggi tanaman yang terjadi. Di bawah ini

disajikan pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang

ditanam pada empat jenis media yang berbeda.

(47)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tanaman anggur

varietas Probolinggo Biru pada jenis tanah mediteran merupakan yang tertinggi

yaitu mencapai 105.3 cm, yang diikuti tanaman pada kontrol yaitu 70.5 cm dan

tanaman pada jenis tanah aluvial 53.4 cm, sedangkan pertambahan tinggi

tanaman terendah ditunjukkan pada jenis tanah regosol yang hanya 41.3 cm.

Hasil pengamatan tinggi tanaman anggur pada masing-masing perlakuan

selama 17 minggu dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.

Grafik 2.Tinggi tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan pertamabahan tinggi

tanaman anggur mengalami fluktuasi. Hingga berumur satu bulan pertumbuhan

tinggi tanaman anggur dari semua perlakuan masih lambat, di minggu ke-5

tinggi tanaman pada tanah regosol hanya mencapai 10.9 cm, pada tanah aluvial

11.2 cm, pada tanah mediteran 7.9 dan kontrol 5.6 cm. Dari minggu ke-6 mulai

terlihat tinggi tanaman anggur meningkat cukup pesat. Pada minggu ke-14

terjadi penurunan tinggi tanaman anggur kontrol hal ini dikarenakan adanya

serangan penyakit yang menyebabkan pucuk tanaman layu sehingga

mengurangi tinggi tanaman. Walaupun tinggi tanaman kembali mengalami

peningkatan diminggu selanjutnya, namun pada minggu terakhir pengukuran

0

Tinggi Tanaman Anggur Tiap Minggu

(48)

serangan penyakit telah menyerang cabang-cabang lainnya sehingga terjadi

penurunan. Minggu ke-13 hingga minggu ke-17 terjadi peningkatan yang

cukup tinggi pada jenis tanah aluvial yaitu 88.3 cm ; 101 cm ; 127.5 cm ; 131.6

cm ; 137.6 cm dan hal yang sama juga terjadi pada jenis tanah mediteran yaitu

57.1 cm ; 67.8 cm ; 88.2 cm ; 90.5 cm ; 109.1 cm. Berdasarkan uji Anova,

diketahui bahwa F hitung = 0.754 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat dinyatakan

bahwa perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman anggur (lampiran 9).

2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur Varietas Probolinggo

Biru

Pertambahan diameter batang yang terjadi juga digunakan sebagai

parameter pertumbuhan. Diameter akan membesar karena adanya perbanyakan

ataupun pembesaran sel-sel yang menyusun tubuh tanaman tersebut. Demikian

halnya dengan tinggi tanaman, sangat dimungkinkan perbesaran diameter

tanaman yang sejenis memiliki perbedaan akibat dari faktor lingkungan. Grafik

di bawah ini merupakan pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas

Probolinggo Biru pada empat jenis tanah.

Grafik 3. Pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda

(49)

Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial, mediteran dan kontrol

menunjukkan pertambahan diameter batang yang berbeda tidak terlalu jauh

yaitu sebanyak 0.3 cm pada tanah aluvial dan mediteran dan 0.2 pada kontrol,

sedangkan pada jenis tanah regosol pertambahan hanya 0.07 cm.

Pengamatan diameter tanaman anggur dilakukan selama 10 minggu, dan

selalu mengalami peningkatan selama pengamatan, kecuali tanaman anggur

pada jenis tanah regosol yang mengalami penurunan. Diameter batang tanaman

anggur pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 4. Diameter batang tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan

Hingga minggu ke-13, rata-rata diameter tanaman anggur pada semua

perlakuan mengalami peningkatan yang stabil. Namun di minggu ke-14

rata-rata diameter batang tanaman anggur pada jenis tanah regosol mengalami

pengurangan yang cukup drastis dari 0.64 cm menjadi 0.49 cm, hal ini

dikarenakan tanaman anggur diserang hama dan penyakit pada bagian batang

yang menyebabkan batang menjadi kisut. Sedangkan rata-rata diameter batang

dari perlakuan lainnya tetap mengalami peningkatan hingga minggu terakhir,

0

Diameter Batang Tanaman Anggur Tiap Minggu

(50)

tanaman anggur pada jenis tanah aluvial mencapai 0.78 cm, pada jenis tanah

mediteran 0.71 cm dan kontrol 0.72 cm. Berdasarkan uji Anova, diketahui

bahwa F hitung = 0.346 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat dinyatakan bahwa

perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap diameter

batang tanaman anggur (lampiran 10).

3. Jumlah Daun Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru

Daun merupakan salah satu bagian pokok dari tumbuhan. Munculnya daun

sebagai bagian tumbuhan yang baru menjadi bukti bahwa suatu tanaman

mengalami pertumbuhan. Semakin banyak jumlah daun yang tumbuh, semakin

baik pula pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil pengamatan jumlah daun pada

tanaman anggur varietas Probolinggo Biru disajikan dalam grafik di bawah ini :

Grafik 5. Pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda

Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang ditanam pada jenis tanah

aluvial menunjukkan pertambahan jumlah daun terbanyak yaitu 23 helai dan

pada jenis tanah mediteran pertambahan jumlah daunnya sebanyak 21 helai,

sedangkan pada kontrol dan jenis tanah regosol hanya 9 helai dan 4 helai.

0

(51)

Dalam pengamatan jumlah daun tanaman anggur selama 16 minggu,

naik-turunnya jumlah daun lebih terlihat dibandingkan dengan pengamatan tinggi

ataupun diameter. Penurunan jumlah daun terjadi karena daun yang rontok

akibat penyakit lebih besar dibandingkan dengan daun-daun muda yang

tumbuh. Grafik 6 menunjukkan perubahan jumlah daun tiap minggu pada

masing-masing perlakuan.

Grafik 6. Jumlah daun tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan

Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial dan mediteran mengalami

peningkatan yang cukup tinggi di minggu ke-2 yaitu dari 6 helai menjadi 10

helai untuk jenis tanah aluvial dan dari 5 helai menjadi 12 helai untuk jenis

tanah mediteran, namun di minggu ke-3 keduanya mengalami penurunan.

Kemudian hingga minggu ke-7 jumlah daun pada jenis tanah aluvial terus

meningkat mencapai 19 helai sedangkan pada jenis tanah mediteran jumlah

daunnya terus meningkat hingga minggu ke-10 yang mencapai 16 helai.

Jumlah daun tanaman anggur pada kontrol terus mengalami peningkatan

hingga minggu ke-9, walaupun jumlahnya di bawah jumlah daun dari jenis

Jumlah Daun Tanaman Anggur Tiap Minggu

(52)

tanah lainnya. Jumlah daun pada tanah regosol hanya berkisar antara 11 – 13

helai hingga minggu ke-11. Di minggu ke-11 terjadi pengurangan jumlah daun

tanaman anggur pada jenis tanah mediteran dan kontrol yaitu menjadi 13 helai

dan 8 helai. Dari minggu ke-12 hingga ke-14 terjadi peningkatan jumlah daun

pada jenis tanah aluvial, regosol dan mediteran mencapai 30 ; 12 dan 26 helai,

sedangkan pada kontrol terus mengalami pengurangan hingga minggu terakhir

pengamatan. Pada minggu ke-15 terjadi pengurangan jumlah daun pada jenis

tanah aluvial menjadi 27 helai dan tanah mediteran menjadi 24 helai. Minggu

terakhir pengamatan, jumlah daun pada jenis tanah regosol, aluvial, mediteran

dan kontrol masing – masing adalah 10 ; 29 ; 26 ; 11 helai. Berdasarkan uji

Anova, diketahui bahwa F hitung = 1.872 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat

dinyatakan bahwa perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata

terhadap jumlah daun tanaman anggur (lampiran 11).

4. Ketahanan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru Terhadap Hama

dan Penyakit

Penanaman tanaman anggur pada penelitian ini dilakukan pada awal

November 2013 yang merupakan awal musim penghujan. Pada musim

penghujan serangan hama dan penyakit pada tanaman anggur lebih banyak

karena kondisi lingkungan yang jauh lebih lembab. Berikut ditampilkan hasil

pengamatan ketahanan tanaman anggur varietas Probolinggo biru terhadap

(53)

Grafik 7. Presentase daun sehat tanaman anggur tiap minggu

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa ketahanan tanaman anggur terhadap

hama dan penyakit pada masing-masing perlakuan berubah-ubah setiap

minggunya. Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial memiliki ketahanan

terbaik walaupun juga mengalami penurunan seperti pada pengamatan minggu

kelima hingga ketujuh, namun penurunannya tidak sebanyak penurunan

ketahanan pada tanaman anggur di jenis tanah lainnya. Sedangkan yang paling

rentan terserang hama dan penyakit adalah tanaman anggur pada jenis tanah

regosol.

B. PEMBAHASAN

1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan

Berdasarkan analisis statistik dengan uji Anova diketahui bahwa jenis

tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman

anggur. Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi tanah yang diharapkan berbeda

ternyata diindikasi memiliki kesaaman struktur dan nutrisi akibat dari

perlakuan, selain itu ada faktor selain jenis tanah yang berpengaruh seperti

serangan hama dan penyakit.

Presentase Sisa Daun Sehat Tiap Minggu

(54)

Sebelum digunakan sebagai media tanam, ketiga jenis tanah telah melalui

proses pengolahan, yaitu pencampuran dengan pupuk dan pasir (dapat dilihat

di Cara Kerja BAB III). Penambahan pasir pada setiap jenis tanah tentunya

juga mengubah sifat asli tanah, diketahui bahwa tanaman anggur dapat tumbuh

dengan baik jika ditanam pada kondisi tanah yang memiliki komposisi

lempung, pasir, dan liat (Cahyono, 2010), dengan penambahan tersebut secara

tidak langsung menyediakan kondisi tanah yang dikehendaki oleh tanaman

anggur. Pupuk yang diberikan dapat meningkatkan kandungan humus tanah,

mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi

serta memperbaiki sifat tanah ( Swift & Sachez, 1984 ; Logan, 1990), dengan

demikian nutrisi setiap jenis tanah menjadi sama hal ini mengakibatkan

pertumbuhan tanaman anggur menjadi sama sehingga berdasarkan analisis

statitiska tidak terdapat perbedaan pertumbuhan.

Menurut Dinas Pertanian Kota Probolinggo, penanaman tanaman anggur

biasa di lakukan pada akhir musim hujan sedangkan dalam penelitian ini

penanaman dilakukan di awal musim hujan. Tingginya curah hujan saat

pelaksanaan penelitian juga memicu tumbuhnya jamur yang membawa

penyakit bagi tanaman anggur yang menyebabkan 8 % dari seluruh tanaman

anggur mati di minggu ke-3 setelah tanam. Dalam penelitian ini penanaman

dilakukan berdekatan dengan area persawahan, hal ini memungkinkan serangan

yang cukup tinggi dari hama yang berada di area persawahan. Hama dan

penyakit yang menyerang semua tanaman anggur pada setiap perlakuan

menyebabkan pertumbuhan tanaman anggur menjadi sama, oleh karena itu

(55)

2. Pola Pertumbuhan Tanaman Anggur Tiap Minggu

Pola pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang diamati

selama 17 minggu merupakan pertumbuhan fase vegetatif karena yang diamati

adalah fase berkembangnya bagian vegetatif dari tanaman yaitu batang dan

daun. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan mengalami

fluktuasi dari minggu ke minggu.

Pada minggu-minggu awal setelah penanaman dapat dikatakan tanaman

anggur masih beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, dapat dilihat dari

pertambahan tinggi batang dan jumlah daun pada semua jenis tanah terlihat

lambat hingga minggu ke-5. Dari minggu ke-6 , tanaman anggur pada semua

jenis tanah mulai menunjukkan peningkatan pertumbuhan batang dan daun.

Bertambahnya jumlah daun berpengaruh pada meningkatnya tinggi dan

diameter batang, karena mampu menghasilkan hasil fotosintesis yang lebih

tinggi. Ditunjukkan pada minggu ke-7 pada kontrol jumlah daun bertambah 3

helai dan tinggi tanaman juga bertambah 11cm. Pertumbuhan yang cukup

tinggi juga terjadi pada tanaman anggur setelah dilakukan pemangkasan

bentuk, tunas yang akan ditumbuhkan pada ketiak batang akan tumbuh dengan

cepat setelah pucuk batang tersebut dipangkas. Seperti tanaman anggur pada

jenis tanah aluvial di minggu ke-10 yang tingginya bertambah hingga 19cm

dari minggu sebelumnya.

Peningkatan pertumbuhan yang signifikan terjadi setelah minggu ke-12

hingga minggu terakhir pengamatan, hal ini terjadi karena pada minggu ke-12

dilakukan penambahan pupuk kascing dan kompos di semua tanaman.

Penambahan pupuk tersebut langsung ditanggapi oleh beberapa tanaman

(56)

pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman yang sangat banyak

dibandingkan dengan minggu sebelum dilakukan pemupukan.

Berbeda dengan parameter tinggi maupun diameter yang tidak terlalu

sering mengalami penurunan, parameter jumlah daun mengalami fluktuasi

yang lebih beragam. Hal ini dikarenakan hama ataupun penyakit akan

menyerang daun terlebih dahulu yang menyebabkan daun habis karena

dimakan hama ataupun rontok hal ini tentu saja akan mengurangi jumlah daun,

walaupun begitu beberapa tanaman anggur masih dapat memunculkan

tunas-tunas baru.

3. Ketahanan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru terhadap Hama

dan Penyakit

Tanaman anggur merupakan jenis tanaman dengan syarat tumbuh optimal

pada musim kemarau yang panjang, walaupun begitu anggur membutuhkan air

yang cukup agar tidak mengalami kekeringan. Seperti yang terjadi di Singaraja,

Bali pada bulan Desember 2013 dimana kebun-kebun anggur mengalami

penyakit busuk buah akibat curah hujan yang tinggi.

Hama yang menyerang tanaman anggur varietas probolinggo biru pada

penelitian ini adalah kumbang Apogonia destructor yang menyerang daun

anggur pada waktu malam hari serta ulat daun yang beberapa kali

meninggalkan telurnya di bagian bawah helai daun tanaman anggur. Serangan

kedua hama ini terlihat dari bentuk daun yang tidak utuh / berlubang-lubang.

Musim hujan menyebabkan gulma disekitar pot tumbuh lebih cepat dan

subur hal ini berpengaruh jumlah dan variasi hama yang ada. Oleh karena itu

dalam penelitian ini dilakukan pembersihan gulma untuk mengurangi serangan

(57)

Penyakit yang menyerang tanaman anggur varietas probolinggo biru pada

penellitian ini dapat diidentifikasi menjadi beberapa macam penyakit yang

diakibatkan oleh jamur. Salah satu gejala penyakit yang tampak pada hampir

seluruh tanaman pada semua perlakuan adalah daun terlihat kuning pada daun

yang berumur muda dan kecoklatan pada daun yang berumur lebih tua dan di

bagian bawah daun terdapat tepung berwarna putih – kuning seperti

ditunjukkan pada gambar.2(a) yang kemudian akan mengering dan rontok.

Berdasarkan Departemen Proteksi Tanaman IPB gejala awal berupa

bercak-bercak kuning dengan batas bercak-bercak tegas dan terletak pada sisi atas daun-daun

muda, gejala lanjut berupa berubahnya warna bercak menjadi cokelat seperti

ditunjukkan pada gambar.2(b), menimbulkan lapisan putih bertepung di bawah

permukaan daun , dan serangan lanjut mengakibatkan daun menjadi kering dan

rontok merupakan gejala dan serangan dari penyakit embun tepung palsu yang

disebabkan oleh Plasmopora viticola. Dengan demikian salah satu penyakit

yang menyerang tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pad penelitian ini

adalah embun tepung palsu ataupowdery mildew.

Gb.2. Penyakit Powdery mildew (a) bagian bawah daun terdapat seperti tepung berwarna putih-kuning(b)permukaan daun tampak berwarna cokelat

(58)

Siklus hidup dari cendawan Plasmopora viticola adalah miselium

cendawan menempati ruang antar sel dan membentuk sporangiofor,

sporangiofor mempunyai percabangan monopodial dan panjangnya 500 µm,

percabangan dari cabang sporangiofor bersifat dikotom. Sporangium berwarna

hialin, berbentuk oval, berukuran 12-30 x 9-12 µm. Sporangium cendawan

umumnya dibentuk pada malam hari. Pemencaran spora dibantu oleh angin.

Infeksi cendawan terjadi melalui stomata terutama di bawah permukaan daun.

Selain embun tepung palsu ditemukan gejala penyakit lain menyerang

tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada perlakuan kontrol yaitu

munculnya bercak-bercak kehitaman pada pucuk atau tunas yang berlanjut

hingga tangkai dan sulur seperti pada gambar.2, bagian tanaman yang mulai

berwarna hitam akan basah hingga akhirnya kering.

Gb 3. Bercak cokelat dan hitam pada pucuk tanaman anggur varietas Probolinggo Biru

Menurut Departemen Proteksi Tanaman IPB, gejala berupa helaian daun

terdapat bercak-bercak berbatas tegas dengan bagian berwarna cokelat

dikelilingi oleh tepian hitam. Pada sekeliling bercak juga terbentuk daerah

berwarna cokelat tua yang dibatasi tepian berwarna hitam. Pusat bercak tetap

Gambar

Gambar 3. Bercak cokelat dan hitam pada pucuk tanaman
Tabel 4.Instrumen Pengambilan Data Diameter Batang.............................. 26
Grafik 4. Diameter batang tanaman anggur tiap minggu pada
Gambar 1.(a) Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru (b) Buah anggurvarietas Probolinggo Biru
+7

Referensi

Dokumen terkait

This finding also confirms previous studies that found Korean Wave effect has a big influence in today’s world.Other interesting outcome from this research is the

Akses layanan kesehatan ditujukan dangan adanya peningkatan jumlah jaringan,dan kualitas fasilitas layanan kesehatan,seperti Puskesmas keliling,Puskesmas

Pada organisasi dengan budaya organisasi yang kuat nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi orang-orang didalam organisasi dan dalam perilaku mereka sehari-hari.Sebuah organisasi

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan siswa mampu mengembangkan pengetahuannya sehingga kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains

 Masalah pada program search engine  Tidak ada artikel yang sesuai.. Discuss

Dengan menggunakan sampel 139 firm years dari perusahaan publik pada sektor manufaktur (dengan sub-industri sektor industri Dasar dan Kimia; Consumer Goods', dan

Kelompok komoditi yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Juli 2016 ada 4 (empat) kelompok komoditi, yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Penggunaan target/filter Mo/Mo dapat menghasilkan citra dengan kontras yang lebih baik karena energi spektrum sinar-X yang rendah, yaitu 20 keV. Pada energi sinar-X rendah