i
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR
VARIETAS PROBOLINGGO BIRU PADA MEDIA TANAH
MEDITERAN GUNUNGKIDUL, REGOSOL PANTAI
SAMAS DAN ALUVIAL PAINGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
Gustari Dwi Cahyani NIM : 101434046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus yang telah dan akan terus menemani menyelesaikan perjalanan ini,
Bapak di surga, Ibu di Gunungkidul, danTita di Palembang, walaupun terpisah jarak tapi doa dan dukungannya selalu ada
dan,
untuk petualangan baru yang menanti di luar sana
Tuhan membantu dengan cara yang aneh, yang perlu dilakukan untuk memahaminya adalah dengan bersyukur
Seperti tanaman anggur yang tumbuhnya dipengaruhi banyak faktor, ada yang bertahan dan berbuah namun ada pula yang mati. Begitu juga hidup ini, hambatan bisa datang dari mana saja, tentukan pilihanmu apakah akan menyerah dan mati atau beradaptasilah, hadapilah, dan bertahan hingga kau bermanfaat bagi sesamamu
-yayan-vii
PERBANDINGAN PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGUR
VARIETAS PROBOLINGGO BIRU PADA MEDIA TANAH
MEDITERAN GUNUNGKIDUL, REGOSOL PANTAI SAMAS DAN
ALUVIAL PAINGAN
Gustari Dwi Cahyani
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
ABSTRAK
Produksi anggur di Indonesia masih menghadapi beberapa hambatan, salah satunya lahan yang digunakan belum sesuai dengan syarat tumbuh tanaman anggur sehingga hasil produksi belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu jenis tanah (P) yang terdiri dari 3 perlakuan yaitu tanah mediteran (P1), tanah regosol (P2), dan tanah aluvial (P3) serta kontrol. Setiap perlakuan terdiri dari 3 pengulangan sehingga terdapat 12 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini diantaranya tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), jumlah daun (helai) dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi, diameter dan jumlah daun tanaman anggur secara berurutan pada perlakuan jenis tanah mediteran adalah 109 cm ; 0.71 cm ; 26 helai, pada jenis tanah regosol antara lain 46.6 cm ; 0.5 cm ; 10 helai, pada jenis tanah aluvial adalah 137.6 cm ; 0.78 cm ; 29 helai dan pada kontrol adalah 73 cm ; 0.72 cm ; 11 helai. Semua tanaman mengalami serangan hama dan penyakit namun pada perlakuan jenis tanah aluvial memiliki ketahanan yang paling baik. Pola pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru mengalami fluktuasi tiap minggunya.Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jenis tanah tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun.
viii Abstract
COMPARISON OF GROWTH IN PLANTS WINE VARIETIES
PROBOLINGGO BIRU IN MEDITERAN SOIL FROM GUNUNGKIDUL,
REGOSOL SOIL FROM SAMAS BEACH AND ALUVIAL SOIL FROM
PAINGAN
Gustari Dwi Cahyani
Students of the Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University
Yogyakarta
The production of grape in Indonesia still face some barriers, one of them is land used not in accordance with the requirement growing crop of grapes so that the result is not optimal. This research is aimed to know the better soil as media for the growth of plants winevarieties Probolinggo Biru. This research uses experimental methods with a completely randomized design (CRD) one factor that is a type of soil (p) consisting of 3 treatment that is, mediteran soils (p1), regosol soils (p2) dan alluvial soils (p3) and control. Every treatment consisting of 3 repetition so that there are 12 plants. Variable that observed in this research are high in plant (cm), diameter of the stem (cm), number of leaves (strands) and resistance to pest an disease.
` The result showed that high, diameter and number of leaves crop of grapes in a row on treatment a type of soil mediteran is 109 cm ; 0.71 cm ; 26 strands, on a type of soil regosol is 46.6 cm ; 0.5 cm ; 10 strands, on a type of alluvial soil is 137.6 cm ; 0.78 cm ; 29 strands and in control is 73 cm ; 0.72 cm ; 11 strands. All plants experiencing pest attack and disease but in treatment kind of alluvial soil has endurance the best. Plant growth pattern grapes varieties Probolinggo Biru experiencing fluctuations every single week. Result of statistical analysis showing no a significant difference between the treatment, hence can be concluded that a type of soil no effect real against variable high in plant, diameter of the stem and number of leaves.
ix
Kata Pengantar
Puji syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yesus Kristus sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada program Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Judul yang diajukan adalah“
perbandingan Pertumbuhan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru pada
Media Tanah Mediteran Gunungkidul, Regosol Pantai Samas dan Aluvial
Paingan.
Penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi :
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku rektor Universitas Sanata Dharma.
2. Rohandi, Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd, selaku Kepala Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.ScselakuKetua Program Studi
Pendidikan Biologi dan dosen pembimbing penulisan skripsi.
5. Bu Luisa dan bu Ika selaku dosen penguji, ujian yang menyenangkan
dalam arti sebenarnya.
6. Seluruh dosen Pendidikan Bologi, yang telah mengajar dan
membimbing selama penulis menimba ilmu di Universitas Sanata
x
7. Mas Arif dengan semua urusan kesekretariatannya.
8. Bapak Sarosa (alm), kenangan-kenangan bersamamu selalu menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Suhatminari, terimakasih atas kasih sayang, doa dan
dukungannya.
10. Mbak Tita, yang selalu berbagi pengalamannya untuk mendorong
penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.
11. Galuh, Resi, Dwi, Neisya, Cecil, Ester, Hugo, Daus, Sam, Mela, dan
Yesi, kerjasama yang luar biasa di pagi buta itu tidak akan pernah
terlupakan.
12. Para sahabat di PBIO 2010, terimakasihuntukminiatur Nusantara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih jauh dari
sempuna, untuk itu penulis mengharapkan masukan serta saran dan kritik yang
bersifat membangun demi sempurnanya skripsi.
xi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II DASAR TEORI ... 6
A. Tanaman Anggur ... 6
B. Pertumbuhan Tanaman Anggur ... 10
C. Media Tanam ... 11
D. Pupuk ... 15
E. Tabulampot ... 18
F. Hipotesa ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
A. Rancangan Penelitian... 19
B. Variabel Penelitian... 19
C. Desain Penelitian ... 20
D. Tempat dan Waktu Penelitian... 20
E. Alat dan Bahan... 21
F. Cara Kerja ... 21
G. Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
A. Hasil ... 30
B. Pembahasan... 37
1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan ... 37
xii
V. PENERAPAN HASIL PENELITIAN DALAM PEMBELAJARAN.... 44
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. a. Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru... 7 b. Buah Anggur Varietas Probolinggo Biru ... 7 Gambar 2.a. Bagian bawah daun terdapat seperti
tepung berwarna putih-kuning ... 41
b. Permukaan daun tampak berwarna cokelat... 41 Gambar 3. Bercak cokelat dan hitam pada pucuk tanaman
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Layout Penelitian ... 20
Tabel 2.Instrumen Pengumpulan Data Tinggi Tanaman ... 25
Tabel 3.Instrumen Pengambilan Data Jumlah Daun... 25
Tabel 4.Instrumen Pengambilan Data Diameter Batang... 26
Tabel 5.Instrumen Pengambilan Data Ketahanan Terhadap Hama ... 27
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.Pertambahan tinggi tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 30
Grafik 2.Tinggi tanaman anggur tiap minggu pada
masing-masing perlakuan... 31
Grafik 3.Pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 32
Grafik 4. Diameter batang tanaman anggur tiap minggu pada
masing-masing perlakuan... 33
Grafik 5.Pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda... 34
Grafik 6.Jumlah daun tanaman anggur tiap minggu pada
masing-masing perlakuan... 35
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Silabus ...48
Lampiran 2. RPP ...52
Lampiran 3. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Anggur ...67
Lampiran 4. Data Pengamatan Diameter Batang Tanaman Anggur...69
Lampiran 5. Data Pengamatan Jumlah Daun...71
Lampiran 6. Data Pengamatan Presentase Ketahanan Tanaman Anggur terhadap Hama dan Penyakit ...73
Lampiran 7.Uji Normalitas ...74
Lampiran 8.Uji Homogenitas...77
Lampiran 9.Uji Anova Tinggi Tanaman Anggur...78
Lampiran 10.Uji Anova Diameter Batang ...79
Lampiran 11.Uji Anova Jumlah Daun Tanaman Anggur ...80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanaman anggur merupakan tanaman tertua yang dapat ditemukan di
berbagai belahan dunia. Tanaman anggur diduga berasal dari Laut hitam dan
Laut Kaspia yang kemudian menyebar ke Amerika Utara, Amerika Selatan dan
Eropa (Sunarjono, 2008). Penyebaran tanaman anggur selanjutnya dilakukan
oleh negara-negara Eropa dan Amerika Selatan yang membawa ke tanah
jajahannya di Asia dan Afrika. Saat ini tanaman anggur menjadi tanaman
andalan para petani untuk mata pencaharian karena dipandang sebagai tanaman
yang bernilai komersil, termasuk di Indonesia walaupun anggur lokal
menghadapi tantangan dari anggur impor (Setiadi, 2007).
Di Indonesia sentra anggur terdapat di Jawa Timur ( Kediri, Probolinggo,
Pasuruan, Situbondo), dan Bali yang memiliki udara kering dan suhu udara
yang panas dengan demikian sinar matahari di kawasan ini relatif cukup.
Produktifitas anggur di kawasan tropis, lebih rendah dibanding dengan
kawasan sub tropis, jika di kawasan sub tropis hasil optimal anggur bisa
mencapai 20 ton per hektar per tahun, maka di kawasan tropis seperti Indonesia
hanya setengahnya. Tetapi panen anggur di kawasan sub tropis hanya bisa
sekali dalam setahun dan di Indonesia bisa hampir tiga kali, dan saat panennya
bisa di atur sepanjang tahun (Budiyati, 2008).
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Indonesia
mempunyai koleksi anggur di Kebun Percobaan Banjarsari, 7 diantaranya telah
Probolinggo Biru-81, Bali, Kediri Kuning, Probolinggo Super, dan pada tahun
2007-2008 Prabu Bestari, Jestro Ag60 dan Jestro Ag86 telah dilepas sebagai
anggur varietas unggul yang mempunyai kualitas buah seperti anggur impor
(Budiyati, 2008).
Walaupun lahan di Indonesia potensial untuk budidaya anggur dan telah
memiliki varietas-varietas unggul, terdapat permasalahan yang berkembang
dalam usaha tani anggur sampai saat ini. Hal ini meliputi: 1) Kesesuaian lahan ,
terutama kaitannya dengan persyaratan tumbuh tanaman anggur, belum semua
petani melaksanakan usaha tani anggur pada lahan yang sesuai sehingga hasil
tidak optimal, 2) Varietas yang ditanam belum semuanya bermutu baik
sehingga produktivitas dan kualitas buah yang dihasilkan beragam, 3)
Pemupukan belum dilakukan secara efisien sehingga mempengaruhi produksi
dan biaya produksi, 4) Tingginya intensitas serangan penyakit downy mildew
(Plasmopara viticola) terutama pada musim hujan sehingga berpengaruh
terhadap produksi, 5) Penanganan pasca panen belum dikuasai oleh petani
terutama hasil olahan, 6) Belum dikuasainya teknologi budidaya anggur secara
efisien oleh petani, 7) Butir buah anggur mudah rontok bila musim hujan
terutama pada anggur varietas Kediri Kuning (Baswarsiati, 2009).
Dari beberapa permasalahan yang ada dalam budidaya anggur, peneliti
ingin melakukan eksperimen sebagai upaya dalam menemukan solusi supaya
budidaya anggur di Indonesia bisa lebih berkembang. Dalam hal ini peneliti
mengangkat permasalahan kesesuaian lahan untuk tanaman anggur yaitu jenis
tanah sebagai media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan anggur. Berkaitan
dengan hal tersebut peneliti menggunakan tiga jenis tanah yang berbeda yaitu
tanah regosol yang didapat dari kawasan gumuk pasir di Pantai Samas, dan
jenis tanah aluvial dari kompleks Universitas Sanata Dharma, Sleman. Dalam
penelitian akan diamati pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo
Biru pada masing-masing jenis tanah selama 17 minggu dengan indikator
pertumbuhan diukur dari tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang,
selain itu dilihat pula pengaruh perbedaan jenis media tanah terhadap
ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru yang ditanam pada media tanah yang berbeda?
2. Jenis tanah manakah yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggur
varietas Probolinggo Biru?
3. Bagaimana pola pertumbuhan tanaman anggur setiap minggu pada media
tanah yang berbeda ?
4. Apakah terdapat perbedaan ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan
penyakit pada media tanah yang berbeda ?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Varietas anggur yang digunakan adalah Probolinggo Biru salah satu
varietas unggulan Indonesia.
2. Media tanah yang digunakan yaitu tanah regosol dari Pantai Samas, Bantul
; tanah mediteran dari Patuk, Gunungkidul ; tanah alluvial dari Paingan,
3. Teknik penanaman anggur adalah dengan cara tabulampot (tanaman buah
dalam pot).
4. Indikator pertumbuhan tanaman anggur dilihat dari tinggi batang, jumlah
daun dan diameter batang.
5. Ketahanan terhadap hama dan penyakit diamati untuk melihat ada
tidaknya perbedaan yang nyata akibat perbedaan jenis tanah.
6. Pengamatan dilakukan selama 17 minggu.
D. Tujuan penelititan
1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pertumbuhan tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru dari tiga media tanah yang berbeda.
2. Mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman
anggur varietas Probolinggo Biru.
3. Menunjukkan pola pertumbuhan tanaman anggur pada ketiga jenis media
tanah.
4. Mengetahui ketahanan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada
ketiga jenis tanah terhadap hama dan penyakit.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a) Peneliti dapat menyalurkan ilmu biologi yang sudah didapatkan untuk
mengerjakan penelitian.
b) Peneliti mampu memahami dasar-dasar bertanam anggur dan dapat
memberikan informasi bagi petani anggur maupun masyarakat umum.
a) Petani anggur dapat mengetahui media tanam yang baik untuk
pertumbuhan tanaman anggur khususnya varietas Probolinggo Biru.
b) Masyarakat umum yang memiliki minat khusus terhadap tanaman anggur
6
BAB II
DASAR TEORI
A. Tanaman Anggur
Anggur berasal dari daerah sebelah selatan antara Laut Kaspia dan Laut
Hitam di Asia Kecil. Selanjutnya sejak awal abad ke-19 anggur menyebar ke
Indonesia, antara lain di Pulau Pisang (Sumatera Barat), Ternate, Halmahera,
Kupang, Makassar, Besuki dan Banyuwangi (Jawa Timur), Buleleng (Bali) dan
Lombok (Nusa Tenggara Barat).
1. Sistematika dan Morfologi Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru
Dalam ilmu tumbuhan, tanaman anggur diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dycotyledonae
Ordo :Vitales
Famili :Vitaceae
Genus :Vitis
Spesies :Vitis vinifera L
Varietas : Probolinggo Biru
Melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No.856/Kpts/TP.240/12/1985 varietas anggur Probolinggo Biru ditetapkan
sebagai salah satu varietas unggul. Varietas ini berasal dari Kebun Percobaan
Banjarsari, Probolinggo. Varietas ini memiliki tinggi tanaman yang tidak
Batangnya berwarna coklat dengan bentuk daun bulat dengan urat daun
menjari, pangkal daun berlekuk dalam, panjang daun 11cm dan lebarnya 10cm.
Warna daun mudanya hijau kekuningan sedangkan yang tua berwarna hijau tua
dan tidak berbulu. Tangkai daunnya berwarna kemerahan.Bunga varietas
Probolinggo Biru-81 ini kecil, sempurna dan dalam tandan dengan warna putih
kekuningan. Buah berbentuk bulat sampai bulat telur, buah yang masih muda
berwarna hijau dan bila telah matang berwarna merah kehitaman, kulit buah
tertutup lapisan bedak tipis, jumlah buah per tandan mencapai 78 buah dengan
rasa yang manis sehingga baik untuk buah segar (meja) ataupun minuman
anggur. Dapat dipanen setelah berumur 105-110 hari(matang di pohon) setelah
pemangkasan. Selain itu varietas Probolinggo biru-81 memerlukan penjarangan
buah disisakan 70%–80% (Cahyono,2010).
(a) (b)
Gambar 1.(a) Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru (b) Buah anggur varietas Probolinggo Biru
2. Syarat Tumbuh
Keadaan iklim yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi anggur pada
ketinggian 0-300 mdpl dengan suhu udara antara 25-31°C, kelembapan udara
40% - 80%, intensitas sinar matahari (penyinaran) 50% –80% dan curah hujan
dibudidayakan di dataran rendah yang beriklim kering, terutama di tepi-tepi
pantai dengan musim kemarau panjang berkisar 4-7 bulan. Jenis atau varietas
anggur dataran rendah yang ditanam di dataran tinggi menyebabkan perubahan
kuantitas dan kualitas buah, buah menjadi kecil-kecil dan rasanya masam.
Tanaman anggur membutuhkan banyak air tetapi tidak tahan terhadap hujan
lebat. Pembungaan pada musim hujan dapat menyebabkan bunga berguguran
hingga rusak terserang penyakit (Rukmana,2012).
Pada umumnya tanaman anggur memiliki adaptasi yang luas terhadap
berbagai jenis tanah dengan tekstur dan struktur tanah yang beragam, mulai
dari yang lempung berliat sampai yang berpasir atau kerikil (tekstur kasar).
Namun untuk pertumbuhan yang baik, tanaman anggur menghendaki tanah
dengan tekstur tanah liat berpasir dengan komposisi 30-50% lempung, 30-50%
pasir dan 7-12% liat dan bertekstur gembur (remah), tanah mudah
merembeskan air (berdrainase baik), tanah memiliki daya menahan air cukup
baik. Struktur tanah yang gembur dan tekstur tanah yang halus akan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman,
pertumbuhan tanaman, dan pembentukan buah. Karena struktur tanah yang
gembur dapat terdapat tata udara dan tata air yang baik sehingga tanah cukup
tersedia oksigen yang sangat diperlukan untuk pernafasan perakaran tanaman
dan kehidupan organisme dalam tanah, serta pengambilan unsur hara oleh
tanaman. Tanaman anggur tidak tahan terhadap air yang menggenang lama
3. Hama dan Penyakit
Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman anggur antara lain : tungau,
ulat daun dan belalang. Serangan hama bisa datang sendiri atau terbawa oleh
angin, air atau hewan lain.
a) Ulat grayak : merusak daun dari pinggiran hingga ke tengah daun, dan
menimbulkan lubang-lubang pada daun. Di sekitar daun yang rusak biasanya
dijumpai kotoran ulat tersebut (Suwito, 2007). Ulat ini menyerang pada malam
hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di dalam tanah. Pengolahan tanah
(pendangiran) secara intensif dapat dilakukan untuk membunuh kepompong
dan ulat yang bersembunyi di dalam tanah.
b) Kumbang daun : aktif pada senja dan malam hari. Kumbang menyerang
dengan cara memakan atau merusak daun kemudian membuat lubang-lubang
kecil pada permukaan daun. Serangan berat menyebabkan proses fotosintesis
terganggu sehingga pertumbuhan tanaman kerdil.
Tanaman anggur juga dapat terserang penyakit, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a) Bercak daun Cercospora: disebabkan oleh cendawanCercospora viticola
yang menyerang pada keadaan cuaca lembab. Gejala serangannya mula-mula
pada daun dan tunas muda terjadi bercak-bercak berwarna coklat tua yang
bersudut, kemudian timbul bintik-bintik hitam pada bercak, dan serangan berat
menyebabkan tunas muda mengering (mati).
b) Karat daun : disebabkan oleh cendawan Physopella ampelopsidis. Gejala
serangannya adalah terdapat tepung berwarna jingga (spora jamur) pada sisi
bawah daun. Gejala yang spesifik dapat diamati dari sisi atas daun adalah
tertutup lapisan tepung (spora). Serangan berat dapat menyebabkan daun
kering dan rontok.
c) Busuk kapang kelabu : disebabkan oleh cendawan Botrytis cinerea yang
berkembang saat buah anggur menjelang masak. Busuk kapang kelabu
mula-mula menyerang jaringan yang terletak tepat di bawah permukaan buah yang
menyebabkan kulit buah terlepas dari dagingnya, kemudian buah busuk lunak
berair. Hal ini dapat menyebabkan pembusukan seluruh buah dalam satu
dompolan selama pengangkutan dan penyimpanan. Serangan berat
menyebabkan buah berwarna coklat tua, keriput dan busuk.
d) Tepung Palsu : disebabkan oleh cendawan Plasmopora viticola. Penyakit
ini menyerang secara berat pada musim hujan. Gejala serangan penyakit
tepung palsu mula-mula tampak pada sisi daun yang menimbulkan
bercak-bercak berwarna kuning kehijauan, kemudian bercak-bercak meluas dan bersatu serta
berubah warna menjadi cokelat berlapis tepung. Serangan berat menyebabkan
daun kering dan rontok.
B. Pertumbuhan Tanaman Anggur
Tubuh tumbuhan tersusun atas berjuta-juta sel dengan ukuran yang
berbeda. Secara umum tubuh tumbuhan tinggi terdiri atas “sumbu silindris”
dengan tonjolan-tonjolan lateral yang seringkali mempunyai struktur serupa
dengan sumbu pusat. Sumbu utama sebenarnya tersusun atas dua bagian yang
berbeda sifat fisiologi dan struktur morfologinya. Bagian sumbu di atas tanah
biasanya disebut “batang” dan bagian sumbu di bawah tanah disebut “akar”.
Tiga macam tonjolan yang tumbuh pada sumbu utama yakni : daun, jonjot dan
(teratur), sedangkan jonjot dan bulu tidak mempunyai pola yang tertentu (tidak
teratur).
Sumbu utama beserta tonjolan-tonjolannya dibentuk oleh pertumbuhan
ujung tumbuhan (titik tumbuh), tubuh yang dibentuk pertama kali ini
dinamakan tubuh primer karena dibentuk oleh pertumbuhan primer.
Pertumbuhan primer memperpanjang sumbu utama, membentuk sistem
percabangan dengan tonjolan-tonjolan lainnya atau dengan kata lain
membangun bagian tumbuhan muda yang baru. Setelah bagian-bagian ini
mencapai ukuran tertentu, maka pertambahan selanjutnya hanya dilakukan oleh
pertumbuhan sekunder (Heddy, 1987).
C. Media Tanam
1. Pengertian Media Tanam
Media tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tinggal tanaman. Media
tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara
dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada
tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan
menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup. Penggunaan
media tanam yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi
tanaman untuk itu media tanam harus sesuai dengan karakteristik tanaman.
Fungsi media tanam adalah sebagai tempat unsur hara, mampu memegang
air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar
2. Tanah Sebagai Media Tanam
Tanah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuburan
tanaman. Struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah tanah gembur yang
di dalamnya terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara
yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman dan struktur tanah yang remah
karena udara dan air tanah dapat berjalan lancar, temperatur stabil sehingga
memacu pertumbuhan jasad renik yang memegang peranan penting dalam
proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Struktur tanah yang kurang
baik adalah tanah liat karena tersusun dari partikel- partikel yang cukup kecil.
Dibandingkan tanah pasir kurang lebih 100 kali partikel tanah liat.
Kehalusannya membuat tanah liat cenderung menggumpal dan amat rakus
mengisap air dan menahan air tersebut dengan ketat sehingga tanah liat
menjadi lembab dan udara berputar cukup lambat, ketika kering akan
menggumpal seperti batu dan sifatnya kian kedap udara (Lingga, 1994).
Porositas tanah adalah bagian dari volume tanah yang tidak ditempati oleh
padatan tanah. Tanah pasir memiliki porositas kurang dari 50% yang bersifat
merembeskan air yang mengangkut zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman
dan gerakan udara di dalam tanah menjadi lebih lancar. Sedangkan tanah
berliat memiliki porositas lebih dari 50% sehingga mudah menangkap air
hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas (Anonim
1992).
Perbedaan pertumbuhan pada masing-masing jenis tanah juga dipengaruhi
oleh sifat kimia tanah. Di dalam tanah dikenal adanya unsur-unsur yang
menjaga kesuburan tanah seperti Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium.
maupun anion). Karena perbedaan muatan antara kation – anion yang ada di
dalam akar dengan kation – anion yang di luar akar, maka terjadilah tukar
menukar ion antara akar dan tanah (Dwijoseputro, 1986). Tanah dapat
menyediakan kebutuhan hara tanaman karena memiliki kemampuan kapasitas
tukar kation (KTK) yaitu banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat
dijerap (dilekatkan) oleh tanah per satuan berat tanah (per 100 gr). Tanah
dengan kapasitas tukar kation (KTK) tinggi mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan kapasitas tukar
kation (KTK) rendah. Tanah dengan kandungan bahan unsur tinggi atau
dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah dengan
bahan unsur rendah atau tanah berpasir (Mustafa, 2012). Dengan demikian
tanah aluvial dan mediteran memiliki kapaitas tukar kation (KTK) yang lebih
tinggi dibanding dengan tanah regosol, sehingga hara dalam tanah rogosol
mudah tercuci karena kurangnya kemampuan untuk menjerap (melekatkan)
unsur hara yang berupa kation dan menyebabkan tanah kekurangan unsur hara
yang diperlukan tanaman yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat,
sedangkan tanah aluvial dan mediteran memiliki kemampuan yang lebih tinggi
untuk mengikat kation-kation yang diperlukan tanaman di tanah dan tidak
mudah tercuci.
3. Jenis Tanah dan Karakteristiknya
a) Tanah Mediteran
Tanah di kawasan Patuk, Gunungkidul termasuk dalam tanah mediteran
karena terbentuk dari pelapukan batuan gamping/batu kapur yang berkembang
dari formasi karang dengan tanah berwarna merah-coklat dan tertimbun dalam
horizon bawah, tekstur lempung (berat) sehingga kalau kering gumpal sangat
keras, jika basah sangat lekat. Tanah tersebut terletak pada topografi
berbukit-bergunung, sehingga ketika hujan airnya cepat mengalir ke bawah tidak
menggenang, tingkat keasaman tanah (pH) 6-7,5, kadar unsur hara umumnya
tinggi (Supriyo, 2009).
b) Tanah Regosol
Bukit-bukit pasir di pantai Samas terbentuk dari pasir di pantai yang
berasal dari erosi dan terbawa oleh sungai, kemudian terbawa oleh kekuatan
angin laut yang bersifat deflasidan akumulasi. Tanah pasir ini termasuk dalam
jenis tanah regosol bukit pasir yang bertekstur kasar dan memiliki kemampuan
menyimpan air sangat rendah, aerasinya sangat baik, drainase cepat, dan
kandungan garam sangat tinggi, hal ini menjadi kendala jika akan ditanami.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dapat dilakukan dengan pemupukan
dengan bahan organik (pupuk kandang, pupuk kompos, pupuk hijau) atau
material yang mampu menyimpan air banyak (Supriyo, 2009).
c) Tanah Aluvial
Tanah lempung vulkanik di Paingan termasuk dalam jenis tanah alluvial.
Jenis tanah ini bervariasi dari satu satu daerah ke daerah lainnya. Beberapa
bahan endapan dapat berupa batu kapur, batuan metamorfik, deposit lanau dan
dapat pula berupa abu gunung berapi yang bercampur bahan organik. Tekstur
tanahnya liat atau liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan
teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur hara relatif kaya dan banyak
tergantung pada bahan induknya, tingkat keasaman (pH) yang sangat rendah
D. Pupuk
Pupuk adalah unsur -unsur esensial baik makro maupun mikro, dalam
bentuk komponen anorganik maupun organik yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk kelangsungan hidupnya (Yulipriyanto,2010). Pemupukan dilakukan
untuk menambah unsur hara bagi tanah dan tanaman. Pupuk dibedakan
menjadi bermacam-macam dilihat dari bentuknya, bahan pembuatan dan
lan-lain.
1. Pupuk Kompos
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari hasil penguraian aneka bahan
sampah organik. Pengomposan adalah proses dimana bahan organik
mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Bahan baku
pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen,
seperti kotoran hewan, sampah hijauan, lumpur cair dan limbah industri
pertanian
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan
untuk menguatkan struktur lahan kritis dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan air tanah, menggemburkan kembali tanah pertanian karena
peningkatan aktivitas mikroba, dan sebagai media tanam. Kompos yang
bermutu baik memiliki ciri berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan
warna tanah, tidak larut dalam air, tidak berbau, suhu kurang lebih sama
2. Pupuk Kompos Cacing (kascing)
Kompos cacing adalah kompos yang terbuat dari bahan organik yang
dicerna oleh cacing, yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.
Pembentukan pupuk ini dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah
organic hingga cacing tersebut berkembang biak dari dalamnya dan
menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran.
Kualitas kompos cacing tergantung pada jenis bahan media atau pakan
yang digunakan, jenis cacing tanah dan umur kompos cacing. Kompos cacing
yang berkualitas baik memiliki warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak
berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20). Kompos cacing mempunyai
kemampuan menahan air sebesar 40-60 % sehingga mampu mempertahankan
kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH, menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman (Alex S.).
3. Pupuk Cair (Lyphotril A.)
Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu
dengan air, pada umumnya pupuk ini disemprotkan ke daun. Pupuk cair
Lyphotril A. merupakan campuran berbagai unsur bahan pupuk, unsur
anorganik dengan bahan organik yang digunakan lewat sistem penyerapan
permukaan stomata atau seluruh pori daun, batang dan buah, dengan
kandungan unsur nitrogen, phosphat, kalium, MgO, CaO, vitamin dan mineral.
Manfaat dan kegunaan dariLyphotril A.diantaranya :
• Mempengaruhi percepatan pada pertumbuhan pucuk daun dan menguatkan
• Mempercepat proses pertumbuhan bunga dan ketahanan bunga sampai
terjadinya proses pembuahan, serta ketahanan bakal buah pada kondisi
klimat ekstrem.
• Memperbesar kemungkinan keberhasilan dalam budidaya, dengan
pencegahan terjadinya kerontokan bunga, buah dan daun, serta percepatan
pertumbuhan dan perkembangannya.
• Pemupukan langsung diserap oleh pori permukaan daun (stomata), batang
dan buahnya, dan langsung diproses dalam metabolisme asimilasinya,
sehingga dapat dapat mengurangi derajat kehilangan mikro haranya, maka
proses serapan pada daun, batang dan buahnya akan sangat efisien.
Penekanan karena kehilangan dapat dihindari sekecil mungkin. • Meningkatkan kualitas dan kuantitas panennya.
• Mempersingkat waktu panen.
• Tidak menggunakan bahan perekat pada musim penghujan.
• Tidak membunuh keberadaan organisme tanah, sehingga akan
menciptakan keseimbangan ekosistem kawasan yang baru dan
memudahkan tumbuhnya keanekaragaman hayati dan rehabilitasi predator
alami.
• Dapat digunakan untuk mencegah timbulnya keriting daun/patek daun.
• Produk pertanian yang dihasilkan akan sangat ramah dengan lingkungan
dan tidak meninggalkan residu pestisida siklis pada hasil pangannya.
E. Tabulampot (Tanaman Buah dalam Pot)
Tabulampot adalah singkatan dari tanaman buah dalam pot. Pada dasarnya
semua pohon buah-buahan bisa ditanam dalam pot. Meski secara fisik tidak
tumbuh sebesar pohon biasa, namun dengan perawatan dan pemupukan yang
baik, tabulampot juga cepat berbuah.
Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan tanaman.
Dari berbagai jenis bahan pot, yang lebih baik untuk tanaman anggur adalah
pot yang berbahan dasar tanah, hal ini cukup baik pengaruhnya bagi tanaman,
karena pot berbahan dasar tanah memilki pori-pori pada bagian dasarnya yang
dapat menyerap air, sehingga akar tanaman tidak mudah kekeringan apabila
terlambat menyiram dan tidak akan lembab apabila terlalu banyak air
penyiraman.
F. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan nyata pertumbuhan tanaman anggur dari ketiga jenis
media tanah yang diberikan.
2. Media tanah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggur varietas
Pobolinggo Biru adalah jenis tanah regosol dari pantai Samas.
3. Pola pertumbuhan tanaman anggur pada ketiga jenis media tiap minggu
menunjukkan kenaikan pertumbuhan.
4. Terdapat perbedaan ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan
penyakit pada ketiga jenis media tanam. Tanah yang lebih liat akan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RancanganPenelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental karena
dilakukan dengan sengaja memberikan suatu perlakuan terhadap objek
penelitan kemudian diteliti bagaimana akibatnya dari perlakuan yang
diberikan. Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah perbedaan
jenis tanah sebagai media tanam yang diterapkan pada objek penelitian yaitu
tanaman anggur varietas Probolinggo Biru. Jenis tanah yang digunakan sebagai
perlakuan adalah tanah mediteran, regosol dan aluvial dengan tiga pengulangan
untuk masing-masing perlakuan. Data yang dibutuhkan untuk analisis adalah
tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun dan presentase sisa daun sehat
yang diambil satu minggu sekali.
B. Variabel Penelitian
Terdapat tiga variable yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel
kontrol dalam penelitian ini.
1. Variabel bebas yaitu media tanah yang digunakan yaitu jenis tanah
mediteran, regosol dan alluvial.
2. Variabel terikat yaitu pertumbuhan tanaman yang diukur dari tinggi
tanaman, jumlah daun,diameter batang dan presentase daun sehat dari 12
tanaman anggur varietas Probolinggo Biru.
3. Variabel kontrol yaitu varietas anggur Probolinggo Biru,umur bibit, jenis
seperti suhu, sinar matahari, jumlah dan waktu penyiraman, pemberian
pupuk, penggemburan tanah dan penyiangan.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian RAL atau Rancangan Acak
Lengkap.Dalam penelitian ini terdapat 3 perlakuan yang dilambangkan P1, P2,
P3 dan kontrol yang dilambangkan dengan K, dengan pengulangan sebanyak 3
kali sehingga seluruhnya terdapat 12 satuan percobaan. Dengan demikian
layoutpercobaan dapat dibuat seperti di bawah ini ;
Tabel 1.LayoutPenelitian
P1a P2a P3a K
P1b P2b P3b K
P1c P2c P3c K
Keterangan :
a ; b ; c : pengulangan
P1 : perlakuan pada media tanah mediteran P2 : perlakuan pada media tanah regosol P3 : perlakuan pada media tanah aluvial
K : kontrol
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengamatan dilakukan sejak 6 November 2013 hingga 26 Februari
2014, berlokasi di Kebun Percobaan Prodi Pendidikan Biologi, Paingan,
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Pot g) Gelas ukur 1 liter
b) Meteran h) Ember
c) Kawat i) Tali rafia
d) Cangkul j) Gunting
e) Sekop k) Tabung semprot
f) Bilah bambu l). Jangka sorong
2. Bahan
a) Bibit tanaman anggur
probolinggo biru
f)
g)
Pupuk kascing
Insektisida Lannate
b) Tanah alluvial h) Fungisida Cobox
c) Tanah regosol i) Pupuk daun Lyphotril A
d) Tanah mediteran j). Air
e) Pupuk kompos
F. Cara Kerja
1. Penyiapan Lahan
a) Membersihkan lahan lokasi penelitian dari rumput.
b) Memasang pagar di sekeliling lahan
c) Mengukur jarak posisi antar pot 2 meter
d) Menempatkan pot pada posisi yang telah ditentukan
e) Batang kayu hidup ditancapkan di sebelah kanan dan kiri
f) Setiap batang dihubungkan dengan kawat yang dipasang mendatar
sebanyak 2-3 jajar..
g) Kawat pertama dipasang dengan ketinggian 60 cm dari permukaan
tanah, kawat berikutnya berjarak 70 cm dari kawat sebelumnya.
2. Penyiapan Media Tanam
a) Mengambil tanah regosol dari gumuk pasir pantai Samas, Bantul
b) Mengambil tanah alluvial dari kebun obat Kampus III Universitas
Sanata Dharma, Paingan, Sleman
c) Mengambil tanah mediteran dari lahan milik Universitas Sanata
Dharma di kecamatan Patuk, Gunungkidul
d) Menghaluskan tanah yang menggumpal
3. Penyampuran Pupuk dan Tanah
a) Pupuk kompos dan kascing ditakar menggunakan ember yang
berukuran sama dengan perbandingan 1 : 1
b) Pupuk dibolak-balik menggunakan cangkul sehingga tercampur.
c) Tanah regosol dicampur dengan pasir dan pupuk mengikuti
perbandingan 2 : 1 : 1
d) Tanah alluvial dicampur dengan pupuk dan pasir mengikuti
perbandingan 2 : 1:1
e) Tanah mediteran dicampur dengan pupuk dan pasir mengikuti
perbandingan 2 : 1 : 1
f) Kontrol dibuat dengan perbandingan antara pasir dan pupuk adalah
1:1
g) Hasil penyampuran dimasukkan ke dalam 3 pot untuk masing-masing
h) Media disiram dan didiamkan selama 3 hari
4. Penanaman
a) Pada bagian tengah pot, tanah digali menggunakan sekop.
b) Media tanam dalam polybag bibit disiram dengan air bersih hingga
cukup basah namun tidak sampai becek.
c) Salah satu sisi polybag digunting untuk memudahkan membuka
polybag.
d) Setelah polybag terbuka, bibit dikeluarkan dan diusahakan bentuk
tanah tetap utuh.
e) Bibit anggur yang sudah dikeluarkan, ditanam tepat di tengah-tengah
lubang, dengan posisi bibit tegak.
f) bidang perakaran dan pangkal batang bibit tanaman anggur ditimbun
dengan lapisan tanah atas, sambil dipadatkan pelan-pelan.
g) Sekitar perakaran bibit tanaman anggur disiram hingga cukup basah
atau lembab.
h) Bilah bambo ditancapkan dekat dengan tanaman anggur sebagai
tempat merambat.
5. Perawatan
a) Penyiraman
1) Tanaman disiram setiap hari pada pagi hari dan disesuaikan dengan
kelembaban tanah.
2) Jumlah air yang diberikan untuk setiap perlakuan adalah sama yaitu 1
liter.
b) Pemupukan
2) Diberikan 5 hari setelah tanam, kemudian 7 hari sekali selama 2 bulan,
setelah itu diberikan setiap 15 hari sekali.
3) Lyphotril A diencerkan terlebih dahulu dengan takaran 72 ml
diencerkan pada 10 liter air.
4) Pemberian dilakukan dengan menyemprotkan pada bagian daun yang
menghadap bawah pada pagi hari.
5) Pupuk kascing juga diberikan untuk menambah nutrisi yang hilang
terutama setelah hujan.
c) Pengendalian Hama dan Penyakit
1) Sekeliling batang diberi abu gosok untuk menghindari semut dan
rayap.
2) Insektisida disemprotkan secara berkala 1 minggu sekali pada daun
dan batang pada sore hari dengan pengenceran terlebih dahulu.
3) Pembersihan lahan dari gulma secara berkala untuk mengurangi
keberadaan hama dan kelembaban yang dapat menyebabkan jamur.
4) Fungisida disemprotkan seminggu satu kali dengan pengenceran
terlebih dahulu.
d) Pemangkasan
1) Cabang primer diikatkan pada bilah bambu untuk membantu
menopang tegaknya tanaman.
2) Tunas yang muncul di ketiak batang dibuang.
3) Saat tanaman mencapai tinggi 50 cm pucuk dipangkas. Disisakan 2
tunas yang akan ditumbuhkan menjadi cabang sekunder.
4) Sulur dari cabang sekunder diarahkan untuk merambat di pagar atau
5) Setelah cabang sekunder mencapai panjang ± 20 cm, pucuk dipangkas
untuk mendapatkan cabang–cabang tersier.
6. Pengamatan
a) Pengukuran tinggi batang dilakukan dengan mengukur panjang
tanaman dari pangkal hingga ujung pada setiap cabang menggunakan
meteran dan hasil setiap minggu dicatat dalam tabel2.
Tabel 2.Instrumen pengumpulan data tinggi tanaman
b) Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang berada di
tanaman termasuk yang masih berupa pucuk-pucuk daun kemudian
data dimasukkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Instrumen pengambilan data jumlah daun
c)
no
Hari
pengamatan
tinggi tanaman (cm)
Keterangan
P1 P2 P3
a b c a b c a b c
no
Hari
pengamatan
Jumlah daun
Keterangan
P1 P2 P3
c) Diameter batang yang diukur adalah cabang paling besar yang
terdapat di pangkal cabang primer dan data dimasukkan dalam tabel 4.
Tabel 4. Instrumen pengambilan data diameter batang
no
Hari
pengamatan
diameter batang (cm)
Keterangan
P1 P2 P3
a b c a b c a b c
d) Ketahanan tanaman anggur terhadap hama dan penyakit didapat dari
menghitung jumlah persentase sisa daun yang utuh (tidak diserang
hama ataupun penyakit) pada masing-masing daun di setiap tanaman.
Penentuan presentase daun sehat dilakukan dengan cara berikut ini:
1) Presentase daun sehat dalam 1 tanaman (x) = 100 %
2) Presentase daun sehat per helai (y) = 100%
3) Kriteria daun yang sehat tiap helainya antara lain ; • Tidak ada lubang / jamur = y
• Terdapat lubang dan/atau jamur di sebagian helai daun =
• Terdapat lubang dan/atau jamur merata di seluruh bagian
daun =
• daun kering dan hampir rontok = 0
4) presentase sisa daun sehat tiap helai dijumlahkan untuk
Kemudian data di catat dalam tabel 5.
Tabel 5. Instrumen pengambilan data ketahanan terhadap hama dan penyakit
G. Analisis Data
1. Pengelompokkan data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dikelompokkan untuk
memudahkan analisis. Pengelompokkan ini dilakukan dengan tujuan
mendapatkan rata-rata pertumbuhan dari setiap perlakuan dengan, dan
dilakukan pada semua parameter pertumbuhan.
Tabel 6. Tabulasi Data Percobaan
Perlakuan Tinggi tanaman anggur (cm)
a b c Jumlah Rerata
P1
P2
P3
K
2. Analisis Variansi
Dalam uji ANOVA terdapat asumsi dasar yang hendaknya dipenuhi oleh
data yang akan dianalisis, tidak terpenuhinya asumsi ini dapat menimbulkan
kesimpulan yang salah. Asumsi yang harus dipenuhi antara lain , normalitas
no
Hari
pengamatan
daun yang tidak rusak (%)
Keterangan
P1 P2 P3
yang merupakan persyaratan pertama yaitu data sampel hendaknya berasal dari
distibusi normal, kemudian homogenitas yang menghendaki data sampel
memiliki varians yang sama.
Uji normalitas data dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan
program SPSS. Normalitas dipenuhi jika hasil uji signifikan untuk taraf
signifikansi (α = 0.05). Untuk mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil
uji normalitas dilakukan dengan memperhatikan bilangan pada kolom
signifikansi (Sig.), jika bilangan signifikansi yang diperoleh > α maka sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi normal, sedangkan jika bilangan
signifikansi yang diperoleh < α maka sampel bukan berasal dari data yang
terdistribusi normal. Jika hasil uji normaitas dinyatakan bahwa data
terdistribusi secara normal maka dapat dilakukan uji homogenitas (Budi,
2006).
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa
populasi sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan SPSS, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai
berikut, jika nilai signifikansi < 0.05 maka dikatakan bahwa varian dari
kelompok populasi dataadalah tidak sama. Sedangkan jika nilai signifikansi >
0.05, maka dikatakan bahwa varian dari kelompok populasi data adalah sama.
Apabila diketahui data homogen maka dapat dilakukan uji komparatif Anova.
Uji Anova dilakukan untuk menguji ada tidaknya perbedaan mean pada
masing-masing kelompok. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan melihat
nilai F hitung dengan ketentuan jika F hitung > F tabel untuk alpha 0.05 maka
hitung < F tabel untuk alpha 0.05 maka tidak ada perbedaan yang berarti dari
perlakuan yang diberikan.
Apabila F hitung menunjukkan hasil yang signifikan atau menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna maka perlu dilakukan analisis lanjutan untuk
menunjukkan perlakuan terhadap kelompok mana yang berbeda. Analisis ini
dikenal istilah post hoc dan dapat dilakukan dengan tes Tukey’s HSDpada
program SPSS. Secara praktis, hasil uji signifikansi dapat diketahui dengan
cepat pada output yang ada, yaitu dengan melihat tanda *, yang menunjukkan
bahwa perbedaan rata-rata adalah signifikan dan sebaliknya tidak adanya tanda
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan pada hasil pengamatan
parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah
daun, didapatkan hasil bahwa data setiap parameter adalah normal (lampiran
7). Kemudian dilakukan uji homogenitas pada hasil pengamatan
masing-masing parameter yang menunjukkan bahwa varians data adalah homogen
(lampiran 8). Berikut ini adalah data masing-masing perlakuan dari setiap
parameter.
1. Pertambahan Tinggi Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru
Cara termudah untuk mengetahui adanya pertumbuhan pada tanaman
adalah dengan mengamati perubahan tinggi tanaman yang terjadi. Di bawah ini
disajikan pertambahan tinggi tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang
ditanam pada empat jenis media yang berbeda.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pertambahan tinggi tanaman anggur
varietas Probolinggo Biru pada jenis tanah mediteran merupakan yang tertinggi
yaitu mencapai 105.3 cm, yang diikuti tanaman pada kontrol yaitu 70.5 cm dan
tanaman pada jenis tanah aluvial 53.4 cm, sedangkan pertambahan tinggi
tanaman terendah ditunjukkan pada jenis tanah regosol yang hanya 41.3 cm.
Hasil pengamatan tinggi tanaman anggur pada masing-masing perlakuan
selama 17 minggu dapat dilihat dalam grafik di bawah ini.
Grafik 2.Tinggi tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa kecepatan pertamabahan tinggi
tanaman anggur mengalami fluktuasi. Hingga berumur satu bulan pertumbuhan
tinggi tanaman anggur dari semua perlakuan masih lambat, di minggu ke-5
tinggi tanaman pada tanah regosol hanya mencapai 10.9 cm, pada tanah aluvial
11.2 cm, pada tanah mediteran 7.9 dan kontrol 5.6 cm. Dari minggu ke-6 mulai
terlihat tinggi tanaman anggur meningkat cukup pesat. Pada minggu ke-14
terjadi penurunan tinggi tanaman anggur kontrol hal ini dikarenakan adanya
serangan penyakit yang menyebabkan pucuk tanaman layu sehingga
mengurangi tinggi tanaman. Walaupun tinggi tanaman kembali mengalami
peningkatan diminggu selanjutnya, namun pada minggu terakhir pengukuran
0
Tinggi Tanaman Anggur Tiap Minggu
serangan penyakit telah menyerang cabang-cabang lainnya sehingga terjadi
penurunan. Minggu ke-13 hingga minggu ke-17 terjadi peningkatan yang
cukup tinggi pada jenis tanah aluvial yaitu 88.3 cm ; 101 cm ; 127.5 cm ; 131.6
cm ; 137.6 cm dan hal yang sama juga terjadi pada jenis tanah mediteran yaitu
57.1 cm ; 67.8 cm ; 88.2 cm ; 90.5 cm ; 109.1 cm. Berdasarkan uji Anova,
diketahui bahwa F hitung = 0.754 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat dinyatakan
bahwa perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman anggur (lampiran 9).
2. Pertambahan Diameter Batang Tanaman Anggur Varietas Probolinggo
Biru
Pertambahan diameter batang yang terjadi juga digunakan sebagai
parameter pertumbuhan. Diameter akan membesar karena adanya perbanyakan
ataupun pembesaran sel-sel yang menyusun tubuh tanaman tersebut. Demikian
halnya dengan tinggi tanaman, sangat dimungkinkan perbesaran diameter
tanaman yang sejenis memiliki perbedaan akibat dari faktor lingkungan. Grafik
di bawah ini merupakan pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas
Probolinggo Biru pada empat jenis tanah.
Grafik 3. Pertambahan diameter batang tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda
Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial, mediteran dan kontrol
menunjukkan pertambahan diameter batang yang berbeda tidak terlalu jauh
yaitu sebanyak 0.3 cm pada tanah aluvial dan mediteran dan 0.2 pada kontrol,
sedangkan pada jenis tanah regosol pertambahan hanya 0.07 cm.
Pengamatan diameter tanaman anggur dilakukan selama 10 minggu, dan
selalu mengalami peningkatan selama pengamatan, kecuali tanaman anggur
pada jenis tanah regosol yang mengalami penurunan. Diameter batang tanaman
anggur pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4. Diameter batang tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan
Hingga minggu ke-13, rata-rata diameter tanaman anggur pada semua
perlakuan mengalami peningkatan yang stabil. Namun di minggu ke-14
rata-rata diameter batang tanaman anggur pada jenis tanah regosol mengalami
pengurangan yang cukup drastis dari 0.64 cm menjadi 0.49 cm, hal ini
dikarenakan tanaman anggur diserang hama dan penyakit pada bagian batang
yang menyebabkan batang menjadi kisut. Sedangkan rata-rata diameter batang
dari perlakuan lainnya tetap mengalami peningkatan hingga minggu terakhir,
0
Diameter Batang Tanaman Anggur Tiap Minggu
tanaman anggur pada jenis tanah aluvial mencapai 0.78 cm, pada jenis tanah
mediteran 0.71 cm dan kontrol 0.72 cm. Berdasarkan uji Anova, diketahui
bahwa F hitung = 0.346 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat dinyatakan bahwa
perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap diameter
batang tanaman anggur (lampiran 10).
3. Jumlah Daun Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru
Daun merupakan salah satu bagian pokok dari tumbuhan. Munculnya daun
sebagai bagian tumbuhan yang baru menjadi bukti bahwa suatu tanaman
mengalami pertumbuhan. Semakin banyak jumlah daun yang tumbuh, semakin
baik pula pertumbuhan tanaman tersebut. Hasil pengamatan jumlah daun pada
tanaman anggur varietas Probolinggo Biru disajikan dalam grafik di bawah ini :
Grafik 5. Pertambahan jumlah daun tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada media tanah yang berbeda
Tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang ditanam pada jenis tanah
aluvial menunjukkan pertambahan jumlah daun terbanyak yaitu 23 helai dan
pada jenis tanah mediteran pertambahan jumlah daunnya sebanyak 21 helai,
sedangkan pada kontrol dan jenis tanah regosol hanya 9 helai dan 4 helai.
0
Dalam pengamatan jumlah daun tanaman anggur selama 16 minggu,
naik-turunnya jumlah daun lebih terlihat dibandingkan dengan pengamatan tinggi
ataupun diameter. Penurunan jumlah daun terjadi karena daun yang rontok
akibat penyakit lebih besar dibandingkan dengan daun-daun muda yang
tumbuh. Grafik 6 menunjukkan perubahan jumlah daun tiap minggu pada
masing-masing perlakuan.
Grafik 6. Jumlah daun tanaman anggur tiap minggu pada masing-masing perlakuan
Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial dan mediteran mengalami
peningkatan yang cukup tinggi di minggu ke-2 yaitu dari 6 helai menjadi 10
helai untuk jenis tanah aluvial dan dari 5 helai menjadi 12 helai untuk jenis
tanah mediteran, namun di minggu ke-3 keduanya mengalami penurunan.
Kemudian hingga minggu ke-7 jumlah daun pada jenis tanah aluvial terus
meningkat mencapai 19 helai sedangkan pada jenis tanah mediteran jumlah
daunnya terus meningkat hingga minggu ke-10 yang mencapai 16 helai.
Jumlah daun tanaman anggur pada kontrol terus mengalami peningkatan
hingga minggu ke-9, walaupun jumlahnya di bawah jumlah daun dari jenis
Jumlah Daun Tanaman Anggur Tiap Minggu
tanah lainnya. Jumlah daun pada tanah regosol hanya berkisar antara 11 – 13
helai hingga minggu ke-11. Di minggu ke-11 terjadi pengurangan jumlah daun
tanaman anggur pada jenis tanah mediteran dan kontrol yaitu menjadi 13 helai
dan 8 helai. Dari minggu ke-12 hingga ke-14 terjadi peningkatan jumlah daun
pada jenis tanah aluvial, regosol dan mediteran mencapai 30 ; 12 dan 26 helai,
sedangkan pada kontrol terus mengalami pengurangan hingga minggu terakhir
pengamatan. Pada minggu ke-15 terjadi pengurangan jumlah daun pada jenis
tanah aluvial menjadi 27 helai dan tanah mediteran menjadi 24 helai. Minggu
terakhir pengamatan, jumlah daun pada jenis tanah regosol, aluvial, mediteran
dan kontrol masing – masing adalah 10 ; 29 ; 26 ; 11 helai. Berdasarkan uji
Anova, diketahui bahwa F hitung = 1.872 dan F tabel = 4.35 sehingga dapat
dinyatakan bahwa perbedaan jenis tanah tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap jumlah daun tanaman anggur (lampiran 11).
4. Ketahanan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru Terhadap Hama
dan Penyakit
Penanaman tanaman anggur pada penelitian ini dilakukan pada awal
November 2013 yang merupakan awal musim penghujan. Pada musim
penghujan serangan hama dan penyakit pada tanaman anggur lebih banyak
karena kondisi lingkungan yang jauh lebih lembab. Berikut ditampilkan hasil
pengamatan ketahanan tanaman anggur varietas Probolinggo biru terhadap
Grafik 7. Presentase daun sehat tanaman anggur tiap minggu
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa ketahanan tanaman anggur terhadap
hama dan penyakit pada masing-masing perlakuan berubah-ubah setiap
minggunya. Tanaman anggur pada jenis tanah aluvial memiliki ketahanan
terbaik walaupun juga mengalami penurunan seperti pada pengamatan minggu
kelima hingga ketujuh, namun penurunannya tidak sebanyak penurunan
ketahanan pada tanaman anggur di jenis tanah lainnya. Sedangkan yang paling
rentan terserang hama dan penyakit adalah tanaman anggur pada jenis tanah
regosol.
B. PEMBAHASAN
1. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Pertumbuhan
Berdasarkan analisis statistik dengan uji Anova diketahui bahwa jenis
tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman
anggur. Hal tersebut bisa terjadi karena kondisi tanah yang diharapkan berbeda
ternyata diindikasi memiliki kesaaman struktur dan nutrisi akibat dari
perlakuan, selain itu ada faktor selain jenis tanah yang berpengaruh seperti
serangan hama dan penyakit.
Presentase Sisa Daun Sehat Tiap Minggu
Sebelum digunakan sebagai media tanam, ketiga jenis tanah telah melalui
proses pengolahan, yaitu pencampuran dengan pupuk dan pasir (dapat dilihat
di Cara Kerja BAB III). Penambahan pasir pada setiap jenis tanah tentunya
juga mengubah sifat asli tanah, diketahui bahwa tanaman anggur dapat tumbuh
dengan baik jika ditanam pada kondisi tanah yang memiliki komposisi
lempung, pasir, dan liat (Cahyono, 2010), dengan penambahan tersebut secara
tidak langsung menyediakan kondisi tanah yang dikehendaki oleh tanaman
anggur. Pupuk yang diberikan dapat meningkatkan kandungan humus tanah,
mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi
serta memperbaiki sifat tanah ( Swift & Sachez, 1984 ; Logan, 1990), dengan
demikian nutrisi setiap jenis tanah menjadi sama hal ini mengakibatkan
pertumbuhan tanaman anggur menjadi sama sehingga berdasarkan analisis
statitiska tidak terdapat perbedaan pertumbuhan.
Menurut Dinas Pertanian Kota Probolinggo, penanaman tanaman anggur
biasa di lakukan pada akhir musim hujan sedangkan dalam penelitian ini
penanaman dilakukan di awal musim hujan. Tingginya curah hujan saat
pelaksanaan penelitian juga memicu tumbuhnya jamur yang membawa
penyakit bagi tanaman anggur yang menyebabkan 8 % dari seluruh tanaman
anggur mati di minggu ke-3 setelah tanam. Dalam penelitian ini penanaman
dilakukan berdekatan dengan area persawahan, hal ini memungkinkan serangan
yang cukup tinggi dari hama yang berada di area persawahan. Hama dan
penyakit yang menyerang semua tanaman anggur pada setiap perlakuan
menyebabkan pertumbuhan tanaman anggur menjadi sama, oleh karena itu
2. Pola Pertumbuhan Tanaman Anggur Tiap Minggu
Pola pertumbuhan tanaman anggur varietas Probolinggo Biru yang diamati
selama 17 minggu merupakan pertumbuhan fase vegetatif karena yang diamati
adalah fase berkembangnya bagian vegetatif dari tanaman yaitu batang dan
daun. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan mengalami
fluktuasi dari minggu ke minggu.
Pada minggu-minggu awal setelah penanaman dapat dikatakan tanaman
anggur masih beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya, dapat dilihat dari
pertambahan tinggi batang dan jumlah daun pada semua jenis tanah terlihat
lambat hingga minggu ke-5. Dari minggu ke-6 , tanaman anggur pada semua
jenis tanah mulai menunjukkan peningkatan pertumbuhan batang dan daun.
Bertambahnya jumlah daun berpengaruh pada meningkatnya tinggi dan
diameter batang, karena mampu menghasilkan hasil fotosintesis yang lebih
tinggi. Ditunjukkan pada minggu ke-7 pada kontrol jumlah daun bertambah 3
helai dan tinggi tanaman juga bertambah 11cm. Pertumbuhan yang cukup
tinggi juga terjadi pada tanaman anggur setelah dilakukan pemangkasan
bentuk, tunas yang akan ditumbuhkan pada ketiak batang akan tumbuh dengan
cepat setelah pucuk batang tersebut dipangkas. Seperti tanaman anggur pada
jenis tanah aluvial di minggu ke-10 yang tingginya bertambah hingga 19cm
dari minggu sebelumnya.
Peningkatan pertumbuhan yang signifikan terjadi setelah minggu ke-12
hingga minggu terakhir pengamatan, hal ini terjadi karena pada minggu ke-12
dilakukan penambahan pupuk kascing dan kompos di semua tanaman.
Penambahan pupuk tersebut langsung ditanggapi oleh beberapa tanaman
pertambahan jumlah daun dan tinggi tanaman yang sangat banyak
dibandingkan dengan minggu sebelum dilakukan pemupukan.
Berbeda dengan parameter tinggi maupun diameter yang tidak terlalu
sering mengalami penurunan, parameter jumlah daun mengalami fluktuasi
yang lebih beragam. Hal ini dikarenakan hama ataupun penyakit akan
menyerang daun terlebih dahulu yang menyebabkan daun habis karena
dimakan hama ataupun rontok hal ini tentu saja akan mengurangi jumlah daun,
walaupun begitu beberapa tanaman anggur masih dapat memunculkan
tunas-tunas baru.
3. Ketahanan Tanaman Anggur Varietas Probolinggo Biru terhadap Hama
dan Penyakit
Tanaman anggur merupakan jenis tanaman dengan syarat tumbuh optimal
pada musim kemarau yang panjang, walaupun begitu anggur membutuhkan air
yang cukup agar tidak mengalami kekeringan. Seperti yang terjadi di Singaraja,
Bali pada bulan Desember 2013 dimana kebun-kebun anggur mengalami
penyakit busuk buah akibat curah hujan yang tinggi.
Hama yang menyerang tanaman anggur varietas probolinggo biru pada
penelitian ini adalah kumbang Apogonia destructor yang menyerang daun
anggur pada waktu malam hari serta ulat daun yang beberapa kali
meninggalkan telurnya di bagian bawah helai daun tanaman anggur. Serangan
kedua hama ini terlihat dari bentuk daun yang tidak utuh / berlubang-lubang.
Musim hujan menyebabkan gulma disekitar pot tumbuh lebih cepat dan
subur hal ini berpengaruh jumlah dan variasi hama yang ada. Oleh karena itu
dalam penelitian ini dilakukan pembersihan gulma untuk mengurangi serangan
Penyakit yang menyerang tanaman anggur varietas probolinggo biru pada
penellitian ini dapat diidentifikasi menjadi beberapa macam penyakit yang
diakibatkan oleh jamur. Salah satu gejala penyakit yang tampak pada hampir
seluruh tanaman pada semua perlakuan adalah daun terlihat kuning pada daun
yang berumur muda dan kecoklatan pada daun yang berumur lebih tua dan di
bagian bawah daun terdapat tepung berwarna putih – kuning seperti
ditunjukkan pada gambar.2(a) yang kemudian akan mengering dan rontok.
Berdasarkan Departemen Proteksi Tanaman IPB gejala awal berupa
bercak-bercak kuning dengan batas bercak-bercak tegas dan terletak pada sisi atas daun-daun
muda, gejala lanjut berupa berubahnya warna bercak menjadi cokelat seperti
ditunjukkan pada gambar.2(b), menimbulkan lapisan putih bertepung di bawah
permukaan daun , dan serangan lanjut mengakibatkan daun menjadi kering dan
rontok merupakan gejala dan serangan dari penyakit embun tepung palsu yang
disebabkan oleh Plasmopora viticola. Dengan demikian salah satu penyakit
yang menyerang tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pad penelitian ini
adalah embun tepung palsu ataupowdery mildew.
Gb.2. Penyakit Powdery mildew (a) bagian bawah daun terdapat seperti tepung berwarna putih-kuning(b)permukaan daun tampak berwarna cokelat
Siklus hidup dari cendawan Plasmopora viticola adalah miselium
cendawan menempati ruang antar sel dan membentuk sporangiofor,
sporangiofor mempunyai percabangan monopodial dan panjangnya 500 µm,
percabangan dari cabang sporangiofor bersifat dikotom. Sporangium berwarna
hialin, berbentuk oval, berukuran 12-30 x 9-12 µm. Sporangium cendawan
umumnya dibentuk pada malam hari. Pemencaran spora dibantu oleh angin.
Infeksi cendawan terjadi melalui stomata terutama di bawah permukaan daun.
Selain embun tepung palsu ditemukan gejala penyakit lain menyerang
tanaman anggur varietas Probolinggo Biru pada perlakuan kontrol yaitu
munculnya bercak-bercak kehitaman pada pucuk atau tunas yang berlanjut
hingga tangkai dan sulur seperti pada gambar.2, bagian tanaman yang mulai
berwarna hitam akan basah hingga akhirnya kering.
Gb 3. Bercak cokelat dan hitam pada pucuk tanaman anggur varietas Probolinggo Biru
Menurut Departemen Proteksi Tanaman IPB, gejala berupa helaian daun
terdapat bercak-bercak berbatas tegas dengan bagian berwarna cokelat
dikelilingi oleh tepian hitam. Pada sekeliling bercak juga terbentuk daerah
berwarna cokelat tua yang dibatasi tepian berwarna hitam. Pusat bercak tetap