• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

2. Teknik Membaca Total Gaya SAVI

Pembelajaran tidak otomatis meningkatkan dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana-kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada

pembelajaran. Ini dinamakan belajar SAVI. Unsur-unsurnya mudah diingat.

1.) Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat. 2.) Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar.

3.) Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan. 4.) Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.22

Keempat cara belajar ini harus ada belajar berlangsung optimal. Hal itu dikarena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan. Di bawah ini diberikan perincian setiap keempat cara tersebut.

b. Pengertian SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) Gaya belajar Dave Meier dikenal dengan sebutan model SAVI

(Somatis, Audiotori, Visual, Intelektual) dalam bukunya The

Accelerated Learning Handbook. Konsep dasar dari pembelajaran

ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan.

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Selanjutnya Meier menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang berpengaruh besar pada pembelajaran.23

1.) Belajar Somatis

“Somatis” berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh soma (seperti dalam psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti “belajar

22 Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan) (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91-92.

17

dengan indra peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh waktu belajar”.24

Pada umumnya, pembelajaran di sekolah terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang sering terjadi adalah

„duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut’, karena menurutnya belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian neurologi menemukan bahwa „pikiran tersebar di

seluruh tubuh’ atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. 25 Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh sepenuhnya dalam belajar, berarti menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya.

Para pelajar somatis atau kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak pelajar somatis menjauhkan diri dari bangku, mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan sekeliling mereka.

Siswa ingin menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, bukan penerima pasif atas segala informasi. Salah satu cara merangsang somatis siswa adalah dengan gerakan Brain

Gym. Brain Gym adalah serangkaian gerakan sederhana yang

menyenangkan dan digunakan oleh para siswa di educational

kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan belajar siswa dengan

menggunakan keseluruhan otak.

Bila diberi kesempatan untuk bergerak dengan cara mereka sendiri, anak-anak mampu menyelesaikan proses belajarnya. Dengan dukungan dan izin untuk bergerak secara positif di dalam kelas, siswa dapat mengembangkan kemampuan intelegensinya

24Ibid, h. 92 25Ibid, h. 93

yang unik dan lengkap dengan cara alami dan tidak akan terlambat lagi, melainkan merasa bebas untuk belajar.

Ciri-ciri tipe somatis adalah sebagai berikut berbicara dengan perlahan; menanggapi perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada disik dan banyak bergerak; mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; belajar melalui memanipulasi dan praktik; menghafal dengan cara berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu lama; tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang sudah pernah berada di tempat itu; menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot; mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca; kemungkinan tulisannya jelek; ingin melakukan segala sesuatu; menyukai permainan yang menyibukkan.26

2.) Belajar Auditori

Bobbi Deporter menyatakan bahwa, “belajar auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran”. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang disadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara. Beberapa area penting di otak menjadi aktif.27

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajaran, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

26 Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Terjemahan) (Bandung: kaifa, 2005), h. 118-120

19

makna pribadi bagi diri sendiri. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset. 28

Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa; menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.29

Ciri-ciri tipe auditori adalah sebagai berikut berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah terganggu oleh keributan; menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca; senang membaca dengan keras dan mendengarkan; dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara; merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam irama yang berpola; biasanya pembicara yang fasih; lebih suka musik daripada seni; belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan satu sama lain; lebih pandai mengeja dengan suara keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.30

28Ibid, h. 97

29 Prof. Dr. Azhar, Arsyad M.A, Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 149

3.) Belajar Visual

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasananya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.31 Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk lisan, dan pesan nonverbal visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal visual. Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan.32

Pada sekolah dasar dan menengah banyak pelajar yang berorientasi visual merespons dengan baik pada film, televisi, slide, poster, diagram, bagan, komputer, dan materi-materi berkode warna. Selain berobservasi, belajar dapat juga dipertinggi dengan peralatan visual seperti komputer, teleskop, kamera video, stensil, tanda-tanda, media artistik, barang-barang bangunan dan gambar rencana. Pelajar visual sebaiknya selalu dimotivasi untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka.

Ciri-ciri tipe visual ialah sebagai berikut rapi dan teratur; berbicara dengan cepat; perencanaan dan pengatur jangka panjang yang baik; teliti dan mendetail; mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pemikiran mereka; mengingat apa yang dilihat daripada didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan;

31 Dave Meier, Op. Cit, h. 97

21

mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah kelompok; lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; seing menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak; lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato; seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.33

4.) Belajar Intelektual

Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.34 Intelektual adalah “bagian diri yang merenung, menciptakan, memecahkan masalah, dan membangun makna”. Intelektual juga adalah penciptak makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar bagi dirinya.35 Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

33Ibid, h. 83

34 Dave Meier, Op. Cit, h. 99 35Ibid, h. 99

Dokumen terkait