• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TEKNIK MEMBACA TOTAL GAYA SAVI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF KELAS III MIN 15 BINTARO TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

oleh

ROZA INDAH PRATIWI NIM 1110018300059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Mama dan papa tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung

setiap saat, baik moral maupun materiil. Kakak tersayang yang selalu

memberikan semangat. Teman terbaik sekaligus yang insya Allah akan

menjadi calon pendamping hidup saya Agung Wahyu Purnomo,

S. Ik yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

Sahabat-sahabat Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dalam menuntut

(6)

i

BINTARO Tahun Ajaran 2014/ 2015. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI Terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 BINTARO. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian group pretest-posttest desain. Penelitian ini dilakukan di MIN 15 Bintaro tanggal 2 September – 9 September 2014. Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Instrument penelitian ini berupa tes dan non tes. Adapun tes berupa (essai) yang berjumlah 10 soal, sedangkan non tes berupa tes lisan yang dilakukan setiap siswa untuk mengetahui cara membaca intensif mereka. Dalam pengolahan data digunakan secara manual, yakni hanya menghitung hasil dari tes yang berupa essai tersebut. Kemudian dalam mengolah data non tes berupa rating scale dan scoring. Hasil yang diperoleh saat pretest di kelas yang dijadikan kelas eksperimen ialah 64,05 % yang termasuk kategori cukup berhasil, kemudian di kelas kontrol ialah 69,71% yang termasuk kategori cukup berhasil. Sedangkan saat posttest di kelas eksperimen 78,39% yang termasuk kategori berhasil, kemudian di kelas kontrol ialah 69,14% yang termasuk kategori cukup berhasil. Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data tersebut disimpulkan bahwa teknik membaca total gaya SAVI berpengaruh dalam kemampuan membaca intensif kelas III MIN 15 Bintaro Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

(7)

ii ABSTRACT

Roza Indah Pratiwi (1110018300059). Effect of Total Style SAVI Reading Techniques Against Class III Intensive Reading Literacy BINTARO MIN 15 Academic Year 2014/2015 Thesis. Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

The purpose of this study was to determine the effect of Total Style SAVI Reading Techniques Against Class III Intensive Reading Ability MIN 15 BINTARO. The method used in this study is experimental research design group pretest-posttest design. This research was conducted at MIN 15 Plastica dated September 2-September 9, 2014. Sampling technique in this study using purposive sampling. This research instrument in the form of tests and non-test. The test form (essay), amounting to 10 questions, while the non-test in the form of an oral test conducted every student to know how to read them intensively. in the data processing used manually, which only counting the results of the test in the form of essays. Later in the process data in the form of non-test rating scale and scoring. The results obtained in the pretest were used as the experimental class grade is 64.05%, which includes the category of fairly successful, then in control of the class is 69.71%, which includes a category quite successful. Meanwhile, when the posttest in the experimental class 78.39% were categorized as successful, then in control of the class is 69.14%, which includes a category quite successful. The results in the processing of these data concluded that the total force SAVI reading techniques affects the ability of intensive reading class III MIN 15 Plastica academic year 2014/2015.

(8)

iii

taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Teknik Membaca Total Gaya SAVI terhadap Kemampuan Membaca Intensif Kelas III MIN 15 BINTARO Tahun Pelajaran 2014/ 2015”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak hambatan yang dialami dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang penulis sampaikan kepada :

1. Dra. Nurlena Rifa‟i MA, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Asep Ediana Latip, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Makyun Subuki, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh pengertian membantu, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulisan mengikuti proses perkuliahan.

(9)

iv

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Drs H. Munadih dan Ibunda Hj. Siti Zainab, S. Pd, MM, kakaku Ardy Ferdian, SH. Yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelsaikan skripsi ini.

8. Agung Wahyu Purnomo, S. IK, seseorang yang selalu memberikan semangat, serta mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku tercinta, Resty Meidiana, Della Triwidiastuti, Risa Afriyanti, Rizka Muzayyinatul Jannah, Djehan Nur Mulyani, Triastuti Nur Hidayah, yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Begitu pula seluruh rekan mahasiswa PGMI 2010, terima kasih atas bantuan, doa dan dukungan yang kalian berikan semoga kebersamaan yang telah dilalui menjadi kenangan terindah untuk menggapai kesuksesan di masa mendatang.

Semoga Allah SWT dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umunya bagi khasanah ilmu pengetahuan. Amin.

Jakarta, 29 September 2014

Penulis

(10)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Membaca ... 7

a. Pengertian Membaca ... 7

b. Jenis-jenis Membaca ... 9

c. Tujuan Membaca ... 13

d. Faktor-faktor Kemampuan Membaca ... 15

2. Teknik Membaca Total Gaya SAVI ... 16

a. Unsur-unsur Gaya SAVI ... 16

b. Pengertian SAVI ... 17

(11)

vi

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Peneltian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 30

B. Metode dan Desain Penelitian ... 30

1. Metode Penelitian ... 30

2. Desain Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 33

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data ... 40

F. Hipotesis Statistik ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Profil Sekolah... 42

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

2. Data dan Analisis Data... 48

C. Pembahasan... 57

BAB V PENUTUP... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

(12)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest

Lampiran 4 : Hasil Pretest Kelas Eksperimen Lampiran 5 : Hasil Pretest Kelas Kontrol Lampiran 6 : Hasil Posttest Kelas Ekperimen Lampiran 7 : Hasil Posttest Kelas Kontrol

Lampiran 8 : Hasil Instrumen Penilaian Audio dan Intelektual Kelas Eksperimen

Lampiran 9 : Hasil Instrumen Penilaian Audio dan Intelektual Kelas Kontrol Lampiran 10 : Hasil Instrumen Penilaian Somatis dan Visual Kelas Eksperimen Lampiran 11 : Hasil Instrumen Penilaian Somatis dan Visual Kelas Kontrol Lampiran 12 : Nilai Bahasa Indonesia kelas III MIN 15 Bintaro

(13)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 ... 30

[image:13.595.117.476.271.549.2]

Tabel 3.2 ... 32

Tabel 3.3 ... 34

Tabel 3.4 ... 35

Tabel 3.5 ... 36

Tabel 3.6 ... 38

Tabel 3.7 ... 40

Tabel 4.1 ... 49

Tabel 4.2 ... 51

Tabel 4.3 ... 53

(14)

1

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Kemampuan yang utama yang harus dimiliki siswa di sekolah dasar adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kemampuan tersebut sebagai dasar untuk mengembangkan diri dan sebagai jembatan dalam mempelajari pelajaran lain. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek, yakni kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Membaca merupakan proses belajar yang efektif. Pengajaran membaca tidak saja diharapkan menumbuhkan keterampilan membaca, tetapi juga menumbuhkan minat dan kegemaran membaca siswa. Minat dan kegemaran membaca merupakan kunci keberhasilan seseorang dalam meraih ilmu pengetahuan dan teknologi.

Membaca merupakan jendela dunia, maksudnya segala informasi yang ada dipenjuru dunia bisa diketahui oleh seseorang melalui membaca. Siswa yang banyakmembaca akan lebih banyak memiliki informasi daripada siswa yang jarang membaca. Pada kenyataannya siswa lebih memilih melalui media elektronik dibandingkan media cetak untuk mendapatkan informasi. Banyak sedikitnya informasi yang dimiliki anak melalui membaca tidak lepas dari kemampuan anak dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, kemampuan membaca merupakan bekal dan kunci keberhasilan seorang siswa dalam menjalani proses pendidikan di sekolah.

(15)

2

beberapa point, salah satunya ialah menemukan informasi tersirat dan tersurat. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada menemukan informasi tersurat. Hal ini dimaksudkan agar siswa-siswi dapat mendapatkan informasi yang ada dalam teks bacaan.

Dengan kemajuan teknologi yang berkembang di zaman modern ini, sangat jarang anak-anak khususnya siswa-siswi sekolah dasar gemar untuk membaca. Pada kenyataannya terlihat di perpustakaan-perpustakaan sekolah yang pernah peneliti kunjungi yakni sedikitnya siswa-siswi yang berkunjung untuk membaca buku di perpustakaan sekolah. Selain itu, di toko buku yang pernah peneliti kunjungi yakni hanya sedikitnya anak-anak yang membaca buku di toko buku tersebut. Hal ini sangat membuat peneliti miris. Peneliti menginginkan siswa-siswi untuk gemar dalam membaca sehingga mampu membaca dengan baik dan benar.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan salah satu kemampuan membaca yang perlu dikembangkan di MIN 15 Bintaro yakni kemampuan membaca intensif. Siswa MIN 15 Bintaro khususnya kelas III termasuk fase anak-anak di kelas rendah yang mempunyai masalah dalam membaca intensif.

Masalah yang peneliti temukan setelah melakukan observasi awal serta wawancara yang dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia bahwasanya siswa kelas III di MIN 15 Bintaro sebagian besar lebih memilih untuk berbicara dan menyimak, jika dibandingkan dengan kegiatan membaca. Apabila diminta untuk membaca, peserta didik memilih untuk teks bacaan yang lebih sedikit.1

Kemudian, apabila mereka disuruh untuk menjawab pertanyaan dari teks tersebut, mereka lebih memilih untuk membaca pertanyaan tersebut setelah itu mereka membaca teks, apabila dibandingkan dengan membaca teks kemudian menjawab pertanyaan. Padahal hal

1 Farida, Ariyani.Wawancara Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Pada Tanggal 17 April 2014

(16)

seperti ini dapat mempengaruhi seberapa besar kemampuan membaca siswa sehingga mampu memahami isi dari teks bacaan tersebut. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

Di sisi lain, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca ialah guru menggunakan metode ceramah. Maksudnya ialah dengan memberikan teks kepada siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk membaca dan kemudian menjawab pertanyaan sesuai dengan teks bacaan. Ketika peneliti tanya tentang pembelajaran yang aktif dengan berbagai metode, guru hanya menjawab susah.2 Sudah jelas bahwa, kurangnya penguasaan metode dan strategi lain yang dimiliki oleh guru tersebut.Hal seperti itu salah satu yang membuat siswa jenuh dan tidak menarik untuk membaca. Selain itu, peneliti merasa dengan menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi membaca intensif kurang tepat, sebab siswa akan lebih pasif dan guru yang lebih aktif.

Ahli psikologi pendidikan seperti Bloom dan Piaget menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asilmilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil risiko. Dengan kata lain, faktor minat baca sangat mempengaruhi kemampuan pemahaman terhadap isi bacaan.3

Kemampuan membaca setiap siswa berbeda-beda. Perbedaan kemampuan membaca tersebut antara lain disebabkan oleh berbagai faktor antara lain minat yang dimiliki setiap siswa. Minat terhadap kegiatan membaca akan sangat menunjang bagi pemahaman membaca setiap siswa. Minat yang masih rendah terhadap kegiatan membaca tentunya akan berhubungan dengan kemampuan pemahaman isi bacaan. Siswa yang tidak mempunyai minat untuk membaca,

2 Farida, Ariyani, Ibid

(17)

4

walaupun sedang melakukan aktivitas membaca akan sulit untuk memahami isi bacaan tersebut.

Banyak teknik yang dapat digunakan agar siswa senang dan tertarik untuk membaca, sehingga mempengaruhi kemampuan membaca siswa tersebut dan melejitkan potensi yang dimilikinya yakni sebagai berikut: 1. Membaca memindai (scanning) yaitu membaca tatap, 2. Membaca layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan, 3. Membaca total gaya SAVI (somatis, audio, visual dan intelektual).4 Adapun teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik membaca total gaya SAVI (Somatis, Audio, Visual, Intelektual). Pembelajaran membaca dengan teknik ini akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Cara seperti ini memungkinkan munculnya gairah, minat, pencapaian prestasi tinggi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kepercayaan diri bahwa “aku bisa” dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas siswa diharapkan mendapatkan kesenangan dalam belajar, mereka juga mendapatkan pengetahuan baru, dan dapat menjadi manusia yang cerdas, percaya diri dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana bila teknik membaca total gaya SAVI dilakukan pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca intensif pada siswa kelas III SD/ MI.

B.

Identifikasi Masalah

Beberapa uraian telah dikemukakan pada latar belakang. Muncul beberapa masalah yang berhubungan dengan hal tersebut dan dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Siswa lebih memilih media elektronik dibandingkan media cetak untuk mendapatkan informasi.

(18)

2. Siswa lebih memilih teks bacaan yang sedikit.

3. Rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

4. Kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan metode-metode yang menyenangkan dalam pembelajaran.

C.

Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini, dan agar penelitian lebih efektif, maka perlu adanya pembatasan masalah. Peneliti membatasi masalah pada:

1. Rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

2. Kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan metode-metode yang menyenangkan dalam pembelajaran.

3. Penggunaan metode SAVI akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana pengaruh teknik membaca total gaya SAVI terhadap kemampuan membaca siswa kelas III MIN 15 Bintaro?”

E.

Tujuan Penelitian

(19)

6

F.

Kegunaan Penelitian

Selain itu dari hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan sejumlah kegunaan diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru:

Penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru Bahasa Indonesia dalam menggunakan metode membaca total gaya SAVI yang dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, sehingga dapat menjadi sebuah alternatif solusi bagi para guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam menggunakan metode pengajaran.

2. Bagi siswa:

Penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran membaca total gaya SAVI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi sekolah:

Sebagai dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran membaca total gaya SAVI. Dengan demikian, generasi yang intelektual gemar membaca dapat mengembangkan pengetahuan siswa.

4. Bagi peneliti:

(20)

beberapa point, salah satunya ialah menemukan informasi tersirat dan tersurat. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada menemukan informasi tersurat. Hal ini dimaksudkan agar siswa-siswi dapat mendapatkan informasi yang ada dalam teks bacaan.

Dengan kemajuan teknologi yang berkembang di zaman modern ini, sangat jarang anak-anak khususnya siswa-siswi sekolah dasar gemar untuk membaca. Pada kenyataannya terlihat di perpustakaan-perpustakaan sekolah yang pernah peneliti kunjungi yakni sedikitnya siswa-siswi yang berkunjung untuk membaca buku di perpustakaan sekolah. Selain itu, di toko buku yang pernah peneliti kunjungi yakni hanya sedikitnya anak-anak yang membaca buku di toko buku tersebut. Hal ini sangat membuat peneliti miris. Peneliti menginginkan siswa-siswi untuk gemar dalam membaca sehingga mampu membaca dengan baik dan benar.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan salah satu kemampuan membaca yang perlu dikembangkan di MIN 15 Bintaro yakni kemampuan membaca intensif. Siswa MIN 15 Bintaro khususnya kelas III termasuk fase anak-anak di kelas rendah yang mempunyai masalah dalam membaca intensif.

Masalah yang peneliti temukan setelah melakukan observasi awal serta wawancara yang dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia bahwasanya siswa kelas III di MIN 15 Bintaro sebagian besar lebih memilih untuk berbicara dan menyimak, jika dibandingkan dengan kegiatan membaca. Apabila diminta untuk membaca, peserta didik memilih untuk teks bacaan yang lebih sedikit.1

Kemudian, apabila mereka disuruh untuk menjawab pertanyaan dari teks tersebut, mereka lebih memilih untuk membaca pertanyaan tersebut setelah itu mereka membaca teks, apabila dibandingkan dengan membaca teks kemudian menjawab pertanyaan. Padahal hal

1 Farida, Ariyani.Wawancara Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia Pada Tanggal 17 April 2014

(21)

3

seperti ini dapat mempengaruhi seberapa besar kemampuan membaca siswa sehingga mampu memahami isi dari teks bacaan tersebut. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

Di sisi lain, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca ialah guru menggunakan metode ceramah. Maksudnya ialah dengan memberikan teks kepada siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk membaca dan kemudian menjawab pertanyaan sesuai dengan teks bacaan. Ketika peneliti tanya tentang pembelajaran yang aktif dengan berbagai metode, guru hanya menjawab susah.2 Sudah jelas bahwa, kurangnya penguasaan metode dan strategi lain yang dimiliki oleh guru tersebut.Hal seperti itu salah satu yang membuat siswa jenuh dan tidak menarik untuk membaca. Selain itu, peneliti merasa dengan menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi membaca intensif kurang tepat, sebab siswa akan lebih pasif dan guru yang lebih aktif.

Ahli psikologi pendidikan seperti Bloom dan Piaget menjelaskan bahwa pemahaman, interpretasi, dan asilmilasi merupakan dimensi hierarkis kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil risiko. Dengan kata lain, faktor minat baca sangat mempengaruhi kemampuan pemahaman terhadap isi bacaan.3

Kemampuan membaca setiap siswa berbeda-beda. Perbedaan kemampuan membaca tersebut antara lain disebabkan oleh berbagai faktor antara lain minat yang dimiliki setiap siswa. Minat terhadap kegiatan membaca akan sangat menunjang bagi pemahaman membaca setiap siswa. Minat yang masih rendah terhadap kegiatan membaca tentunya akan berhubungan dengan kemampuan pemahaman isi bacaan. Siswa yang tidak mempunyai minat untuk membaca,

2 Farida, Ariyani, Ibid

(22)

walaupun sedang melakukan aktivitas membaca akan sulit untuk memahami isi bacaan tersebut.

Banyak teknik yang dapat digunakan agar siswa senang dan tertarik untuk membaca, sehingga mempengaruhi kemampuan membaca siswa tersebut dan melejitkan potensi yang dimilikinya yakni sebagai berikut: 1. Membaca memindai (scanning) yaitu membaca tatap, 2. Membaca layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan, 3. Membaca total gaya SAVI (somatis, audio, visual dan intelektual).4 Adapun teknik yang digunakan oleh peneliti yaitu teknik membaca total gaya SAVI (Somatis, Audio, Visual, Intelektual). Pembelajaran membaca dengan teknik ini akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Cara seperti ini memungkinkan munculnya gairah, minat, pencapaian prestasi tinggi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kepercayaan diri bahwa “aku bisa” dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas siswa diharapkan mendapatkan kesenangan dalam belajar, mereka juga mendapatkan pengetahuan baru, dan dapat menjadi manusia yang cerdas, percaya diri dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana bila teknik membaca total gaya SAVI dilakukan pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca intensif pada siswa kelas III SD/ MI.

B.

Identifikasi Masalah

Beberapa uraian telah dikemukakan pada latar belakang. Muncul beberapa masalah yang berhubungan dengan hal tersebut dan dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Siswa lebih memilih media elektronik dibandingkan media cetak untuk mendapatkan informasi.

(23)

5

2. Siswa lebih memilih teks bacaan yang sedikit.

3. Rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

4. Kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan metode-metode yang menyenangkan dalam pembelajaran.

C.

Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini, dan agar penelitian lebih efektif, maka perlu adanya pembatasan masalah. Peneliti membatasi masalah pada:

1. Rendahnya kemampuan membaca siswa khususnya dalam membaca intensif.

2. Kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan metode-metode yang menyenangkan dalam pembelajaran.

3. Penggunaan metode SAVI akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana pengaruh teknik membaca total gaya SAVI terhadap kemampuan membaca siswa kelas III MIN 15 Bintaro?”

E.

Tujuan Penelitian

(24)

F.

Kegunaan Penelitian

Selain itu dari hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan sejumlah kegunaan diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi guru:

Penelitian ini diharapkan dapat memberdayakan guru Bahasa Indonesia dalam menggunakan metode membaca total gaya SAVI yang dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa, sehingga dapat menjadi sebuah alternatif solusi bagi para guru mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam menggunakan metode pengajaran.

2. Bagi siswa:

Penelitian dengan menerapkan metode pembelajaran membaca total gaya SAVI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca intensif siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi sekolah:

Sebagai dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran bahasa Indonesia diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran membaca total gaya SAVI. Dengan demikian, generasi yang intelektual gemar membaca dapat mengembangkan pengetahuan siswa.

4. Bagi peneliti:

(25)

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIK 1. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca berasal dari kata dasar „baca‟ yang artinya „melihat serta memahami isi dari apa yang ditulis‟.1 Farida Rahim menyatakan bahwa, “membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif”. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.2 Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa, “membaca sebagai suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk peroleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis”.3 Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.

Ahuja menyatakan bahwa, “membaca adalah sebuah karya cita masyarakat. Orang menulis, pertama-tama, ketika mereka merasa perlu mengkomunikasikan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang lebih permanen daripada bentuk tuturan atau ujaran‟. Kemudian serempak, mereka merasakan kebutuhan untuk

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 83

2 Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. II, h. 2

(26)

menginterpretasikan simbol-simbol terttulis melalui sebuah proses

yang kemudian disebut “membaca”.4

Membaca menurut Davies (1997: 1) memberikan pengertian bahwa “membaca sebagai suatu proses mental atau kognitif yang di dalamnya seorang pembaca diharapkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dari sini dapat dilihat bahwa kegiatan membaca merupakan sebuah kegiatan yang bersifat aktif dan interaktif”.5

Dengan pengetahuannya, pembaca harus bisa mengikuti jalan pikiran penulis dan dengan daya kritisnya ditantang untuk bisa merespon dengan menyetujui atau bahkan untuk tidak menyetujui gagasan atau ide-ide yang dilontarkan seorang penulis. Hal ini merupakan tujuan dari membaca yang menuntut agar pembaca memahami maksud dan tujuan dari penulis.

Kholid menyatakan bahwa, “membaca sering juga dianggap sebagai kegiatan yang pasif. Membaca bukanlah merupakan proses yang pasif, melainkan aktif. Artinya seorang pembaca harus dengan aktif berusaha menangkap isi bacaan yang dibacanya tidak boleh hanya menerima saja. Oleh karena itu, seorang pakar bahasa mengibaratkan proses membaca itu bagaikan proses menangkap bola dalam sebuah permainan bola basket, dan bukannya proses menerima sebuah bingkisan”.6

Kholid juga menyatakan, “membaca bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan berarti proses memahami, menerima, menolak, membandingkan, dan meyakini pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh si pengarang. Membaca banyak dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan pengalaman yang

dimiliki oleh pembaca”.7

b. Jenis-jenis Membaca

1) Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman atau reading for understanding adalah

“salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan”. Membaca

4 Ahuja, G.C dan Ahuja, Pramila. Membaca secara efektif dan efisien. (Bandung: PT. Kiblat Buku Utama, 2010), h. 13

5Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. “Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan”, No. 001 (November 1995), h. 469

6 Kholid, Harras, Endah, Tri Priyatni, Titik, Harsiati. Membaca I. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.22

(27)

9

pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.

2) Membaca Memindai

Membaca memindai atau disebut juga membaca tatap (scanning) merupakan “kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya”.

3) Membaca Layap

Membaca layap atau membaca sekilas (skimming) adalah

“membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan”.

4) Membaca Intensif

Membaca intensif atau intensif reading adalah “proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak semata-mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi dari bacaan”.

Tarigan menyatakan bahwa, “

m

embaca intensif atau intensif reading adalah studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari”. Kuisioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif. Teks-teks bacaan yang benar-benar sesuai dengan maksud ini haruslah dipilih oleh guru, baik dari segi bentuk maupun dari segi isinya.8

Kholid menyatakan bahwa “membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat. Membaca intensif juga sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkat literal, interpretative, kritis, dan evaluative.9

8 Guntur Tarigan, Henry, Op. Cit, h. 36-37

(28)

Henry Guntur Tarigan juga menyatakan, kegiatan membaca intensif terbagi atas dua bagian. Pertama membaca telaah isi (content study reading) dan kedua membaca telaah bahasa (linguistic study reading).10 Membaca telaah isi (content study reading) yaitu kegiatan membaca pemahaman yang dilakukan setelah menemukan bahan bacaan yang menarik pada pembaca sekilas, sehingga mendorong kita untuk mengetahui lebih mendalam.

Membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan berfikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bacaan. Sedangkan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) yaitu kegiatan membaca yang menuntut adanya pemahaman yang mendalam terhadap bahasa yang membangun bacaan.

Dalam hal ini untuk siswa kelas III SD/ MI keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati yaitu sebagai berikut:11

a) Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir.

b) Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati.

c) Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.

Adapun karakteristik dari membaca intensif adalah mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama; Membaca intensif adalah membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks; Membaca intensif adalah cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama; Membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal. Membaca intensif menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti

scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain; Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata,

(29)

11

kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana; Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/ tanda baca; Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Pertanyaan-pertanyaan dalam membaca intensif mencakup Pertanyaan-pertanyaan literal, inferensial, reoganisasi, evaluative, dan apresiatif; Kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/ menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris).12 Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan kemampuan membaca intensif adalah kesanggupan dan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk membaca teks dengan seksama dan teliti yang panjangnya tidak lebih dari 500 kata, yang memerlukan bacaan singkat, dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman bacaan secara optimal.

Dimensi efektif yang diperoleh pembaca dalam latihan kegiatan membaca intensif meliputi :13

a) Penumbuhan minat untuk belajar membaca secara komprehensif. b) Peningkatan sikap positif terhadap pembelajaran membaca. c) Peningkatan ketekunan dan ketelitian dalam pembelajaran.

d) Pengembangan pola piker kreatif dalam menanggapi informasi dalam bacaan.

e) Peningkatan kesadaran akan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai siswa.

f) Peningkatan kesadaran perlunya tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukan sendiri terhadap kekuatan dan kelemahannya.

Adapun tujuan membaca intensif yaitu untuk mengembangkan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada

(30)

pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.

5) Membaca Nyaring

Tarigan menyatakan bahwa, “membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan „suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.’14 Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar.15 Membaca nyaring yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu, membaca nyaring juga sering merangsang mereka untuk membaca kembali cerita yang dibacakan guru dan lebih mengakrabkan mereka pada karya sastra.16

c. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki tujuan. Adapun tujuan membaca ialah mencakup :17 kesenangan; menyempurnakan membaca nyaring; menggunakan strategi tertentu; memperbaharui pengetahuan tentang suatu topic; mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain

14 Guntur Tarigan, Henry, Op. cit. h. 23 15Ibid, h. 23

(31)

13

dan mempelajari tentang struktur teks; menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Pada dasarnya membaca memiliki tujuan yang sama dengan tujuan keterampilan berbahasa, yakni penalaran, instrumental, integrative, dan kebudayaan.18 Tujuan membaca memang sangat beragam, bergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut :19

1) Salah satu tujuan membaca ialah untuk mendapatkan informasi. Informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

2) Ada orang-orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang semacam ini sama sekali tidak merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-sekali di depan orang lain.

3) Ada kalanya orang membaca untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya pada saat ia merasa jenuh, sedih, bahkan putus asa. Dalam hal ini membaca dapat merupakan submilasi atau penyaluran yang positif, apalagi jika bacaan yang dipilihannya adalah bacaan yang bermanfaat yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya.

4) Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan, seperti halnya menonton

18 Budinuryanta Y, Kusuriyanta, Iman Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa,

(Jakarta: Universitas Terbuka 2008), Cet Ke-2, h. 11.3

(32)

film atau bertamasya. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini ialah bacaan-bacaan ringan atau jenis bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan dan sebagainya.

5) Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya karena iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi, hanya sekedar untuk mengisi waktu. Dalam situasi iseng itu, orang tidak memilih atau menentukan bacaan; apa saja dibaca; iklan, cerita pendek, berita keluarga, lelucon, dan sebagainya. Kegiatan membaca seperti ini tentu lebih baik dilakukan daripada pekerjaan iseng yang merusak atau bersifat negatif.

6) Tujuan membaca yang tinggi ialah mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih ialah karya bernilai sastra.

Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca. Untuk sampai pada kondisi masyarakat yang gemar membaca, peranan pendidikan sangatlah menentukan.

Mengingat demikian kompleknya “mampu membaca” tentu kita sepakat apabila pengajaran membaca merupakan suatu proses yang rumit dan menuntut kesungguhan dari para orang dewasa (guru) dalam membina dan mengembangkannya. Pengajaran

membaca hendaknya mampu menjadi “alat transformasi” dengan “guru” sebagai “pengemudi” mengantarkan siswa sampai ditujuan yakni “mampu membaca.”

d. Faktor-faktor Kemampuan Membaca

Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni sebagai berikut :20 1) Faktor Intrinsik

(33)

15

Faktor yang berasal dari dalam pembaca. Faktor ini meliputi kepemilikan kompetensi bahasa, minat, motivasi, dan kemampuan membacanya.

2) Faktor Ekstrinsik

Faktor yang berasal dari luar pembaca. Faktor ini meliputi dua kategori yakni unsur-unsur yang berasal dari teks bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), dan unsur-unsur yang berasal dari lingkungan bacaan (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain).

Ada beberapa alasan pentingnya menumbuhkan kemampuan dalam membaca, yaitu sebagai berikut : 21 1) Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca. 2) Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebanhasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. 3) Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih mudah. 4) Kegemaran membaca akan memberikan beragam persepektif kepada anak. 5) Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. 6) Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan. 7) Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka.

2. Teknik Membaca Total Gaya SAVI a. Unsur-unsur Gaya SAVI

Pembelajaran tidak otomatis meningkatkan dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana-kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada

(34)

pembelajaran. Ini dinamakan belajar SAVI. Unsur-unsurnya mudah diingat.

1.) Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat. 2.) Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar.

3.) Visual : belajar dengan mengamati dan menggambarkan. 4.) Intelektual : belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.22

Keempat cara belajar ini harus ada belajar berlangsung optimal. Hal itu dikarena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan. Di bawah ini diberikan perincian setiap keempat cara tersebut.

b. Pengertian SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) Gaya belajar Dave Meier dikenal dengan sebutan model SAVI (Somatis, Audiotori, Visual, Intelektual) dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan.

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Selanjutnya Meier menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang berpengaruh besar pada pembelajaran.23

1.) Belajar Somatis

“Somatis” berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh soma

(seperti dalam psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti “belajar

22 Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan) (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91-92.

(35)

17

dengan indra peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh waktu belajar”.24

Pada umumnya, pembelajaran di sekolah terdapat pemisahan antara tubuh dan pikiran, sehingga yang sering terjadi adalah

„duduk manis, jangan bergerak, dan tutup mulut’, karena menurutnya belajar hanya melibatkan otak saja. Kini, pemisahan tubuh dan pikiran dalam belajar mengalami tantangan serius, karena penelitian neurologi menemukan bahwa „pikiran tersebar di

seluruh tubuh’ atau pada intinya, tubuh adalah pikiran, dan pikiran adalah tubuh. 25 Jadi, dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh sepenuhnya dalam belajar, berarti menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya.

Para pelajar somatis atau kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak pelajar somatis menjauhkan diri dari bangku, mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan sekeliling mereka.

Siswa ingin menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, bukan penerima pasif atas segala informasi. Salah satu cara merangsang somatis siswa adalah dengan gerakan Brain Gym. Brain Gym adalah serangkaian gerakan sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para siswa di educational kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan belajar siswa dengan menggunakan keseluruhan otak.

Bila diberi kesempatan untuk bergerak dengan cara mereka sendiri, anak-anak mampu menyelesaikan proses belajarnya. Dengan dukungan dan izin untuk bergerak secara positif di dalam kelas, siswa dapat mengembangkan kemampuan intelegensinya

(36)

yang unik dan lengkap dengan cara alami dan tidak akan terlambat lagi, melainkan merasa bebas untuk belajar.

Ciri-ciri tipe somatis adalah sebagai berikut berbicara dengan perlahan; menanggapi perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada disik dan banyak bergerak; mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; belajar melalui memanipulasi dan praktik; menghafal dengan cara berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu lama; tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang sudah pernah berada di tempat itu; menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot; mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca; kemungkinan tulisannya jelek; ingin melakukan segala sesuatu; menyukai permainan yang menyibukkan.26

2.) Belajar Auditori

Bobbi Deporter menyatakan bahwa, “belajar auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran”. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang disadari. Telinga kita terus-menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa disadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara. Beberapa area penting di otak menjadi aktif.27

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajaran, dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan

26 Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Terjemahan) (Bandung: kaifa, 2005), h. 118-120

(37)

19

makna pribadi bagi diri sendiri. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci dan merekamnya di kaset. 28

Disamping menarik dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi lebih banyak, materi audio dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah didengar; mengatur dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat-pendapat para ahli yang berada jauh dari lokasi; menjadikan model yang akan ditiru oleh siswa; menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau sesuatu masalah.29

Ciri-ciri tipe auditori adalah sebagai berikut berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah terganggu oleh keributan; menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca; senang membaca dengan keras dan mendengarkan; dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama dan warna suara; merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam irama yang berpola; biasanya pembicara yang fasih; lebih suka musik daripada seni; belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai dengan satu sama lain; lebih pandai mengeja dengan suara keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.30

28Ibid, h. 97

29 Prof. Dr. Azhar, Arsyad M.A, Media Pembelajaran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 149

(38)

3.) Belajar Visual

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasananya adalah bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain.31 Media visual adalah media yang melibatkan indra penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Pesan verbal visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk lisan, dan pesan nonverbal visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal visual. Simbol pesan visual untuk pembelajaran hendaknya memiliki prinsip kesederhanaan, keterpaduan dan penekanan.32

Pada sekolah dasar dan menengah banyak pelajar yang berorientasi visual merespons dengan baik pada film, televisi, slide, poster, diagram, bagan, komputer, dan materi-materi berkode warna. Selain berobservasi, belajar dapat juga dipertinggi dengan peralatan visual seperti komputer, teleskop, kamera video, stensil, tanda-tanda, media artistik, barang-barang bangunan dan gambar rencana. Pelajar visual sebaiknya selalu dimotivasi untuk membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka.

Ciri-ciri tipe visual ialah sebagai berikut rapi dan teratur; berbicara dengan cepat; perencanaan dan pengatur jangka panjang yang baik; teliti dan mendetail; mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pemikiran mereka; mengingat apa yang dilihat daripada didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya tidak terganggu oleh keributan;

31 Dave Meier, Op. Cit, h. 97

(39)

21

mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah kelompok; lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain; seing menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak; lebih suka melakukan demonstrasi daripada pidato; seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.33

4.) Belajar Intelektual

Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenung suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut.34 Intelektual adalah “bagian diri yang merenung, menciptakan, memecahkan masalah, dan membangun makna”. Intelektual juga adalah penciptak makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar bagi dirinya.35 Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

33Ibid, h. 83

(40)

3. Karakteristik Siswa Kelas III SD/ MI

Teori Piaget cenderung banyak digunakan dalam proses pembelajaran, walaupun teori ini bukan teori mengajar. Teori piaget adalah teori kognitif, peserta didik harus dibimbing agaraktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Dalam menyajikan materi harus menarik minat peserta didik sehingga mereka senang terlibat dalam proses pembelajaran. Piaget dalam Trianto mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif, yaitu :36

a. 0 – 2 tahun adalah tahap sensori motor, ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan dan langkah demi langkah. b. 2 – 7 tahun adalah tahap pra operasional, ciri perkembangannya

menggunakan simbol atau bahasa tanda dan konsep intuitif.

c. 8 -11 tahun atau lebih adalah tahap operasi konkrit, ciri perkembangannya memakai aturan jelas atau logis dan reversible dan kekebalan.

d. 11 tahun atau lebih adalah tahap operasi formal, ciri perkembangannya abstrak, murni, simbolis, deduktif, induktif dan logis.

Psikologi pembaca pada dasarnya berkenaan dengan dua masalah dasar yaitu motif membaca dan kesesuaian usia. Penggambaran secara lengkap tentang motivasi membaca diberikan oleh Hans E. Ciehrl yang dikutip oleh K. Franz Bernhard Meler

(1986: 8) adalah sebagai berikut “Rangsangan dasar pertama untuk

membaca adalah keingingan untuk menangkap dan menghayati apa yang dijumpai di dunia alamnya, didasari oleh hasrat berorientasi pada dunia sekelilingnya dan untuk menjelaskan adanya dunia di sekelilingnya itu. Rangsangan dasar kedua untuk membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan

(41)

23

keterkaitan manusia. Dan rangsangan yang ketiga adalah pengalaman ketidakpuasan dalam keadaan diri sendiri.37

Kesesuaian usia dikemukakan oleh Meler yang mengutip dari Ch. Euhler menunjukkan lima fase, yaitu :38

a. Usia fantasi anak, umur 2-4 tahun. b. Usia dongeng, umur 4-8 tahun.

c. Usia petualangan, umur 8-11/ 12 tahun. d. Usia kepahlawanan, umur 12-15 tahun. e. Usia rilis dan romantic, umur 15-20 tahun.

Siswa kelas III SD/ MI berada dalam tahap operasional konkret, dengan demikian dalam memberikan materi pelajaran, guru diharapkan lebih menitikberatkan pada alat peraga atau media yang lebih bersifat konkret dan logis. Keterlibatan dan penerimaan dalam kehidupan kelompok bagi anak usia sekolah dasar merupakan minat dan perhatiannya pada kompetensi-kompetensi sosial yang positif dan produktif yang akan berkembang pada usia ini. Hasil pergaulan dengannya dengan kelompok teman sebaya, anak cenderung meniru kelompok teman sebaya baik dalam hal penampilan maupun bahasa. Selama perkembangannya, pada anak tumbuh berbagai sarana yang dapat menggambarkan dan mengolah pengalaman dalam dunia di sekeliling mereka.

Dengan memperhatikan karakteristik kognitif siswa kelas III SD/ MI dengan segala aspek dimensi perkembangannya, maka diharapkan sistem pengajaran yang dikembangkan mampu melayani kebutuhan belajar yang bermakna bagi siswa. Melalui penyampaian materi pelajaran yang tepat, maka peserta didik dapat

37 Undang, Sudarsana, Bastiano, Pembinaan Minat Baca. (Jakarta: Universitas Terbuka. 2008), h. 5.11

(42)

mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga siswa antusias untuk belajar.

Selain itu perkembangan bahasa juga mempengaruhi dalam setiap diri siswa. Anak secara alami, yang dikenal dengan language acquisition devices (LAD). LAD menurut Chomsky dapat digunakan untuk menerangkan apa yang terjadi di dalam bahasa secara cepat.39 Sebagai implikasi dari teori di atas dalam pemilihan bacaan sastra untuk anak sekolah dasar, maka terutama adalah pemilihan bahan bacaan harus didasarkan pada materi yang dapat dipahami anak. Misalnya ditulis dengan bahasa yang sederhana, dengan mempertimbangkan kosakata, struktur, dan sekaligus berfungsi untuk meningkatkan kekayaan kosakata dan kemampuan berbahasa anak.40

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelitian saudari Indah Puji Lestari dengan

judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa

Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/ 2013.”

Diperoleh hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96. Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II. Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/ 2013.41

39 Dr. Zulela, M.S, Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) h. 56 40Ibid, h. 57

41 Indah Puji Lestari, “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun

(43)

25

Selanjutnya dari penelitian saudari Mardiyanah dengan judul

skripsi “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas

III di MI Sirojul Falah Gunung Putri Bogor Tahun Pelajaran

2012-2013 dengan menggunakan Metode Drill.” Dengan melakukan dua siklus diperoleh hasil rata-rata kemampuan membaca intensif siswa pada kondisi awal 54,88% pada siklus I nilai rata-rata kemampuan membaca intensif siswa yaitu 67,56%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 78,1%. Jadi, peningkatannya adalah 10,54%. Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa melalui metode drill, guru dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan membaca intensif siswa kelas III di MI sirojul falah gunung putri bogor semester genap tahun pelajaran 2012/ 2013.42

Kemudian dalam penelitian saudara Mega Saputra yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi.” Hasil dari analisis hipotesis data menggunakan statistic Uji-t diperoleh hasil t hitung = 3,125 > t tabel = 1, 66. Maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar ekonomi siswa pada konsep kegiatan ekonomi produsen dan konsumen. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang diajarkan dengan model SAVI lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang diajarkan dengan metode ceramah.43

Berikutnya dalam penelitian saudara Ujang yang berjudul

“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Gaya

42 Mardiyanah, “Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas III di MI Sirojul

Gunung Putri Bogor Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan Menggunakan Metode Drill”, Skripsi

(Jakarta: PGMI DUAL MODE SISTEM UIN JKT)

(44)

dengan Menggunakan Metode Pembelajaran SAVI.” Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dnegan menggunakan metode pembelajaran SAVI pada mata pelajaran sains kelas IV pada siklus II meningkat cukup signifikan dibandingkan pada siklus I, dimana siklus I nilai rata-rata hasil

posttest adalah 64,75 dengan ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 40%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar posttest

meningkat hingga 74,75 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 95%. Dengan demikian, dapat dikatan bahwa penggunaan metode pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sains kelas IV di MIS. Al-Munawaroh Cisasak Cibungbulang Bogor.44

Dari keempat penelitian di atas, bahwasanya penelitian ini berbeda. Penelitian yang diajukan oleh penulis ialah penelitian yang menitik beratkan pada berpengaruh atau tidaknya teknik membaca total gaya SAVI terhadap kemampuan membaca intensif siswa kelas III SD/ MI. Karena menurut peneliti, teknik ini sangat efektif untuk mempengaruhi siswa agar mau membaca dan memahami isi bacaan secara detail dan kritis. Dari hasil tersebut dapat menimbulkan minat yang ada pada diri siswa sendiri.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan yang utama yang harus dimiliki siswa di sekolah dasar adalah kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Kemampuan tersebut sebagai dasar untuk mengembangkan diri dan sebagai jembatan dalam mempelajari pelajaran lain. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat empat aspek, yakni kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

(45)

27

Kemampuan berasal dari kata mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Makna kemampuan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah kesanggupan, kecakapan, kekuatan.

Membaca adalah suatu hal yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan. Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Membaca merupakan proses komunikasi yang melibatkan aktifitas fisik dan mental sebagai proses memahami makna, yang menjadikan seseorang tertantang untuk terus berpikir.

Salah satu teknik membaca yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas III yaitu teknik membaca total gaya SAVI. Teknik membaca total gaya SAVI adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam menyajikan materi membaca intensif dengan melibatkan indera sebanyak mungkin. Teknik membaca total gaya SAVI perlu digunakan dalam pembelajaran membaca intensif agar siswa tidak cepat merasa bosan pada saat kegiatan membaca serta siswa dapat memunculkan segala potensi yang ada dalam dirinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diasumsikan bahwa teknik membaca total gaya SAVI akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca siswa yaitu pada materi membaca intensif. Hal ini dikarenakan peserta didik lebih menyukai pembelajaran yang aktif dan menyenangkan jika dibandingkan dengan pembelajaran yang konvensional.

D. Hipotesis Penelitian

(46)

H0 : Tidak ada pengaruh teknik membaca total gaya savi terhadap kemampuan membaca intensif.

(47)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 15 Bintaro yang berlokasi di Jalan Mawar I, Rempoa-Bintaro Jakarta Selatan.

2. Waktu Penelitian

No Bulan Persiapan Proposal Skripsi

Penulisan Skripsi

Penelitian Lapangan

Penulisan Akhir

1. Januari 

2. Februari 

3. Maret - Agustus

4. September  

B. Metode dan Desain Penelitian

1.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian eksperimen merupakan pengujian hipotesis yang menguji hubungan sebab akibat diantara variabel yang diteliti.1

Penelitian ini membandingkan dua kelompok sasaran penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan

(48)

perlakuan dengan menggunakan teknik membaca total gaya SAVI dan kelas kontrol yang menggunakan teknik ceramah (teknik konvensional).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

group pretest-posttest design yaitu kelompok pertama diberikan perlakuan (kelompok eksperimen) dan kelompok kedua tidak diberikan perlakuan (kelompok kontrol), kedua kelompok tersebut dilakukan

pretest terlebih dahulu dan kemudian diberikan posttest.

Pretest dilakukan untuk mengetahui sejauhmana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan tersebut dapat dikuasai peserta didik, sedangkan postest dilakukan untuk mengetahui apakah semua peserta didik sudah mengetahui materi penting yang harus dikuasai.

Desain atau rancangan penenlitian yang digunakan adalah sebagai berikut :

[image:48.595.153.520.255.729.2]

Tabel 3.1

Rancangan Penelitian Menggunakan Group Pretest-Posttest Design dengan Subjek diacak dari 2 Kelompok

Kelompok Pretest Treatment Postest

(R) KE X1 O Y1

(R) KK X2 - Y2

Keterangan :

R : Randomisasi KE : Kelas Eksperimen KK : Kelas Kontrol

X1 : Kemampuan membaca (Pretest) kelompok eksperimen

(49)

31

O : Variabel Tindakan (Pembelajaran dengan menggunakan teknik membaca total gaya SAVI)

Y1 : Kemampuan membaca (Postest) kelompok eksperimen

Y2 : Kemampuan membaca (Postest) kelompok kontrol

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random yang terdiri dari siswa kelas III SD/ MI. Satu kelas ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan kelas lain ditetapkan sebagai kelas kontrol. Kedua kelas ini berdistribusi normal dan homogen.

Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai kemampuan yang sama. Perbedaannya hanya pada teknik yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Pada kelas eksperimen menggunakan teknik membaca total gaya SAVI, sedangkan kelas kontrol menggunakan teknik ceramah (teknik konvensional).

C.

Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Peneliti menjadikan MIN di Kecamatan Pesanggrahan Bintaro sebagai populasi target, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa-siswi MIN 15 Bintaro, Jakarta Selatan tahun pelajaran 2014/ 2015.

2.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi.2 Sampel juga merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.3 Karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti menggu

Gambar

Tabel 3.3  ..................................................................................................
Rancangan Penelitian Menggunakan Tabel 3.1 Group Pretest-Posttest
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
Tabel 3.4 Instrumen Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak penambahan jewawut semakin besar rasio pengembangan, semakin rendah pengembangan axial, semakin tinggi

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah – tengah masyarakat di luar

Banyaknya media social membuat berbagai kalangan termasuk mahasiswa sangat menikmati media social tersebut. Mahasiswa yang notabene mempunyai mobilitas yang tinggi

Hasil ujicoba di pilot plant terbukti bahwa PLTD sistem dual fuel juga dapat dioperasikan menggunakan bahan bakar solar dan bakar dari batubara (Suprapto, 2009).. Namun yang

Belajar menurut Soemanto ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

Lembaga Taman Pendidikan Al-Qur‟an yang berintegrasi dengan PAUD dapat menjadi pilihan alternatif bagi orangtua yang ingin mengikutsertakan anaknya ke dalam lembaga

Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa darah dalam

Sehubungan dengan pandangan-pandangan di atas yang menyiratkan bahwa perilaku agresif bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada di dalam diri manusia,tetapi