• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Pengabsahan Data

Menurut Moloeng (2007), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Beberapa macam triangulasi data sendiri menurut Denzin dalam Moleong (2004) yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori ada beberapa macam yaitu :

1. Triangulasi Sumber (data)

Triangulasi ini membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi ini menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi Penyidikan

Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Contohnya membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya.

38

4. Triangulasi Teori

Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat dilakukan, dalam hal ini dinamakan penjelasan banding.

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang).

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi. Suhu udara di Kota Makassar tahun 2018maksimun 28,2oC, minimum 27,90C, dan rata-rata 28,10C. Kelembaban udara rata-rata-rata-rata 79 %,kecepatan angin rata-rata-rata-rata 4,0 knots, dan penyinaran matahari rata-rata 75 persen.

Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan Biringkanaya.

40

Tabel 4.1

Tabel : Wilayah Administrasi Kota Makassar Wilayah

Sumber : (Badan Pusat Statistika Kota Makassar, 2020) Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:

• Batas Utara: Kabupaten Maros

• Batas Timur: Kabupaten Maros

• Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar

• Batas Barat: Selat Makassar

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

a) Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.

b) Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan

41

di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Mangggala, Panakkukang, dan Rappocini.

Komposisi penduduk Kota Makassar didominasi oleh penduduk usia muda. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan yang menyediakan sarana pendidikan khususnya perguruan tinggi yang cukup banyak dengan berbagai jenis jurusan pendidikan yang tersedia, sehingga menjadi salah satu kota yang menjadi tujuan para alumni SLTA di bagian timur Indonesia untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Demikian juga karena Kota Makassar berkembang cukup pesat sehingga menjadi alternatif penduduk usia muda/dewasa sebagai tempat mencari pekerjaan. Jumlah penduduk yang berumur 15–24 tahun mencapai 362.212 jiwa atau sekitar 23,73 % pada tahun 2019. Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2018 sebanyak 1.508.154 jiwa, kemudian pada

tahun 2019 meningkat menjadi 1.26.677 jiwa. Pada periode 2018-2019 laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,23 persen. Dengan luas wilayah sebesar 175,77 km2, setiap km2 ditempati penduduk sebanyak 8.686 jiwa pada tahun 2019.

42

43

Sumber : (Badan Pusat Statistika Kota Makassar, 2020)

2. Gambaran Umum Posko Induk Satuan Tugas Covid-19 Kota Makassar

Menutup tahun 2019, masyarakat dunia dikejutkan dengan mewabahnya virus baru yang menjadi persoalan global dan berdampak sangat serius pada aspek-aspek kehidupan lainnya. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia menetapkan wabah pandemi global dan menyebutnya sebagai COVID-19 (coronavirus disease 2019) (WHO, 2020). Masing-masing negara melakukan upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit Covid-19 di negaranya, dengan berbagai kebijakan pencegahan penyebaran kasus penyakit dapat diminimalisir atau bahkan dihindari di negara tersebut.

Langkah yang di ambil oleh pemerintah Indonesia dengan membentuk posko-posko covid 19 di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di kota Makassar.

Pemerintah Kota Makassar mendirikan Posko Covid-19 yang awalnya di beri nama Posko Gugus tugas Covid 19 Kota Makassar namun seiring dengan jumlah kasus Covid-19 di Kota Makassar yang mengalami perubahan maka posko Gugus Covid-19 di Ubah menjadi Posko Induk Satuan tugas Covid-19 Kota Makassar.

Berikut struktur Organisasi Posko Induk Satuan Tugas Covid-19 Kota Makassar :

43

Struktur Organisasi Posko Induk Satuan Tugas Covid 19 Kota Makassar

KETUA

PJ. WALIKOTA MAKASSAR

TIM AHLI

SEKRETARIAT

BIDANG DATA DAN

INFORMASI BIDANG PENANGANAN BIDANG PENEGAKAN BIDANG RELAWAN

KESEHATAN

KABAG UMUM Dr. A. Anshariadi

BAPPEDA

44

B. Kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam percepatan pengendalian COVID-19 ( Studi Kasus Kebijakan PSBB ) di Kota Makassar

Harus disadari bahwa Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan penyebaran COVID-19 merupakan pandemi di sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut meningkat dari waktu ke waktu, menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian materi yang sangat besar, serta berdampak pada masyarakat, politik, dan aspek kesejahteraan sosial lainnya.

Kolaborasi pemerintahan dan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan Covid-19 merupakan salah satu kunci utama dalam mencapai tujuan.

Pemerintahan dan masyarakat berperan tidak hanya menjadi sebagai objek , tetapi juga bisa menjadi subjek dalam penanganan Virus covid-19.

Penyebaran COVID-19 di Kota Makassar sendiri selalu mengalami peningkatan sejak awal kasus pertama masuk di Kota Makassar. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Makassar mengeluarkan berbagai peraturan-peraturan dalam rangka penanggulangan penyebaran COVID-19 Salah satunya Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang biasa disingkat PSBB. PSBB adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mempercepat penanganan COVID-19 yang dapat diimplementasikan di berbagai daerah, Peraturan PSBB dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Dalam penanganan COVID 19 di Kota Makassar Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat agar dapat menekan persebaran covid-19 di kota Makassar, Seperti wawancara yang telah di ungkapkan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan bahwa :

45

“Pemerintah Kota Makassar melakukan berbagai kebijakan dalam penanganan Covid-19, sejak awal masuk kasus baru selalu terjadi peningkatan di tengah masyarakat sehingga Kota Makassar membentuk Gugus Tugas Covid-19 agar masyarakat dapat memperoleh informasi dan transparansi di satu tempat. Gugus Tugas Covid-19 di bentuk berdasarkan keputusan walikota ketua Gugus Tugas Covid-19 sendiri yaitu sekertaris Kota Makassar Bapak Muhammad Ansyar. Namun Seiring berjalan nya waktu Gugus Tugas Covid-19 kota Makassar di bubarkan kemudian di bentuk Satugan Tugas Covid-19 Kota Makassar” (Hasil Wawancara Pada Tanggal 3 Maret 2020).

Berdasarkan hasil wawancara Pemerintah melakukan berbagai bentuk kebijakan guna menekan persebaran Covid-19 di Kota Makassar.Pemerintah membentuk Posko induk sehingga informasi yang berkaitan dengan Covid-19 di peroleh melalui satu sumber dimana yang terlibat di dalam nya terdapat berbagai lembaga lembaga pemerintahan yang bekerja sama.Posko Induk Sendiri sudah mengalami dua kali berubahan nama namun hal ini tidak mengubah tujuan dari dirikannya Posko Induk yaitu agar masyarakat dapat memperoleh informasi dan transaparansi dalam satu tempat.

C. Latar Belakang ((Problem Setting) Kolaborasi Pemerintah dengan

Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar.

Kolaborasi adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan beragam, yang melibatkan beberapa orang atau beberapa lembaga untuk saling bekerja sama dengan menggabungkan berbagai pemikiran secara berkesinambungan dalam menyikapi suatu hal dimana setiap pihak yang terlibat memiliki saling ketergantungan.

Kebijakan penerapan PSBB merupakan respon pemerintah Kota Makassar terhadap status kedaruratan-kedaruratan di tengah masyarakat agar dapat

46

mencegah meluasnya penyebaran penyakit darurat yang terjadi antar orang di satu wilayah tertentu yang disebabkan oleh COVID-19 (corona virus). Pemerintah menegaskan melalui PP No. 21 Tahun 2020 bahwa kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ditetapkan dengan pertimbangan penyebaran COVID-19 dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian yang semakin meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara. Selain itu, dampaknya telah mengakibatkan terjadi keadaan tertentu (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat). Seperti hasil wawancara yang di ungkapkan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“Pemerintah mengambil keputusan untuk melaksanakan PSBB di karenakan jumlah kasus di Kota Makassar yang mengalami peningkatan di setiap minggunya dan untuk penerapan PSBB pemerintah Kota Makassar mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada Pemerintah Pusat kemudian Pemerintah Kota Makassar melakukan kebijakan kebijakan melalui Perwali”.

Berdasar kan hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pemerintah Kota Makassar menerapkan kebijakan PSBB berkolaborasi dengan masyarakat, Kolaborasi esensinya adalah perwujudan partisipasi masyarakat dan pemerintah yang berkaitan dengan pembagian tugas atas keputusan yang sudah dibuat.

D. Penetapan Tujuan (Direction Setting) Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar

Menyikapi keadaan sosial yang terjadi dan melihat banyaknya masyarakat yang terinfeksi virus ini, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Program ini di laksanakan dengan persetujuan dari pemerintah pusat melalui Kementrian

47

Kesehatan RI. Guna memutus rantai penuralan Covid-19 dengan mengentikan pergerakan masyarakat selama beberapa 14 hari. Ungkapkan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“PSBB di Kota Makassar di laksanakan selama 14 hari semua persiapan telah di lakukan agar dapat berjalan dengan baik sehinga dapat menekan persebaran Covid-19 ditengah masyakarat selain pemerintah masyarkat juga berperan penting dalam pelaksanaan PSBB “

Dari Penyataan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan di lakukannya kolaborasi antara pemerintah dengan masyaralat dalam penerapan PSBB untuk menekan pesebaran COVID19 di Kota Makassar. pelaksanaan PSBB tidak akan berjalan dengan maksimal apabila tidak di iringi dengan tingkat kepatuhan dan kesadaran di tengah masyarakat dalam mencapai tujuan dari pelaksanaan PSBB. Sehingga masyarakat dapat beraktifitas kembali dengan kondisi yang normal seperti biasanya.

E. Penerapan (Implementation) Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar.

Untuk menangani penyebaran Covid-19 dibutuhkan kolaborasi kuat antara pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan harus mampu menggerakkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi aktif di dalam mencegah perkembangan Covid-19.

Setelah pelaksnaan PSBB di setujui oleh Pemerintah Pusat Pemerintah Kota Makassar turut mengeluarkan berbagai kebijakan terkait PSBB, dengan tujuan menekan angka persebaran COVID-19. dalam mengajukan permohonan PSBB, kepala daerah perlu menyampaikan informasi mengenai kesiapan daerah

48

tentang aspek ketersediaan kebutuhan hidup dasar masyarakat , sarana prasarana kesehatan, anggaran dan operasionalisasi jaring pengaman sosial, dan aspek keamanan. hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan Bpk. Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“Dalam penangananan Covid-19 pemerintah Kota Makassar mengambil kebijakan menerapakan Pembatasan Sosial Berskala Besar tidak berdasarkan keputusan pemerintah setempat tetapi berdasarkan peraturan yang telah di tetapakan oleh pemerintah pusat Langkah awal yang di ambil pemerintah sebelum menerpakan PSBB yaitu melakukan sosialisasi kepada masyakarat melalui lembagalembaga pemerintahan yang telah di bentuk sekaligus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang persebaran Covid-19 dan langkah yang dapat di lakukan masyarakat untuk terhindar dari penyebaran Covid-19 di Kota Makassar”

Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa dalam penanganan Covid-19 yang di terapkan Pemeritah Kota Makassar tidak berdasarkan perturan sepihak dari pemerintah melainkan memperoleh persetujuan dari pemerintah Pusat melalui Kementrin Kesehatan.sebelum Pemerintah mengajukan pelaksanaan PSBB kota Makassar telah melakukan beberapa kebijakan namun hal tersebut belum berjalan baik dalam menekan persebaran Covid-19 di Kota Makassar.

Tabel 4.1

tabel tahapan Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar Tahapan Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar

• Tahap sosialisasi: 17-21 April 2020

• Uji coba 21-23 April 2020

• Tahap pelaksanaan 24 April-7 Mei 2020

Berdasar kan tabel di atas dapat di lihat dalam pelaksanaan PSBB di Kota Makassar di laksanakan dalam beberapa tahapan dalam pelaksanaannyapun mulai

49

dari tahapan sosialisasi sudah terdapat kolaborasi pemerintah dengan masyarakat dimana pemerintah sebagai pembuat suatu kebijakan menghimbau kapada masyarakat untuk mematuhi kebijakan yang di terapkan oleh Pemerintah. Hal senada di ungkapkan Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PSBB yaitu satpol PP,,Polri,Dinas Kominfo dan Dinas Perhubungan serta melibatkan semua pemerintahan di tingkat kecamatan untuk memudah kan dalam mensosialisasikan penerapan PSBB kepada masyarakat”.

Berdasarkan hasil wawancara penerapan PSBB di kota Makassar di terapkan dengan melibatkan berbagai pihak serta dengan melakukan persiapan sehingga masyarakat kota Makassar dapat mempersiapkan kebutuhan yang di perlukan selama pelaksanaan PSBB. Sebelum pelaksanaan PSBB di lakukan beberapa tahapan yaitu tahap sosialisasi kemudan tahap uji coba dan tahap pelaksanaan PSBB.

Pemerintah Kota Makassar berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam penanganan Covid-19 di Kota Makassar baik itu dari pemrintahan tingkat kecamatan sampai pada pengamanan sebelum dan pelaksanaan PSBB. Hal senada di ungkapakan oleh Bapak Izmar Selaku Petugas Lapangan Satpol PP Kota Makassar :

“Dari surat keputusan yang di keluarkan oleh walikota mulai dari mensosialisasikan sampai pelaksanaan semua pihak berkeja sama agar nantinya pelaksanannya dapat berjalan dengan maksimal.selama pelaksaan PSBB kami dari Satpol PP melakukan patroli di setiap tempat umum untuk mengecek dan mengontrol masyarakat apabila terdapat pelanggaran di masyarakat maka akan di berikan peringaatan

50

dan di bubar kan jika masih tetap melakukan kerumunan atau masih keluar rumah tanpa mematuhi protokol kesehatan yang berlaku”

Dari hasil wawancara dapat di lihat bahwa dalam pelaksanaan PSBB pemerintah melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga pemerintahan sampai pada tingkat kecamatan terlebih sebelum peksanaan PSBB pemerintah membagikan sembako untuk masyarakat terdampak agar dapat memenuhi kebuhutan pokok selama PSBB berlangsung.

Dalam pelaksanaan PSBB terdapat kebijakankkebijakan yang di terapkan oleh pemerintah di antaranya sebagai berikut :

Tabel 4. 2 Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat

Bentuk Kebijakan

Sasaran

• Pembatasan belajar mengajar di sekolah atau instansi pendidikan

• Pembatasan aktifitas Bekerja di Tempat bekerja

• Pembatasan Kegiatan Keagamaan

• Pembatasan kegiatan di tempat umum

• Pembatasan kegiatan sosial budaya

• Pembatasan menggunaan moda transportasi bergerakanorang dan

barang Masyakat Kota Makassar

Penjagaan & Kamanan

• Kasat Pol PP Kota Makassar

• Kepala dinas perhubungan Kota Makassar

• Kapolsek SE Kota Makassar

• Polres pelabuhan Sosialisasi dan Edukasi

51

• Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar

• Kominfo

• UNICEF perwakilan Sulawesi

Pada tabel di atas dapat di lihat Pemerintah sebagai penggerak dari sebuah kebijakan. Dikaitkan dengan implementasi kebijakan PSBB maka para sejauhmana sikap para Pemerintah dalam melaksanakan perannya agar kebijakan tersebut terlaksana sebagaimana tujuan awal. Dari hasil wawancara pemerintah Kota Makassar berkerja sama dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan PSBB.

Hal yang sedana juga di ungkap kan juga oleh Warga Makassar Ibu Ros :

“banyak yang di lakukan pemerintah pada saat pelaksanaan PSBB, Pemerintah melakukan himbauan dan sosialisasi di tengah-tengah masyarakat sehingga tidak terjadi kepanikan dan juga memberikan bantuan sosial melalui kelurahan setempat “.

Dapat di amati dari hasil wawancara bahwa kolaborasi pemerintah dengan masyarakat dalam pelaksanaan PSBB berjalan dengan baik dimana masyakarat keterlilbatan masyarakat dapat di lihat dari terpenuhinya kebutuhan masyarkat terutama masyarakat kurang mampu dalam pemenuhan kebutuhan bahan poko serta sosialisasi yang di berikan berjalan dengan baik. Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak arif sebagai Ojek Online :

“ PSBB bejalan dengan baik apabila dilihat dari penurunan kasus Covid-19 dikota makassar namun PSSB berdampak bagi perekonomian Kota Makassar terutama bagi kami yang mengharuskan untuk tetap bekerja di luar rumah dengan adanya PSBB tentunya berpengaruh terhadap penghasilan yang kami dapat kan diman jumlah orderan berkurang tidak seperti biasanya dan juga selama penerapan PSBB transportasi di batasi apalagi untuk online tidak di perboleh kan untuk menerima penumpang “

52

Berbeda dengan ungkapan dari Ibu Ros Penerapan PSBB bagi bapak Arif sangat berpengaruh pada tingkat penghasilan yang di dapat kan dimana penghasilan yang di dapat kan oleh Bapak Arif tidak seperti biasanya. Namun hal itu dapat teratasi dengan adanya bantuan yang di berikan oleh pemerintah sehingga dapat memenuhi kebutuhan pkok selama pelaksanaan PSBB berlangsung .

Berdasarkan pada konteks implementasi kebijakan PSBB yang mana seluruh masyarakat menjadi objek atau sebagai kelompok sasaran, implementasi kebijakan PSBB lebih menekankan kepada kewenangan pemerintah sebagai unsur pelaksana yang langsung berhadapan dengan masyarakat. Ketaatan pada dasarnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, Menyadari dan Memahami Adanya Aturan Setiap kebijakan yang telah disahkan oleh pemerintah wajib untuk dilaksanakan.

F. Faktor Penghambat Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar

Implementasi kebijakan publik dengan bekerja sama dengan berbagai pihak yang diterapakan pemerintah tentunya didalamnya terdapat perkembangan untuk melihat sejauhmanna kebijakan tersebut dijalankan dan faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pelaksanaan kebijakan tersebut, Kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam penanganan dan pengendalian COVID-19 .Berikut kutipan wawancara Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“Pelaksanaan PSBB di dukung dengan terlibatnya banyak pihak pada saat pelaksanaan PSBB,dari pemerintah sampai masyarakat pun terlibat pada pelaksanaan PSBB hanya saja apabila kebijakan yang di terapkan hanya PSBB akan menimbulkan masalah perekonomian di tengah masyarakat sehingganya pemerintah melakukan pelonggaran PSBB samapai dengan

53

penerpan New normal sehingga masyarakat dapat melakukan aktifitas tetapi tetap mematuhi protokol kesehatan“

Dari hasil wawancara dapat di amati bahwa PSBB yang diterap kan oleh pemeritah Kota Makassar melibat kan semua pihak di kota makassar sehingga terjadi keterbukaan publik dimasyarakat. Berikut beberapa faktor penghambat Penerapan Kebijakan PSBB di Kota Makassar yaitu

1. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang semakin meluas dan diperpanjang dapat meningkatkan kecemasan sosial. Yang di maksud dengan kecemasan sosial antara lain tidak ada kepastian kapan penyebaran COVID-19 akan berakhir,kecemasan mengenai kehidupan Kecemasan ini ditandai dengan beberapa hal. Pertama, kecemasan karena tidak memperoleh kepastian kapan penyebaran virus corona dapat diatasi. Kedua, kecemasan mengenai masa depan kehidupan, karena ancaman kehilangan pekerjaan dan sumber mata pencaharian akibat kebijakan PSBB,Ketiga, terlalu lama berdiam di rumah tanpa aktivitas dan tanpa pekerjaan jelas, hanya akan melahirkan berbagai tekanan psikis yang berakibat buruk .

2. Banyak masyarakat yang masih melanggar aturan dengan berbagai alasan. Masyarakat tidak merasa takut akan sanksi karena seperti yang kita ketahui penerapan sanksi memang belum diterapkan maksimal.

Hal ini membuat pemerintah kewalahan dalam pelaksanaan PSBB sehingga membutuhkan banyak pihak untuk berkerja sama.

54

F. Faktor Pendukung Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar

Faktor pendukung merupakan suatu hal yang menjadi dorongan agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.sebagaimana yang di ungkapakan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku Kepala Bidang satu Pencegahan dan Kesiap siagaan :

“Adapun faktor yang mendukung pelaksanaan PSBB di Kota Makassar adanya persetujuan dari pemerintah pusat untuk melaksanakan PSBB karena daerah tidak dapat melaksanakan tanpa adanya persetujuan dari Pemerintah Pusat dan juga kesiapan Kota Makassar dalam pelaksanaan PSBB yaitu ketersediannya sarana dan Prasarana”.

Dari hasil wawancara dapat di simpulkan bahwa faktor pendukung dalam pelakasanaan Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan penengendalian Covid-19 di Kota Makassar yaitu :

1. Legalitas dari Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan PSBB serta kerjasama pemerintah Kota Makassar dengan pihak keamanan samapai dengan Pemerintah tingkat kecamatan dan kelurahan.

Yang di maksudkan dengan legalitas adalah permohonan dalam menerapkan PSBB di Kota Makassar di setujui oleh Pemerintah Pusat melalui Kementrian Kesehatan RI kemudian di tindak lanjuti dengan mengeluarkan peraturan perwali kemudian dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan berbagai pihak mulai dari kemanan samapai dengan pemerintahan tingkat kecamatan dan kelurahan

2. Sarana dan Prasarana yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan PSBB di Kota Makassar

55

Sarana prasarana yang di maksud dalam pelaksanaan PSBB dikota Makassar yaitu Penyediaan Posko induk serta posko posko di setiap tempat-tempat umum dan juga di setiap perbatasan Kota Makassar dan juga penyaluran sembako bagi masyarakat terdampak.

G. Hasil Kolaborasi pemerintah dengan masyarakat dalam percepatan pengendalian COVID-19 Di Kota Makassar

Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan pengendalian COVID-19 apabila di lilhat dari tujuan awal penerapan PSBB yaitu untuk menekan pesebaran COVID-19 di Kota Makassar berjalan dengan baik namun penerpan PSBB berdampak pada perekonomian Kota Makassar sehingga Penerapan PSBB harus di ganti dengan kebijakan yang lain tetapi dengan memperhatikan damapak yang dari penerapan PSBB sehingga tidak terulang kembali .Hal senada di sampaikan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku

Kolaborasi Pemerintah dengan Masyarakat dalam percepatan pengendalian COVID-19 apabila di lilhat dari tujuan awal penerapan PSBB yaitu untuk menekan pesebaran COVID-19 di Kota Makassar berjalan dengan baik namun penerpan PSBB berdampak pada perekonomian Kota Makassar sehingga Penerapan PSBB harus di ganti dengan kebijakan yang lain tetapi dengan memperhatikan damapak yang dari penerapan PSBB sehingga tidak terulang kembali .Hal senada di sampaikan oleh Bapak Muhammad Khadafi selaku