• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Implikasi Hukum Terhadap Perlindungan Anak Sebagai Korban

2. Analisis Penulis

memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang menjadi korban perdagangan orang.

Anak yang menjadi korban perdagangan sebaiknya juga perlu mendapat perlindungan berupa reintegrasi atau proses penyatuan kembali kepada orang tua dan masyarakat guna membantunya melalui proses pemulihan dengan baik. Oleh sebab itu, dukungan dan peran serta semua pihak baik orang tua, masyarakat, pemerintah, penegak hukum, LSM dan instansi terkait sangat diharapkan untuk bersama-sama memberikan perlindungan mulai dari pencegahan sampai pemulihan bagi anak korban perdagangan orang dan

Sanksi yang dijatuhkan oleh jaksa penuntut umum dapat berlapis jika ditemukan ada unsur lain yang terbukti dalam tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka. Seperti tersangka Jhony Hengky dapat dijatuhkan sanksi tambahan apabila dalam kejahatannya terdapat unsur perdagangan orang dan terbukti. Maka Jhony Hengky melanggar Pasal 2 Undang-Undang No.

21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan unsur-unsur lain yang lain apabila terbukti. Disini tersangka Jhony Hengky tidak di dikenakan akibat hukum, hanya sanksi minimal yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum dan di kabulkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar dan dari pihak korban Alan Nautika juga tidak meminta restitusi, kompensasi ataupun bantuan hukum lainnya. Pihak keluarga hanya menginginkan agar Jhony Hengky di hukum sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan menerima putusan hakim tersebut.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Penerapan hukum pidana meteriil oleh Hakim sudah tepat karena penulis berpendapat bahwa unsur Pasal 83 UU RI No.35 Tahun 2014 perubahan atas UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terbukti yaitu :

a. Setiap orang

b. Unsur “yang menculik anak”

c. Unsur “Untuk diri sendiri”

sanksi yang di jatuhkan kepada tersangka Jhony Hengky dapat juga dikenakan melanggar Pasal 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang karena adanya unsur yang berbeda yang saling berkaitan.

2. Implikasi hukum terhadap pengaturan perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban perdagangan orang dalam putusan No.1673/Pid.Sus/2016/PN.Mks berupa sanksi yang sesuai dengan Undang No. 23 Tahun 2002 perubahan atas Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan perlindungan khusus yang dilakukan melalui upaya pengawasan, perlindungan, pencegahan dan rehabilitasi. Hal tersebut dilakukan

karena melihat dampak fisik, emosional dan sosial yang dialami anak korban perdagangan anak.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun saran penulis adalah sebagai berikut :

1. Penuntut umum harus teliti dan cermat dalam menyusun surat dakwaan yang menjadi dasar pemeriksaan bagi hakim di sidang pengadilan, dan mengenai penerapan pidana materiil terhadap kasus perdangagan orang khususnya anak dalam hal ini baiknya jika hakim bisa lebih mengedepankan pertimbangan terkait dampak terhadap anak tersebut dan didalam KUHP dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 perubahan atas Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 harus merumuskan tentang perdagangan orang.

2. Melihat implikasi hukum bagi anak korban perdagangan orang, maka diperlukan juga perlindungan berupa sanksi tegas terhadap pelaku dan rehabilitasi terhadap korban yakni anak agar dapat memulihkan kondisi fisik dan mentalnya.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Andi Sofyan dan Nur Azisa. Buku Ajar Hukum, Makassar: Pustaka Pena Press, 2016.

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Yogyakarta:

Mahakarya Rangkang, 2013

Andri Yoga Utami dan Pandji Putranto, 2002, Ketika Anak Tak Bisa Lagi Memilih : Fenomena Anak yang Dilacurkan di Indonesia, Kantor Perburuhan Indonesia, Jakarta.

Arif Gosita. Masalah Perlindungan Anak. Jakarta: Akademi Pressindo, 1989.

Bisma Siregar dkk., Hukum dan Hak-hak Anak. Jakarta: Rajawali, 1986.

Darwan Prinst. 2003, Hukum Anak Indonesia, PT. Citra Aditya

Farhana. 2010. Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta

Lapian Gandhi L.M dan Geru Hetty A, Trafficking Perempuan dan Anak, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2010.

Maidin Gultom. 2010, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung.

Maidin Gultom. 2013. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. PT. Refika Aditama. Bandung

Moeljatno. Azas-azas Hukum Pidana. Rineka Cipta. 1993. Jakarta.

Poerwadarminta,w.j.s, 2006, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Rika Saraswati. 2015. Hukum Perlindungan Anak Di Indonesia, PT. Aditya Bakti, Bandung

Satjipto Rahardjo, 2006, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis, PT. Aditya Bakti, Bandung.

Tri Andrisman. Hukum Pidana. Univertas Lampung. 2007. Bandar Lampung.

Unicef, Perlindungan Anak, (Jakarta : Harapan Prima, 2003).

Unicef. 2003. Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undangn Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Harapan Prima, Jakarta

Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pengesahan Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime (Protokol untuk Mencegah, Menindak, dan Menghukum Perdagangan Orang, Terutama Perempuan dan Anak-Anak, Melengkapi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Tindak Pidana Transnasional yang Terorganisasi).

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Jurnal

Ayu Amalia Kusuma, Efektivitas Undang-Undang Perlindungan Anak Dalam Hubungan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Perdagangan Orang di Indonesia, Lex et Societatis, Vol.

III/No.1/Jan-Mar), 2015.

Sumber lain :

Departemen Kehakiman AS, Kantor Pengembangan, Asisten dan Pelatihan Kerja Sama Luar Negeri (OPDAT) dan Kantor Kejaksaan RI

(Pusdiklat), Perdagangan Manusia dan Undang-Undang Ketenagakerjaan : Strategi Penuntutan yang Efektif, 2008.

Edi Suharto, Permasalahan Pekerja Migran : Perspektif Pekerjaan Sosial, http://www.policy.hu/suharto/makIndo24.html:, 29 November 2017.

International Organization for Migration Indonesia, http://www.iom.or.id/id/aktivitas-kami/pemberantasan-perdagangan-manusia

KKBI.web.id

Muhadjir Darwin. Pekerja Migran dan Seksualitas, Center for Population and Policy Studies Gadjah Mada University, 2003.

Tempo interaktif, “Indonesia Pemasok Perdagangan Anak Terbesar di Asia Tenggara”, https://nasional.tempo.co/read/52109/indonesia-pemasok-perdagangan-anak-terbesar-di-asia-tenggara

United Nation. 2000. Protocol to Prevent, Suppress and Punish Trafficking in Persons, Especially Women and Children, Supplementing the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime.

Dokumen terkait